Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : INTAN RIANA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042653688

Kode/Nama Mata Kuliah :

Kode/Nama UPBJJ : 20/BANDAR LAMPUNG

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
IPEM4317-4

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER:
2023/2024 Ganjil (2023.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kode/Nama


MK : IPEM4317/Birokrasi Indonesia
Tugas 1

No. Soal
1. Kesempatan menjadi seorang birokrat baik P3K maupun PNS terbuka lebar bagi semua orang yang memiliki
kompetensi, didukung dengan adanya informasi rekrutmen secara transparan. Berdasarkan hal tersebut, menurut
pendapat saudara, tipe birokrasi yang telah dikemukakan oleh Weber mana yang paling cocok dengan kondisi
diatas! Berikan alasannya!

2. Terbitnya Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil,
mewajibkan setiap Pegawai Negeri Sipil menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP).
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil adalah suatu proses penilaian secara sistematis yang dilakukan oleh
pejabat penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja Pegawai Negeri Sipil. Penilaian prestasi kerja
PNS berdasarkan Pasal 12 ayat 2 UU Nomor 43 Tahun 1999 bertujuan untuk menjamin objektifitas pembinaan
Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier. Prestasi kerja Pegawai
Negeri Sipil diarahkan sebagai pengendalian perilaku kerja produktif yang disyaratkan untuk mencapai hasil kerja
yang disepakati. Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip objektif, terukur, akuntabel, partisipatif
dan transparan.

Berdasarkan hal tersebut, berikan analisis saudara dengan dilaksanakannya penyusunan sasaran kinerja pegawai
dikaitkan dengan birokrasi sebagai organisasi rasional!

3. Kerajaan Majapahit yang berkembang antara abad13-17 memiliki daerah-daerah kekuasaan yang didapatkan
melalui penaklukan. Setiap pemerintahan daerag nemiliki raja dan perangkat yang lengkap. Masing-masing daerah
memiliki otonomi yang penuh, namun tetap memiliki kewajiban-kewajiban tertentu kepada pemerintah pusat. Salah
satunya upeti yang dipungut secara teratur.
Jelaskan birokrasi pemerintahan daerah wilayah pada masa kerajaan Majapahit!

1 dari 1

Jawaban No 1
Max Weber sendiri menganggap birokrasi secara teknis merupakan organisasi yang paling efisien bagi
kehidupan bersama manusia. Mengapa? Karena birokrasi bekerja atas dasar sistem aturan secara impersonal
dimana birokrasi sendiri tidak turut terlibat dalam penyusunan sistem aturan tersebut, sehingga analogi yang
tepat untuk birokrasi ialah seperti halnya mesin dalam dunia produksi, sementara organisasi-organisasi lain
analog dengan alat-alat produksi selain mesin. Analog dengan mesin, keunggulan birokrasi ialah dalam hal
kemampuannya untuk menghasilkan sekian banyak jasa layanan secara lebih cepat dan efisien ketimbang
dengan menggunakan tipe-tipe pengorganisasian yang lain. Di sini, birokrasi menjadi bernilai penting
karena kemampuannya untuk mengorganisir sekian banyak pekerjaan orang sehingga bisa dihasilkan
semakin banyak jasa layanan politik secara lebih cepat dan efisien.
Namun, selain karena kemampuannya, ada alasan lain dari keberadaan birokrasi yang menarik
menurut pandangan Max Weber. “Di Jaman Kuno, kebebasan kota-kota dihapuskan oleh suatu kekaisaran
dunia yang diorganisir secara birokratis yang tidak lagi memberi tempat bagi kapitalisme politik. Pada
permulaannya, para kaisar terpaksa bersandar pada kekuatan-kekuatan keuangan para kapitalis, tetapi
lambat laun mereka membebaskan diri dari ketergantungan itu dan melarang kelas ini memborong pajak
yang merupakan sumber keuangan yang paling subur – seperti juga para raja Mesir dapat menyediakan
sendiri keperluan-keperluan politik dan militer dalam kerajaan mereka tanpa tergantung pada kelas
kapitalis, dan menurunkan pemborong-pemborong pajak ke posisi pejabat-pejabat pajak.” 1 Meski yang
ditulis oleh Max Weber itu adalah sebuah analisis historis atas mengapa kapitalisme tak berkembang pesat
di Jaman kuno, namun apa yang menarik untuk disimak dari kutipan tersebut ialah bahwa birokrasi menjadi
antitesis dari kapitalisme. Dalam artian bagaimana birokrasi menjadi antitesis dari kapitalisme?
Max Weber menulis: “Kita juga akan menikmati keuntungan-keuntungan ‘tatanan’ birokrasi
bukannya ‘anarki’ perekonomian bebas..”2 “Kapitalisme rasional, sebaliknya, diorganisir dengan tujuan
mendapat kesempatan-kesempatan pasar, yaitu dengan pandangan tujuan-tujuan ekonomik dalam
pengertian sesungguhnya, dan makin rasional makin dekat hubungannya dengan permintaan massa dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan massa. Adalah perkembangan Barat yang mengangkat kapitalisme ini ke
dalam suatu sistem...”3 Dalam paham perekonomian bebas, setiap pasar dianggap sebagai potensi
keuntungan, dan bukankah sangat berbahaya jika kemudian jasa-jasa layanan publik yang vital bagi hajat
hidup orang banyak, seperti kesehatan, pendidikan, listrik dan sebagainya diserahkan sepenuhnya
kebijakannya kepada logika pasar bebas? Logika pasar bebas ialah akumulasi laba dan perebutan pasar.
Sebagai konsekuensi dari logika ini, dunia ekonomi fluktuasi harga dan suplai barang dan jasa menjadi
bergantung pada kemauan sewenang-wenang dari pihak pelaku pasar bebas, dan inilah yang disebut sebagai
anarki perekonomian bebas oleh Max Weber. Seberapa besar beban harga-harga barang dan jasa seluruh
anggota masyarakat bergantung pada belas kasih para pelaku perekonomian bebas.

Tipe otoritas legal

1
Stanislav Andreski. Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi dan Agama. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), halaman 142.
2
Stanislav Andreski. Ibid. Halaman 154.
3
Stanislav Andreski. Ibid. Halaman 142.
Kepatuhan ini sesungguhnya berkaitan dengan perkembangan rasionalitas masyarakat itu sendiri.
Ketika pemimpin yang ada maupun struktur dan kultur tradisi yang ada dianggap tak lagi memadai
untuk bisa mewadahi dan mewujudkan aspirasi-aspirasi masyarakat, maka pada saat itulah muncul
pertanyaan: “Jika kharisma pemimpin atau tradisi yang ada tak lagi bisa diandalkan sebagai jawaban
untuk mencapai tujuan hidup bersama, namun malah digunakan sebagai dalih untuk melanggengkan
ketidakadilan dan diskriminasi sosial politik yang ada, maka apalagi yang bisa dijadikan sebagai dasar
landasan bagi suatu otoritas?”
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan berbagai penemuan yang luar
biasa dan berhasil memecahkan berbagai kebutuhan manusia telah memperkuat keyakinan manusia Barat
akan kemampuan rasio atau akal budi manusia untuk membantu manusia mencapai tujuan kehidupan
bersamanya. Dengan rasio, manusia bisa membaca realitas empiris, mendeskripsikan pola yang ada di balik
pengalaman empirisnya, dan untuk kemudian menemukan cara untuk memodifikasi realitas empiris tersebut.
Termasuk realitas empiris yang bisa dimodifikasi itu ialah realitas sosio-politik dan ekonomi. Realitas
empiris sosio-politik maupun ekonomi bukanlah suatu tatanan yang tinggal diterima begitu saja tanpa ada
kemampuan manusia untuk mengintervensi ataupun memodifikasinya. Kesadaran akan kemampuan
rasionalitas manusia menumbuhkan kesadaran historis bahwa manusia bisa mengintervensi dan
memodifikasi realitas sesuai dengan citanya. Kesadaran fatalisme yang menopang peradaban feodalisme pun
runtuh secara perlahan namun pasti. Kepercayaan terhadap kharisma maupun terhadap tatanan dan adat
kebiasaan yang lama, yang tumbuh dari alam kesadaran yang fatalis, surut secara pasti. Usaha membangun
kehidupan bersama tak lagi bisa diserahkan kepada kharisma atau cara-cara lama. Usaha itu harus
didasarkan pada pembacaan dan analisis empiris atas keseluruhan situasi yang ada, dan kemudian
merumuskan, merencanakan serta menjalankan cara-cara yang dinilai paling efektif untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, yang untuk kemudian dievaluasi apakah cara tersebut telah menghasilkan realitas empiris
yang diinginkan. Siklusnya lalu kembali ke pembacaan realitas empiris yang baru dimodifikasi tersebut.

