Rukun puasa ada dua, yang keduanya merupakan unsur terpenting dalam
puasa, yaitu:
r. Menahan diri daripada segala hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt.,
' HR B.rkh"rt, l"t.b "ash-Shawm,"bab "Qawl Allah Taala:Firman Allah Taala, "Dan makan
tninumlalyhingg! tgrLl!1g baginu benartg putih." (Al-Baqarah IrJ: r 8Z) jilid III, hal. 36 dan
kilab "o.t TaIsir."bab "Sungguh Kanti (sering) mclihut mikantu nienergridah ke langit, maka
sungguh Kami akan ntem-ulingkan kamu ki kiblat yang kamu sukai. i'alinskanlah'mukamu
ke arah Musjid.il Haram. Dan-di mana saja kamu bbrada, patingkanlalt muI<amu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang(Yahudi.dan Nasratti) yaitgdi6eri Al-kitab (Taurat dan tilit)
memdng mettgettthui, bahwa berpuling ke Masiidil Harai itu adaluh benar dari TuhannTa:
dun Allah sekali-kali tidnk Iengnh
.dari apn yang ntereka kerjakan." (Al-Baqarah lzl: r aa) lilid
III, hal. 3 r. Muslim, kirab "ash-Sftr), am." b'a6'-Bayan anna'ad-Dukhul fi alsh-Shaim Vit ttrrt
bi Thulu' al-Fajr u'a antn luhu al-Aklu wa Glnyruhu hatta Yathlu' allFaian" I r r - ral iilid I I.
hal.266-262. Tirmidzi kilab 'hr-Id/sir." bab 'iva min nl-Bnqarah." lzgTo-ziiti Tiimidzi
berkata, "Hadits ini hasan slhihi'Abu Daud, kitab "ash-Shawm,"'bib,,Waqi as-Sahur,"
!lqel ;1lia ll, !al. 76o-76r..Nasai, secara ringkas kitab "ash-Shiykm,"bab "Tawil eawl Allah
Taahl: Takwil Firman Allah Taala: "Dan m-akan minumlah hinssa terans hasimu benano
o
put ih dari benarry hitanr, yaitu fajar)'( Al- Baqarah Iz]: r87) 1: rZ"91
,iitia fV, t it. , +S.
t
z. Niat. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt.,
Niat hendaknya dilakukan sebelum terbit fajar pada setiap malam bulan
Ramadhan. Hal ini berdasarkan pada hadits Hafshah, dia berkata, Rasulullah
saw. bersabda,
Demikian pula orang yang berkeinginan untuk menahan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatalkan puasa di siang hari dengan ikhlas karena
Allah, berarti dia telah berniat, meskipun tidak makan sahur.
Lihat takhrij sebelumnya pada hadits yang sama terkait fardhu wudhu.
Yujmi'u berasal dari kaia al-Ijma'yangma-ksudnya memantapkan niat dan tekad.
HR Abu Daud, kitab 'hsh-Shawm."bab-"an-Niyyahf ash-Shiyam," lza5al jilid ll, hal. 823-824.
Tirmidzi kitab "ash-Shawm,"bab 'MA ld:a Ia Shiyhma li man lam Yu'zim min al-Layl," 173o)
jilid
iilid III, hal. 99. Abu Isa berkata, "sejauh
Isa_berkata, "Sejauh pengetahuan
pen kami, hadits ini dapat dikategorikan
martu
marfu'hanya clengan jalur
hanva dengan penwayatan ini
lalur periwayatan tnt saja," KltaD "ash-Shawmi'b1!
Nasar, krtab
sala. Nasai, asn-Jnawm, oao "qn:Nyya.|
an-|\tyyan
triyyah
fi'hih-Shawmlliyd-zttzljilid iV hal. reTilbnu Majah, kitab "ash-Shawm)'bab "Ji Fardh Firdh
al-Khiyarft "ash-Shawm,"" Ir7oo] jilid I,naL
ash-Shawm min al-Layl wa al-Khiyarfi 542. Al-Muwaththa
I, hal.54z. Al-Muwaththa'
"ash-Shiyam,"bdb "Man
kitab "ash-Shiydm,"bab
kirab "Mhn Ajmaa ti] jiti4I'
ash-Shiydm qabla al-Fairi," t5]
Ajhah-ash-shiyam jllid I. hal. z8
288. Darimi
I<tab "ash-Shiydm,"bab "Mdn Lam Yujmi' ash-Shiyhm min al'Layll'iilid II, hal. 0.
l<tab
Puasa-225
J
Menurut mayoritas ulama fikih, niat berpuasa untuk puasa sunnah boleh
dilakukan di siang hari selama orang tersebut belum makan dan minum.
