Periode Kelima Dimulai Dengan Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah
Periode Kelima Dimulai Dengan Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah
Sejarah Iran dikatakan dimulai dengan Kekaisaran Shafawi. Berawal dari sebuah gerakan
untuk tarekat agama, kerajaan ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial-keagamaan, seni, dan budaya peradaban Islam di Persia. Kerajaan Shafawi
akhirnya menjadi negara Islam yang kuat sebagai hasil dari kemajuan-kemajuan ini.
Kekaisaran Safawiyah didirikan tahun 1503-1722 Masehi. Pada saat itu, Kekaisaran
Ottoman di Turki mencapai masa keemasan, dan Kekaisaran Safawiyah didirikan. Tarekat
Safawiyah, sebuah gerakan tarekat, didirikan di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan (Wilayah
Rusia), dan menjadi fondasi monarki Safawi. Nama pendiri organisasi ini, Syekh Ishak
Safiuddin, yang juga dikenal sebagai Safi al-Din (1252-1334), merupakan sumber nama
safawiyah, yang dipertahankan hingga tarekat ini berubah menjadi sebuah gerakan politik. Pada
kenyataannya, nama tersebut dipertahankan bahkan setelah gerakan ini mencapai tujuannya serta
kejayaannya.1
1
Lathifah, I., Daulay, H. P., & Dahlan, Z. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa Dinasti
Safawi di Persia. Islamic Education, 1(2), 54-61.
Landasan sejarah nasional Iran diperkirakan telah diletakkan oleh Kekaisaran Shafawi.
Kerajaan tersebut memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
agama, seni, dan budaya serta bidang-bidang lain yang mengisi peradaban Islam di Persia.
Karena itu, kerajaan Safawi tumbuh menjadi negara Islam yang lebih kuat di masa depan. 2
Kekaisaran Turki Utsmaniyah di sebelah barat dan Kekaisaran Mughal di India di sebelah
timur mengapit Kekaisaran Safawiyah di Persia. Meskipun berkembang dengan cepat,
Kekaisaran Safawiyah sering berperang dengan Turki Utsmaniyah. Kekaisaran Safawi
menetapkan Syiah sebagai fondasi beragama resmi negara, sehingga kerajaan ini dapat dilihat
sebagai kerajaan pertama yang meletakkan dasar bagi pendirian negara Islam Iran.
Masa Kejayaan Pada abad ke 16-17 Masehi, Daulah Safawi menguasai Persia (Iran). Fase
kejayaan terbesarnya terjadi di bawah pemerintahan dua Sultan, Ismail I (1501-1524 M) dan
Sultan Shah Abbas I (1558-1622 M).3
Selama sepuluh tahun pertama masa pemerintahannya, yang berlangsung selama sekitar
23 tahun (1501-1524 M), Sultan Ismail berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Dia berhasil
mengkonsolidasikan kekuasaannya selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya. Di
Hamadan (1503 M), provinsi-provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan, dan Yazd (1504 M), Diyar
Bakr (1505-1507 M), Baghdad dan barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan
(1510 M), ia berhasil mengusir sisa-sisa pasukan AK. Kuyunlu. Oleh karena itu, ia telah
menguasai setiap distrik di Persia dalam waktu kurang dari sepuluh tahun.4
Setelah Ismail I mengalami kekalahan, dia mengalami trauma atas kekalahan tersebut
yang menumbangkan semangat juang dan kepercayaan pada dirinya. Oleh karena itu,
kehidupannya berubah menjadi seorang penggembala. Hal tersebut menimbulkan kelemahan
pada Daulah Safawi yang berakibat permusuhan dan perpecahan antar golongan karena
perebutan kekuasaan.
Baru setelah Abbas I diangkat menjadi raja, raja Safawi kelima, situasi keterpurukan
tersebut akhirnya lambat laun berakhir. Ia menjadi khalifah dari tahun 1588 hingga 1628.
2
Azizah, R. L., & Mawardi, K. (2023). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Safawiyah. Journal
on Education, 6(1), 1471-1482.
3
ISLAM, F. P. A., & EL-ADABI, S. N. MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM TIGA KERAJAAN
BESAR DALAM SEJARAH PERADABAN ISLAM.
4
As' adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-Fathonah, 1(1), 188-209.
Melalui upayanya, Abbas I mampu mengembalikan kekuatan kerajaan Safawi. Setelah itu, dalam
upaya untuk mendapatkan kembali tanah-tanahnya yang hilang, Abbas I mulai mengalihkan
perhatiannya ke luar.