Jawaban No 2
Organisasi Rasional
Menurut E.H. Schein, organisasi koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas sejumlah individu untuk
mencapai tujuan atau sasaran eksplisit bersama, melalui pembagian tenaga kerja dan fungsi dan melalui
hierarki otoritas dan tanggungjawab. Kontrak mengatur berbagai tingkat dalam organisasi dan semua
individu ke tujuan organisasi dan hierarki formal. Dalam perjanjian kontraktual pegawai menerima
tanggung jawab moral untuk mematuhi atasan dalam usaha mencapai organisasi, dan selanjutnya organisasi
juga memiliki tanggungjawab moral untuk memberikan dukungan ekonomi pada para pegawai seperti yang
telah dijanjikan. Teori utilitarian memberikan dukungan tambahan pada pandangan bahwa pegawai
memiliki kewajiban untuk berusaha mencapai tujuan perusahaan secara loyal.
Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai
Menurut pandangan rasional adalah memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah
mereka setujui sebagai imbalan atas jasa mereka.
Gaji
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan gaji dan upah: (1) Gaji dalam industri dan
wilayah tempat seseorang bekerja (2) Kemampuan perusahaan (3) Sifat pekerjaan (4) Peraturan upah
minimum (5) Hubungan dengan gaji lain (6) Kelayakan negosiasi gaji (7) Biaya hidup lokal.
Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan
Bahaya di tempat kerja tidak hanya ancaman yang jelas seperti kecelakaan, terbakar, dan lainnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah mereka (1) memperoleh kompensasi penuh dalam menghadapi risiko
tersebut, dan (b) secara sukarela dan sadar menerima dan memperoleh kompensasi sebagai imbalannya,
maka kita bisa mengasumsikan bahwa pengusaha atau perusahaan telah bertindak secara etis.
Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja
Hackman, Oldham, Jansen, dan Purdy menyatakan bahwa ada tiga determinan kepuasan kerja: (1)
arti yang dialami, seseorang harus melihat pekerjaannya sebagai suatu yang bernilai atau penting melalui
sistem nilai yang diterimanya. (2) tanggung jawab yang alami, dia harus percaya bahwa dia secara pribadi
bertanggung jawab atas hasil kerjanya. (3) pengetahuan akan hasil, dia harus mampu menentulkan, secara
teratur, apakah hasil kerjanya memuasakan.
Hak Pegawai
Hak moral pegawai serupa dengan hak sipil warga negara: hak privasi, hak untuk setuju, hak atas
kebebasan berbicara, dsb.
 Hak Privasi Hak privasi dapat didefinisikan sebagai hak individu untuk menentukan apa, dengan
siapa, dan seberapa banyak informasi tentang dirinya yang boleh diungkapkan pada orang lain. Tiga
elemen yang perlu dipertimbangkan saat mengumpulkan informasi yang mungkin mengancam hak
privasi pegawai: relevansi, persetujuan, dan metode.
 Whistleblowing Suatu usaha yang dilakukan oleh seorang anggota atau mantan anggota suatu
organisasi untuk mengungkapkan kesalahan atau aktivitas merugikan yang dilakukan organisasi
yang bersangkutan.
 Hak untuk Berpartisipasi dan Manajemen Partisipasif Pemerintah haruslah dibentuk atas
persetujuan yang diperintah karena mereka memiliki hak atas kebebasan dan hak itu
mengimplikasikan bahwa mereka berhak berpartisipasi dalam keputusan-keputusan politik yang
berpengaruh pada diri mereka.
 Hak atas Proses yang Layak dan PHK Sepihak PHK sepihak, sebuah doktrin yang, kecuali jika
tenaga kerja dilindungi oleh kontrak eksplisit (seperti serikat pekerja), perusahaan boleh memecat
pegawai secara sepihak dengan alasan baik, tanpa alasan apa pun, ataupun untuk alasan-alasan yang
secara moral salah, tanpa perlu diputus bersalah secara hukum.
 Hak Pegawai dan Penutupan Pabrik Langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk menekan
pengaruh merugikan dari penutupan pabrik: (1) pemberitahuan sebelumnya (2) pesangon (3)
jaminan kesehatan (4) pensiun awal (5) transfer (6) pelatihan kembali (7) pembelian oleh pegawai
(8) pembayaran pajak lokal.
 Serikat Pekerja dan Hak untuk Berorganisasi Pegawai berhak dengan bebas menjalin hubungan
satu sama lain dan membentuk serta menjalankan serikat pekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang
secara moral sah. Hak yang sama untuk menjalin hubungan secara bebas yang membenarkan
pembentukan dan keberadaan perusahaan juga mendasari organisasi pekerja yang kita sebut serikat
pekerja.
Etika Taktik Politik
Pengaruh taktik politik terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam organisasi: (1) utilitas
tujuan (2) konsistensi tindakan politik dengan hak moral (3) kewajaran dan konsekuensi (4) pengaruh pada
perhatian
Organisasi yang Penuh Perhatian
Organisasi bisnis yang mendukung hubungan perhatian akan menunjukkan kinerja ekonomi yang
lebih baik dibandingkan dengan organisasi yang membatasi diri hanya pada hubungan kekuasaan dan
kontraktual.
Masalah penting dalam dari perspektif organisasi caring adalah memberikan perhatian terlalu banyak atau
kurang banyak.

