Anda di halaman 1dari 12

Reformasi Hukum Islam di Indonesia dan

Bentuk Bentuk reformasi hukum di indonesia

SEJARAH DAN PENGANTAR HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu : Heri Irawan,S.H.,M.H

Disusun Oleh:

Kelompok 10 (F)

1. Jayana Rifaldi P.P 2121030219


2. Deris Risdianto 2121030216
3. Dewa
4. Ira Herlina

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Pertama tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat sertahidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul Reformasi Hukum Islam di Indonesia dan Bentuk Bentuk reformasi
hukum di indonesia “.Makalah ini disusun bertujuan untuk membahas salah satu materi
pelajaran “Sejarah dan Pengantar Hukum Islam“.

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Heri Irawan S.H.,M.H. selaku
dosen pengampu matakuliah Sejarah dan Pengantar Hukum Islam. Makalah ini dapat
diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta teman-teman yang
memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok kami.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna kerena
keterbatasan kemampuan dan pemahaman yang kami miliki, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 7 Desember 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………….……………………………….……. 4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 5

2.1 Makna Istilah Hukum Di Indonesia....................................................................... 5

2.2 Konsep Reformasi Hukum Islam............................................................................7

2.3 Perubahan Uu Peradilan Agama, Undang-Undang Perkawinan............................9

BAB III PENUTUP ……..................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas dalam tataran dunia Islam
internasional, bahkan disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul
dalam satu batas teritorial kenegaraan. Meskipun demikian Islam dengan serangkaian
varian hukumnya belum bisa diterapkan sepenuhnya dinegara kita ini.
Dengan mempelajari sejarah perkembangan hukum Islam -dinegara yang dikatakan
penduduknya mayoritas beragama Islam- dari berbagai periode sampai masa sekarang ini,
dengan harapan dapat kita jadikan acuan dalam memperjuangkan hukum Allah dibumi
kita tercinta ini. Karena kita tahu -diakui ataupun tidak- hukum Allah lah sebaik-baiknya
hukum yang ada.
Selain itu perlu kita cermati pen-tasyri’-an dan taqnin penerapan fikih -yang akhir-akhir
ini lebih cenderung diartikan sebagai hukum Islam- dizaman kita ini, baik dari segi
pelaksaannya oleh warga negara serta pengakuan negara melalui kodifikasi hukum Islam
sebagai hukum resmi negera. Setelah itu baru kemudian beranjak kepada pemahaman
konsep reformasi hukum Islam dan gagasan para tokoh-tokoh Islam dinegara ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Makna Istilah Hukum Di Indonesia ?
2. Bagaimana Konsep Reformasi Hukum Islam?
3. Bagaimana Perubahan Uu Peradilan Agama, Undang-Undang Perkawinan?

4
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Makna Istilah Hukum Di Indonesia


Mengutip dari buku Dasar-dasar Ilmu Hukum yang ditulis oleh Ishaq, makna
istilah hukum adalah sejumlah peraturan atau kaidah yang bersifat umum dan normatif.
Umum berarti hukum berlaku untuk setiap orang, sedangkan normatif berarti hukum dapat
menentukan kebenaran atas tindakan seorang manusia.
Menurut E. M. Meyers dalam buku tersebut, makna istilah hukum adalah semua peraturan
yang mengandung pertimbangan kesusilaan dan ditujukan bagi manusia dalam bertingkah
laku di masyarakat. Selain itu, juga menjadi pedoman penguasa negara dalam menjalankan
tugasnya.
Zinsheimer dalam buku Dasar-dasar Ilmu Hukum yang ditulis oleh Ishaq membagi hukum
menjadi tiga, yaitu:
1. Hukum normatif
Peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan manusia dan telah diakui oleh
masyarakat kerena keyakinan dari setiap masyarakat itu sendiri.
2. Hukum ideal
Hukum ideal merupakan hukum yang dicita-citakan oleh masyarakat dan negara. Hukum
ini bersifat sangat objektif, sehingga dapat memenuhi perasaan keadilan bagi semua
masyarakat.
3. Hukum wajar
Hukum ini terbentuk dari keseharian masyarakat yang telah diwajari. Namun hukum ini
sering bertentangan dengan hukum normatif karena pembuatannya hanya dilakukan secara
sepihak oleh masyarakat.1

2.2 Konsep Reformasi Dalam Hukum Islam


Konsep Reformasi dalam Islam identik dengan islāh, yakni memperbaiki dan
menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna, termasuk mengganti yang usang dan
rusak. Kata islāh berasal dari kata aslaha-yuslihu- islāh yang berarti lawan daripada kata
rusak (fasad). Dalam al-Qur’an, istilah ini sering dikaitkan dengan perbuatan yang

