Anda di halaman 1dari 52

OSTEOKONDRITIS

DISEKANS

Pembimbing : dr. Adrian, Sp.OT


Mahasiswi : Ervina Nababan, br. Simamora

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH ORTOPHEDI


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RSU ROYAL PRIMA
2018
PENDAHULUAN
• Osteokondritis Disekans  penamaan yang salah.
• 1888, Konnig : Osteokondritis  peradangan pada
permukaan sendi osteokondral. Disekans 
“dissec” = terpisah.
• Para peneliti tidak menemukan sel radang secara
histologis dari spesimen jar. Osteokondral yg
terlepas.
• Gambaran : terpisahnya fragmen kecil
osteokondral bersama dengan lapisan kartilago
artikuler dari tulang dibawahnya
ANATOMI dan FISIOLOGI TULANG
SISTEM TULANG

• Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada


efektifnya interaksi antara sendi yang normal dengan
unit-unit neuromuskular yang menggerakannya.

• Elemen tersebut juga berinteraksi untuk


mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar
sendi. Otot, tendon, ligamen, rawan sendi, dan tulang
saling bekerja sama agar fungsi tersebut dapat
berlangsung dengan sempurna.
PENYUSUN SISTEM TULANG
• Sendi  persambungan tulang
• Otot  alat gerak aktif
• Rangka  alat gerak pasif
• Tendon  penghubung otot ke tulang
• Ligamen  mengikat tulang satu dengan yang lain pada
sendi
• Bursae  kantong kecil dari jaringan ikat diatas bagian
yang bergerak, dibatasi memb. Sinovial, berfungsi sbg
bantalan
JENIS TULANG
FISIOLOGI TULANG
• Melindungi jar. Tubuh
• Memberi bentuk tubuh
• Sbg alat pergerakan bersama- sama dengan otot
• Penyimpanan mineral : Calcium
• Hematopoesis
SISTEM PERSENDIAN
• Rangka tubuh manusia tdd tulang yang saling
berhubungan, hub ini  persendian.
• Sendi : memungkinkan pergerakan
• Berdasar sifat gerak, sendi dibedakan menjadi :
1. Sinarthrosis ( sendi mati )
2. Amfiarthrosis ( sendi kaku )
3. Diarthrosis ( sendi gerak )
OSTEOKONDRITIS DISEKANS
• Suatu kondisi dimana suatu bagian tulang rawan sendi
terlepas dari ujung tulang bersama dengan lapisan tipis
tulang yang berada di bawahnya.

• Meski penamaan ini salah , istilah ini tetap digunakan


sampai sekarang.
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi
Indonesia : 3-4% dari total keseluruhan penyakit tulang
yang melibatkan persendian.

Amerika : prevalensi total tidak diketahui karena jumlah


kasus yang terus bertambah. Namun, pada kondilus
femoralis , OKD memiliki prevalensi +- 6 kasus untuk setiap
10000 pria dan 3 kasus untuk setiap 10000 wanita.
 Keterlibatan
75% terjadi pada lutut
6% terjadi pada siku
4% pada pergelangan kaki
 Seks
Pria : wanita = 2-3:1
 Umur
Rata- rata umur yang terkena OKD juvenile =11-13 thn
Rata- rata umur yang terkena OKD dewasa = 17- 36 thn
ETIOLOGI
• Penyebab yang sebenarnya dari osteokondritis
disekans telah menjadi sumber perdebatan pelik kaum
medis selama beberapa dekade terakhir.

 TRAUMA
 ISKEMIA
 GENETIK/ HEREDITER
 IDIOPATIK

 MULTIFAKTORIAL
TRAUMA
Pada lutut Pada pergelangan kaki Pada siku

Trauma langsung dapat Subluksasi tibiotalar penyebab pasti masih


menyebabkan fr. menyebabkan gesekan talus belum jelas  mikrotrauma
transkondral. Namun, pada tibia atau fibula. berulang mempunyai
predileksi OKD pada peranan yang penting.
kondilus femoralis medial lesi posteromedial talar 
 trauma tdk langsung inverse pergelangan kaki Gerakan mengayun di atas
penyebab yg lbh mungkin. saat plantar-fleksi ; talus kepala, menghasilkan stres
membentur dan memutar valgus abnormal pada siku
Gesekan repetitive os. Tibia mengenai tibia posterior.
pada kondilus femoralis
medial sisi lateral saat Lesi talus anterolateral 
rotasi interna  faktor benturan talus pada fibula
yang berkontribusi saat inversi dengan
pergelangan kaki yang
dorso-fleksi.
ISKEMIA
• Vaskularisasi ke tulang subkondral memiliki anastomosa
yang buruk dengan arteriol-arteriol sekitarnya.
Kecenderungan menuju iskemia  tulang subkondral
rentan terhadap trauma, fraktur yang mengikutinya, dan
kemungkinan pemisahan fragmen kecil tulang.
• Penemuan Rogers dan Gladstone, mempelajari
vaskularisasi femur distal  menemukan beberapa
anastomosa ke tulang sponge.
• Chiroff dan Cooke tidak menemukan tanda-tanda
nekrosis avaskular pada eksisi jaringan tulang yang
terlepas.
GENETIK
• Pertentangan antara berbagai peneliti karena perbedaan
hasil penelitian yang didapat
• Meski terdapat riwayat keluarga OKD pada pasien,
pengaruh terhadap timbulnya OKD kecil jika tidak ada
faktor- faktor pencetus seperti yang telah dijelaskan
diatas.
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• Gejala OKD bervariasi sesuai dengan tahapan lesi.
• Lesi awal : gejala yang samar dan tidak signifikan
beragam tingkatan nyeri dan pembengkakan.
Bersamaan dengan lesi yang berkembang, gejala yang
lebih jelas seperti kaku dan “locking” jadi lebih nyata.
Gejala-gejala ini biasanya intermiten dan dikaitkan
dengan aktivitas.
• Gejala yang konstan dan parah merupakan karakteristik
adanya fragmen yang lepas pada lutut. Gejala dengan
frekuensi yang semakin bertambah menggambarkan
progresi dari lesi.
PEMERIKSAAN dan DIAGNOSA
 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

OKD lutut
• Kaki yang terkena  eksorotasi saat berjalan
• Kelemahan kuadriseps; periksa apakah ada atrofi atau
kelemahan pada otot kuadriseps.
• Mungkin terdapat efusi.
• Pada pemeriksaan range-of-motion, pasien mungkin tidak
dapat melakukan ekstensi lutut penuh pada sisi yang terkena.
• Terdapat nyeri tekan pada palpasi
• Tes Wilson (+)
OKD Pergelangan Kaki
• Bengkak dan kesulitan menapak
• Kira-kira 90% pasien akan mengaku riwayat trauma
sebelumnya pada pergelangan kaki tersebut.
• Nyeri mungkin dirasakan mungkin tidak, tergantung lesi
sedang berada pada tahap mana.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan OKD
pergelangan kaki dapat terlihat:
• Efusi sendi,
• Krepitasi dan nyeri lokal atau sekitar.
• Seiring dengan lesi yang bertambah parah, gejala
semakin parah dan lebih terlokalisir. Nyeri pada
penekanan sendi tibiotalus dan krepitasi pada
dorsofleksi atau plantarfleksi sering ditemukan.
OKD siku
• Nyeri sendi
• Bengkak dan
• Keterbatasan gerak yang intermiten. Biasanya keluhan
ini berkaitan dengan aktivitas.
• Pasien hampir selalu memiliki riwayat pemakaian sendi
berlebih, dan beberapa pasien akan menambahkan
bahwa pernah ada cedera trauma pada siku.
Kebanyakan pasien memiliki riwayat aktivitas dengan
banyak melempar atau menggunakan raket
 Pemeriksaan Penunjang
Lab : tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
Diindikasikan.
Pemeriksaan Radiologis
X-RAY BONE SCINTIGRAPHY MRI
•pemeriksaan lini •Tingkat serapan osseus •Memungkinkan
pertama yang  indikator penting dari visualisasi jaringan-
dianjurkan. potensi penyembuhan jaringan yang terlepas
dari fragmen dan tingkat displacement
•Ketika terdeteksi, lesi osteochondral. Semakin
osteokondral muncul besar serapan (tinggi • Lesi yang tampak
sebagai bayangan lusen aktivitas osteoblastik) ; normal pada radiografi
di epiphysis artikular. besar kemungkinan standar dapat dideteksi
untuk penyembuhan dengan menggunakan
•Pada lesi yang sangat dengan konservatif. MRI.
dini, pasien mungkin
memiliki temuan •Pencitraan teknesium • Memungkinkan
radiografi normal. serial  memprediksikan penentuan integritas
prognosis pasien & permukaan artikular.
sebagai panduan
pengobatan
Staging of OCD based on MRI findings
Stage Appearance on MRI Stability of lesion

Thickening of articular cartilage


I Stable
and low signal changes.

Articular cartilage interrupted,


low-signal rim behind fragment
II Stable
showing that there is fibrous
attachment.
Articular cartilage interrupted,
high signal changes behind
III Unstable
fragment and underlying
subchondral bone.