Aisyah berkata, pada suatu hari Rasulullah saw. menemuiku lantas bertanya,
'Apakah ada sesuatu (makanan) di tempat kolian?" Kami menjawab, tidak
ada. Beliau kemudian bersabda,
t"t'
PV
\
?9
\l'
' HR Muslim,, kitab "dsh-Sh iydm," bab "lawaz Shawm an-NafiIah bi Niyyah an-Nahar qabla
az-Zawal," [6g] jilid II, hal. 8o8. Abu Daud, kitab "ash-Shawm," bab "fi ar-Rukhshah Ji
Dzalika," [2a55]jilid II, hal. 8u+. Tirmidzi kitab "ash-Shawm,"bab "Shiydm al-Mutathawwi'
bi Ghayr Tabyit," [733] jilid III, hal. roz. Ibnu Majah, kitab "ash-Shawm," bab "Fardh ash-
Shawm min al-Layl," Ir7or] jilid I, hal. i+:. Nasai, kitab "ash-Shiyhm," bab "an-Niyyah fi
ash-Shiyhm," l4z7l jilid lV hal. rgs. Ahmad d,alam al-Musnad, jilid VI, hal. zo7.
,/ \'
'r'-" ' :'
nl..>-l_ .'->-
1v
" Pena diangkat (ketentuan tidak berlaku, red) bagi tiga golongan: Orang gila
sampai dia sembuh, orang yang tidur sampai dia bangun, dan anak-anak snmpai
berusiabalig."t HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi.
' Lihat takhrij sebelumnya pada hadits yang sama dalam bahasan "siapakah yang diwajibkan shalat?"
' HR Bukhari, kitab 'hsh-Shawm,"bab "Shawm ash-Shibyan," jilid III, hal qz-+8. Muslim,
kitab "ash-Shiydm," bab "Mdn Akala AsyArd', falyakufa Baqiyyah Yawmihi," Ut6-tlzl'
f
jilid II, hal. 7e8-7s9.
Puasa-227
bisa diharapkan lagi kesembuhan penyakitnya, dan pekerja berat yang tidak
memiliki sumber penghidupan lain kecuali pekerjaan yang dijalaninya. Mereka
semua mendapat keringanan untuk tidak berpuasa, sebab jika mereka puasa,
maka puasanya akan mengakibatkan mereka kepayahan dan memberatkan
selama bulan Ramadhan. Mereka termasuk golongan yang mendapat keringanan.
Namun, mereka diwajibkan memberi makan kepada satu orang miskin pada
setiap hari sebanyak satu sha", setengah sha' atau satu mud. Ketetapan ini masih
diperdebatkan di kalangan ulama, mengingat tidak ada hadits yang menetapkan
banyaknya jumlah yang harus diberikan kepada orang miskin.
Ibnu Abbas berkata, orang yang sudah lanjut usia diberi keringanan untuk
tidak berpuasa, dan dia harus memberi makan satu orang miskin pada setiap
hari, dan dia tidak perlu mengganti puasa yang ditinggalkannya' HR Daraquthni
dan Hakim yang sama-sama menyatakan kesahihan atsar ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Atha bahwa dia pernah mendengar
Ibnu Abbas ra. membaca ayat berikut, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi
maknn orangmiskinl'Lalulbnu Abbas berkata, ayat ini tidakmansukh (dihapus). Ayat
ini ditujukan kepada orang yang sudah lanjut usia, baik lakiJaki maupun perempuan,
yang tidak sanggup lagi untuk berpuasa. Dan sebagai gantinya, mereka diharuskan
memberi makan satu orang miskin pada tiap-tiap hari (selama Ramadhan). 3
Demikian pula orang sakit yang tidak ada harapan sembuh dan tidak mam-
pu berpuasa. Orang seperti ini hukumnya sama dengan orang tua lanjut usia
tanpa ada perbedaan. Demikian juga para pekerja yang terlibat dalam kerja-
kerja kasar dan berat.
Syekh Muhammad Abduh berkata, "Yang dimaksud 'Orang-orang yang
berat menjalankannya," dalam ayat tersebut adalah orang tua yang sudah lanjut
usia, orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh, serta para pekerja
berat yang pekerjaannya itu menjadi sumber penghasilan tetapnya, seperti para
pekerja tambang.
Ia dapat diketahui melalui pengalaman, pemberitahuan dari seorang dokter yang dipercaya,
atau KeyaKrnan yang kuat.