1
https://kumparan.com/kabar-harian/makna-dan-karakteristik-hukum-di-indonesia-1x1eAV1eQHd/full
2021

5
merusak dan perbuatan yang buruk. Al-Qur’an memuat istilah islāh dalam beberapa ayat.
Antaranya: akhir ayat 220 QS. al-Baqarah:
‫ِﺢ َﻭ َﻟ ْﻮ‬ ْ ‫ُ َﻳ ْﻌ َﻠ ُﻢ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻔ ِﺴﺪَ ﻣِ ﻦَ ْﺍﻟ ُﻤ‬y
ِ ‫ﺼﻠ‬ ْ ‫ﻋ ِﻦ ْﺍﻟ َﻴﺘَﺎ َﻣ ٰﻰ ﻗُ ْﻞ ِﺇ‬
ُ ‫ﺻ َﻼ ٌﺡ َﻟ ُﻬ ْﻢ َﺧﻴ ٌْﺮ َﻭ ِﺇ ْﻥ ﺗُﺨَﺎ ِﻟ‬
‫ﻄﻮ ُﻫ ْﻢ َﻓﺈِ ْﺧ َﻮﺍﻧُ ُﻜ ْﻢ َﻭ ﱠ‬ َ َ‫ﻓِﻲ ﺍﻟﺪﱡ ْﻧ َﻴﺎ َﻭ ْﺍﻵﺧِ َﺮﺓِ َﻭ َﻳ ْﺴﺄَﻟُﻮﻧَﻚ‬
٢٢٠:‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬. ‫ﻳﺰ َﺣﻜِﻴ ٌﻢ‬ ٌ ‫ﻋ ِﺰ‬ َ y َ ‫ُ َﻷ َ ْﻋ َﻨﺘَ ُﻜ ْﻢ ِﺇ ﱠﻥ ﱠ‬y
‫ﺷَﺎ َء ﱠ‬
Artinya: Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,
katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul
dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang
membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki,
niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.

Reformasi dalam Islam menurut Kamaruzzaman bukan bermakna mengubah


ajaran Islam, namun lebih kepada gerakan untuk kembali kepada Islam, kepada pesan-
pesan aslinya, dengan lebih menekankan aspek teologi dalam kesatuan.
Hal ini nampaknya diamini pula oleh Abdul Manan. menurutnya konsep reformasi hukum
Islam secara istilah disamakan dengan modernisasi, reaktualisasi, rekonstruksi, tarjih,
islah dan tajdid.
Masalah-masalah hukum yang perlu direformasi (diperbarui) adalah hal-hal sebagai
berikut:
1. Manhaj Ilahi, baik tentang akidah, syari’ah atau akhlak untuk mengatur hubungan
manusia dengan dengan tuhannya (hablun min Allah) dan hubungan antar sesama
manusia.
2. Fikrah (pemikiran) dan Syakhiyah yang terus maju. Iman dan Islamnya yang telah
usang menjadi baru kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu
dalam melakukan pembaharuan hukum Islam hendaklah menjauhi hal-hal yang
qath’i karena objek yang dapat diperbarui adalah hal-hal yang menyangkut dhanny
saja. Dengan menjauhi dari sifat jumud yang mendukung status Qou yang ingin
bertahan dengan fatwa-fatwa terdahulu, padahal hukum-hukum tersebut tidak
relevan lagi dengan kebutuhan masyarakat kini.
lebih lanjut Mannan menegaskan statemennya dengan mengutip pendapat Yusuf
Qardhawi bahwa yang dimaksud dengan Tajdid adalah berupaya mengembalikannya pada
keadaan semula sehingga ia tampil seakan barang baru. Hal itu dengan cara memperkokoh
yang lemah, memperbaiki yang usang dan menambal kegiatan yang retak sehingga
kembali mendekat pada bentuknya yang pertama, sehingga tajdid al-din bukan berarti
6
bermakna mengubah agama tetapi mengembalikannya menjadi seperti era Rasululloh
SAW, para sahabat, dan tabiin.
Dari beberapa pengertian tentang pembaruan, tajdid hukm al-Islam dapat diartikan
sebagai upaya dan perbuatan melalui proses tertentu dengan penuh kesungguhan yang
dilakukan oleh mereka para mujtahid dengan cara-cara yang telah ditentukan berdasarkan
kaidah-kaidah isthinbat al-hukm yang dibenarkan sehingga menjadikan hukum islam
solihun li kulli zaman wa al-makan. Inilah yang didalam istilah Ushul fiqh kemudian
dikenal dengan Ijtihad.
Teknik-teknik pembaharuan hukum menurut Abdullah Na’im sebagaimana yang kutip
oleh Dedi Supriyadi adalah sebagai berikut:
1. Takhsis al-qadha (hak penguasa untuk memutuskan dan menguatkan keputusan
pengadilan).
2. Takhayyur; menyeleksi pendapat lintas mazdhab.
3. interpretasi ulang.
4. Siyasah al-syari’ah (kebijakan penguasa untuk menerapkan aturan-aturan
administrasi yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat).
5. Tajdid (reformasi) dilakukan dilakukan melalui berbagai keputusan pengadilan.
Ringkasnya, menurut Dedi, proses trasformasi hukum Islam dalam perspektif reformasi
hukum Islam terbagi menjadi tiga macam. Yaitu: adaptasi, sekuler, dan kombinasi.2

