Anda di halaman 1dari 13

Ad Rukun Puasa brs

Rukun puasa ada dua, yang keduanya merupakan unsur terpenting dalam
puasa, yaitu:

r. Menahan diri daripada segala hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt.,

@l',fii :ttr ;jt:1r|",e7*'.ii tri i,n AUi


"Maks sekarang canrpurilah mereka dsn carilah aprt yang telah ditetnpkan
Allah untuknru, dan nnksn minuutlah hingga terang bngimu benang putih
dari benarrg hitarn dari (waktu) fajar. Kemudian sentpurnqkanlnh puasa itu
sampai (dutang) molttm." (Al-Baqarah [2] :187)

Maksudbenangputih dan benanghitam adalah terangnya siang dan gelapnya


malam. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Br.rkhari dan Muslim, bahwa Adi bin Hatim berkata, ketika turun
ayat,"Hingga terangbagimu benang putih dari benanghitam, dari (waktu)
fojor" aku sengaja meletakkan tali di bawah bantalku pada waktu malam,
dan ternyata ia tidak begitu nampak bagiku. Lalu, aku menemui Rasulullah
saw dan memberitahukan hal itu kepada beliau. Rasulullah saw. kemudian
bersabda,
,tt'

:W\ .e6.s.-iJr rtj- +, tll


" Scsurrgguhnyn itu hnnynlah hitanmya mqlam dan putihnya siang."l

' HR B.rkh"rt, l"t.b "ash-Shawm,"bab "Qawl Allah Taala:Firman Allah Taala, "Dan makan
tninumlalyhingg! tgrLl!1g baginu benartg putih." (Al-Baqarah IrJ: r 8Z) jilid III, hal. 36 dan
kilab "o.t TaIsir."bab "Sungguh Kanti (sering) mclihut mikantu nienergridah ke langit, maka
sungguh Kami akan ntem-ulingkan kamu ki kiblat yang kamu sukai. i'alinskanlah'mukamu
ke arah Musjid.il Haram. Dan-di mana saja kamu bbrada, patingkanlalt muI<amu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang(Yahudi.dan Nasratti) yaitgdi6eri Al-kitab (Taurat dan tilit)
memdng mettgettthui, bahwa berpuling ke Masiidil Harai itu adaluh benar dari TuhannTa:
dun Allah sekali-kali tidnk Iengnh
.dari apn yang ntereka kerjakan." (Al-Baqarah lzl: r aa) lilid
III, hal. 3 r. Muslim, kirab "ash-Sftr), am." b'a6'-Bayan anna'ad-Dukhul fi alsh-Shaim Vit ttrrt
bi Thulu' al-Fajr u'a antn luhu al-Aklu wa Glnyruhu hatta Yathlu' allFaian" I r r - ral iilid I I.
hal.266-262. Tirmidzi kilab 'hr-Id/sir." bab 'iva min nl-Bnqarah." lzgTo-ziiti Tiimidzi
berkata, "Hadits ini hasan slhihi'Abu Daud, kitab "ash-Shawm,"'bib,,Waqi as-Sahur,"
!lqel ;1lia ll, !al. 76o-76r..Nasai, secara ringkas kitab "ash-Shiykm,"bab "Tawil eawl Allah
Taahl: Takwil Firman Allah Taala: "Dan m-akan minumlah hinssa terans hasimu benano
o
put ih dari benarry hitanr, yaitu fajar)'( Al- Baqarah Iz]: r87) 1: rZ"91
,iitia fV, t it. , +S.

224 - Fikih Sunnah II


I
I
I

t
z. Niat. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt.,

@ . {a,Lt i\3}i6 t'&.^t L\f)-6


"Padahsl merekn tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatsn kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
Iurus." (Al-Bayyinah [98]: 5)
Rasulullah saw. bersabda,
,t - ,
-''
09
t'c -
v tSyt
'l
Jf dt, .'Jr;! J[ilr u;'
"Sesungguhnya amal perbuntan tergantung pnda niat, dan setiap orang
memperoleh (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya."l

Niat hendaknya dilakukan sebelum terbit fajar pada setiap malam bulan
Ramadhan. Hal ini berdasarkan pada hadits Hafshah, dia berkata, Rasulullah
saw. bersabda,

)i iqa \t ,7,at p (Q\'z6'-.-r ? r"


" Siapa yang tidnk membulatkan niat berpua'sa ,rirlru* terbit fajar, maka tidak
HR Ahmad, Tirmidzi, Abu
ada puasa baginya (puasnnya tidak sah, red).":
Daud, Ibnu Majah dan Nasai. Hadits ini dinyatakan sahih oleh Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban.
Niat boleh dilakukan kapanpun di malam hari. Dan niat tidak disyaratkan harus
mengucapkannya, karena niat merupakan pekerjaan hati dan tidakada kaitannya
dengan lisan. Hakikat niat adalah menyengaja melakukan suatu perbuatan
demi melaksanakan perintah Allah swt. dan mengharapkan keridhaan-Nya.
|adi, orang yang melakukan makan sahur dengan tujuan berpuasa demi untuk
mendekatkan diri kepada Allah, berarti dia telah berniat.

Demikian pula orang yang berkeinginan untuk menahan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatalkan puasa di siang hari dengan ikhlas karena
Allah, berarti dia telah berniat, meskipun tidak makan sahur.

Lihat takhrij sebelumnya pada hadits yang sama terkait fardhu wudhu.
Yujmi'u berasal dari kaia al-Ijma'yangma-ksudnya memantapkan niat dan tekad.
HR Abu Daud, kitab 'hsh-Shawm."bab-"an-Niyyahf ash-Shiyam," lza5al jilid ll, hal. 823-824.
Tirmidzi kitab "ash-Shawm,"bab 'MA ld:a Ia Shiyhma li man lam Yu'zim min al-Layl," 173o)
jilid
iilid III, hal. 99. Abu Isa berkata, "sejauh
Isa_berkata, "Sejauh pengetahuan
pen kami, hadits ini dapat dikategorikan
martu
marfu'hanya clengan jalur
hanva dengan penwayatan ini
lalur periwayatan tnt saja," KltaD "ash-Shawmi'b1!
Nasar, krtab
sala. Nasai, asn-Jnawm, oao "qn:Nyya.|
an-|\tyyan
triyyah
fi'hih-Shawmlliyd-zttzljilid iV hal. reTilbnu Majah, kitab "ash-Shawm)'bab "Ji Fardh Firdh
al-Khiyarft "ash-Shawm,"" Ir7oo] jilid I,naL
ash-Shawm min al-Layl wa al-Khiyarfi 542. Al-Muwaththa
I, hal.54z. Al-Muwaththa'
"ash-Shiyam,"bdb "Man
kitab "ash-Shiydm,"bab
kirab "Mhn Ajmaa ti] jiti4I'
ash-Shiydm qabla al-Fairi," t5]
Ajhah-ash-shiyam jllid I. hal. z8
288. Darimi
I<tab "ash-Shiydm,"bab "Mdn Lam Yujmi' ash-Shiyhm min al'Layll'iilid II, hal. 0.
l<tab

Puasa-225

J
Menurut mayoritas ulama fikih, niat berpuasa untuk puasa sunnah boleh
dilakukan di siang hari selama orang tersebut belum makan dan minum.
Aisyah berkata, pada suatu hari Rasulullah saw. menemuiku lantas bertanya,
'Apakah ada sesuatu (makanan) di tempat kolian?" Kami menjawab, tidak
ada. Beliau kemudian bersabda,

t"t'
PV
\
?9
\l'

" (Kalau begitu) aku berpuasa."l HR Muslim dan Abu Daud.


Mazhab Hanafi mensyaratkan niat dilakukan sebelum tergelincirnya
matahari. Inilah pendapat yang masyhur dari kedua pendapat Syaf i.
Namun, menurut dua pendapatyang terkuat dari Ibnu Mas'ud dan Ahmad,
niat puasa sunnah boleh dilakukan sebelum atau sesudah tergelincirnya
matahari karena tidak ada perbedaan di antara keduanya.

Orang yang Diwajibkan Berpuasa


Para ulama sepakat bahwa puasa diwajibkan kepada Muslim, yang berakal,
sudah balig, dalam keadaan sehat dan mukim (tidak sedang bepergian, red). Puasa
juga diwajibkan kepada wanita apabila mereka suci dari haid dan nifas. Dengan
demikian, puasa tidak diwajibkan kepada orang kafir, orang gila, anak-anak, orang
sakit, musafir, perempuan yang haid, perempuan yang sedang nifas, orang tua,
perempuan yang sedang hamil, dan perempuan yang sedang menl'usui.
Di antara mereka yang tidak diwajibkan berpuasa sama sekali, seperti orang
kafir dan orang gila, ada yang diminta supaya walinya menyuruhnya berpuasa,
ada yang diwajibkan tidak berpuasa dan kemudian mengqadha'nya, dan ada
yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa, tetapi diwajibkan membayar
fidyah.

Orang yang Tidak Diwaiibkan Berpuasa


Berikut ini saya akan menguraikan setiap orang-orang yang tidak diwajibkan
berpuasa:

' HR Muslim,, kitab "dsh-Sh iydm," bab "lawaz Shawm an-NafiIah bi Niyyah an-Nahar qabla
az-Zawal," [6g] jilid II, hal. 8o8. Abu Daud, kitab "ash-Shawm," bab "fi ar-Rukhshah Ji
Dzalika," [2a55]jilid II, hal. 8u+. Tirmidzi kitab "ash-Shawm,"bab "Shiydm al-Mutathawwi'
bi Ghayr Tabyit," [733] jilid III, hal. roz. Ibnu Majah, kitab "ash-Shawm," bab "Fardh ash-
Shawm min al-Layl," Ir7or] jilid I, hal. i+:. Nasai, kitab "ash-Shiyhm," bab "an-Niyyah fi
ash-Shiyhm," l4z7l jilid lV hal. rgs. Ahmad d,alam al-Musnad, jilid VI, hal. zo7.

226 " Fikih Sunnah II


Orang Kafir dan Orang Gila.
Puasa merupakan ibadah yang ada dalam ajaran Islam. Oleh karena itu,
puasa tidak diwajibkan bagi orang yang tidak beragama Islam. Begitu juga dengan
orang gila, karena orang gila tidak termasuk mukallaf (orang yang dibebani
kewajiban syariat, red). Sebab, sandaran pembebanan untuk mengamalkan
ajaran syariat telah hilang dari dirinya lantaran hilangnya akal.
Dalam sebuah hadits, Ali ra. menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

i+i)v\.i e.,-s -!jl (-/^e


,

,/ \'
'r'-" ' :'
nl..>-l_ .'->-
1v

" Pena diangkat (ketentuan tidak berlaku, red) bagi tiga golongan: Orang gila
sampai dia sembuh, orang yang tidur sampai dia bangun, dan anak-anak snmpai
berusiabalig."t HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi.

