Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PERCOBAAN 5
UJI CEMARAN MIKROBA

DISUSUN OLEH:

Nama Muhammad Naufal Humam


NIM 220106168
Kelas FA22-4A
Kelompok 2
Asisten Praktikum Nita Triandiani
Dosen Pengampu Apt. Mutiara Imansari S.Farm.,M.Si.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2023
I. TUJUAN
I.1 Mengetahui cara mengidentifikasi apakah sediaan atau alat yang harus ada dalam
kondisi steril, memenuhi syarat sterilitas sebagai bagian persyaratan resmi dari
pengawasan mutu

II. PRINSIP PERCOBAAN


Berdasarkan prinsipnya, uji fertilitas dilakukan dengan
menginokulasikan mikroba ke dalam media dalam jumlah sedikit atau tidak lebih
dari 100 koloni, inkubasi pada suhu tertentu tidak lebih dari periode terpendek yang
tertera pada proses uji. Pertumbuhannya dilihat apabila untuk media padat.
Pertumbuhan yang diperoleh tidak boleh berbeda dua kali dari nilai hitung inoculum
standar. Pertumbuhan mikroba dan hasil uji fertilitas pada inoculum yang dibuat
segar harus berbanding dengan bets sebelumnya. Untuk media cair dapat digunakan
jika pertumbuhannya uji mikroba terlihat jelas dan sebanding (Misael,2021)

Berdasarkan prinsipnya, uji bakteriostatik dan fungistatic digunakan


untuk menentukan kemampuan suatu zat atau agen untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Bakteriostatik mengacu pada zat atau agen yang mampu
menghentikan pertumbuhan bakteri tanpa membunuhnya. Sedangkan fungistatic
mengacu pada kemampuan zat untuk menghentikan pertumbuhan jamur tanpa
membunuhnya. Pada uji bakteriostatik, biasanya digunakan kultur bakteri yang telah
tumbuh aktif dan kemudian dikenakan terhadap zat yang diuji. Setelah pemberian
zat atau agen kultur bakteri akan diinkubasi selama periode waktu tertentu. Setelah
itu, pertumbuhan bakteri dianalis untuk melihat apakah ada penghambatannya
pertumbuhan yang signifikan (Tortora,2017)

Berdasarkan prinsipnya, uji inokulasi langsung melibatkan


penambahan produk yang akan diuji ke media kultur mikroba (biasanya media padat
atau cair) dan menginkubasinya untuk memungkinkan pertumbuhan mikroba.
Metode ini tidak dapat dilebur atau dilarutkan dalam media pengencer
(Dwijoseputro,2013)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1. Autoklaf Untuk proses
destruksi, untuk
mensterilkan alat dan
media
2. Bunsen Untuk memanaskan
zat atau bahan kimia
dalam percobaan

3. Erlemenyer Untuk menyiapkan


dan mengkultur
media agar. Untuk
mengumpulkan
sampel atau
mengaduk larutan
dalam proses
pengujian sterilitas
4. Inkubator Untuk menciptakan
kondisi lingkungan
yang optimal bagi
pertumbuhan
mikroorganisme
5. Ose bundar Untuk mengambil
mikroorganisme dari
suatu area atau
substrat dan untuk
mentransfer sampel
dari lingkungan
sekitarnya ke media
pertumbuhan
mikroba
6. Pinset Untuk mengambil
atau memindahkan
bahan yang
berukuran kecil
secara steril tanpa
kontaminasi
7. Pipet ukur 1 mL Untuk mengukur
steril dengan akurat
volume 1 mL dari
cairan yang akan
digunakan dalam
percobaan
8. Pipet ukur 10 mL Untuk mengukur
steril volume 10 mL dari
cairan yang diuji atau
dianalisis dan untuk
mengambil sampel
cairan yang akan
dianalisis
9. Rak tabung Sebagai wadah untuk
meletakkan tabung
reaksi dalam jumlah
yang banyak

10. Tabung reaksi Untuk mengisolasi


dan mengkultur
mikroorganisme.
Sebagai wadah steril
untuk media
pertumbuhan
mikroba serta untuk
mengevaluasi
kebersihan atau
sterilitas suatu bahan