2.3 Perubahan Uu Peradilan Agama, Undang-Undang Perkawinan


Dalam ketentuan Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dicantumkan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah serta Negara menjamin hak anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas pelindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun,
ketentuan tersebut memungkinkan terjadinya perkawinan dalam usia anak pada anak
wanita karena dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-

2
Supriyadi.Dedi. Sejarah Hukum Islam Dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia, 2007

7
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak didefinisikan bahwa anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah mengeluarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017 yang salah satu pertimbangan
Mahkamah Konstitusi dalam putusan tersebut yaitu “Namun tatkala pembedaan
perlakuan antara pria dan wanita itu berdampak pada atau menghalangi pemenuhan hak-
hak dasar atau hak hak konstitusional warga negara, baik yang termasuk ke dalam
kelompok hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, pendidikan, sosial, dan
kebudayaan, yang seharusnya tidak boleh dibedakan semata-mata berdasarkan alasan
jenis kelamin, maka pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi.” Dalam
pertimbangan yang sama juga disebutkan Pengaturan batas usia minimal perkawinan
yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja menimbulkan diskriminasi dalam konteks
pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat
(1) UUD 1945, melainkan juga telah menimbulkan diskriminasi terhadap pelindungan
dan pemenuhan hak anak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945.
Dalam hal ini, ketika usia minimal perkawinan bagi wanita lebih rendah dibandingkan
pria, maka secara hukum wanita dapat lebih cepat untuk membentuk keluarga. Oleh
karena hal tersebut, dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi memerintahkan
kepada pembentuk undangundang untuk dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Perubahan norma dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan ini menjangkau batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan norma
menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi wanita. Dalam hal
ini batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas minimal
umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun. Batas usia dimaksud dinilai
telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat
mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat
keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih
tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju
kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu
juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak

8
termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap pendidikan
setinggi mungkin.3

3
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf KESRA. Perkawinan. Perubahan. (Penjelasan
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6401) (2019) diakses pada
21 Desember 2021

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara sosiologis empiris praktik penerapan Hukum Islam itu di tengah-tengah

masyarakat kita diakui atau tidak terus mengalami perkembangan dan bahkan makin lama

makin meningkat dan meluas ke sektor-sektor kehidupan hukum yang sebelumnya belum

diterapkan menurut ketentuan hukum Islam. Hal ini merupakan wujud nyata dari reformasi

dan reformulasi hukum Islam dinegara kita ini.

Sebab-sebab pentingnya pembaruan hukum Islam di Indonesia menurut hemat

kami dilandasi dari beberapa faktor berikut: Pertama, Untuk mengisi kekosongan hukum

dalam permasalahan sosial kemasyarakatan yang membutuhkan solusi hukum harus

segera diselesaikan dan diberi solusi hukumnya. Kedua, pengaruh globalisasi ekonomi dan

Iptek yang terus berkembang pesat sehingga perlu adanya hukum yang mengaturnya.

Ketiga, pengaruh reformasi dalam berbagai bidang yang memberikan peluang kepada

hukum Islam untuk dijadikan sebagai suatu rujukan dalam membuat hukum nasional.

Keempat pengaruh para pambaru pemikiran hukum Islam baik di Indonesia maupun dunia.

10
Daftar Pustaka

https://kumparan.com/kabar-harian/makna-dan-karakteristik-hukum-di-indonesia-
1x1eAV1eQHd/full
Almaany Mobile, “Terjemahan Kamus Istilah Indonesia Arab”
, Https://www.almaany.com/id/dict/a-id/hukum/, diakses 7 Oktober 2018 2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty,
2008),41. 3Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
34

https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf KESRA. Perkawinan. Perubahan.


(Penjelasan dalamTambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6401) (2019) diakses pada 21 Desember 2021

11
12

Anda mungkin juga menyukai