PASIEN DENGAN LEUKEMIA Mulyati, S.Ked. Desiyanti, S.Ked. Zahrunisa Al Jannah, S.Ked.
drg. Merryca Bellinda, SpKG, MPH
Pendahuluan Peran kedokteran gigi dalam keberhasilan terapi kanker sangat penting. Sebab komplikasi oral dapat mempengaruhi prosedur terapi yang diberikan.
Komplikasi oral memungkinkan kita untuk mengurangi dosis terapi,
mengubah prosedur terapi, atau bahkan menghentikan terapi antikeganasan tersebut yang secara langsung dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien.
Untuk melakukan prosedur tindakan gigi pada pasien leukemia
bergantung pada status keadaan pasien secara keseluruhan, seperti tingkatan dari penyakitnya dan atau tahapan terapi yang telah dijalaninya. Pertimbangan Umum tentang Leukemia Leukemia merupakan penyakit keganasan pada darah dimana terjadi proliferasi sel darah yang belum matang, asalnya terjadi saat mutasi sel induk hematopoetik.
Secara umum terdapat 4 klasifikasi leukemia yaitu:
Kriteria klasifikasi leukemia adalah secara histologi dan
didasarkan pada (a) kesamaan antara sel-sel leukemia dan sel normal (myeloid vs limfoid) dan (b) perjalanan klinis penyakit (akut dan kronis). Bentuk leukemia akut biasanya berupa akumulasi sel belum matang dan kurang berfungsi dalam sumsum tulang yang berkembang secara cepat.
Sedangkan leukemia kronis, berkembang dengan lambat
dengan proliferasi sel lebih matang dan terdiferensiasi yang tidak terkendali. Terapi leukemia Pengobatan leukemia tergantung pada faktor-faktor seperti jenis dan sub jenis penyakit, faktor risiko, dan usia pasien.
Secara umum, pengobatan yang dianjurkan adalah
kemoterapi dengan atau tanpa pengobatan adjuvant.
Transplantasi sel induk hematopoietik (HSCT) pada
umumnya dilakukan pada bentuk akut penyakit dan beberapa kasus leukemia myeloid kronis Acute lymphoblastic leukemia (ALL): profase (pengurangan awal sel- sel leukemia), induksi (mencapai remisi lengkap), konsolidasi (meningkatkan kualitas remisi), intensifikasi (pasca remisi pengurangan lebih lanjut), dan terapi pemeliharaan (perawatan konsolidasi); profilaksis sistem saraf pusat (SSP) iradiasi terapi atau radiasi jika SSP terlibat; HSCT dapat dilakukan dalam beberapa kasus.
Chronic myeloid leukemia (CML): remisi sel-sel leukemia dan
kromosom Philadelphia-positif dengan kemoterapi dosis tinggi, pemantauan terapi, dan HSCT.
Chronic lymphocytic leukemia (CLL): pengobatan konvensional tidak
menyembuhkan; kemoterapi dilakukan sebagai kontrol Pertimbangan khusus tentang HSCT. HSCT adalah singkatan dari hematopoetic stem cell transplantation.
Pengobatan dengan HSCT bertujuan untuk mereproduksi
sel yang normal dan sehat pada sumsum tulang, yang sebelumnya dihancurkan dengan kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa radiasi. HSCT dapat berupa jenis autologous atau alogenik.
HSCT terdiri dari lima tahapan :
1. Penyesuaian awal, 2. Pengkondisian fase neutropenia, 3. Engraftment hingga pemulihan hematopoietik, 4. Pemulihan kekebalan / pemulihan dari toksisitas sistemik 5. Kelangsungan hidup jangka panjang. Komplikasi utama HSCT adalah penolakan transplantasi (untuk kegagalan pada pasien imunosupresi) dan penyakit transplantasi versus-host (GVHD), dimana sel donor immunokompeten menyerang antigen pasien, yang dapat menyebabkan berkurangnya limfosit T.
Berpotensi fatal, GVHD dapat terjadi segera setelah
HSCT (GVHD akut) atau setelah beberapa bulan. (GVHD kronis atau cGVHD). Dengan imunosupresi yang dalam dan panjang, pasien menjadi rentan terhadap infeksi jamur dan virus. Manifestasi Oral Leukemia Leukemia akut, umumnya didapati hiperplasia gingiva, lokal atau umum, terutama mempengaruhi papila interdental dan gingiva marginal disebabkan oleh peradangan, atau infiltrasi sel leukemia, dapat lokal atau umum. Pada leukemia kronis, infiltrat leukemia di jaringan mulut jarang terjadi dan dapat diamati: mukosa pucat, infeksi jaringan lunak, dan limfadenopati generalisata Hiperplasia gingiva Manifestasi trombositopenia pada umumnya sering muncul ketika jumlah trombosit di bawah 50.000 sel/mm3 dan dapat bermanifestasi sebagai memar, petechiae di langit-langit keras dan lunak, dan perdarahan gingiva spontan, terutama jika jumlah trombosit dibawah 20.000 sel/mm3.
Infeksi oportunistik akibat Candida albicans dan virus
Herpes merupakan yang paling sering terjadi dan dapat melibatkan setiap area mukosa. Ulkus juga bisa terjadi akibat gangguan pertahanan kekebalan tubuh dalam memerangi flora normal Perdarahan gingiva
Memar pada palatum
Petechiae pada hard palate
Petechiae pada soft palate
Infeksi candida albican
Infeksi virus herpes
Manifestasi oral berkaitan dengan HSCT Manifestasi oral biasanya terkait dengan tahapan fase HSCT dan terdapat juga manifestasi yang dapat timbul pada waktu pra-HSCT, segera pasca-HSCT dan akhir pasca-HSCT. Manifestasi oral yang dapat terjadi yang berhubungan dengan fase HSCT: Penyesuaian awal : bisa didapati adanya infeksi mulut, ulserasi, perdarahan, dan disfungsi sendi temporomandibular;
Pengkondisian fase neutropenia: mucositis, dysgeusia, xerostomia, perdarahan,
nyeri mulut, infeksi oportunistik, neurotoksisitas, dan disfungsi temporomandibular, biasanya bermanifestasi dengan prevalensi tinggi dan bentuk parah; pada tahap ini, pasien dapat menderita hiperakut GVHD dengan komplikasi oral parah yang lebih lanjut;
Engraftment to hematopoietic recovery: infeksi oportunistik biasa terjadi dan GVHD
akut menjadi perhatian; bisa terdapat adanya perdarahan, xerostomia, neurotoksisitas, granuloma / papillomas, dan disfungsi temporomandibular;
Pemulihan imun / pemulihan dari toksisitas sistemik: disfungsi saliva, infeksi virus akhir, kelainan pertumbuhan kraniofasial, GVHD, dan karsinoma sel skuamosa;
Kelangsungan hidup jangka panjang: pada pasien anak-anak, terutama usia di
bawah 6 tahun, seseorang dapat mengamati komplikasi dalam perkembangan tulang dan gigi; pada tahap ini, kekambuhan dan neoplasma ganas dapat diamati. Pertimbangan Umum mengenai Pengobatan Gigi Sonis et al. membagi klasifikasi pasien dalam kategori risiko tinggi, sedang, dan rendah untuk perawatan gigi, berdasarkan jenis leukemia (akut atau kronis) dan kemoterapi. Pasien yang berisiko tinggi adalah mereka dengan leukemia aktif, yang memiliki sejumlah besar sel neoplastik di sumsum tulang dan darah perifer; akibat kondisi tersebut, mereka mengalami thrombositopeni dan neutropenia. Pasien risiko sedang adalah mereka yang berhasil menyelesaikan tahap pertama dari pengobatan (induksi) dan sedang menjalani tahap pemeliharaan, sehingga tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan pada sumsum tulang atau darah perifer; Namun, pada mereka terjadi mielosupresi karena kemoterapi.
Pasien risiko rendah adalah pasien yang berhasil
menyelesaikan pengobatan dan tidak terdapat bukti keganasan atau myelosupresi. Perawatan kesehatan dasar harus menjadi bagian dari rutinitas pasien selama terapi antineoplastik dan HSCT untuk menjaga kesehatan mulut yang baik dan mengurangi risiko infeksi sistemik yang dapat berasal dari mulut.
Tujuan perawatan yaitu termasuk pencegahan infeksi,
mengontrol rasa sakit, pemeliharaan fungsi mulut, dan pengelolaan komplikasi terapi antineoplastik, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Little et al. dan Elad et al. menegaskan bahwa peran dokter gigi dibutuhkan pada tiga momen yang berbeda: 1. Evaluasi pengobatan pra-antineoplastik dan persiapan pasien untuk terapi, 2. Pedoman dan perawatan kesehatan mulut selama pengobatan, 3. Perawatan pasca pengobatan. Perawatan Oral Pra Terapi Perawatan gigi pada tahap ini didasarkan pada prioritas dan harus diarahkan pada kebutuhan akut; pengobatan elektif dapat ditunda hingga kondisi klinis dan laboratorium pasien layak untuk dilakukan terapi.
Pemeriksaan gigi, jika memungkinkan, harus dilakukan
segera setelah diagnosis dan sebelum memulai kemoterapi sehingga memungkinkan untuk membuang sumber infeksi yang berasal dari gigi, karena neutropenia selama kemoterapi dapat menjadi predisposisi penyebaran infeksi pada pasien. Tujuan dari evaluasi gigi sebelum perawatan antineoplastik mengidentifikasi dan menghilangkan sumber infeksi yang ada atau yang berpotensi menjadi infeksi, tanpa, ataupun menaikkan resiko komplikasi atau menunda terapi kanker; mengedukasi pasien (atau keluarga mereka) tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam mengurangi masalah dan ketidaknyamanan mulut sebelum, selama, dan setelah pengobatan kanker; memperingatkan tentang kemungkinan efek terapi antineoplastik di rongga mulut, seperti mucositis; mengidentifikasi tanda-tanda spesifik diagnosis leukemia, seperti leukemia infiltrat di jaringan mulut. Perawatan Oral selama terapi Pasien yang menjalani kemoterapi umumnya mengalami imunosupresi oleh karena itu rentan terhadap infeksi sistemik. Mereka diklasifikasikan sebagai pasien berisiko tinggi, tidak hanya oleh kemungkinan mengembangkan infeksi, tetapi juga berpotensi memperluas dan memperberat infeksi, yang dapat terjadi secara cepat dan menjadi fatal. Tujuan dari perawatan gigi selama kemoterapi menjaga kesehatan mulut yang optimal; mengobati efek samping dari terapi antineoplastik; menekankan kepada pasien pentingnya kesehatan mulut dalam mengurangi masalah / ketidaknyamanan yang timbul dari kemoterapi. Perawatan Oral Pasca terapi Pada tahap perawatan pasca-antineoplastik, pasien dianggap sembuh dari leukemia dan tidak memiliki manifestasi oral akibat sakit atau kemoterapi. Kecuali orang-orang yang memiliki gejala sisa dari radioterapi atau anak-anak yang menerima kemoterapi saat tahap pembentukan gigi, bisa menampilkan manifestasi hipoplasia pada email gigi (gangguan mineralisasi) dan perubahan dalam perkembangan akar gigi (yang tampak pendek dan berbentuk V). Perawatan oral pada pasien HSCT Prosedur Gigi pada tiap tingkatan penyakit dan tahap pengobatan. Perawatan gigi harus direncanakan sesuai dengan terapi anti neoplastik dan HSCT. Pelaksanaan beberapa prosedur -terutama yang bersifat invasif- tergantung pada status kesehatan keseluruhan dari pasien dan tahap perawatan antineoplastik yang sedang dijalani.
Mengingat risiko perdarahan dan infeksi serius yang
berhubungan dengan prosedur invasif dalam rongga mulut, ada beberapa protokol yang menekankan pentingnya mengevaluasi indeks hematologi tertentu, terutama neutrofil dan trombosit. Nilai hematologi minimum yang dianjurkan untuk
melakukan prosedur gigi invasif pada pasien
yang dalam perawatan pre kemoterapi menurut beberapa penulis dirangkum dalam tabel berikut: Nilai hematologi minimum yang dianjurkan untuk
melakukan prosedur gigi invasif pada pasien
yang sedang menjalani kemoterapi menurut beberapa penulis dirangkum dalam tabel berikut: Pertimbangan melakukan prosedur gigi pada pre kemoterapi. Pertimbangan prosedur gigi pada saat transkemoterapi Pertimbangan prosedur gigi pada postkemoterapi Perawatan gigi pada tiap fase pengobatan kemoterapi Penelitian Abdullah dan Ahmad dilakukan pada pasien anak-anak. Penelitiannya melakukan pengobatan dan pemeriksaan gigi pada pasien sebelum dilakukan HSCT.
Dalam jangka 6 bulan monitoring pasca HSCT, 10%
pasien yang tidak mendapatkan terapi gigi pre HSCT mengalami infeksi odontogenik.
Mereka berkesimpulan bahwa pemeriksaan gigi pre
HSCT dapat mengurangi kejadian infeksi yang dapat berasal dari gigi, dan ini sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi yang serius. Institusi Kanker Nasional US mengatakan pada pasien post HSCT dalam 1 tahun pertama sebaiknya tidak dilakukan perawatan gigi rutin termasuk scalling dan rencana periodontal.
Jika dalam keadaan membutuhkan terapi yang bersifat
emergensi maka rencana untuk mengurangi resiko komplikasi dan antibiotik profilaksis harus digunakan. Kesimpulan Dari tinjauan literatur yang dilakukan, beberapa manifestasi oral pada pasien leukemia dapat diidentifikasi.
Manifestasi ini sering menjadi tanda-tanda awal leukemia dan
dapat terlihat secara klinis sebagai infiltrasi leukemia di jaringan mulut serta simulasi lesi periapikal.
Gejala lain dapat terjadi seperti mukosa pucat, penyembuhan luka
yang buruk, perdarahan (ptekie dan ekimosis), kandidiasis atipikal atau berulang, infeksi herpes berulang, dan ulserasi di mukosa oral.
Komplikasi utama yang sering terjadi selama perawatan
antineoplastik (terutama kemoterapi) adalah mucositis. Melakukan prosedur gigi dapat memberi risiko bagi pasien, tergantung pada kondisi kesehatan dan fase terapi.
Dalam situasi darurat risiko dipertimbangkan, terutama
yang melibatkan rasa sakit (kasus akut), pasien harus dibantu, jika perlu, prosedur dilakukan di rumah sakit, dengan pertimbangan dapat meningkatkan indeks hematologi (transfusi) dan, jika bisa, dengan profilaksis antibiotik. Dalam menilai kelayakan pasien untuk prosedur gigi, dibutuhkan dua indeks hematologi yaitu neutrofil dan jumlah trombosit.
Penulis merekomendasikan pemberian profilaksis antibiotik
jika nilai neutrofil kurang dari 1.000 sel/mm3.
Dalam kasus jumlah trombosit, penulis mempertimbangkan
kebutuhan untuk transfusi dari indeks antara 40.000 dan 60.000 sel/mm3.