Anda di halaman 1dari 2

Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistalahkan dengan kerancuan atau kekacauan.

Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian, dan penggabungan. Gejala kontaminasi ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Kontaminasi kalimat, 2) Kontaminasi susunan kata, dan 3) Kontaminasi bentukan kata. (Badudu, 1993 dalam Putrayasa, 2009)

1. Kontaminasi Kalimat. Gejala kontaminasi ini timbul karena tiga kemungkinan: a. Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat atau frasa maupun dalam menggunakan beberapa imbuhan sekaligus untuk membentuk kata. b. Kontaminasi terjadi tidak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya sehingga yang dilahirkannya sebagian diambli dari bagian pertama sebagian lain dari bagian kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang kacau. c. Kemungkinan yang lain adalah karena ketidak mampuan seseorang untuk membentuk kalimat pasif atau aktif sehingga memungkinkan terjadinya ketidakjelasan suatu kalimat. Karena menggabungkan antara struktur kalimat pasif dan struktur kalimat pasif. 2. Kontaminasi Kata. Sebagai contoh, yang paling sering kita jumpai dalam bahasa sehari-hari ialah kata berulang kali dan sering kali. Katakata ini terjadi dari kata berlang-ulang dan berkali-kali. Perhatikan contoh berikut! Telah berulang-ulang kunasihati, tetapi tidak juga berubah kelakuannya (=telah berkali-kali). Kata sering kali kontaminasi dari sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Selain dari kontaminasi, tampak pula gejala pleonasme karena sering artinya banyak kali. Jadi, sering kali berarti banyak kali-kali atau kerap kali-kali. Ucapan jangan boleh seperti dalam kalimat, Jangan boleh dia pergi! dirancukan dari jangan biarkan dan tidak boleh. Begitu juga kata belum usah dirancukan dari belum boleh atau belum dapat dengan tidak usah atau usah. 3. Kontaminasi Bentukan Kata. Adakalanya kita lihat bentukan kata dengan beberapa imbuhan (afiks) sekaligus yang memperlihatkan gejala kontaminasi. Misalnya: kata dipelajarkan dalam kalimat, Di sekolah kami dipelajarkan beberapa kepandaian wanita. Kata dipelajarkan dalam kalimat tersebut jelas dirancukan bentuk diajarkan dengan dipelajari. Bentukan yang tepat untuk kalimat tersebut ialah diajarkan sehingga kalimat yang benar adalah: Di sekolah kami diajarkan beberapa kepandaian wanita. Kontaminasi yang lain adalah dipertinggikan. Bentuk tersebut mestinya dipertinggi atau ditinggikan. Masingmasing mempunyai arti khusus, dipertinggi = dijadikan lebih tinggi; ditinggikan = dijadikan tinggi, dibuat jadi tinggi yang tadinya rendah. Jadi, kalau awalan per- dan akhiran kan digabungkan dalam bentukan ini menjadi dipertinggikan, maka arti khusus dipertinggikan menjadi tidak jelas.

1. yang paling menyolok adalah dari Wushu... (Radar Jember, 1 Juli 2010) Termasuk dalam Kontaminasi bentukan kata. Menyolok merupakan bentukan dari afiks meN- dan /colok/. Fonem /s/ luluh ketika mendapat awalan nassal sedangkan /c/ tidak sehingga yang benar adalah mencolok. Kemungkinan penulis kolom ini tidak tahu bahwa fonem /c/ tidak luluh atau bahkan tidak tahu bahwa menyolok berasal dari kata colok bukan solok sehingga terjadi kerancuan antara melesapkan fonem awalnya menjadi /-ny/ atau mempertahankan fonem awal dan nassal berubah menjadi /-n-/. ...yang paling mencolok adalah dari Wushu... 2. meminta agar Djalal-Kusen tidak menjadi bupatinya tim sukses saja (Radar Jember, 13 Juli 2010) -nya sebagai kata ganti milik orang ketiga tidak tepat digunakan pada susunan bupatinya tim sukses. Hal ini merupakan pengaruh dari bahasa Jawa bupatine tim sukses, bukune aku, dalam tata bahasa Jawa kata ganti milik /e/ yang disertai yang digantikan adalah benar. Tapi tidak begitu dengan bahasa Indonesia. Seharunya -nya dibuang menjadi meminta Djalal-Kusen tidak menjadi bupatinya tim sukses saja 3. Betapa tidak, dengan kunjungan tersebut akan menambah semangat dan kepercayaan diri lebih besar dalam menghadapi MWBC 2010 (Radar Jember, 26 Juli 2010) Kontaminasi di atas terbentuk ketika penulis akan menulisakan kalimat tersebut terlintas dalam ingatannya dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar yang muncul sekaligus sehingga sebagian diambil dari bentukan pertama dan sebagian lain dari bentukan yang kedua. Bentukan pertama yang mungkin muncul dalam pikiran penulis adalah: Dengan dikunjungi (bupati) semangat dan kepercayaan diri menjadi lebih besar dalam menghadapi MWBC 2010 Bentukan kedua adalah: Kunjungan tersebut akan menambah semangat dan kepercayaan diri dalam menghadapi MWBC 2010 Seharusnya dipilih salah satu saja dari kedua bentukan kalimat tersebut agar kalimat mudah dipahami oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai