PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
NIM : 132021030316
PEMBIMBING :
Noor Hidayah, A. Kep., M. Kes Sri Karyati, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Mat
NIDN: ….. NIDN: ……..
Mengetahui
Ketua Program Studi
Fakultas
Universitas Muhammadiyah Kudus
…………………………….
NIDN:
HALAMAN PENGESAHAN
Noor Hidayah, A. Kep., M. Kes Sri Karyati, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Mat
NIDN: ….. NIDN: ……..
Mengetahui
Ketua Program Studi……
Fakultas…….
Universitas Muhammadiyah Kudus
…………………………….
NIDN:………..
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alba Yudha Bintara
NIM : 132021030316
Kudus, 2022
Penyusun,
Kudus,
( Nama ) ( Nama )
NIDN NIDN
Tembusan :
1. Mahasiswa yang bersangkutan
2. Arsip
KESEDIAAN PENGUJI PROPOSAL SKRIPSI
Sehubungan dengan telah selesainya pembuatan proposal skripsi
mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus maka kami :
Nama : ……………………………………
NIDN : ……………………………………
Jabatan : ……………………………………
Kudus,
Calon Penguji
Nama
NIDN
Tembusan :
1. Mahasiswa yang bersangkutan
2. Arsip
PERTANYAAN :
Kudus
Penguji
( )
NAMA :
NIM :
JUDUL PROPOSAL :
Tanda Tangan
No Nama Masukan
1.
2.
Bukti Pengesahan
...................................... ................................
NIDN : NIDN :
PEMBERITAHUAN SIAP UJIAN HASIL SKRIPSI
Kudus, ...................................
...................................... ................................
NIDN : NIDN :
Tembusan Yth :
1. Mahasiswa yang bersangkutan
2. Arsip
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang
diberikan kepada pasien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim
keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda
depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus
menerus. Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada pasien
sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan.Hal ini
ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan
pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien
(Nurachmah, 2011).
Era Globalisasi memberi dampak positif bagi setiap profesi kesehatan
untuk selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya dalam
berkontribusi pada berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat.
mengamanatkan kepada seluruh institusi pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di daerah, untuk melakukan analisis Kepuasan Masyarakat sebagai
tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan pelayanan. Kebijakan tersebut
secara tegas mengatakan bahwa kualitas pelayanan publik ukurannya adalah
kepuasan masyarakat.
Semakin ketatnya persaingan serta pasien yang semakin selektif dan
berpengetahuan mengharuskan RSUD Sultan Fatah selaku salah satu
penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas
pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu
harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada pasien selama
ini telah sesuai dengan harapan pasien atau belum. Hal ini dilakukan sebagai
acuan dalam pembenahan pelayanan agar memberikan kepuasan optimal,
sehingga RSUD Sultan Fatah dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan dan
kepuasan pasien dengan meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan
pasiennya meningkat. Pihak RSUD Sultan Fatah dalam menentukan
kebutuhan pasien sangat dibutuhkan kecermatan sebagai bagian dari upaya
pemenuhan seluruh harapan serta kepuasan pasien atas pelayanan yang
diberikan.
Melayani dan merawat pasien dengan berbagai karakter, perawat
dituntut agar senantiasa mendengarkan suara dan keluhan pasien, serta
merespon setiap keinginan, harapan bahkan tuntutan pasien. Hal ini
berhubungan dengan kepuasan terhadap layanan keperawatan yang senantiasa
mendampingi, merawat serta melayani pasien sebagai pengguna jasa
kesehatan. Hal ini sejalan dengan makin meningkatnya tuntutan masyarakat
akan kualitas pelayanan kesehatan (Ratna Sitorus dan Yulia, 2006)
Menurut data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun
2012 terdapat 600.000 orang Indonesia berobat ke luar negeri. Dilihat dari
aspek pasien faktor pemicunya adalah persepsi pasien yang buruk terhadap
layanan rumah sakit di Indonesia.Meskipun sudah banyak rumah sakit yang
memperbaiki layanan seperti menyediakan layanan VIP (Very Important
Person) bahkan super-VIP namun.Semakin banyaknya orang Indonesia yang
berobat di luar negeri menunjukkan ada yang salah dengan sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia (Kementrian Pariwisata, 2012).
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila
pasien merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa
pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan
dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus menciptakan dan mengelola
suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya (Nurachmah, 2001).
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang
berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter maupun
profesi lain. Filosoi dari keperawatan adalah humanism, holism, dan care
(Nursalam, 2014). Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan
Pelayanan keperawatan yang kompleks dan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan, perawat dituntut mendokumentasikan secara benar (Nursalam,
2011). Masalah yang dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat belum melakukan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak disertai
pendokumentasian dengan lengkap dan sesuai standar (Mamik, 2016).
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki tenaga keperawatan. Pencatatan dokumentasi keperawatan itu
berguna untuk kepentingan pasien, para perawat serta seluruh tim kesehatan
yang berkerja memberikan pelayanan kesehatan kepada satu orang pasien itu,
Peraturan UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan bab VI Pasal 37 (d)
bahwa perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.
Dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan aspek penting dari praktek
keperawatan berisi catatan yang berguna untuk sarana komunikasi, tagihan,
finansial, edukasi, pengkajian riset, dan audit (Prabowo, 2017).
Standar dokumentasi keperawatan yang ditetapkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) tahun 2005 terdapat dalam
instrument A. Instrumen A terdapat beberapa item yang telah ditetapkan
mulai dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Penelitian Widodo, dkk (2016) tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang Irianan F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado
menunjukkan bahwa sebanyak 30 % responden melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan kurang baik. Penelitian yang
dilakukan Mardhatilah, dkk (2017) pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan di RSUD Dr. Soedarso Pontianak pendokumentasian asuhan
keperawatan Sebagian besar tidak lengkap yaitu 40 responden (74,1%).
Penelitian Lestasi, dkk (2014) pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
di RSUD Kendal, dokumentasi asuhan keperawatan lengkap sebanyak 9
responden (25,7%) dan dokumentasi asuhan keperawatan tidak lengkap
sebanyak 26 responden (74,3%). Hal ini menunjukkan bahwa dokumentasi
asuhan keperawatan belum mencapai standar.
Kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai standar karena sekecil apapun tindakan yang dilakukan
perawat akan berdampak paada citra keperawatan secara keseluruhan dan
aspek hukum, akan dimintai pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh
konsumen atau klien (Kodim, 2018). Perawat yang tidak membuat catatan
keperawatan akan dikenai sanksi sesuai Pasal 35 PP Nomor : 32 Tahun 1996,
tentang tenaga kesehatan (Dermawan, 2013).
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang
untik dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter
maupun profesi lain. Filosofi dari keperawatan adalah humanism, holism, dan
care (Nursalam, 2014). Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan
Pelayanan keperawatan yang kompleks dan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan, perawat dituntut mendokumentasikan secara benar (Nursalam,
2011). Masalah yang dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat belum melakukan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak disertai
pendokumentasian dengan lengkap dan sesuai standar (Mamik, 2016).
Salah satu faktor yang mendorong perawat melaksanakan tugasnya adalah
motivasi perawat itu sendiri. Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertingkah laku dalam mencapai suatu tujuan, dorongan dalam
melakukan sesuatu pekerjaan, sangat besar pengaruhnya terhadap moral kerja
dan hasil kerja. Seseorang bersedia melakukan pekerjaan apabila motivasi
yang mendorong cukup kuat. faktor yang menyebabkan kepuasan atau yang
memotivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan terutama motivasi instrinsik adalah prestasi, pengakuan, isi
pekerjaan, tanggung jawab, dan kemajuan (Sartika, 2017).
Penelitian Said dan Selma (2015) di dapatkan hasil dari 202 perawat
bahwa proses intrinsik sebesar 13,1 %, kategori instrumental sebesar 18,6%,
eksternal konsep diri sebesar 19,7%, internal konsep diri sebesar 27,1% dan
tujuan internalisasi sebesar 21,5%. Hasil penelitian tersebut bahwa sumber
motivasi perawat yang tertinggi adalah motivasi internal konsep diri karena
perawat memiliki tanggung jawab, dan kerja keras dalam bekerja dan
motivasi intrinsik memiliki kategori terendah, proses motivasi intrinsik bisa
diperbaiki dengan cara yang lebih dan umpan balik dari atasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Retyaningsih dan Bambang (2013) dari
145 perawat didapatkan karakteristik umur < 32 tahun sebanyak 53,8%,
karakteristik jenis kelamin wanita sebesar 83,0%, tingkat pndidikan DIII
sebesar 68,9%, distribusi lama kerja < 7 tahun sebesar 50,9% dan distribusi
frekuensi yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebesar 69,8%. Perawat
mempunyai motivasi baik sebesar 47,2%, supervisi baik sebesar 84,9%, dan
pendokumentasian asuhan keperawatan baik sebesar 45,3%. Hasil dari
penelitian tersebut terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi, dan
supervisi terhadap kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil studi wawancara awal yang dilakukan di RSUD
Sultan Fatah yaitu ruang bangsal rawat inap lantai 4 Begonia tanggal 18 Juli
2022 didapatkan hasil 10 orang perawat 60% diantaranya kurang patuh dalam
standard penerapan dokumentasi keperawatan, sehingga kurangnya motivasi
dalam pelayanan keperawatan diruang tersebut itu dibuktikan Ketika 40%
Sebagian dari perawat yang ada diruang Begonia belum pernah dilakukan
penelitian tentang penerapan standard dokumentasi keperawatan dan motivasi
dalam pelayanan diruang bangsal rawat inap yang sudah dijelaskan diatas.