3.2 Bahan

No. Bahan Kegunaan precaution


1. Alkohol 70% Sebagai bahan sterilitas Berbahaya, dapat
meja kerja sebelum memiliki risiko
percobaan kebakaran, ledakan,
paparan kimia, dan
kesehatan
2. Kapas lemak Untuk membantu Tidak berbahaya
menjaga kelembaban
dan mencegah
kontaminasi pada area
uji
3. Kassa steril Sebagai bahan untuk Tidak berbahaya
membantu menutupi
alat mulut tabung reaksi
agar tetap steril dan
terhindar dari
kontaminasi
4. Kertas label Untuk memberi label Tidak berbahaya
atau tanda pada alat,
bahan atau media yang
akan diuji
5. Media NA Sebagai bahan media Tidak berbahaya
(Nutrient Agar) untuk mendukung
pertumbuhan
mikroorganisme dan
memfasilitasi
pengamatan
pertumbuhan atau
ketiadaan
mikroorganisme dalam
sampel yang diuji
6. Media PTB Sebagai bahan media Tidak berbahaya
untuk mendeteksi
keberadaan
mikroorganisme yang
dapat mencemari suatu
sampel atau produk dan
mendukung
pertumbuhan mikroba
7. Plastik warp Untuk menyegel wadah Tidak berbahaya
yang berisi media
mikrobiologi
8.. Sampel uji tetes Sebahai bahan untuk Tidak berbahaya
mata insto menguji sterilitas dalam
percobaan dan
membantu mendeteksi
keberadaan
mikroorganisme
9. Suspensi Bacillus Untuk menguji Tidak berbahaya
subtillis efektivitas metode
sterilisasi pada berbagai
jenis produk
10.. Suspensi candida Untuk menguji Dapat menyebabkan
albicans ketahanan pertumbuhan infeksi dan risiko
jamur terhadap suatu kontaminan serta
zat dan untuk reaksi alergi
mengetahui efektivitas
suatu zat dalam
penghambat
pertumbuhan jamur
termasuk candida
albicans
11. Tali kasur Untuk mengikat alat- Tidak berbahaya
alat steril
12. Tissue Untuk membersihkan Tidak berbahaya
atau menghilangkan
pengendapan
mikroorganisme pada
saat percobaan

IV. PROSEDUR
4.1 Uji Sterilitas Media
Dimasukkan masing-masing 10 mL media NA dan PDB ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Diinkubasikan pada suhu 35-37℃ untuk media NA dan
20-25℃ untuk PDB, diamati selama 1-4 hari. Pengerjaan dilakukan duplo.
4.2 Uji Fertilitas
Bakteri Bacillus subtilis diinokulasikan pada media NA dan
diinkubasikan pada suhu 35-37℃ , diamati selama 1-4 hari. Candida
albicans diinokulasikan pada media PDB pada suhu 20-25℃ , diamati
selama 1-4 hari. Pengerjaan dilakukan duplo.
4.3 Uji Bakteriostatik dan Fungistati
Media NA diinokulasikan dengan Bacillus subtilis dan sediaan,
diinkubasikan pada suhu 35-37℃ , diamati selama 1-4 hari. Media PDB
diinokulasikan dengan Candida albicans dan sediaan uji tetes mata insto,
diinkubasikan pada suhu 20-25℃ , diamati selama 1-4 hari. Pengerjaan
dilakukan duplo.
4.4 Uji Sterilitas Cara Inokulasi Langsung
Diinokulasikan 1 mL sediaan uji kedalam 9 mL media pada tabung
reaksi. Media NA dan PDB masing-masing diinokulasikan dengan 1 mL
sediaan uji tetes mata insto. Diinkubasikan di suhu 35-37℃ untuk NA dan
20-25℃ untuk PDB, diamati selama 1-4 hari. Pengerjaan dilakukan duplo.
V. HASIL PENGAMATAN