Hukum Puasa bagi Anak-anak


Anak-anak, walaupun tidak diwajibkan berpuasa, tapi bagi walinya harus
menyuruhnya supaya mereka berlatih dan membiasakan diri mengerjakan ibadah
puasa sejak usia dini, sehingga dia terbiasa dan mampu melaksanakannya.

Dari Rubayyi'binti Muawwidz, bahwa pada pagi hari Asyura, Rasulullah


saw mendatangi suatu perkampungan kaum Anshar. Beliau bertanya, "Siapa
yang berpuasa sejak pagi, hendaknya meneruskan Puasanya, dan siapa yang tidak
berpuasa sejak pagi, hendaknya dia berpuasa pada sisa harinya." Setelah itu, kami
pun berpuasa dan menyrruh anak-anak kami yang masih kecil supaya berpuasa
juga. Kami mengajak mereka ke masjid dan membuatkan permainan untuk
mereka dari bulu domba. fika Di antara mereka ada yang menangis meminta
makanan, maka kami memberinya mainan itu. Keadaan ini berlangsung hingga
waktu berbuka tiba.'HR Bukhari dan Muslim.

Orang yang Diberi Keringanan Tidak Berpuasa


tapi Waiib Membayar Fidyah
Di antara orang-orang yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa, baik
laki-laki atau perempuan adalah orang yang sudah lanjut usia, orang yang tidak

' Lihat takhrij sebelumnya pada hadits yang sama dalam bahasan "siapakah yang diwajibkan shalat?"
' HR Bukhari, kitab 'hsh-Shawm,"bab "Shawm ash-Shibyan," jilid III, hal qz-+8. Muslim,
kitab "ash-Shiydm," bab "Mdn Akala AsyArd', falyakufa Baqiyyah Yawmihi," Ut6-tlzl'
f
jilid II, hal. 7e8-7s9.

Puasa-227
bisa diharapkan lagi kesembuhan penyakitnya, dan pekerja berat yang tidak
memiliki sumber penghidupan lain kecuali pekerjaan yang dijalaninya. Mereka
semua mendapat keringanan untuk tidak berpuasa, sebab jika mereka puasa,
maka puasanya akan mengakibatkan mereka kepayahan dan memberatkan
selama bulan Ramadhan. Mereka termasuk golongan yang mendapat keringanan.
Namun, mereka diwajibkan memberi makan kepada satu orang miskin pada
setiap hari sebanyak satu sha", setengah sha' atau satu mud. Ketetapan ini masih
diperdebatkan di kalangan ulama, mengingat tidak ada hadits yang menetapkan
banyaknya jumlah yang harus diberikan kepada orang miskin.
Ibnu Abbas berkata, orang yang sudah lanjut usia diberi keringanan untuk
tidak berpuasa, dan dia harus memberi makan satu orang miskin pada setiap
hari, dan dia tidak perlu mengganti puasa yang ditinggalkannya' HR Daraquthni
dan Hakim yang sama-sama menyatakan kesahihan atsar ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Atha bahwa dia pernah mendengar
Ibnu Abbas ra. membaca ayat berikut, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi
maknn orangmiskinl'Lalulbnu Abbas berkata, ayat ini tidakmansukh (dihapus). Ayat
ini ditujukan kepada orang yang sudah lanjut usia, baik lakiJaki maupun perempuan,
yang tidak sanggup lagi untuk berpuasa. Dan sebagai gantinya, mereka diharuskan
memberi makan satu orang miskin pada tiap-tiap hari (selama Ramadhan). 3

Demikian pula orang sakit yang tidak ada harapan sembuh dan tidak mam-
pu berpuasa. Orang seperti ini hukumnya sama dengan orang tua lanjut usia
tanpa ada perbedaan. Demikian juga para pekerja yang terlibat dalam kerja-
kerja kasar dan berat.
Syekh Muhammad Abduh berkata, "Yang dimaksud 'Orang-orang yang
berat menjalankannya," dalam ayat tersebut adalah orang tua yang sudah lanjut
usia, orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh, serta para pekerja
berat yang pekerjaannya itu menjadi sumber penghasilan tetapnya, seperti para
pekerja tambang.

A sh -Sha' adalah segantang lebih sepertiga.


HR Daraquthni kitab "ash-Shiyam," bab "Thlu' asy-Syams bah al-IJihar" jilid II, hal. zo5.
Daraquthniberkata,"Sanadhadits ini sahihl'Hakim fuiab'hsh-Shawn,"jilid I, hal. a4o. Hakim
berkaia, "Hadits ini sahih menurut syarat Bukhari,, meskipun Bukhari, dan Muslim, tidak
meriwayatkannva dan ia boleh dijadikan sebagai landasan dalill'lni disetujui oleh Dzahabi.
HR Bu(hari, rtab "at Tafsir"bab "Tafsir Al-Eaqarah 1-zl," jilid VI, hal. jo. Rbu Daud, kitab
"ash-Shawm,"bab"MdnCiala, Uiya Ui*bitahli asy-syiekh wa al-Hubla," lzjtT-z3t8l. Baihaki
kttab "ash-Shiydmi'bab 'al-Hamil wa al-Murdhi'," jilid IV hal. z3o. Daraquthni kitab 'i?sh-
Shiydm,"bab"Thulu'asy-syamsbad'a al-Ifthar" Ir]jilid II, hal. zo5. Hakim kitab"ash-Shawm,"
iilia I, hal. ++o. Hakim berkata, "Hadiis ini sahih menurut syarat Bukhari, dan Muslim,,
heskipun keduanya tidak meriwayatkannyai' Ini disetujui oleh Dzahabi. Menurut mazhab
Malik'dan Ibnu Hhzm, mereka tidlk perlumengqadhai dan tidak pula membayar lidyah.