Jawaban No 3
BIROKRASI KERAJAAN MAJAPAHIT
Asal-Usul Majapahit
Pada tahun 1292 negara Majapahit hanyalah sebuah desa yang ada disebelah timur sungai Brantas,
yang dibangun dengan pembukaan hutan Tarikh oleh Sanggramawijaya 4. Nama Majapahit berawal dari
kedatangan orang Madura ke tanah tandus Tarikh, ketika mereka melakukan perjalanan dan mereka lapar
dan setelah memasuki hutan mereka berupaya mencari sumber makanan untuk bertahan hidup. Mereka
menemui sebuah pohon maja yang berbuah dan mereka memakannya. Akan tetapi buah yang mereka itu
terasa pahit. Oleh sebab itulah nama daerah itu dinamakan Majapahit 5. Pohon maja hanya ada dan tumbuh
didaerah sungai Brantas bahkan sampai sekarang.
Majapahit adalah negara yang didirikan oleh Raden Wijaya, purta Lembu Tal keturunan Naga Singa
Murti,menantu prabu Kertanagara dari Singasari. Pada hakekatnya munculnya kerajaan Majapahit adalah
karena usaha keras dari Raden Wijaya dan bantuan dari pengikut setianya.
Silsilah Raja-raja Majapahit
Narraryya Sanggramawijaya (Sri Kertarajasa Jayawarddhana)
1293-1309

Jayanagara (Sri Sundarapandyadewadhiswaranamarajabhiseka Wikramotunggadewa)
4
Kawuryan, W. Megandaru. Tata Pemerintahan Negara Kertagama Keraton Majapahit. Jakarta: Panji Pustaka,
Juni 2006. hlm 196.
5
Ibid, hlm 197
1309-1328

Tribhuwanotunggadewi Jayawisnuwarddhani
1328-1350

Hayam Wuruk ( Sri Rajasanagara)
1350-1389

Wikrama Wardana-Khsumawardani
1389-1400

Suhita
1400-1447

Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya
1447-1451

Bhre Pamotan (Sri Rajasawarddhana)
1451-1453

Dyah Suryawikrama Girisawarddhana
1456-1466

Bhre Pandan Alas (Dyah Suraprabhawa Sri Singhawikramawarddhana)
1466-1474

Bre Kertabumi
(1474-1477)

Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya (Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri
Prabhunatha)
1477-1518
Nara Singa Murti

Jabatan kepala negara bersifat turun temurun, jadi yang memerintah kerajaan Majapahit menurut
ketetapan adat ialah keturunan Narrarya Sanggramawijaya. Dalam perkembangan sejarah kerajaan
Majapahit, memang diperintah oleh keturunan Narrarya Sanggramawijaya sampai pemerintahan
Suhita dan setelah itu diperintah oleh keturunan selir. Adapun rajawangsa atau dinasti Majapahit
yang didirikan oleh Narrarya Sanggramawijaya, tidak bernama Wijaya Wangsa
Sistem Gelar Kerajaan

Kepala negara Majapahit adalah raja, umumnya raja diberi gelar Sri Maharaja. Dalam melaksanakan
tugasnya, raja dibantu oleh pejabat-pejabat kerajaan yang terdiri dari beberapa bidang. Perihal mengambil
keputusan penting, raja dibantu oleh kerabat kerajaan yang tak lain adalah orang-orang terdekat raja.
Kerabat raja biasa disebut Dewan Pertimbangan Agung pemerintah Majapahit, yang terdiri dari
sembilan orang. Para Dewan ini bersidang setiap kali Ingkang Sinuwun Prabu akan mengambil keputusan
penting dan membutuhkan hasil suara yang bulat atau kesepakatan bersama.
Pada masa pemerintahan di Majapahit ada istilah-istilah bagi setiap pegawai-pegawai kerajaan.
Misalnya saja, untuk pegawai pemerintahan disebut tanda. Para tanda Majapahit ini dapat digolongkan
dalam tiga golongan: Pertama; Golongan Rakrian. Gelar ini berhak diginakan oleh Mahamantri Kartini,
Pasangguhan/Hulubalang, Sang Panca Wilwatikta yakni lima orang pembesar yang diserahi tugas urusan
pemerintahan Majapahit, Juru Pengalasan yakni pembesar daerah mancanegara, para Patih negara-negara
bawahan.
Kedua; Golongan Arya. Golongan ini mempunyai kedudukan lebih rendah dari pada golongan
rakrian. Jika seorang arya memiliki jasa-jasa maka bisa saja ia dianja digkat menjadi wredramantri atau
mantri sepuh. Ketiga; Golongan Dang Arcaya. Sebutan ini diperuntukkan khusus bagi para pendeta Siwa
dan Buda yang diangkat sebagai darmadyaksa/hakim tinggi atau apapati/hakim.
Apabila seorang raja memerintahkan bawahannya maka ada alur yang harus dilalui sehingga sebuah
perintah raja dapat dijalankan. Perintah raja ditampung oleh tiga mahamentri yang disebut dengan
Mahamantri Katrini yang terdiri dari tiga orang yaitu mahamantri Agung Hino, mahamantri Agung
Halu, dan mahamantri Agung Sirikan. Kemudian perintah itu disalurkan kepada para pankirankiran
makabehan termasuk sang panca Wilwatikta.
Akan tetapi ketiga mahamantri ini tidak memiliki wewenang dalam urusan negara secara langsung,
karena urusan pemerintahan negara ada ditangan sang panca Wilwatikta yang dikepalai oleh patih seluruh
negara, sang panca Wilwatikta terdiri dari patih, kanuruhan, rangga dan tumenggung.
Beberapa penggunaan gelar kerajaan:
1. pemakaian gelar Rake Halu oleh Pu Sindok.
Berdasarkan prasasti Gulung-Gulung dilukiskan bahwa pada awal pemeritahannya Sri Maharaja
Sindok bergelar Rakai Hulu, karena ia pernah menjabat sebagai rakrian mahamantri Agung Halu,
kemudian ia bergelar Rakai Hino, karena ia juga pernah menjabat sebagai rakrian mahamantri
Agung Hino pada zaman pemerintahan Srimaharaja Wawa.

2. pemakaian gelar Rakai Halu oleh Sinuwun Prabu Airlangga.


Pada prasasti Terep yang dikeluarkan oleh Airlangga pada 21 Oktober 1032, tercantum bahwa
Airlangga adalah Rakai Halu pertama yang berhasil memperoleh gelar raja. Gelar Rakai Halu yang
didapatkannya itu dipakai oleh Airlangga secara konsisten.
3. jabatan rakrian mahamantri Agung Sirikan.
Dalam prasasti Kahyunan disebutkan jabatan rakrian mahamantri Agung Sirikan terdiri dari dua
Sirikan, yaitu Rakai Sirikan yakni Sri Maharaja dan Rakrian Mahamantri Agung Sirikan yakni
pejabat tinggi dalam kerajaan.

4. Sang Panca Wilwatikta.


Para penghadap raja atau disebut juga sang panca wiliwatikta merupakan jabatan yang sangat tinggi
dalam pemerintahan Majapahit. Dalam pupuh dijelaskan bahwa sang panca wilwatikta adalah lima
orang pembesar dalam pemerintahan Majapahit yang terdiri dari: patih, kanuruhan, rangga dan
tumenggung. Kelima pembesar ini dikerahkan untuk membantu utama Kanjeng Sinuwun Prabu
dalam urusan pemerintahan. Diantara kelima pembesar itu yang memiliki kedudukan tertinggi
adalah patih. Para patih dan pembesar negara bawahan menerima perintah dari patih Majapahit dan
memberikan laporan tentang keadaan negara-negara bawahan kepada sang patih. Dalam Pararaton
seluruh negara disebut dengan istilah patih amangkubumi.

5. Wreda Mahamantri
Jabatan Wreda Mahamantri Agung mulai dikenal dalan serat Kekancingan Sidateka, yang
dikeluarkan oleh raja Jayanagara pada tahun 1323. Jabatan ini dipegang oleh Sang Arya Patipati
Empu Kapat.

Anda mungkin juga menyukai