HR Abu Daud, kitab "ash shawm," bab "Man eala: Hiya Mutsbitah li asv-sviekh wa al-
\Qlai'[z3rs] jilid II, hal. 738. Baihaki kitab "ash-Shiydm," bab "al-Hamii wi al-Murdhi,,,
jilid IV hal. z3o.
HR Daraquthnikitab "ash-Shiydml'bab "Thulu' asy-Syams bada al-lfthar," t8l jilid X, hal. zo6.
Al-Mudd sama dengan seperempat gantang vane diisi denean nJtrdtr-. "
AI-Muwaththa' kitaS 'hsft-Shd wm." b."ab "ritryan E4an Af haia
Jihamadhan min 'tltah," l5zl
iilid I, hal. 3o8. Baihaki kirab 'hsr-sftilam."bab "at-uamil wahl-Murdhi'," jilid IV hal. zto.'
Puasa*229
"Sesungguhnya Allah memberi keringnnnn kepada ornng vang bepergian
untuk tidak berpunsa dan nrcngqashnr shalat, sedangkan perernpuan hamil dan
rne.nyusui dilteri keringenatt untuk tidnk berpuasn."l
Menurut mazhab Hanafi, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur, mereka hanya
diwajibkan mengqadha'puasa dan tidak diwajibkan membayar fdyah.
Menurut imam Ahmad dan Syaf i, jika mereka tidak berpuasa karena
khawatir terhadap keselamatan anaknya, mereka diwajibkan mengqadha' dan
membayar fidyah. Tetapi jika mereka khawatir akan keselamatan dirinya, atau
keselamatan dirinya sekaligus keselamatan anaknya, mereka hanya diwajibkan
mengqadha:
e" "4
6.ii'e er 6 iq)i Hit 4';:;,; aii q:6
b,
'A
16 ;i3} f e !\ \A ; & <Gs "/t'Jr'41 @'r;7.
'3?Vr5 ; s?ir',;i:fift
# 6"g;t iGL: li j$<)$i g-, ",4
1-
@6:tXt";H
' HR Abu Daud, kitab "ash-Shawm,"bab "Ikhtiyar al-Fithri," lzao9l jilid II, hal. 796-797. Nasai,
kltab "ash-Shiydrn,"bab'Wadh'i ash-Shiydm'an al-Musafir wa Dzikr al-tkhtilaf Mu'awiyah
ibnu SaIIam wa Ali ibnu al-Mubarak fi Hadza al-Hadits," lzzzsl jibd Il hal. r8o dan bab
"Wadhi ash-shiydm'on al-Hubla wa-al-Murdli'," [u rrS] jilid IV,'hal. r9o. Tirmidzi kitab
"ash-Shawtn,"bab "ar-Rukhshahfi al-Iftharli al-Hublawa al-Murdhi'," [zrSl jilid III, hal.
85. Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan." Ibnu Majah, kitab "ash-Shiyhm," ftsoT). Ahmad
dalam al-Musnad, jllidlY,hal. yl dan jilid V hal. 29.
56$Su^i:io;7+,:editt;"lir"3i*.jrla;:itt:;',:;i
3 re$", i ;;J J!i\ ta i:,u ;s'*xs ?pi/&'*;,#
Jy6i\;;4J7U\\j+!JA\F,L.115;:,4iZ4AiLj
@;<';3i:{ri;"&ss"
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialnll bulnn Ramudhan, bulan yang di
dnlamnya diturunkan AI-Qur'an sebagni petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
Karena itu, barangsiapa di antora komu hadir (di Negara tempat tinggalnya) di
bulan itu, hendaknya din berpuasa. " (Al-Baqarah [2]: 185)
' HR Ab" D""d, kirab "ash Shatah," bab "Kayfa al-Adzan," l5o6ljilid I, hal. 3+7. Ahmad
dalam al- M usnad. jrlid Y, hal. 246- 247
' Ia dapat diketahui melalui pengalaman, pemberitahuan dari dokter yang dipercaya atau
keyakinan yang kuat.
Puasa-237
Dalam l<tab al-Mughni disebutkan, "Diceritakan bahwa sejumlah ulama
salaf membolehkan untuk tidak berpuasa disebabkan penyakit ringan sekalipun,
seperti sakit pada jari atau gusi. Hal ini berdasarkan keumuman makna yang
terdapat dalam ayat tersebut. Lebih dari itu, orang yang bepergian dibolehkan
tidak berpuasa meskipun dia tidak harus melakukannya. Demikian pula
orang yang sakit." Pendapat ini dikemukakan oleh Bukhari, Atha' dan mazhab
Zhahiri.