228 - Fikih Sunnah II


Demikian juga para tahanan yang divonis kerja paksa seumur hidup, jika
mereka merasa kesulitan menjalankan ibadah puasa, di samping mereka juga
memiliki harta sebaga i bayaran fi dy ah.
Demikian pula perempuan hamil dan perempuan menyusui, jika mereka
merasa khawatir atas keselamatan diri atau anaknya,' mereka dibolehkan untuk
tidak berpuasa. Menurut lbnu umar dan Ibnu Abbas, mereka diwajibkan
membayar fidyah dan tidak diwajibkan mengqadha' puasa yang ditinggalkan.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas menjelas,
kan maksud firman Allah swt., "Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menj alankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fdyah, (yaitu) memberi
makan orang miskin.". Ayat ini memberikan keringanan kepada orang yang
lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan, yang berat dalam menjalani
puasa. Mereka dibolehkan tidak berpuasa, tapi harus memberi makan kepada
satu orang miskin setiap hari sebagai fidyah. Demikian juga perempuan hamil
dan perempuan yang menyusui, jika mereka merasa khawatir -maksudnya
terhadap anaknya- maka mereka boleh tidak berpuasa dan sebagai fidyahnya
mereka harus memberi makan orang miskin.. HR Bazzar.
Pada akhir atsar ini ditambahkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan
kepada budak perempuannyayang sedang hamil, engkau tak ubahnya orang
yang tidak mampu untuk berpuasa. oleh karena itu, engkau harus membayar
fidyah dan tidak perlu mengganti puasa yang engkau tinggalkan.r sqnadhadits
ini dinyatakan sahih oleh Daraquthni.
Nafi' meriwayatkan bahwa Ibnu umar pernah ditanya mengenai perempuan
hamil yang khawatir terhadap keselamatan kandungannya. Dia menjawab,
hendaknya dia tidak berpuasa, dan sebagai gantinya dia harus memberi makan
satu orang miskin sebanyak satu muda gandum setiap harinya.5 HR Malik dan
Baihaki.
Dalam sebuah hadits dinyatakan,

,'-A\ :-,Ar. .';*lr ;; ,;>t2, ,b i ,.F, JU-JI


tglJ
..e
^->i
.jrr ir

Ia dapat diketahui melalui pengalaman, pemberitahuan dari seorang dokter yang dipercaya,
atau KeyaKrnan yang kuat.
HR Abu Daud, kitab "ash shawm," bab "Man eala: Hiya Mutsbitah li asv-sviekh wa al-
\Qlai'[z3rs] jilid II, hal. 738. Baihaki kitab "ash-Shiydm," bab "al-Hamii wi al-Murdhi,,,
jilid IV hal. z3o.
HR Daraquthnikitab "ash-Shiydml'bab "Thulu' asy-Syams bada al-lfthar," t8l jilid X, hal. zo6.
Al-Mudd sama dengan seperempat gantang vane diisi denean nJtrdtr-. "
AI-Muwaththa' kitaS 'hsft-Shd wm." b."ab "ritryan E4an Af haia
Jihamadhan min 'tltah," l5zl
iilid I, hal. 3o8. Baihaki kirab 'hsr-sftilam."bab "at-uamil wahl-Murdhi'," jilid IV hal. zto.'

Puasa*229
"Sesungguhnya Allah memberi keringnnnn kepada ornng vang bepergian
untuk tidak berpunsa dan nrcngqashnr shalat, sedangkan perernpuan hamil dan
rne.nyusui dilteri keringenatt untuk tidnk berpuasn."l

Menurut mazhab Hanafi, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur, mereka hanya
diwajibkan mengqadha'puasa dan tidak diwajibkan membayar fdyah.
Menurut imam Ahmad dan Syaf i, jika mereka tidak berpuasa karena
khawatir terhadap keselamatan anaknya, mereka diwajibkan mengqadha' dan
membayar fidyah. Tetapi jika mereka khawatir akan keselamatan dirinya, atau
keselamatan dirinya sekaligus keselamatan anaknya, mereka hanya diwajibkan
mengqadha:

Orang yang Diberi Keringanan untuk Tidak Berpuasa


Tapi Wajib Mengqadha'
Bagi orang yang sakit dan masih diharapkan kesembuhannya, juga orang
yang dalam bepergian untuk tidak berpuasa, tapi diwajibkan untuk mengqadha
puasa yang ditinggalkannya. Allah swt. berfirman,

@ jA r6:Gir-;'r eJe; &Af;s


" Mnkq barangsiapa di antara ksmu ada yang snkit atau dalam perjalanan (Ialu
in tidnkbe:unsu), mnkn (zuajibbnginynberpuasn) sebanyakhariynng ditinggnlkan
itu pado hari-hari yang lain." (Al-Baqarah [2]: 18a)
Imam Ahmad, Abu Daud, dan Baihaki dengan sanad sahih meriwayatkan
dari Mu'adz, dia berkata, sesungguhnya Allah mewajibkan puasa kepada
Rasulullah lantas menurunkan ayat,

e" "4
6.ii'e er 6 iq)i Hit 4';:;,; aii q:6
b,
'A
16 ;i3} f e !\ \A ; & <Gs "/t'Jr'41 @'r;7.
'3?Vr5 ; s?ir',;i:fift
# 6"g;t iGL: li j$<)$i g-, ",4
1-

@6:tXt";H
' HR Abu Daud, kitab "ash-Shawm,"bab "Ikhtiyar al-Fithri," lzao9l jilid II, hal. 796-797. Nasai,
kltab "ash-Shiydrn,"bab'Wadh'i ash-Shiydm'an al-Musafir wa Dzikr al-tkhtilaf Mu'awiyah
ibnu SaIIam wa Ali ibnu al-Mubarak fi Hadza al-Hadits," lzzzsl jibd Il hal. r8o dan bab
"Wadhi ash-shiydm'on al-Hubla wa-al-Murdli'," [u rrS] jilid IV,'hal. r9o. Tirmidzi kitab
"ash-Shawtn,"bab "ar-Rukhshahfi al-Iftharli al-Hublawa al-Murdhi'," [zrSl jilid III, hal.
85. Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan." Ibnu Majah, kitab "ash-Shiyhm," ftsoT). Ahmad
dalam al-Musnad, jllidlY,hal. yl dan jilid V hal. 29.

23O - Fikih Sunnah II


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kantu berpuasn sebagaimana
diroajibknn ntas orang-orang sebelum knmu agar kamu bertakwa." (yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu. Maka barnngsiapa di antura kamu ado yang sakit atau
dalam perjalanan (lnlu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalnnknnnya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah,
(ynitu): memberi rnokan seorang miskin. Bnrangsiapa yang dengan kerelcrsn lnti
mengerjaknn kebajikttrt, mska itulah ynng lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui." (Al-Baqarah [2]: 183-18a)

Dengan demikian, orang yang berat menjalankannya dibolehkan berpuasa


dan dibolehkan tidak berpuasa, namun diwajibkan memberi makan satu orang
miskin dan hal itu sudah sah baginya. Kemudian Allah menurunkan ayatyang
lain,

56$Su^i:io;7+,:editt;"lir"3i*.jrla;:itt:;',:;i
3 re$", i ;;J J!i\ ta i:,u ;s'*xs ?pi/&'*;,#
Jy6i\;;4J7U\\j+!JA\F,L.115;:,4iZ4AiLj
@;<';3i:{ri;"&ss"
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialnll bulnn Ramudhan, bulan yang di
dnlamnya diturunkan AI-Qur'an sebagni petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
Karena itu, barangsiapa di antora komu hadir (di Negara tempat tinggalnya) di
bulan itu, hendaknya din berpuasa. " (Al-Baqarah [2]: 185)

Allah menetapkan kewajiban berpuasa kepada orang yang mukim dan


dalam keadaan sehat serta memberi keringanan kepada orang sakit dan orang
yang bepergian untuk tidak berpuasa. Di samping itu, Allah mewajibkan
fdyah
bagi orang yang lanjut usia yang tidak mampu berpuasa lagi.'
Sakit yang dapat menjadikan seseorang boleh tidak berpuasa adalah sakit
berat yang seandainya dia tetap berpuasa niscaya sakitnya akan bertambah
parah, atau dikhawatirkan akan mengakibatkan kesembuhannya semakin
lama.'

' HR Ab" D""d, kirab "ash Shatah," bab "Kayfa al-Adzan," l5o6ljilid I, hal. 3+7. Ahmad
dalam al- M usnad. jrlid Y, hal. 246- 247
' Ia dapat diketahui melalui pengalaman, pemberitahuan dari dokter yang dipercaya atau
keyakinan yang kuat.

Puasa-237
Dalam l<tab al-Mughni disebutkan, "Diceritakan bahwa sejumlah ulama
salaf membolehkan untuk tidak berpuasa disebabkan penyakit ringan sekalipun,
seperti sakit pada jari atau gusi. Hal ini berdasarkan keumuman makna yang
terdapat dalam ayat tersebut. Lebih dari itu, orang yang bepergian dibolehkan
tidak berpuasa meskipun dia tidak harus melakukannya. Demikian pula
orang yang sakit." Pendapat ini dikemukakan oleh Bukhari, Atha' dan mazhab
Zhahiri.
Orang sehat yang khawatir terkena sakit jika berpuasa dibolehkan untuk
tidak berpuasa sebagaimana orang sakit. Demikian juga orang yang sangat lapar
atau sangat haus hingga dapat menyebabkan pada kematian. Dalam kondisi
seperti ini, dia dibolehkan tidak berpuasa, tapi harus mengganti puasa yang
ditinggalkannya, meskipun orang itu sehat dan tidak bepergian. Allah swt.
berfirman,

"Dan jnnganlohkamu membunuh dirimu; sesungguhnyu AIIoh adskth Maha


P enyay ang kepadamu." (An-NisA' pl: 29)

Allah berfirman,

@ e-Aq)iefu"#gt
"Dia sekali-kali tidnk menjadikan untukmu dalam agama sustu kesulitan."
(Al-Hajj [22]:78)
Seandainya orang yang sakit tetap berpuasa dan bersedia menanggung
penderitaan, maka puasa yang dilakukannya tetap dianggap sah, namun
tindakannya itu makruh. Sebab, dia tidak ingin menerima keringanan yang
diberikan Allah, dan boleh jadi tindakannya itu akan mendatangkan bahaya
bagi dirinya.
Sebagian sahabat pada masa Rasulullah saw berpuasa dan sebagian lagi
tidak berpuasa karena mereka mengikuti saran Rasulullah. Hamzah al-Aslami
bertanya, wahai Rasulullah, aku merasa mampu untuk tetap berpuasa dalam
perjalanan. Apakah hal tersebut salah? Beliau menjawab,
'.';".: ' t
{:;
'.-: ,f+ i-i J3 - Jt; - n' ,-, ;;;) :"
^l; ;G
"Ia adalah keringanan dari Allnh swt.. Barangsiapa yang mengambilnya,

232 - Fikih Sunnah II

_-l
makilitu bnik, dan bngi tlang masih ingin tefap berpunss, mqka tidak ndn dosa
baginya."r HR Muslim.

Dari Abu Sa'id al-Khudri ra., dia berkata, kami pernah bepergian bersama
Rasulullah saw ke Mekah dan ketika itu karni tetap berpuasa. Abu Sa'id berkata,
kami singgah di suatu tempat. Lalu Rasulullah saw. bersabda,

,); l:.,'.i ,)-t ' ":,:,:,)'..


C-\ .;t' jar,:t ) .d J* _/ ---) $ f---l
"Sesunggulttyn kalian bernda tli tenrytnt yattg berdekatan dengnn ntusuh
kalian, dan tidak berpunsn itu lebilt kunt bogi knlinn."

Ini merupakan satu keringanan. Oleh karena itu, di antara kanii ada yang
berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Kemudian kami singgah di suatu tempat
yang lain. Rasulullah bersabda,

,",, .)",
I "n
,, li. . ), -l: ,," .?
ks\e .*\J Jpr F-lt ' cf.)"''
1-tr \iP.---2 f-\)
"Esok Ttagi kalian akan menverang musuh kalinn, dsn tidsk hewunsn itu
Iebih kust bngi kalian, nnkn ltendaknya kaliatr tidak berpuasn." Hnl ini nrcrultaknn
ketentunn maka katni pun tidnk berpuasn. Setelnh itu, errgkau melilut ksmi
berpuasa lagi bersann Rasulullalt snut. dnlom perjnlannnI HR Ahmad, Muslim,
dan Abu Daud.
Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, kami berperang bersama Rasulullah
saw. pada bulan Ramadhan. Ketika itu, di antara kami ada yang berpuasa dan
ada yang tidak berpuasa. Mereka yang berpuasa tidak menyalahkan mereka
yang tidak berpuasa, dan mereka yang tidak berpuasa juga tidak menyalahkan
mereka yang berpuasa. Di antara mereka terdapat pandangan bahwa orang yang
merasa mampu lantas dia berpuasa, maka itu baik. Dan mereka berpandangan
bahwa orang yang merasa lemah lantas tidak berpuasa, itu pun baik.r HR Ahmad
dan Muslim.

HR Muslim,, kitab "ash-Shiydnr," bab "at-Takhyir fi ash-Shawm al-Fithri fi as-Safar," [ro7]


jilid II, hal.
Zgo. Nasai, kitab "ash-Shiyiim," bab "Dzikr al-lkhtilaf 'ala 'Urwah Jr Hadits
Hamzah fihi," Iz:o:] jilid I\r, hal. r86-r87. Baihaki kitab "ash-Shiydm," bab "ar-Rukhshah
fi ash-Shanm Ji as-Safar," )llid IV hal. z+:.
HR Muslim,, kitab 'irs/1-Sh,''iun," bab "Ajru al-Mufthir f as-Safor idza'fawalla al-Amal,"
Iroz] jilid II, hal. Z8q. Abu Daud, kitab "csft-Sh4wnt,"f:ab "ash-ShawmJi as-Safar" [z+o6)
jilid II, hal. 795. Ahmad dalarn al'hlusnad, j\lid III, hal. 35.
HR Muslim,, kitab "ash-ShiyAnr," bab "lau,az ash-Shawm wa al-Fithri f Syahri Ramadhan li
al-MusaJir f Ghoyr Ma\hiS,ah." lgol jilid IL hal. zBz.Tirmidzl kitab "asft-Shawm,"bab "Mk
IA:a f ai-nilkhshih fi as-Safar," ltttl jilid III, hal. sj. Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan
sahihl' Ahmad dalam al-Musnad, jilid III, hal. rz. Baihaki kitab 'i?sh-Sfit,dnr," bab "Mhn
Ikhtara ash-Shawm f as-Safar idza Qawl,a 'ala ash-Shiyanr," jilid IV, hal. 245.

Pu.asa-233
Manakah yang Lebih Utama bagi Orang yang Bepergian,
Berpuasa atau Tidak Berpuasa?
Bagi orang yang sedang bepergian, mana yang lebih utama, berbuka atau
tetap berpuasa? Mengenai hal ini, para ulama fikih berbeda pendapat. Abu
Hanifah, Syafi'i dan Malikberpendapat bahwa berpuasa lebih diutamakan bagi
orang yang mampu melakukannya, dan berbuka lebih diutamakan bagi orang
yang tidak mampu puasa.
Sementara imam Ahmad berpendapat, berbuka lebih utama dari pada
tetap berpuasa. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Yang lebih utama adalah yang
paling mudah. Bagi orang-orang yang merasa kesulitan mengganti puasa dan
baginya akan lebih mudah jika melakukan puasa pada saat itu, maka puasa
lebih utama."
Syaukani membenarkan pendapat ini. Menurutnya, seseorang yang
merasa berat untuk berpuasa dan akan berdampak buruk terhadap dirinya,
demikian pula orang yang tidak ingin menolak keringanan yang diberikan
kepadanya, maka tidak berpuasa lebih utama. Demikian pula dengan orang yang
khawatir akan merasa sombong atau bersifat riya'karena berpuasa ketika dalam
perjalanan, maka berbuka lebih utama. Sebaliknya, apabila dengan berpuasa
dapat menghilangkan perkara-perkara tersebut di atas, maka berpuasa tentunya
lebih utama daripada tidak berpuasa.
fika seorang yang hendak bepergian berniat puasa di malam hari dan sudah
memulai perjalanannya, maka dia tetap dibolehkan untuk tidak berpuasa pada
siang harinya. Dari fabir bin Abdullah ra., bahwasanya Rasulullah saw. pergi
ke Mekah pada tahun penaklukan kota Mekah. Beliau berpuasa hingga tiba di
Kura' al-Ghamim' dan orang-orang turut berpuasa bersama beliau. Kemudian
ada seorang sahabat yang berkata, orang-orang merasa berat untuk meneruskan
puasa dan mereka menLrnggu apa yang akan engkau lakukan. Mendengar itu,
Rasulullah meminta secawan air lalu meminumnya. Hal ini beliau lakukan
setelah shalat Ashar dan orang-orang menyaksikan apa yang beliau lakukan.
Lalu sebagian dari mereka ada yang ikut membatalkan puasa, dan sebagian
yang lain tetap meneruskan puasanya. Begitu Rasulullah melihat sebagian tetap
berpuasa, beliau bersabda, "Mereka itu adalah orang-orang yang durhaka."',:

Al-Ghamim adalah nama sebuah lembah di Aslan.


Karena Nabi telah menganjurkan untuk tidak berpuasa, tetapi rnereka enggan dan tidak
menerima keringanan.
HR Muslim,, kitab "aslr-Shr1hm," bab "Jawaz ash-Shawm wa al-Fthri Jt Syahri Ramadhan
Ii al-Musafir fi Ghayr Ma'shiyah," [qo] iilid II, hal. 785. Tirmidzi kitab "ash-Shawm," bab
"MA hhf Xarahiyah ash-shawnt Ji ai-Safar." l7rol.'tirmidzi berkala, "Hadits ini hasan
sahihi' jilid III, hal. Bo-8r. Nasai, krtab "ash-Shiyhm," bab "Dzikr Ismi ar-Rajul," lzz63l

234 - Fikih Sunnah II


HR Muslim, Nasai, dan Tirmidzi yang menyatakan kesahihannya.

|ika seseorang berniat puasa ketika masih mukim, lalu mengadakan perjalanan
di siang hari, menurut mayoritas ulama, orang itu tidak dibolehkan membatalkan
puasa. Tetapi imam Ahmad dan Ishaq membolehkannya berdasarkan pada hadits
yang diriwayatkan dan dinyatakan hasan oleh Tirmidzi dari Muhammad bin
Ka'ab, dia berkata, pada bulan Ramadhan, aku mendatangi Anas bin Malik saat
hendak mengadakan perjalanan. Kendaraannya sudah disiapkan dan dia pun telah
memakai pakaian musafir. Saat itu, dia meminta diambilkan makanan kemudian
memakannya. Melihat itu, aku bertanya kepadanya, apakah ini termasuk Sunnah?
Dia menjawab, Sunnah. Kemudian dia menaiki kendaraannya.'
Dari Ubaid bin Jubair, dia berkata, pada bulan Ramadhan, aku berlayar
dengan menumpang sebuah kapal bersama Abu Bashrah al-Ghifari dari
kota Fusthath. Namun kemudian dia menawarkan makan siang dan berkata,
mendekatlah kemari. Aku bertanya, bukankah engkau sekarang ini masih di
kawasan perumahan? Dia menjawab, apakah engkau tidak menyukai Sunnah
Rasulullah saw.?' HR Ahmad, dan Abu Daud, dan perawinya dapat dipercaya.
Syaukani berkata, "Kedua hadits ini menyatakan bahwa orang yang
bepergian dibolehkan untuk tidak berpuasa meskipun sebelum meninggalkan
tempat kediamannyal'Dia berkata lagi, "Menurut Ibnu Arabi, hadits Anas ini
sahih dan hadits ini membolehkan untuktidakberpuasa meskipun masih dalam
keadaan mempersiapkan keberangkatan." Syaukani berkata, "Inilah pendapat
yang benar."

Perjalanan yang membolehkan untuk tidak berpuasa adalah perjalanan


yang dibolehkan untuk mengqashar shalat, sedangkan masa bermukim yang
dibolehkan bagi seorang yang bepergian untuk tidak berpuasa adalah selama
dia dibolehkan mengqashar shalat. Semua masalah ini telah saya uraikan bahasa
dalam bab shalat qashar yang juga saya sertakan uraian pendapat-pendapat ulama
mengenai dan pernyataan yang dikemukakan oleh Ibnu Qalf im. Ahmad, Abu
Daud, Baihaki, dan Thahawi meriwayatkan dari Manshur al-Kalbi bahwa pada

27. Balha\! kitab "ash-Shiyam)'bab "al-MusaJir Yshum badha asy-syahri wa


ir]i{ .f V !al,.r
YuJihir Badhan wa Yushbihu Sha'imanf Salarihi, tsumma'Yufthir." jilid IV. ha[.246.
a HR Tirmidzi kitab "ash-Shawm," bab "Md Akala tsumma Khardja Yuridu Safaranl' lZSgl
jilid III, hal. r5,1. Pentahqiq Fikih as-Sunnalr ini berkata, "Tidak seorang p'un dari para
ulama penulis.enam,buku,hadits yang meriwayatkan hadits ini selain Tirmidzi seoiang
diril' Baihaki kitab "ash-Shiyam," bab "al-Musafir Yashum badha asy-syahri wa yufthlr
Badhan wa Yushbihu Sha'iman Ji Safarihi. tsrd*o Yufhir," jilid IV 'ha(. zaa. Al-Altani
berkata, "Hadits ini diperkuat dengan hadits berikutny{' Tamhm al-Minnah l4oo).
5 A1-Fusthath adalah pusat kota peradaban Mesir kuno. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Daud, kitab "ash-Shawm,"bab "Mhta Yufthir al-Musaf r idza Kharaja?" Iiarz] jilid II, hal.
799. Ahmad dalam al-Musnad, jilid VI, hal. 7. Baihaki kitab "ash-Shiyam,"bab "MAn qala,
Yufthir wa in Kharhja bada Thulu' al-Fajri," jilid IV, hal. 246.

Puosa-235
bulan Ramadhan, Dihyah bin Khalifah pergi dari sebuah kampung di daerah
Damaskus menuju suatu tempat yang jauhnya kira-kira antara kota Fusthath
dengan kota Aqabah. ' Kemudian dia membatalkan puasa dan orang-orang turut
membatalkan puasa bersarnanya. Namun ada sebagian orang yang tidak ingin
membatalkan puasanya. Setelah pulang ke kampungnya, Dihyah berkata, demi
Allah, pada hari ini aku telah melihat suatu perkara yang menurutku aku belum
pernah melihatnya sebelum ini. Ternyata ada sejumlah orang yang tidak menlukai
ajaran Rasulullah saw.. Dia mengatakan, kata-kataini ditujukan kepada orang-
orang yang berpuasa ketika dalam perjalanan. Ketika itu dia berkata, ya Allah,
wafatkanlah aku untuk rnenghadap-Mu.' Semua perawi hadits ini dapat dipercaya,
kecuali Manshur al-Kalbi karena hanya Ijli yang mempercayainya.

Orang yang Tidak Diperbolehkan Berpuasa tapi Harus


Mengqadha'
Para ulama fikih sepakat, bahwa perempuan yang sedang haid atau nifas
tidak diwajibkan berpuasa bahkan diharamkan berpuasa. Jika mereka berpuasa,
maka puasanya tidak sah. Tapi mereka harus mengqadha'puasa sebanyakyang
ditinggalkannya.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, ketika
kami mengalami haid di masa Rasulullah saw., kami diperintahkan mengqadha'
puasa, tapi kami tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat.s

Ad Hari-hariYang Dilarang Berpuas" b4


Ada beberapa hadits yang menjelaskan larangan berpuasa pada hari-hari
tertentu.l Uraian selengkapnya sebagaimana berikut:
jarakyang ditempuh dari Negariurya menyamai jarak antara daerah Mesir lama denganX4alyit
'
Aqab'ah fung b.idek"tun de"ngan'ImbaUln. tarat< ini diperkirakan sejauh satu fariakh.
HR Abu Daud, kitab "ash Shawm," bab "Qadar Masirah ma Yufthir;fihi," lz4t3l jilid II,
hal.8oo-8or. Mundziri berkata, "Yurq dimaksudkan dalam hadits ini adalah Manshur
al'Kalbi. Semua pertiwi sanadnya adaiah tsiqah yang dijadikan sebagai hujjah di dalam
Shahih Bukharl,. Manshur al-Kalbi adalah orang Mesirl' Diriwayatkan oleh Baihaki kitab
"ash-Shiydm,"bab "lawaz al-Fithri Jt as-Safar," jilid IV hal. z4r.
HR Bukhari, secara makna kitab "al-Haydh," bab "Ld Taqdhi al-Ha'idh ash-Shalhh"' jlbd
I, hal. 88. Muslim, kirab ^dl-Haydlt," btb "Wuiub Qadha' ash-Shawm 'ala sl-Ha'idh duna
ash-Shaldh," f6ql jilid I, hal. 265. Abu Daud, kitab "ath'Thaha,rah,"bab'fi al-Ha'idh la
Taqdhi ash-Shalah.' lzoz-ztll iilitJ L hal. r8o. Tirmidzi kitab "tilfi Thaharah."bab "Ma lah
fi a:l-Ho'idh annaha lo Taqdhi ash-Shalalt." lr:o] jilid I. hal. z3+- Tinnidz_i berkata, "Hadits
ini hasan sahihl' Ibnu l.liiah, kitab "ath'Thdhaish wa Sunanuha,bab al-Ha'idh la Taqdhi
ash-Shaldh," [6:r] jilid I,'hal. zo7. Nasai, kitab "al-Haidh wa al-Istihadhah,bab Suquth
ash-Shaldh'an al-Ha'idh," [:82] jilid I, hal. r9r-r92.
HR Bukhari, kitab "ash-Shawm," bab "Shawm Yawm al-Fithrt," jilid III, hal. 55. Muslim,

236 - Fikih Sunnoh Il


:

i
L

Anda mungkin juga menyukai