IV Loose body. Unstable


CT- SCAN USG ARTHROSCOPY
• Membantu dalam • Keuntungan dari •Alat diagnostik yang
perencanaan pra sonografi adalah biaya lebih spesifik di samping
operasi. yang lebih redah MRI . Namun, hal ini
• Membimbing dibandingkan dengan merupakan prosedur
pengobatan ketika MRI MRI dan CT scan. invasif.
tidak tersedia atau
merupakan
kontraindikasi.
DIAGNOSA BANDING
• Osteoarthritis
• Kista Tulang
• Septik arthritis

Pada anak : Osgood Schlatter Syndrome


PENATALAKSANAAN
 Terapi Medikamentosa
Analgesik dan NSAIDS

 Terapi Non- Operatif


OKD LUTUT
• Terapi untuk OKD lutut sebagian besar bergantung pada
usia pasien.
• Lesi simtomatik pada anak-anak, atau pasien dimana
sistem skeletnya belum berkembang dengan sempurna,
yang tidak memiliki loose bodies pada pemeriksaan
radiografi awalnya  tindakan konservatif selama 3
bulan.
• Pengobatan konservatif meliputi : pembatasan aktivitas
berat untuk memungkinkan penyembuhan dan
mencegah displacement lebih lanjut. Anak-anak harus
diberikan immobilizer lutut selama periode ini untuk
membatasi stres pada lesi.

• Aktivitas penuh dapat diizinkan setelah pasien tidak


memiliki laporan subjektif berupa rasa sakit, temuan
pemeriksaan fisik normal, dan bukti radiografi
didapatkan penyembuhan.
• Sebelumnya intervensi bedah juga harus
dipertimbangkan untuk lesi pada anak-anak yang
mendekati penutupan lempeng epiphyseal. Orang
dewasa juga dapat diberikan percobaan pengobatan
konservatif untuk OKD pada lutut, namun jarang didapati
perbaikan tanpa intervensi bedah.
OKD PERGELANGAN KAKI

Pertimbangan atas 2 hal : Lokasi lesi dan temuan radiografi


• Pasien dengan lesi medial atau lateral dan temuan
radiografi normal / mengungkapkan hanya sebagian
fragmen osteochondral terlepas  diobati secara
konservatif.
• Pengobatan konservatif pada pasien ini meliputi
imobilisasi ekstremitas dengan gips dan “no weight
bearing” selama 6-12 minggu.
• Pasien dengan lesi medial dan temuan radiografi sebuah
fragmen yang terpisah total namun tetap berada pada
crater bed yang mendasari juga dapat diobati dengan
perawatan konservatif selama 6 bulan

• Namun, pasien dengan gejala lesi lateral dan temuan


radiografi dimana sebuah fragmen benar-benar terpisah
yang tetap berada di crater bed mendasari memerlukan
intervensi bedah.
OKD SIKU

• Riwayat alami OKD siku tidak dipahami dengan baik.


• Pengobatan lesi yang sudah parah biasanya bedah,
namun, hasil operasi seringkali kurang optimal, dan
pasien harus diedukasi untuk mengharapkan beberapa
kemungkinan keterbatasan jangkauan gerak dan fungsi
setelah operasi.
Terapi Operatif
Indikasi :

OKD LUTUT OKD PERGELANGAN OKD SIKU


KAKI
•Gejala sudah berlangsung • Lesi fragmen talus lateral • Indikasi untuk operasi
6-12 bulan yang lepas seluruhnya masih controversial.
namun tetap berada di
• Gambaran radiografik  ‘crater bed’ (tahap III) • Kontraktur sendi yang
penyembuhan tidak akan progresif
sempurna dengan terapi
konservatif • Gejala yang tidak kunjung
sembuh setelah
• Lempeng epifisis akan pengobatan konservatif
menutup dalam 6 bulan
• Terdapat fragmen tulang • Kontraktur konstan > 10˚
yang lepas. disertai nyeri siku
• Intervensi operatif yang
lebih dini dianjurkan pada
dewasa dengan OKD lutut.
TEKNIK PEMBEDAHAN
• Arthroscopy subchondral Driliing
• Debridement Arthroscopy & Stabilisasi Fragmen
• Eksisi Arthroskopi, Kuretase dan Pengeboran
• Pembuangan ‘’loose bodies’’ dengan open surgery,
rekonstruksi ‘’crater bed’’, mosaicplasty untuk
penyembuhan fragmen, dan penggantian dengan fiksasi
• Transplantasi Kondrosit Autologus
• Pembuangan Tulang Sklerotik Radikal dengan Grafting
Tulang Jaringan yang Cacat dan Transplantasi Kondrosit
Autologus
KOMPLIKASI
• Komplikasi Bedah : Infeksi, cedera Neurovaskuler
(jarang)
• Tanpa Penatalaksanaan adekuat : Nyeri kronik,
Keterbatasan fungsional karena keterbatasan ROM,
osteoarthritis.

Anda mungkin juga menyukai