Orang sehat yang khawatir terkena sakit jika berpuasa dibolehkan untuk
tidak berpuasa sebagaimana orang sakit. Demikian juga orang yang sangat lapar
atau sangat haus hingga dapat menyebabkan pada kematian. Dalam kondisi
seperti ini, dia dibolehkan tidak berpuasa, tapi harus mengganti puasa yang
ditinggalkannya, meskipun orang itu sehat dan tidak bepergian. Allah swt.
berfirman,
Allah berfirman,
@ e-Aq)iefu"#gt
"Dia sekali-kali tidnk menjadikan untukmu dalam agama sustu kesulitan."
(Al-Hajj [22]:78)
Seandainya orang yang sakit tetap berpuasa dan bersedia menanggung
penderitaan, maka puasa yang dilakukannya tetap dianggap sah, namun
tindakannya itu makruh. Sebab, dia tidak ingin menerima keringanan yang
diberikan Allah, dan boleh jadi tindakannya itu akan mendatangkan bahaya
bagi dirinya.
Sebagian sahabat pada masa Rasulullah saw berpuasa dan sebagian lagi
tidak berpuasa karena mereka mengikuti saran Rasulullah. Hamzah al-Aslami
bertanya, wahai Rasulullah, aku merasa mampu untuk tetap berpuasa dalam
perjalanan. Apakah hal tersebut salah? Beliau menjawab,
'.';".: ' t
{:;
'.-: ,f+ i-i J3 - Jt; - n' ,-, ;;;) :"
^l; ;G
"Ia adalah keringanan dari Allnh swt.. Barangsiapa yang mengambilnya,
_-l
makilitu bnik, dan bngi tlang masih ingin tefap berpunss, mqka tidak ndn dosa
baginya."r HR Muslim.
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra., dia berkata, kami pernah bepergian bersama
Rasulullah saw ke Mekah dan ketika itu karni tetap berpuasa. Abu Sa'id berkata,
kami singgah di suatu tempat. Lalu Rasulullah saw. bersabda,
Ini merupakan satu keringanan. Oleh karena itu, di antara kanii ada yang
berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Kemudian kami singgah di suatu tempat
yang lain. Rasulullah bersabda,
,",, .)",
I "n
,, li. . ), -l: ,," .?
ks\e .*\J Jpr F-lt ' cf.)"''
1-tr \iP.---2 f-\)
"Esok Ttagi kalian akan menverang musuh kalinn, dsn tidsk hewunsn itu
Iebih kust bngi kalian, nnkn ltendaknya kaliatr tidak berpuasn." Hnl ini nrcrultaknn
ketentunn maka katni pun tidnk berpuasn. Setelnh itu, errgkau melilut ksmi
berpuasa lagi bersann Rasulullalt snut. dnlom perjnlannnI HR Ahmad, Muslim,
dan Abu Daud.
Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, kami berperang bersama Rasulullah
saw. pada bulan Ramadhan. Ketika itu, di antara kami ada yang berpuasa dan
ada yang tidak berpuasa. Mereka yang berpuasa tidak menyalahkan mereka
yang tidak berpuasa, dan mereka yang tidak berpuasa juga tidak menyalahkan
mereka yang berpuasa. Di antara mereka terdapat pandangan bahwa orang yang
merasa mampu lantas dia berpuasa, maka itu baik. Dan mereka berpandangan
bahwa orang yang merasa lemah lantas tidak berpuasa, itu pun baik.r HR Ahmad
dan Muslim.
Pu.asa-233
Manakah yang Lebih Utama bagi Orang yang Bepergian,
Berpuasa atau Tidak Berpuasa?
Bagi orang yang sedang bepergian, mana yang lebih utama, berbuka atau
tetap berpuasa? Mengenai hal ini, para ulama fikih berbeda pendapat. Abu
Hanifah, Syafi'i dan Malikberpendapat bahwa berpuasa lebih diutamakan bagi
orang yang mampu melakukannya, dan berbuka lebih diutamakan bagi orang
yang tidak mampu puasa.
Sementara imam Ahmad berpendapat, berbuka lebih utama dari pada
tetap berpuasa. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Yang lebih utama adalah yang
paling mudah. Bagi orang-orang yang merasa kesulitan mengganti puasa dan
baginya akan lebih mudah jika melakukan puasa pada saat itu, maka puasa
lebih utama."