Meskipun Syah Ismail I adalah seorang yang menghargai ilmu pengetahuan, komponen
sosial, politik, ekonomi, dan budaya dari pendidikan tidak memiliki banyak dampak pada masa
pemerintahannya. Bangsa Persia yang membentuk dinasti ini dianggap sebagai peradaban yang
sangat maju dalam sejarah Islam dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, tradisi ilmiah muncul selama Kekaisaran
Safawi, terutama di bawah pemerintahan Abbas I. Gagasan utama bahwa pengikut Syiah tidak
boleh taqlid dan bebas melakukan ijtihad karena ini adalah jalan yang terbuka sangat tertanam
dalam kemajuan ilmiah di era Safawi. Kaum Syi'ah percaya bahwa taqlid sudah cukup dan
ijtihad belum berakhir. Mereka percaya bahwa ijtihad tidak akan pernah berakhir.5
Dalam aspek kesenian, dinasti ini juga mengalami kemajuan. Sekolah seni lukis Timurid
pindah ke Tibriz sekitar tahun 1510 dari Herat. Pelukis terbaik pada masa itu, Bahzad,
mengawasi sebuah bengkel yang menghasilkan banyak manuskrip dan menjabat sebagai direktur
perpustakaan raja. Selain itu, Shah Tahmasp dianggap sebagai pengrajin ulung yang menciptakan
banyak karya logam dan keramik, hiasan dinding, dan jubah. Sebuah edisi Shah Name (buku
raja-raja), yang memiliki lebih dari 250 lukisan dan dianggap sebagai salah satu karya seni
manuskrip Iran terbesar, berasal dari aliran seni ini. Selain itu, Shah Abbas I melukis berbagai
subjek, termasuk pertempuran, lanskap, dan ritual agung Kerajaan.
5
Azizah, R. L., & Mawardi, K. (2023). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Safawiyah. Journal
on Education, 6(1), 1476
Kerajaan Safawi juga diuntungkan secara ekonomi dari posisinya di bidang
perdaganganDi bawah Abbas, kebijakan keagamaan berubah dari kebijakan para khalifah
sebelumnya, yang bersikeras agar Syiah menjadi agama resmi, menjadi kebijakan yang penuh
toleransi. Konsep toleransi yang sangat luas telah tertanam dalam politik keagamaannya. Kaum
Sunni diizinkan untuk mempraktikkan keyakinan mereka dan menjalani kehidupan mereka tanpa
dipaksa untuk berpindah ke Syiah. Selain itu, karena banyak orang Armenia yang menetap di
Isfahan dan menjadi warga negara yang taat, para pendeta Kristen dapat mengembangkan doktrin
teologi mereka.
Pertempuran yang sedang berlangsung dengan Turki Utsmaniyah adalah salah satu faktor
yang memengaruhi terhadap kemunduran Daulah Safawiyah. Turki Utsmaniyah harus berjuang
melawan pendirian Daulah Safawiyah Syiah karena mereka melihatnya sebagai bahaya langsung
bagi kekaisaran mereka. Pertempuran kedua pihak mungkin tidak pernah benar-benar berakhir,
kecuali pada masa lalu ketika Sultan Abbas I menandatangani perjanjian damai dengan Turki
Utsmaniyah, yang menyebabkan konflik muncul kembali.7
Faktor kedua adalah bahwa mereka tidak mampu mempertahankan kekuasaan yang telah
ditunjuk Sultan Abbas I, apalagi mengembangkannya. Sebaliknya, perebutan kekuasaan di dalam
6
Lathifah, I., Daulay, H. P., & Dahlan, Z. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa Dinasti
Safawi di Persia. Islamic Education, 1(2), 54-61.
7
As' adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-Fathonah, 1(1), 188-209.
keluarga istana terjadi, yang tidak dibantu oleh tentara karena pasukan Ghullam Sultan Abbas I
tidak memiliki rasa tanggung jawab yang kuat.8
Lathifah, I., Daulay, H. P., & Dahlan, Z. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa
Dinasti Safawi di Persia. Islamic Education, 1(2), 54-61.
Azizah, R. L., & Mawardi, K. (2023). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti
Safawiyah. Journal on Education, 6(1), 1471-1482.
As' adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-Fathonah, 1(1), 188-
209.
Azizah, R. L., & Mawardi, K. (2023). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti
Safawiyah. Journal on Education, 6(1), 1476
Lathifah, I., Daulay, H. P., & Dahlan, Z. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa
Dinasti Safawi di Persia. Islamic Education, 1(2), 54-61.
As' adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-Fathonah, 1(1), 188-
209.
8
Islam, F. P. A., & El-Adabi, S. N. Makalah Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar Dalam Sejarah
Peradaban Islam.