Emulsi Injeksi
Emulsi Injeksi
Nama Kelompok
Ayu Ulfa Sari
Arniah
Fush Shillat Jiballatuul
Kiki Vera Yasmina
Maya Apriliani
Rizyan Sandi
Pengertian
• Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara
perenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan
kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
• Emulsi adalah campuran partikel yang saling tak campur dimana terdapat
fase terdispersi dan pendispersi.
Pembagian Emulsi Injeksi
• 1. injeksi dalam air (ekstrak alergen, SC)
• 2. minyak dalam air (Depot lambat, IM)
• 3. emulsi nutrien/TPN (Total Parenteral Nutrition)
• Fase minyak yang digunakan: minyak ikan, minyak kacang, minyak zaitun,
minyak kapas, minyak kedelai dan minyak biji rami
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. harus stabil pada autoklaf, karena suhu meningkat dapat menyebabkan pecahnya
emulsi sehingga harus memilih emulgator yang stabil contohnya gelatin, dekstran,
metilselulosa dan lesitin
2. ketidakstabilan emulsi sering terjadi dalam fase dalam/terdispersi pada saat pendiaman
cenderung akan membentuk agregat daripada membentuk droplet kemudian agregat
naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi sehingga membentuk lapisan yang
berbeda pada permukaan dasar
6. Ukuran partikel tidak boleh lebih dari ukuran eritrosit (12 µm)
Dimasukkan Di tampung
Membuat
dalam dalam botol
emulsi kasar
homogenizer steril
Diperiksa Disterilkan
sterilitas serta dalam autoklaf
ukutan butir
Evaluasi
1. Sama dengan emulsi non steril
2. Uji sterilitas
Evaluasi Emulsi
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang
etiket dan dikemas
1. Evaluasi Fisika
a. Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
b. Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, hal. 981-984)
c. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131> (FI ed. IV Hal. 1044)
d. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal. 19)
e. Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
f. Uji Kebocoran (Dry Bath Test dan Double Vacuum Pull)
2. Evaluasi Biologi
a. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-
855)
b. Uji Sterilitas <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
c. Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)
d. Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)
e. Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)
3. Evaluasi Kimia
a. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
b. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-
masing)
Uji Sterilitas
• Sterilisasi dalam formulasi dapat dilakukan dengan Terminal Heat
Sterilization atau dengan Aseptic Filtration. Terminal Heat Sterilization
umumnya menghasilkan sterilitas lebih besar pada produk akhir. Jika
komponen emulsi tidak tahan panas maka digunakan Aseptic Filtration.
Sterilisasi dengan filtrasi dapat dilakukan untuk emulsi dengan ukuran
droplet dibawah 200 nm
• Uji sterilitas juga dapat dilakukan menggunakan otoklaf pada suhu 115°C
selama 30 menit
Pengemasan
• Emulsi parenteral dikemas dengan volume 100 sampai 1000 mL
dalam botol kaca
• Botol silikon dengan permukaan dalam hidrofobik dapat
digunakan
• Penutup karet banyak digunakan
• Penutup harus tidak permeable dengan oksigen karena dapat
terjadi kontak dengan emulsi fase minyak
Daftar Pustaka
• Aulton. 2009. Pharmaceutics Preformulation and Formulation. Informa Healthcare. USA
• Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
• Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
• Ketan. Hippalgaonkar: Injectable Emulsion-Advancement, Opportunities and Challenges.
• Paskalia, Dewi. 2011. Pengaruh Sterilisasi dengan Otoklaf Suhu 115°C Selama 30 Menit terhadap
Stabilitas Emulsi Parenteral Minyak Zaitu (Oleum Olivarum) dengan Emulgator Lesitin 5%.
• Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Voight Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta