Makalah Sdphi Kelompok 10.
Makalah Sdphi Kelompok 10.
Disusun Oleh:
Kelompok 10 (F)
FAKULTAS SYARIAH
Pertama tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat sertahidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul Reformasi Hukum Islam di Indonesia dan Bentuk Bentuk reformasi
hukum di indonesia “.Makalah ini disusun bertujuan untuk membahas salah satu materi
pelajaran “Sejarah dan Pengantar Hukum Islam“.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Heri Irawan S.H.,M.H. selaku
dosen pengampu matakuliah Sejarah dan Pengantar Hukum Islam. Makalah ini dapat
diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta teman-teman yang
memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok kami.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna kerena
keterbatasan kemampuan dan pemahaman yang kami miliki, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………….……………………………….……. 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas dalam tataran dunia Islam
internasional, bahkan disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul
dalam satu batas teritorial kenegaraan. Meskipun demikian Islam dengan serangkaian
varian hukumnya belum bisa diterapkan sepenuhnya dinegara kita ini.
Dengan mempelajari sejarah perkembangan hukum Islam -dinegara yang dikatakan
penduduknya mayoritas beragama Islam- dari berbagai periode sampai masa sekarang ini,
dengan harapan dapat kita jadikan acuan dalam memperjuangkan hukum Allah dibumi
kita tercinta ini. Karena kita tahu -diakui ataupun tidak- hukum Allah lah sebaik-baiknya
hukum yang ada.
Selain itu perlu kita cermati pen-tasyri’-an dan taqnin penerapan fikih -yang akhir-akhir
ini lebih cenderung diartikan sebagai hukum Islam- dizaman kita ini, baik dari segi
pelaksaannya oleh warga negara serta pengakuan negara melalui kodifikasi hukum Islam
sebagai hukum resmi negera. Setelah itu baru kemudian beranjak kepada pemahaman
konsep reformasi hukum Islam dan gagasan para tokoh-tokoh Islam dinegara ini.
4
BAB II
PENDAHULUAN
1
https://kumparan.com/kabar-harian/makna-dan-karakteristik-hukum-di-indonesia-1x1eAV1eQHd/full
2021
5
merusak dan perbuatan yang buruk. Al-Qur’an memuat istilah islāh dalam beberapa ayat.
Antaranya: akhir ayat 220 QS. al-Baqarah:
ِﺢ َﻭ َﻟ ْﻮ ْ ُ َﻳ ْﻌ َﻠ ُﻢ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻔ ِﺴﺪَ ﻣِ ﻦَ ْﺍﻟ ُﻤy
ِ ﺼﻠ ْ ﻋ ِﻦ ْﺍﻟ َﻴﺘَﺎ َﻣ ٰﻰ ﻗُ ْﻞ ِﺇ
ُ ﺻ َﻼ ٌﺡ َﻟ ُﻬ ْﻢ َﺧﻴ ٌْﺮ َﻭ ِﺇ ْﻥ ﺗُﺨَﺎ ِﻟ
ﻄﻮ ُﻫ ْﻢ َﻓﺈِ ْﺧ َﻮﺍﻧُ ُﻜ ْﻢ َﻭ ﱠ َ َﻓِﻲ ﺍﻟﺪﱡ ْﻧ َﻴﺎ َﻭ ْﺍﻵﺧِ َﺮﺓِ َﻭ َﻳ ْﺴﺄَﻟُﻮﻧَﻚ
٢٢٠:ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ. ﻳﺰ َﺣﻜِﻴ ٌﻢ ٌ ﻋ ِﺰ َ y َ ُ َﻷ َ ْﻋ َﻨﺘَ ُﻜ ْﻢ ِﺇ ﱠﻥ ﱠy
ﺷَﺎ َء ﱠ
Artinya: Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,
katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul
dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang
membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki,
niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
2
Supriyadi.Dedi. Sejarah Hukum Islam Dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia, 2007
7
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak didefinisikan bahwa anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah mengeluarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017 yang salah satu pertimbangan
Mahkamah Konstitusi dalam putusan tersebut yaitu “Namun tatkala pembedaan
perlakuan antara pria dan wanita itu berdampak pada atau menghalangi pemenuhan hak-
hak dasar atau hak hak konstitusional warga negara, baik yang termasuk ke dalam
kelompok hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, pendidikan, sosial, dan
kebudayaan, yang seharusnya tidak boleh dibedakan semata-mata berdasarkan alasan
jenis kelamin, maka pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi.” Dalam
pertimbangan yang sama juga disebutkan Pengaturan batas usia minimal perkawinan
yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja menimbulkan diskriminasi dalam konteks
pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat
(1) UUD 1945, melainkan juga telah menimbulkan diskriminasi terhadap pelindungan
dan pemenuhan hak anak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945.
Dalam hal ini, ketika usia minimal perkawinan bagi wanita lebih rendah dibandingkan
pria, maka secara hukum wanita dapat lebih cepat untuk membentuk keluarga. Oleh
karena hal tersebut, dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi memerintahkan
kepada pembentuk undangundang untuk dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Perubahan norma dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan ini menjangkau batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan norma
menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi wanita. Dalam hal
ini batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas minimal
umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun. Batas usia dimaksud dinilai
telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat
mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat
keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih
tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju
kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu
juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak
8
termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap pendidikan
setinggi mungkin.3
3
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf KESRA. Perkawinan. Perubahan. (Penjelasan
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6401) (2019) diakses pada
21 Desember 2021
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
masyarakat kita diakui atau tidak terus mengalami perkembangan dan bahkan makin lama
makin meningkat dan meluas ke sektor-sektor kehidupan hukum yang sebelumnya belum
diterapkan menurut ketentuan hukum Islam. Hal ini merupakan wujud nyata dari reformasi
kami dilandasi dari beberapa faktor berikut: Pertama, Untuk mengisi kekosongan hukum
segera diselesaikan dan diberi solusi hukumnya. Kedua, pengaruh globalisasi ekonomi dan
Iptek yang terus berkembang pesat sehingga perlu adanya hukum yang mengaturnya.
Ketiga, pengaruh reformasi dalam berbagai bidang yang memberikan peluang kepada
hukum Islam untuk dijadikan sebagai suatu rujukan dalam membuat hukum nasional.
Keempat pengaruh para pambaru pemikiran hukum Islam baik di Indonesia maupun dunia.
10
Daftar Pustaka
https://kumparan.com/kabar-harian/makna-dan-karakteristik-hukum-di-indonesia-
1x1eAV1eQHd/full
Almaany Mobile, “Terjemahan Kamus Istilah Indonesia Arab”
, Https://www.almaany.com/id/dict/a-id/hukum/, diakses 7 Oktober 2018 2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty,
2008),41. 3Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
34
11
12