karena RSUD Sultan Fatah merupakan rumah sakit baru yang berdiri kurang
lebih 2 tahun.
Saat ditanya tentang dokumentasi keperawatan, hasilnya menunjukkan
bahwa hampir seluruh perawat yang diwawancara diruang begonia
menyatakan bahwa pendokumentasian banyak menyita waktu, tenaga dan
pikiran dan ada 1 perawat yang mengatakan bahwa pendokumentasian tidak
begitu penting asalkan semua kebutuhan pasien dapat dilayani itu sudah
cukup. Normalnya waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendokumentasian
dalam satu shif yaitu antara 30 – 40 menit dan kendala yang umumnya dari
staf perawatan terhadap pendokumentasian yaitu tidak adanya waktu yang
cukup untuk menulis, dianggap tidak perlu serta tidak digunakan setelah
ditulis,
Setelah dibandingkan dengan hasil wawancara perawat tentang kualitas
pelayanan dengan hasil observasi dokumentasi penerapan asuhan
keperawatan mendapatkan data bahwa hasilnya kurang dari target yang
diharapkan oleh Rumah sakit. Maka peneliti disini tertarik untuk meneliti
apakah ada “Hubungan penerapan standar dokumentasi keperawatan,
motivasi dengan kwalitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
RSUD Sulltan Fatah Demak”.
B. Rumusan Masalah
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan aspek penting dalam
asuhan keperawatan, kurangnya kepatuhan perawat mendokumentasikan
asuhan keperawatan dengan benar dan sesuai standar dapat berdampak pada
aspek hukum dan kualitas pelayanan. Kegiatan pendokumentasian pada
RSUD Sultan Fatah Demak belum mencapai standar. Hasil wawancara,
perawat menunda dokumentasi karena merasa prioritas utama adalah merawat
pasien. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan penerapan
standar dokumentasi keperawatan, motivasi dengan kualitas pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Sulltan Fatah Demak?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan penerapan standar dokumentasi
keperawatan dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
RSUD Sultan Fatah Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kualitas pelayanan di unit rawat inap Begonia
lantai 4 RSUD Sultan Fatah Demak
b. Untuk mengetahui standar pendokumentasian asuhan keperawatan di
unit rawat inap Begonia lantai 4 RSUD Sultan Fatah Demak
c. Untuk menganalisa hubungan hubungan penerapan standar
dokumentasi keperawatan dengan kualitas pelayanan keperawatan di
ruang rawat inap Begonia lantai 4 RSUD Sultan Fatah Demak.
D. Manfaat Penelitian
1. RSUD Sultan Fatah Demak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan RSUD Sultan Fatah Demak dalam
upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan bahan
bacaan tentang kualitas pelayanan keperawatan dan dokumentasi asuhan
keperawatan di institusi pendidikan.
3. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan
penelitian yang berhubungan denngan kualitas pelayanan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.
E. Keaslian Penelitian
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kualitas Pelayanan Perawat
Kualitas pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif dengan standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga
tercapainya derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2012). Sedangkan
menurut Amelia (2018) kualitas pelayanan perawat adalah tingkat
keunggulan atau sejauh mana perawat dapat memenuhi atau melampaui
harapan pasien dalam proses pemberian layanan, guna untuk memenuhi
keinginan pasien dan keluarga pasien.
