Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PANGERAN PULUNGAN

NIM : 2101020182

Kontribusi Seni Budaya Dalam PAI


A. Kontribusi Seni Budaya Dalam Penyiapan Tenaga Pendidik PAI
Pengadopsian Keterampilan Seni Dalam Proses Pembelajaran Dapat Dilakukan Dengan 2 Model,
Yaitu Context Dan Content.
Context Adalah Kemeriahan Lingkungan Tempat Mengajar Dan Content (Konten) Adalah
Kekayaan Materi Yang Ingin Disampaikan.
Dalam Sisi Konteks, Hal-Hal Yang Perlu Disiapkan Adalah:
1. Merekayasa Suasana Yang Memberdayakan Dengan Menebarkan Emosi Positif Pendidik
Dan Memanfaatkan Emosi Positif Anak Didik.
2. Membangun Landasan Yang Kukuh, Dengan Menanamkan Bahwa Materi Yang Akan
Dipelajari Sangat Dibutuhkan Dan Bermafaat Bagi Anak Didik.
3. Menciptakan Lingkungan Yang Mendukung, Dengan Variasi Tempat Duduk Dan Variasi
Media Pembelajaran dan Keempat, Membuat Rancangan Belajar Yang Dinamis Dengan
Strategi Contextual Teaching And Learning, Yaitu Mengintegrasikan Materi Ajar Dengan
Pengalaman Keseharian Anak Didik.
Dari Sisi Konten, Hal-Hal Yang Perlu Disiapkan Adalah:
1. Mempersiapkan Presentasi Yang Prima.
2. Menyediakan Fasilitasi Yang Luwes Dengan Model Pembelajaran Interaktif.
3. Mengajarkan Pelbagai Keterampilan Belajar, Yaitu Dengan Tidak Menekankan Pada
Transformasi Ilmu Dan Keterampilan Tepat Pada Waktunya Saja (Penekanan Pada "What)
Melainkan Menekankan Pada "How" Atau Bagaimana Seharusnya Belajar Itu.
B. Kontribusi Seni Budaya Islam Dalam Pembelajaran PAI
Pendidikan secara luas merupakan proses untuk mengembangkan potensi pada diri seseorang
yang meliputi tiga aspek kehidupan yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup.
Nilai-nilai seni budaya dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut, terutama seni budaya islam.
1. dengan cara mengkritisi suatu karya, ini berkenaan dengan kognitif,
2. bisa mengapresiasi, menghormati suatu karya, mengapresiasi ini berkenaan dengan olah rasa,
3. mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu karya, bahkan bisa untuk
mengembangkan suatu karya tersebut
Pendidik dalam proses pembelajaran bisa juga disebut dengan sang aktor, aktor adalah salah satu
unsur permainan drama. Para aktor ini dituntut untu menyajikan sesuatu yang bisa menghipnotis atau
berkesan kepada penonton, penonton dalam konteks ini adalah anak didik. Apabila sang aktor mampu
membawa penonton ke arah yang diinginkan maka dirasa proses itu berhasil. Melihat dari konsep
pendidikan seni, dan sekaligus kedudukan pendidik sebagai aktor maka dirasa akan lahir beberapa
langkah pembelajaran pai yang variatif- inovaif di antaranya:
1. Konsep Gerakan Reform
Gerakan reform akan mengutamakan kebebasan berekpresi sebagai cara untuk memberi peluang
kepada peserta didik dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.
2. Pendidikan Seni Untuk Apresiasi
Dipelopori oleh alfred lichtwart dan konrad lange, dengan pemikiran bahwa persepsi seorang
anak akan seni dan keindahan harus dikembangkan melalui penghayatan langsung.
3. Pendidikan Seni Untuk Konsepsi
Bermula dari “pengungkapan pikiran” walter sargent, gambar adalah bahasa yang digunakan
untuk melahirkan dan mengambangkan ide-ide yang ada di alam pikiran.