Syaukani membenarkan pendapat ini. Menurutnya, seseorang yang
merasa berat untuk berpuasa dan akan berdampak buruk terhadap dirinya,
demikian pula orang yang tidak ingin menolak keringanan yang diberikan
kepadanya, maka tidak berpuasa lebih utama. Demikian pula dengan orang yang
khawatir akan merasa sombong atau bersifat riya'karena berpuasa ketika dalam
perjalanan, maka berbuka lebih utama. Sebaliknya, apabila dengan berpuasa
dapat menghilangkan perkara-perkara tersebut di atas, maka berpuasa tentunya
lebih utama daripada tidak berpuasa.
fika seorang yang hendak bepergian berniat puasa di malam hari dan sudah
memulai perjalanannya, maka dia tetap dibolehkan untuk tidak berpuasa pada
siang harinya. Dari fabir bin Abdullah ra., bahwasanya Rasulullah saw. pergi
ke Mekah pada tahun penaklukan kota Mekah. Beliau berpuasa hingga tiba di
Kura' al-Ghamim' dan orang-orang turut berpuasa bersama beliau. Kemudian
ada seorang sahabat yang berkata, orang-orang merasa berat untuk meneruskan
puasa dan mereka menLrnggu apa yang akan engkau lakukan. Mendengar itu,
Rasulullah meminta secawan air lalu meminumnya. Hal ini beliau lakukan
setelah shalat Ashar dan orang-orang menyaksikan apa yang beliau lakukan.
Lalu sebagian dari mereka ada yang ikut membatalkan puasa, dan sebagian
yang lain tetap meneruskan puasanya. Begitu Rasulullah melihat sebagian tetap
berpuasa, beliau bersabda, "Mereka itu adalah orang-orang yang durhaka."',:
|ika seseorang berniat puasa ketika masih mukim, lalu mengadakan perjalanan
di siang hari, menurut mayoritas ulama, orang itu tidak dibolehkan membatalkan
puasa. Tetapi imam Ahmad dan Ishaq membolehkannya berdasarkan pada hadits
yang diriwayatkan dan dinyatakan hasan oleh Tirmidzi dari Muhammad bin
Ka'ab, dia berkata, pada bulan Ramadhan, aku mendatangi Anas bin Malik saat
hendak mengadakan perjalanan. Kendaraannya sudah disiapkan dan dia pun telah
memakai pakaian musafir. Saat itu, dia meminta diambilkan makanan kemudian
memakannya. Melihat itu, aku bertanya kepadanya, apakah ini termasuk Sunnah?
Dia menjawab, Sunnah. Kemudian dia menaiki kendaraannya.'
Dari Ubaid bin Jubair, dia berkata, pada bulan Ramadhan, aku berlayar
dengan menumpang sebuah kapal bersama Abu Bashrah al-Ghifari dari
kota Fusthath. Namun kemudian dia menawarkan makan siang dan berkata,
mendekatlah kemari. Aku bertanya, bukankah engkau sekarang ini masih di
kawasan perumahan? Dia menjawab, apakah engkau tidak menyukai Sunnah
Rasulullah saw.?' HR Ahmad, dan Abu Daud, dan perawinya dapat dipercaya.
Syaukani berkata, "Kedua hadits ini menyatakan bahwa orang yang
bepergian dibolehkan untuk tidak berpuasa meskipun sebelum meninggalkan
tempat kediamannyal'Dia berkata lagi, "Menurut Ibnu Arabi, hadits Anas ini
sahih dan hadits ini membolehkan untuktidakberpuasa meskipun masih dalam
keadaan mempersiapkan keberangkatan." Syaukani berkata, "Inilah pendapat
yang benar."
Puosa-235
bulan Ramadhan, Dihyah bin Khalifah pergi dari sebuah kampung di daerah
Damaskus menuju suatu tempat yang jauhnya kira-kira antara kota Fusthath
dengan kota Aqabah. ' Kemudian dia membatalkan puasa dan orang-orang turut
membatalkan puasa bersarnanya. Namun ada sebagian orang yang tidak ingin
membatalkan puasanya. Setelah pulang ke kampungnya, Dihyah berkata, demi
Allah, pada hari ini aku telah melihat suatu perkara yang menurutku aku belum
pernah melihatnya sebelum ini. Ternyata ada sejumlah orang yang tidak menlukai
ajaran Rasulullah saw.. Dia mengatakan, kata-kataini ditujukan kepada orang-
orang yang berpuasa ketika dalam perjalanan. Ketika itu dia berkata, ya Allah,
wafatkanlah aku untuk rnenghadap-Mu.' Semua perawi hadits ini dapat dipercaya,
kecuali Manshur al-Kalbi karena hanya Ijli yang mempercayainya.
i
L