Perawat dapat mengetahui dengan bai keluhan dan keinginan pasien
maupun keluarga pasien. Kondisi ini sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan pasien. Sebelum menggunakan pelayanan perawat, mereka
memiliki harapan tentang kualitas pelayanan yang didasarkan pada
kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya, dan rekomendasi dari mulut
ke mulut. Ada empat unsur pokok yang terkandung dalam pelayanan yang
prima, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat
komponen ini merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, dalam arti jika
ada salah satu komponen yang kurang, maka pelayanan tidak akan prima.
Setelah menggunakan pelayanan tersebut, pasien membandingkan
kulitas yang diharapkan denga napa yang benar-benar pasien terima.
Pelayanan perawat yang mengejutkan dan menyenangkan pasien, yang
berada di atas tingkat pelayanan yang pasien inginkan, akan dipandang
memiliki kualitas yang lebih tinggi (Amelia, 2018).
a. Aspek-aspek Kualitas Pelayanan Perawat
Menurut Nursalam (2012) kualitas pelayanan perawat memiliki
beberapa aspek, antara lain:
1) Bukti langsung (Tangible), yang meliputi fasilitas fisik,
peralatan, pegawai, dan media komunikasi yang dapat dirasakan
langsung oleh pelanggan.
2) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya
artinya adalah konsisten, sehingga reliability mempunyai dua
aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti
yang dijadikan dan seberapa jauh mampu memberikan
pelayanan yang tepat dan akurat.
3) Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kesediaan atau kemauan
untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang
cepat.
4) Jaminan kepastian (Assurance), yaitu mencakup pengetahuan,
kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
staff (bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan).
5) Empati (Emphaty), yaitu membina hubungan yang baik,
pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan, dan
memberikan pelayanan serta perhatian secara individual pada
pelanggannnya.
6. Perawat
a. Pengertian Perawat
Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun diluar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU. RI
No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan).
b. Tugas Perawat
Menurut UU No 38 tahun 2014 pasal 29 ayat (1)
dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat
bertugas sebagai:
1) Pemberi asuhan keperawatan
2) Penyuluh dan konselor bagi klien
3) Pengelola pelayanan keperawatan
4) Peneliti keperawatan
5) Pelaksanan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6) Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
c. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Model praktik keperawatan profesional adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods dalam
Sugiharto, et al, 2012).
Menurut Sugiharto, et al (2012) Model Praktik Keperawatan
Profesional aplikasi (MPKP) di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1) Operan
a) Kepala ruangan memimpin operan di ruang perawat
penanggungjawab perawat shift malam melaporkan hasil
asuhan keperawatan yang meliputi kondisi klien.
b) Kepala ruangan memimpin ronde ke kamar klien
c) Kepala ruang merangkum informasi operan dan
memberikan saran tindak lanjut
d) Kepala ruangan memimpin doa bersama dan menutup acara
2) Pre-Conference
a) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan rencana
harian masing-masing perawat pelaksana
b) Ketua tim/penanggung jawab tim membuka acara
c) Ketua tim/penanggung jawab tim memberikan masukan dan
tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
d) Ketua tim/penanggung jawab tim memberikan
reinforcement
e) Ketua tim/penanggung jawab tim menutup
acara.
3) Post-Comference
a) Ketua tim/penanggung jawab tim membuka acara
b) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan hasil asuhan
keperawatan masing-masing klien
c) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan tindak lanjut
asuhan keperawatan klien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikutnya
d) Ketua tim/penanggung jawab tim menutup acara
4) Motivasi
a) Budaya pemberian reinforcement positif.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah
setiap personil secara mendalam dan membantu
menyelesaikannya
5) Supervisi
c) Kepala ruang atau kepala tim menetapkan kontrak waktu
dengan perawat pelaksana
d) Kepala ruang atau ketua tim menetapkan materi atau topik
supervisi yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
e) Evaluasi feedback hasil supervisi
6) Delegasi
Pendelagasian terencana di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Pendelagasian tugas kepala ruang kepada ketua tim
untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas kepala ruang kepada penanggung
jawab shift
c. Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksanan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan
d. Hak dan Kewajiban Perawat
Hak dan kewajiban perawat berdasarkan Undang-Undang
nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan pada pasal 36 dan 37.
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak:
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar pelayanan.
2) Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien
atau keluarganya.
3) Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah
diberikan.
4) Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, atau ketentuan peraturan perundang-
undangan
5) Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban :
1) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan peraturan perundang- undangan.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau
tenaga kesehatan lain yang telah tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya.
4) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.
5) Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan
mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien
dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
6) Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.
7) Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah.
e. Peran perawat
Peran perawat adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem ( Iskandar, 2013).
Peran Perawat menurut Iskandar (2013) adalah :
Pemberi Asuhan Keperawatan
Advokat Klien
Konselor
Edukator
Peran
Perawat
Kolaborator
Koodinator
Pembaharu
Konsultan
b. Advokat Klien
c. Konselor
d. Edukator
e. Kolaborator
B. Kerangka Teori
4. Beban kerja
Faktor Intrinsik :
1. Prestasi
2. Pengakuan
3. Pekerjaan itu sendiri
4. Tanggung jawab
5. Pengembangan potensi
individu
Faktor Ekstrinsik :
1. Teori Kebutuhan Maslow
2. Teori ERG
3. Teori Mc. Clelland
4. Teori Herberg
5. Teori X dan Y
6. Teori Keadilan
7. Teori harapan
8. Teori penguatan
Teori Motivasi
Kualitas pelayanan keperawatan :
Keterangan :
B. Variabel Penelitian
C. Metode penelitian
antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini
dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang
waktu tertentu dan setiap kali subjek penelitian hanya dilakukan satu kali
1. Populasi
Kabupaten Demak.
2. Sampel Penelitian
ada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Fatah
perawat adalah:
35
n= 2
1+ n(d )
Keterangan :
35
n= 2
1+35 (0 , 05)
35
n=
1+35 (0,0025)
35
n=
1+0,088
35
n=
1 , 0 , 88
n=¿ 32 , 2 = 32
a. Kriteria inklusi
Kabupaten Demak.
F. Definisi Operasional
Motivasi Ekstrinsik
1. Gaji tau upah
2. Kondisi kerja
3. Kebijaksanaan
4. Hubungan antar
pribadi
5. Kualitas supervise
1. Instrumen Penelitian
valid oleh Sandra tahun 2012 dengan hasil uji valid adalah 0,361,
a. Kuesioner Motivasi
2. Uji Validitas
product moment.
Keterangan :
r hitung = Korelasi Skor-Skor Kuesioner
N = Jumlah responden
∑x = Total jumlah kuesioner variabel X
∑y = Total jumlah kuesioner variabel Y
∑x2 = Kuadrat dari total jumlah kuesioner X
∑y2 = Kuadrat dari total jumlah kuesioner Y
Xy = Hasil perkalian antara skor X dan Y
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen
dalam hal ini kuesioner diberikan benar-benar mengukur apa yang
diukur. Uji item pada masing-masing pernyataan dapat dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi person product moment pada
tingkat kemaknaan sebesar (0,005) (Arikonto, 2010).
Jika nilai rhitung > rtabel berarti butir-butir valid dan sebaliknya jika
rhitung < rtabel tetapi masih dalam rentang >0,20 berarti setiap pertanyaan
harus dilakukan revisi dan jika nilai validitasnya >0,20 berarti item
soal harus dihapus dan dibuang (Arikunto S, 2010).
Instrumen pada penelitian ini terdapat 2 instrumen berupa
kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner motivasi sebanyak 20
pernyataan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti
sebelumnya dimana dilihat pada tingkat kemaknaan 5% r hitung > r
tabel yaitu hasil r hitung 0,361 serta reliebel r alpha > 0,60 yang
didapatkan r alpha 0,949. Sedangkan instrumen lembar observasi
Pendokumentasian Asuhan keperawatan menggunakan Instrumen A
yang telah dilakukan uji validitas yang disusun oleh Tim Depkes RI
tahun 1995.
3. Uji Reabilitas
dalam waktu yang berlainan (nur salam , 2013). Uji reabilitas ini akan
(Hastono, 2011).
a. Data primer
b. Data sekunder
diperoleh melalui pihak lain, dimana data ini tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subyek peneliti. Data sekunder pada penelitian ini
I. Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
(Notoatmodjo, 2010).
c. Tabulating
d. Entry
2010).
e. Pembersihan data (Cleaning)
sudah sesuai dengan yang sebenarnya atau tidak ada yang salah.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
keperawatan.
1) Motivasi
60-0 = 60
dikategorikan menjadi:
a) Kurang baik = ≤ 30
b. Analisa Bivariat
sebagai berikut:
6 ∑ 𝑑2
rs = 1−
𝑛 (𝑛2−1)
Keterangan:
ditolak).
J. Etika Penelitian
penelitian.
tindakan khusus.
dignity)
determination)
c. Informed consent
(Hidayat, 2007).
treatment)
dalam penelitian.