4. Pendidikan Seni Untuk Pertumbuhan Mental Kreatif


Pendidikan seni untuk pertumbukan mental reatif yang dimaksudkan adalah peserta didik adalah
idealnya, sedangkan seni sarananya. Dalam artian seni adalah sarana bagi peserta didik dalam
proses pertumbuhan mental jiwa terampil dan kreatif.
5. Pendidikan Seni Sebagai Keindahan
Dari konsep ini lahir bahasan bahwa seni akan selalu identik dengan keindahan, namun perlu
dipahami bersama jika keindahan itu sendiri bersifat subjektif.

6. Seni Sebagai Imitasi


Seni sebagai imitasi adalah bentuk peniruan alam, dan segala bantuk seni maupun budaya
haruslah tiruan dari alam. Pembelajaran akan sangat efektif jika itu adalah sebuah fenomena alam,
akan mudah dilihat, dirasakan, dan bisa dianalisis.
C. Kontribusi PAI Daiam Pengembangan Seni Budaya Islam
Dalam bahasa ilmu, manusia dalam pendidikan islam dikembangkan dengan melibatkan 4 jalur
secara harmonis. Yaitu melalui thinking (pemikiran), seeming (tampak/nyata), feeling (perasaan) dan
believing (mempercayai), untuk memahami, menghayati dan menguasai persoalan.
Pengembangan seni budaya islam dilakukan budaya religius dalam lembaga pendidikan meliputi:
1. Kegiatan keagamaan yang beraneka ragam seperti melakukan kegiatan rutin
keagamaan
2. Membangun wadah sebagai penyaluran pembelajaran agama demi menciptakan akhlak teladan
serta kebiasaan-kebiasaan baik yang tertanam pada pribadi masing-masing
3. Memberikan pembelajaran melalui kegiatan intra maupun ekstra sekolah
4. Guru berhak menegur apabila mendapati perilaku yang kurang baik pada siswa sebagai bentuk
pembelajaran.
5. Mengadakan event untuk memberikan kesempatan bagi siswa menyalurkan bakatnya dibidang
agama seperti tilawah, cerdas cermat, adzan, membaca al-qur’an dan kegiatan keagamaan
lainnya.
6. Pelaksanaan perlombaan yanga memiliki keterkaitan dengan bidang seni dan budaya seperti seni
music, tari.
D. Penanaman Nilai Religius
Dalam kamus kebahasaan inggris, nilai adalah value didefinisikan sebagai berguna, berdaya,
berlaku, kuat dan mampu. Kadar terbaik yang diterapkan sebagai poin yang diinginkan, dihargai, atau
disukai itu disebut dengan nilai.

Nilai religius memiliki kebermanfaatan bagi tingkah laku teladan yang dianjurkan oleh syariat
agama bagi pemeluknya. Kedudukan penanaman religius memegang peran berpengaruh terhadap
terciptanya budaya religius. Sebab penanaman religius menjadikan siswa memahami akan utamanya
menerapkan nilai religius dikesehariannya. Tahap Perwujudan Budaya Religius Di Sekolah

Penumbuhan situasi religius di area sekolah dapat diinplementasikan melalui kegiatan- kegiatan
berikut:
1. Menyelenggarakan aktivitas harian seperti membaca al-qur’an, membaca asmaul husna pada saat
Pra maupun pasca proses belajar mengajar terlaksana.
2. Menjadikan proses belajar mengajar agama tidak hanya intra sekolah namun dapat terjadi di
ekstra Sekolah melalui kesehariannya.
3. Membangun kondisi bernuansa relgius. Dapat diwujudkan melalui memberikan fasilitas ibadah,
seperti peralatan sholat dan pendistribusian al-qur’an dan kaligrafi di setiap kelas. Hal tersebut
Bertujuan guna memperkenalkan budaya religius dikeseharian siswa.
4. Menyalurkan peluang untuk siswa dalam menciptakan keterbukaan terhadap bakat siswa dibidang
Keagamaan seperti mengadakan perlombaan dibidang keagamaan contoh adzan, sari tilawah,
Menulis serta memahami kandungan al-qur’an dan kegiatan keagamaan lainnya.
5. Mengadakan perlombaan dibidang seni.

Anda mungkin juga menyukai