5.1 Hasil pengamatan media Nutrient Agar (NA)


Nama Pengamatan Media NA Hari Ke-
Pengujian 1 2 3 4
Uji Sterilitas Media Media Media Media
Media jernih, tidak jernih, tidak jernih, tidak jernih, tidak
ada ada ada ada
pertumbuha pertumbuha pertumbuha pertumbuha
n mikroba n mikroba n mikroba n mikroba
Uji Fertilitas Media Media Media Media
keruh, keruh, keruh, keruh,
memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi
syarat dapat syarat dapat syarat dapat syarat dapat
menumbuhk menumbuhk menumbuhk menumbuhk
an mikroba an mikroba an mikroba an mikroba
Uji Media Media Media Media
Bakteriostatik keruh, tidak keruh, tidak keruh, tidak keruh, tidak
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n adanya n adanya n adanya n adanya
aktivitas aktivitas aktivitas aktivitas
bakteriostati bakteriostati bakteriostati bakteriostati
k k k k
Uji Sterilitas Cairan Cairan Cairan Cairan
Cara Inokulasi berwarna berwarna berwarna berwarna
Langsung kuning kuning kuning kuning
jernih dan jernih dan jernih dan jernih dan
tidak tidak tidak tidak
terkontamin terkontamin terkontamin terkontamin
asi asi asi asi

5.2 Hasil pengamatan media Papa, Tellurite, Broth (PTB)

Nama Pengamatan Media PTB Hari Ke-


Pengujian 1 2 3 4
Uji Sterilitas
Media

Media Media Media Media


jernih, tidak jernih, tidak jernih, tidak jernih, tidak
ada ada ada ada
pertumbuha pertumbuha pertumbuha pertumbuha
n mikroba n mikroba n mikroba n mikroba
Uji Fertilitas Media Media Media Media
keruh, keruh, keruh, keruh,
memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi
syarat dapat syarat dapat syarat dapat syarat dapat
menumbuhk menumbuhk menumbuhk menumbuhk
an mikroba an mikroba an mikroba an mikroba
Uji Fungistatik Media Media Media Media
jernih, jernih, jernih, jernih,
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n adanya n adanya n adanya n adanya
aktivitas aktivitas aktivitas aktivitas
fungistatik fungistatik fungistatik fungistatik
Uji Sterilitas Cairan Cairan Cairan Cairan
Cara Inokulasi jernih dan jernih dan jernih dan jernih dan
Langsung tidak tidak tidak tidak
terkontamin terkontamin terkontamin terkontamin
asi asi asi asi

VI. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


6.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji Sterilitas adalah uji mikrobiologi yang
digunakan untuk mengetahui apakah suatu produk bebas dari mikroorganisme hidup atau
kontaminasi. Tes ini biasa dilakukan pada produk farmasi steril seperti injeksi, infus, obat
tetes mata, dan alat kesehatan.Prinsip uji sterilitas adalah menginokulasi atau
membudidayakan mikroorganisme yang terdapat pada sampel uji pada media kultur yang
sesuai.(Setiawati, 2021). Tujuan dari uji sterilitas ini, yaitu untuk mengetahui cara
mengidentifikasi apakah sediaan atau alat yang harus ada dalam kondisi steril, memenuhi
syarat sterilitas sebagai bagian persyaratan resmi dari pengawasan mutu.

Uji sterilitas mikrobiologi adalah pengujian yang digunakan untuk menentukan


apakah suatu alat, obat, atau produk telah disterilkan dengan benar, bebas dari
mikroorganisme hidup, atau dapat bertahan setelah proses sterilisasi. Ada dua metode, yaitu
filtrasi membran LITASP dan metode dimana produk diinokulasi langsung ke media uji.
Metode filtrasi membran melibatkan penyaringan sampel melalui membran dengan ukuran
pori yang sesuai untuk menahan mikroorganisme. Membran tersebut kemudian ditempatkan
dalam media.pertumbuhan untuk menumbuhkan mikroorganisme apa pun yang mungkin ada
dalam sampel. Sedangkan pada metode inokulasi langsung, sampel diinokulasi langsung ke
dalam media pertumbuhan yang sesuai untuk budidaya mikroorganisme yang mungkin ada
dalam sampel (Setiawati,2021).

