Anda di halaman 1dari 20

Asfiksia Mekanik

1. Dina Madina (4151171555)


2. Reinata Digjaya (4151171557)
3. Fenny Ajeng Septiarini (4151181405)
4. Talita Citanatama PT (4151181408)
5. Karina Nurrahma Kusumoningrum (41511814
81)
6. Aghnia Nadhira Zahrah (4151181443)
Definisi Asfiksia

Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan Mati Lemas.


Keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, oksigen darah berkurang (Hipoksia), Peningkatan Co2
(Hiperkapnia).

Berdasarkan penyebab asfiksia dibagi menjadi asfiksia mekanik dan


asfiksia non mekanik.
Insert Your Image

Asfiksia Mekanik Asfiksia Non-Mekanik

Kematian Lemas yang Kematian Lemas yang


disebakan adanya unsur disebabkan diluar unsur
kekerasan baik langsung kekerasan (seperti
(traumatik) maupun tidak penyakit atau zat
langsung (non-traumatik) beracun)
Asfiksia
Asfiksia
Non - Wajar:
Mekanik penyakit,
- Traumatik Mekanik
keracunan
(langsung) tempe,
jengkol, tape
- Non
Traumatik - Tidak Wajar:
(tidak zat beracun
langsung)
1. Alamiah 2 .Tra u m a m e ka n i k 3. Keracunan
Penyakit Saluran ( S u m b a t a n jalan CNS Depresant
Napas napas)

co n to h : a. Intraluminer
- Sumbatan Orofaring
contoh :
Laringiti s Dift eri (gagging) barbiturat,
a ta u Fi b ro si s - Sumbatan Laringofaring narkoti ka
Paru (Chocking)

b. Ekstraluminer
- Bekap
(Smothering)
- Cekik
(Manual Strangulation)
- Jerat
(Ligature strangulation)
- Gantung
(Hanging)
Fase Asfiksia
“Fase Dispneu/Sianosis” “Fase Apneu”
Berlangsung kira-kira Berlangsung kira-kira 1 menit.
4 Menit. Pernapasan terlihat Depresi pusat pernapasan (napas
cepat, berat. Nadi teraba cepat, lemah), kesadaran menurun sampai
Golden Periode:
tekanan darah terukur meningkat hilang dan relaksasi sfingter
5 menit

Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4

“Fase Konvulsi”
“Fase Akhir”
Berlangsung kira-kira 2 menit.
Paralisis pusat pernapasan lengkap,
Awalnya berupa kejang klonik lalu
kemudian napas berhenti, jantung
kejang tonik kemudian opistonik.
masih berdenyut beberapa saat
Kesadaran mulai hilang pupil dilatasi,
setelah napas terhenti kemudian mati
denyut jantung lambat, dan TD turun
Mekanisme Asfiksia

04
03
Hipoksia-histotoksik

02
01
Hipoksia-stagnan
Hipoksia-anemik
Ketidakmampuan sel atau
jaringan untuk mengambil
Obstruksi Saluran
dan mempergunakan
Napas Henti sirkulasi – jaringan tidak oksigen dari darah.
Ketidakmampuan darah mendapatkan oksigen.
mengangkut oksigen.
Gangguan pertukaran udara –
oksigen gagal masuk sirkulasi
darah. (Hipoksia-hipoksik).
Jenis-jenis kejadian Asfiksia Mekanik
Pembekapan (Smothering)
Penyumbatan (Gagging dan Chocking)

Penjeratan Penggantungan (Hanging)


(Ligature Strangulation)

Penekanan dinding dada dari Pencekikan (Manual strangulation,


luar (asfiksia traumatik) Throttling)

Saluran pernapasan terisi air


(tenggelam, drowning)
Smothering (Bekap)

• Tanda-tanda kekerasan, tergantung dari jenis


benda dan kekuatannya.
• Luka lecet, geser atau tekan (misalnya jejas
kuku jari tangan) pada hidung, pipi, bibir, dan
dagu.
• Luka memar pada kepala bagian belakang,
daerah wajah, mulut, gusi bagian dalam.
• Mekanisme kematian karena asfiksia

Luka smothering karena di bekap Handuk Panas


Gagging & choking

• Terjadi sumbatan jalan napas oleh benda


asing
• Gagging  orofaring
• Chocking  laringofaring
• Mekanisme Kematian:
– Asfiksia
– Reflek vagal

Salah satu penyumbat tersering adalah makanan


dengan ukuran yang cukup besar
Strangulation (Jerat)

• Jerat  jejas jerat & simpul tali


• Jejas  Luka lecet tekan
– Mendatar, seluruh leher
– Letak rendah dibawah rawan gondok.
– Simpul mati
• Gambaran jejas bervariasi:
– Jejas lunak, lebar  jejas tidak ditemukan
– Jejas kasar  luka lecet tekan (kulit
mencekung berwarna coklat, perabaan
kaku)
– Otot leher  resapan darah
Manual Strangulation (Cekik)
• Penekanan leher dengan tangan →dinding sal napas
bag atas tertekan→penyempitan saluran
pernapasan→udara tidak bisa lewat
• Mekanisme kematian:
– Asfiksia
– Reflek vagal → rangsangan pada carotid body(jarang)
• Gambaran jejas:
• Luka lecet kecil kecil berbentuk bulan sabit di leher →kuku
• Luka memar pd kulit, otot bagian dalam leher
• Patah tulang lidah unilateral
• Patah tulang rawan gondok unilateral
• PERBENDUNGAN –MUKA/KEPALA
Hanging (Gantung)
• Jejas:
1. Mengarah keatas ke simpul menghilang
pada batas rambut
2. Diatas rawan gondok
3. Simpul hidup
• Posisi gantung :
1. Complete hanging
2. Incomplete hanging
a. Duduk/ berlutut
b. Berbaring terlungkup
Perbedaan Hanging dan Strangulation
Asfiksia Traumatik

Asfiksia yang terjadi apabila ada Post Mortem:


penekanan yang terus-menerus pada Sianosis, bintik-bintik perdarahan,
dinding dada atau abdomen karena edema, pembengkakan bola mata,
kejatuhan atau tertimpa benda berat, dan bendungan pada tubuh sebelah
terjepit atau terhimpit sesuatu yang atas akibat darah terdorong ke atas
keras. oleh kompresi pada perut.
Contoh: terkena pohon tumbang,
tertimbun pasir, tergencet saat
berdesakan, dll
Gambaran Post Mortem Karena Asfiksia
• Pemeriksaan luar :

• Dapat ditemukan sianosis pada bibir,


ujung - ujung jari dan kuku
• Warna lebam mayat ( livor mortis ) merah -
kebiruan gelap akan terbentuk lebih cepat.
• Terdapat busa halus pada hidung.
• Gambaran perbendungan pada mata
berupa pelebaran pembuluh darah
konjungtiva bulbi dan palpebra berupa
bintik - bintik perdarah-an yang dinamakan
sebagai tardieu’s spot.
Gambaran Post Mortem Karena Asfiksia
• Pemeriksaan dalam:

• Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer


• Busa halus di dalam saluran pernapasan.
• Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada
belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru
terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fissura interlobaris, kulit
kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis
dan daerah subglotis.
• Kelainan - kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur
laring, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus
vena submukosa dengan dinding tipis ).
Tanda Kardinal (Klasik) Asfiksia
1. Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)
→ Ditemukan pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit
dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata.
Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak, mukosa laring dan
faring.
2. Kongesti dan edema
→ Terjadi akibat bendungan pada pembuluh darah
3. Sianosis
→ Terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berikatan dengan O2).
4. Tetap cairnya darah
→ Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai