Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANDIRI

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN”

Disusun Oleh :

Martstella Tumundo 2314201177

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah konsep dasar keperawatan
yang dibimbing oleh Ns.Donny Sahensolar,S.Kep.,M.Kes

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA (MANADO)


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
SOAL
Seorang klien perempuan usia 6 tahun, diantar ke IGD oleh orang tua karena diare
sejak 1 hari yang lalu dengan frekuensi BAB sejak 7 kali sehari. Dari hasil
pengkajian, keadaan umum klien tampak lemah, wajah pucat, ekstremitas dingin,
mata anemis, tekanan darah 90/60 mmhg, respirasi 20 kali per menit. Hasil
observasi klien tanpa rewel, gelisah dan tampak cemas.
Rumusan Masalah :
Buatlah strategi pelaksanaan tindakan keperawatan [SP] pada klien di atas?

“STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN”

A. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
a) Biodata Diri Pasien :
Nama : An.H.K
Umur : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : 09 Maret 2017
Alamat : Sea, Malalayang
b) Keluhan Utama : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien diare
sejak 1 hari yang lalu dengan BAB sebanyak 7 kali sehari.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : -
d) Riawayat Penyakit Keluarga : -
e) Data Subjektif : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien diare
sejak 1 hari yang lalu dengan BAB sebanyak 7 kali sehari.
f) Data Objektif :
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Pasien tampak lemah badan, ekstremitas dingin,
wajah pucat, dan mata anemis. Pasien juga tampak rewel, gelisah
dan cemas.
Pemeriksaan Status Nutrisi :
Didapati berat badan pasien menurun 10% dari 7 kali defekasi
dalam sehari
Pemeriksaan TTV :
TD : 90/60 mmHg
SB : 36,8 ℃
N : 100×/menit
RR : 20×/menit
SPO2 :96%

2) Diagnosa Keperawatan
a) (D.0020-SDKI) (Diagnosa Utama/Prioritas)
Diare b/d proses infeksi, perubahan air dan makanan, dan bakteri
pada air d/d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan
frekuensi peristaltik meningkat
b) (D.0019-SDKI)
Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d/d
berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal,
membran mukosa pucat, dan diare

3) Tujuan Khusus
a) Tujuan
“Eliminasi Fekal membaik”
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maka
diharapkan eliminasi fekal membaik, dengan
Kriteria Hasil :
 Kontrol pengeluaran feses meningkat
 Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
 Mengejan saat defekasi menurun
 Konsistensi feses membaik
 Frekuensi BAB membaik
 Peristaltik usus membaik
b) Perencanaan
Perencanaan sengaja dibuat sebelum tindakan agar lebih membuat
tindakan yang akan dibuat terstruktur sehingga kebutuhan akan
kondisi pasien terpenuhi secara bertahap. Perencanaan sesuai
kebutuhan pasien berfokus pada :
“Manajemen Diare”
 Observasi
 Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi,
malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan, pemberian
botol susu)
 Identifikasi Riwayat pemberian makanan
 Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras,
kepucatan pada bayi)
 Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
feses
 Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia,
nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit
turun, mukosa kulit kering, CRT melambat, BB
menurun)
 Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
 Monitor jumlah dan pengeluaran diare
 Monitor keamanan penyiapan makanan
 Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula,
oralit, Pedialyte, renalyte)
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
 Edukasi
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
 Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas,
dan mengandung laktosa
 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis:
loperamide, difenoksilat)
 Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis:
papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis:
atapugit, smektit, kaolin-pektin)

4) Tindakan Keperawatan

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Diare b/d 06.00  Mengidentifikasi penyebab diare pada S : Keluarga pasien
proses WITA pasien mengatakan bahwa
infeksi,  Memonitor warna, volume, frekuensi, pasien masih diare
perubahan air dan konsistensi feses
dan makanan,  Memonitor jumlah dan pengeluaran O:
dan bakteri diare Kesadaran : Compos
pada air d/d  Memonitor keamanan penyiapan Mentis
defekasi lebih makanan Keadaan Umum : Pasien
dari tiga kali  Memberikan asupan cairan oral seperti tampak masih lemah
dalam 24 oralit badan, ekstremitas
jam, dan  Memasang jalur intravena dengan dingin, wajah masih
frekuensi cairan ringer laktat pucat, dan mata anemis.
peristaltik  Mengambil sampel darah untuk diuji Pasien juga tampak
meningkat di laboratorium masih rewel, gelisah dan
 Mengambil sampel feses untuk kultur cemas.
 Menganjurkan makan makanan porsi Pemeriksaan TTV :
kecil dan sering secara bertahap
TD : 90/60 mmHg
 Kolaborasi pemberian obat
SB : 36,8 ℃
antimotilitas (mis: loperamide,
N : 100×/menit
difenoksilat)
RR : 20×/menit
 Kolaborasi pemberian
SPO2 :96%
antispasmodik/spasmolitik (mis:
papaverine, ekstrak belladonna,
A : Masalah Belum
mebeverine)
Teratasi
 Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
P :Lanjutkan Intervensi
pektin)
12.00  Memonitor warna, volume, frekuensi, S : Keluarga pasien
WITA dan konsistensi feses mengatakan bahwa
 Memonitor jumlah dan pengeluaran pasien masih diare
diare
 Memonitor keamanan penyiapan O:
makanan Kesadaran : Compos
 Memberikan asupan cairan oral seperti Mentis
oralit (jika pasien masih memerlukan) Keadaan Umum : Pasien
 Memantau jalur intravena dengan tampak masih lemah
cairan ringer laktat badan, wajah masih
 Menganjurkan makan makanan porsi pucat, dan mata anemis.
kecil dan sering secara bertahap Pasien juga tampak
 Kolaborasi pemberian obat
masih rewel dan cemas.
antimotilitas (mis: loperamide,
Pemeriksaan TTV :
difenoksilat)
TD : 98/60 mmHg
 Kolaborasi pemberian
SB : 36,8 ℃
antispasmodik/spasmolitik (mis:
N : 97×/menit
papaverine, ekstrak belladonna,
RR : 20×/menit
mebeverine)
SPO2 :96%
 Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
pektin) A : Masalah Belum
Teratasi

P : Lanjutkan Intervens
18.00  Memonitor warna, volume, frekuensi, S : Keluarga pasien
WIB dan konsistensi feses mengatakan bahwa
 Memonitor jumlah dan pengeluaran perasaan diare menurun
diare
 Memonitor keamanan penyiapan O:
makanan Kesadaran : Compos
 Memberikan asupan cairan oral seperti Mentis
oralit (jika pasien masih memerlukan) Keadaan Umum : Pasien
 Memantau jalur intravena dengan tampak masih lemah
cairan ringer laktat badan. Pasien juga
 Menganjurkan makan makanan porsi tampak masih cemas.
kecil dan sering secara bertahap Pemeriksaan TTV :
 Kolaborasi pemberian obat
TD : 98/70 mmHg
antimotilitas (mis: loperamide,
SB : 36,6 ℃
difenoksilat)
N : 97×/menit
 Kolaborasi pemberian
RR : 19×/menit
antispasmodik/spasmolitik (mis:
SPO2 :98%
papaverine, ekstrak belladonna,
mebeverine)
A : Masalah Belum
 Kolaborasi pemberian obat pengeras
Teratasi
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
pektin)
P : Lanjutkan Intervensi
06.00  Memonitor warna, volume, frekuensi, S : Keluarga pasien
WITA dan konsistensi feses mengatakan bahwa
(Besok  Memonitor jumlah dan pengeluaran perasaan diare menurun
Hari) diare
 Memonitor keamanan penyiapan O:
makanan Kesadaran : Compos
 Memberikan asupan cairan oral seperti Mentis
oralit (jika pasien masih memerlukan) Keadaan Umum : Pasien
 Memantau jalur intravena dengan tampak masih lemah
cairan ringer laktat badan. Pasien juga
 Menganjurkan makan makanan porsi tampak masih cemas.
kecil dan sering secara bertahap Pemeriksaan TTV :
 Kolaborasi pemberian obat
TD : 98/70 mmHg
antimotilitas (mis: loperamide,
SB : 36,6 ℃
difenoksilat)
N : 88×/menit
 Kolaborasi pemberian
RR : 18×/menit
antispasmodik/spasmolitik (mis:
SPO2 :98%
papaverine, ekstrak belladonna,
mebeverine)
A : Masalah Belum
 Kolaborasi pemberian obat pengeras
Teratasi Sepenuhnya
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
pektin)
P : Lanjutkan Intervensi

B. Komunikasi Terapeutik
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
Contoh :
Selamat pagi Ibu/Bapak/Adik, saya perawat martstella dan panggil
saja saya suster stella. Suster saat ini yang bertugas diruangan
rawat inap anak dan yang akan merawat serta memberi obat pada
adik nantinya. Kalo suster boleh tahu, adik kecil namanya siapa?
b) Evaluasi / validasi
Contoh :
Namanya cantik yah. Baik, adik kecil bagaimana perasaannya?
Suster lihat adik kecil ini murung, lemah, terus kelihatan gelisah
dari tadi
c) Kontrak : topik, waktu, dan tempat
Contoh :
Oke, karena adik kelihatannya lemah, murung, dan gelisah, apa
suster bisa ambil waktunya sebentar Ibu/Bapak/Adik untuk melihat
kodisi adik bagaimana? Hanya 15 menit saja, tidak akan lama
d) Tujuan
Contoh :
Baik pemeriksaan ini Ibu/Bapak bertujuan untuk mengetahui
kondisi adik kecil bagaimana atau anak Ibu/Bapak bagaimana,
apakah ada yang mengganggu disaluran cernanya, atau dibagian
emosionalnya yang terganggu

2) Fase Kerja
Mengerjakan langkah-langkah tindakan keperawatan
Contoh :
Permisi yah adik, suster naikkan bajunya sebentar saja yah, suster hanya
mau mendengar bunyi perut adik memakai stetoskop dan mengetupnya
jika terdengar bunyi

3) Fase Terminasi
a) Evaluasi subjektif dan evaluasi objektif
Contoh : Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaannya adik kecil? Gak sakit kan? Apa adik masih
merasa lemah badannya? Apa rasa gelisahnya sudah mendingan?
b) Rencana tindak lanjut
Contoh :
ini suster sudah menyiapkan obat untuk adik dari dokter, adik kecil
yang pintar minum obatnya yah, jangan lupa. Nanti kalo gak
diminum nanti adik kecil tambah sakit.
c) Kontrak yang akan datang : topik, waktu, dan tempat
Contoh :
Nanti suster akan memeriksa kembali kondisi adik pada besok pagi
yah, adik kecil jangan rewel-rewel dan jangan cemas, suster akan
merawat adik dengan senang hati

Anda mungkin juga menyukai