Pada percobaan uji sterilitas kali ini, terdiri dari empat tahap yaitu, uji sterilitas
media, uji fertilitas, uji bakteriostatik dan fungistatik, dan uji sterilitas cara inokulasi
langsung atau cara penyaringan membran. Pada percobaan atau tahap pertama yaitu uji
sterilitas media, dengan dimasukkan masing-masing 10 mL media NA dan PDB ke dalam
tabung reaksi yang berbeda. Tujuan dilakukannya uji sterilitas media yaitu untuk memastikan
bahwa media yang digunakan dalam percobaan mikrobiologi benar-benar bersih dari
kontaminan mikroorganisme. Sehingga hasil percobaan dapat sesuai dan hasil data yang
diperoleh menjadi lebih akurat(Bhojwani, 2013). Kemudian diinkubasikan pada suhu 35-
37℃ untuk media NA dan 20-25℃ untuk PDB. Setelah itu, diamati selama 1-4 hari, dengan
pengerjaan dilakukan duplo. Tujuan inkubasi pada kisaran suhu 35-37°C pada pengujian
sterilitas mikrobiologi atau uji sterilitas adalah untuk memungkinkan tumbuhnya bakteri
mesofilik aerob (Putri, 2015).

Pada Percobaaan kedua yaitu uji fertilitas dilakukan Bakteri Bacillus subtilis
diinokulasikan pada media NA dan diinkubasikan pada suhu 35-37℃ , diamati selama 1-4
hari. Candida albicans diinokulasikan pada media PDB pada suhu 20-25℃ , diamati selama

1-4 hari. Pengerjaan dilakukan duplo. Tujuan dari uji kesuburan yang dilakukan dalam
percobaan adalah untuk mengetahui apakah media yang digunakan memenuhi syarat untuk
pertumbuhan mikroba yang diuji atau tidak. Prinsip uji fertilitas didasarkan pada cara bakteri
ditumbuhkan di dalam inkubator penelitian, sehingga fertilitas lingkungan dapat dibuktikan
dengan menginokulasi lingkungan dengan bakteri dan jamur yang dapat memberikan hasil
positif bagi

Pada percobaan atau tahap ketiga yaitu uji bakteriostatik dan fungistatik, dengan
media berupa NA diinokulasikan dengan Bacillus subtilis dan sediaan tetes mata insto.
Prinsip dari uji bakteriostatik berdasarkan cara memberikan efek dengan menghambat
pertumbuhan tetapi tidak membunuh. Senyawa bakteriostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikroba pada
kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikroba pada
fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup tetap (Madigan, 2013).
Kemudian, diinkubasikan pada suhu 35-37℃, dan diamati selama 1-4 hari. Setelah itu, media
berupa PTB diinokulasikan dengan Candida albicans dan sediaan uji tetes mata insto.
Selanjutnya, diinkubasikan pada suhu 20-25℃, dan diamati selama 1-4 hari. Pengerjaan
dilakukan duplo.

Mikroorganisme dapat kita jumpai pada seluruh lingkungan baik lingkungan


normal maupun ekstrim. Setiap mikroorganisme membutuhkan kondisi lingkungan
tertentu terkait dengan karakter morfologi dan biokimia (metabolisme) yang
dimilikinya. Oleh karena itu, lingkungan hidup suatu mikroorganisme akan berbeda–
beda dan ada kalanya hanya spesifik untuk mikroorganisme tertentu. Dalam suatu
lingkungan, tidak dapat dihindari bahwa mikroorganisme akan selalu berinteraksi
dengan organisme lain, baik dengan kelompoknya sendiri maupun dari kelompok
lain. Kondisi lingkungan yang kompleks telah membentuk suatu pola interaksi
dengan organisme lain. Mikroorganisme memiki berbagai peran penting dalam suatu
ekosistem. Peran ini dapat diemban dalam kapasitasnya sebagai organisme tunggal
(sel atau koloni) maupun dalam kaitannya sebagai organisme yang memiliki
kebutuhan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan organisme lain. Untuk
menumbuhkan mikroorganisme, pertama harus memahami kebutuhan dasarnya.
Kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air
sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel (Hadioetomo, 1993).

Menurut Cowhx pada tahun 1969. Tersedia banyak metode untuk


menganalisa jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah plate
count (spread plate, pour plate, spiral plate), membrane filtration, MPN, menghitung
langsung dengan Petroff Hausser ataupun cara lainnya (misalnya aktivitas metabolik,
turbidimetri, berat kering dan lain-lain). Sedangkan menurut Eema tahun 2011.
Karena ukuran bakteri sangat kecil, menghitung jumlah bakteri dalam sampel sangat
sulit. Meskipun menghitung jumlah langsung dengan mikroskop, akan memerlukan
banyak waktu dan keahlian. Sebuah metode yang lebih mudah adalah untuk
menyebarkan bakteri di wilayah yang luas (plate agar yaitu nutrisi) dan menghitung
jumlah koloni yang tumbuh. Jika bakteri ini menyebar cukup, setiap sel bakteri dalam
sampel asli harus menghasilkan koloni tunggal. Biasanya, sampel bakteri harus
diencerkan jauh untuk mendapatkan jumlah yang wajar. Ketika seseorang bermaksud
untuk menentukan jumlah sel dalam kultur bakteri salah satu cara untuk melakukan
ini adalah dengan melakukan pengenceran serial.

Pada percobaan praktikum kali ini adalah uji cemaran mikroba yang pertama
dilakukan adalah media dicairkan terlebih dahulu didalam water bath dengan suhu 40
0
– 50 C hingga media cair. Media yang digunakan pada percobaan ini adalah LB
(Luria bertani) dan PDA (Potato Dextro agar). setelah media cair dinginkan media
hingga skira kira suhu media 50 0 C dinginkan dalam suhu ruangan kemudian dibuat
pengenceran decimal. Pengenceran adalah suatu cara atau metoda yang diterapkan
pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim
dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari
senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999). Karena jumlah sel bakteri
biasanya sangat tinggi dalam sampel asli. Metode ini memiliki beberapa kelemahan.
(Eema, 2011).

Pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah NaCl 0,9 % b/v steril.
Larutan NaCl 0,9 % b/v harus dalam keadaan steril karena larutan NaCl 0,9 % b/v
sebagai pelarut dari sample uji yang tidak boleh mengandung mikroorganisme lain
yang bias mengkontaminasi sample yang diujikan. Dengan cara mengambil 1 mL
sampel air kran lalu dimasukan kedalam tabung reaksi dan selanjutnya ditambahakan
dengan 9 mL NaCl 0,9 % b/v steril. Pada percobaan ini pengenceran dilakukan
sampai didapatkan pengenceran 10% pengenceran bertujuan untuk mendapatkan koloni
yang lebih sedikit sehingga memudahkan dalam proses perhitungan . Setelah melakukan
pengenceran cawan petri ditandai dengan nama media dan tingkat pengenceran
supaya bisa mempermudah dalam proses pengamatan. Masing – masing pengenceran
yang terdapat dalam lima tabung reaksi di pipet menggunakan pipet mikropipet
sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam cawan petri yang telah ditandai dengan nama
dari masing masing tingkat pengenceran. Setelah cawan petri memuat sample yang
diujikan kemudian masukan media, pada percobaan kali ini media yang di gunakan
adalah LB (Luria bertani) dan PDA (Potato Dextro agar). media LB digunakan
untuk penetapan kadar jumlah bakteri aerob yang di inkubasi pada suhu 37 0C
sedangkan media PDA untuk penetapan jumlah kapang dan kamir yang diinkubasi
pada suhu 20 – 250C. pada percobaan ini teknik yang digunakan adalah teknik tuang
dimana sampel uji dan media hanya dituangkan kedalam cawan petri. Sebenarnya ada
dua teknik dalam pembuatan media ini pada metode tuang dari pengenceran
dimasukkan 1 ml ke dalam cawan petri dan selanjutnya dituang 15-20 ml medium,
jika menggunakan metode sebar, maka medium pertumbuhan dituang ke dalam
cawan dan setelah medium memadat lalu sampel yang telah diencerkan sebanyak 0,1
ml dituang dan diratakan dengan batang gelas/drigalsky pastulat. Setelah media dan
sample uji telah dimasukan kedalam cawan homogenkan dengan cara menggerakan
cawan searah jarum jam sebanyak 5x dan berlawanan arah sebanyak 5x cara ini
dilakukan supaya media dan sample uji dapat dihomogenkan atau tersebarkan dengan
sempurna. Setelah itu biarkan padat, dan bungkus cawan (sampel dan media) dan
membaliknya. Hal ini bertujuan agar sampel yang akan diamati tidak terkontaminasi dengan
mikroorganisme lain. lakukan inkubasi pada sample yang menggunakan media LB
pada suhu 370C selama 18 jam. Inkubasi dilakukan pada suhu 370C karena pada suhu
tersebut mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik selain itu waktu 2 kali 24 jam merupakan
waktu yang cukup untuk mikroorganisme tumbuh karena jika waktunya lebih, maka akan
sulit untuk mengitungnya sebab mikroorganisme perkembangbiakannya cepat. amati
cemaran mikroba yang muncul yang ditandai dengan adanya koloni dan hitung koloni
yang ditimbulkan pada setiap media. Salah satu metode hitungan total mikroba adalah
dengan menggunakan metode hitungan cawan atau SPC (Standard Plate Count).
Dalam metode hitungan cawan yang diamati adalah mikroorganisme yang tumbuh
pada medium dan membentuk koloni yang dapat diamati langsung.
VII. KESIMPULAN
7.1. Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengidentifikasi persyaratan sterilitas yang benar.
Suatu bahan dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetative

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2019). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Atlas, R.M. (2014). Handbook of Microbiological Media. Washington: CRC Press.

Bhojwani, S. S. (2013). Plant Tissue Culture: And Introductory Text. India: Spinger.

BPOM RI (2019). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No
11 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam
Makanan
Cappuccino, JG. Sherman, N (2014). Manual Laboratorium Mikrobiologi Jakarta EGC
Dwidjoseputro. (2013). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan

Fardiaz, S. (2013). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Handayani, D. (2022). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata J.R

& G.Forst) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans

Harti, A. S. (2015). Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta: Badan Litbangkes Kementerian


Kesehatan RI.

Irmayanti. (2023). Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L). Jurnal Insan Tani. Vol. 1 (1): 1-5.
Ismail, D, .(2014). Uji Bakteri Escherichia coli pada Minuman Susu Kedelai Bermerk dan
Tanpa Merek di Kota Surakarta, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran, Jurusan
Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Surakarta

Marcelinus, B. (2018). Pengaruh Linen Bedah Rekondisi Terhadap Self – life Linen Bedah
Steril di CSSD Rumah Sakit Surabaya. Journal Of Pharmacy and Science. Vol. 3
(1): 25-33.

Putra, S. F. (2021). Pembuatan Media Tumbuh Bakteri Berbasis Lokal Material. Jurnal
Prosiding Semnas Bio. Vol. 6 (1): 59-64.

Radji, M. (2011) Buku Ajar Mikrobiology Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran
EGC Jakarta

Riswandi. (2014). Kualitas Silase Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dengan Penambahan
Dedak Halus dan Ubi Kayu. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 3(1), pp. 1-6.

Robert, T. (2017). Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Sagung Seto.

secara In-vitro. Jurnal Serambi Biologi. Vol. 7 (4): 346-354.

Setiawati, H. (2021). Regionalisasi Laboratorium Pengujian Sterilitas Badan POM Sebagai


Upaya Efektivitas dan Efisiensi Sumber Daya. Jurnal Eruditio. Vol. 2 (1): 36-46.

Setiawati, H. (2021). Regionalisasi Laboratorium Pengujian Sterilitas Badan POM

Thayib, S & Amar, A, .(2016). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pengolahan, Serpong:


Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Teknologi Indonesia

Sebagai Upaya Efektivitas dan Efisiensi Sumber Daya. Jurnal Eruditio. Vol. 2 (1):
36-46.

Suriawati, J. (2021). Sterility Test Of Syringes As A Pharmaceutical Preparation

That Obtained From Pasar Pramuka. Jurnal Teknologi Dan Seni Kesehatan. Vol. 12
(2): 186 – 198.

Tortora, G. J. (2017). Microbiology: An Introduction. Jakarta: E


LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan

1. Pengamatan media TSB Hari ke-1


2. Pengamatan media NA Hari ke-1

3. Pengamatan media TSB Hari ke-2

4. Pengamatan media NA Hari ke-2

5. Pengamatan media TSB Hari Ke-3


6. Pengamatan Media NA Hari Ke-3

7. Pengamatan Media TSB Hari Ke-4

8. Pengamatan Media NA Hari Ke-4

Anda mungkin juga menyukai