RIDA FADLILLAH 211251044 Bagaimana cara Manusia meyakini Allah? A. Mengenal Adanya Wujud Allah SWT
Cara mengenal Allah dalam Islam pertama dengan
beriman kepada-Nya. Sebagai umat Muslim, kita harus meyakini bahwa Allah Pencipta seluruh makhluk yang benar- benar ada.
Selain melihat segala bentuk ciptaan-Nya yang berbeda-
beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya maka akal akan menyimpulkan bahwa keberadaan benda-benda tersebut tentu ada yang menciptakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Selain itu, pancaindra kita juga mengakui adanya Allah SWT, karena kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah, dan meminta sesuatu pada-Nya untuk dikabulkan. Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
“Dan ingatlah ketika Rabbmu menurunkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Rabb kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka’.” (Al-A’raf: 172-173) B. Kenali Ciptaan Allah SWT
Cara pertama untuk mengenal Allah adalah melalui
ciptaan-Nya. Berbagai makhluk yang Allah ciptakan, mulai dari hewan, tumbuhan, manusia, dan jin tentu tidak muncul dengan sendirinya. Yakini bahwa semua itu ada karena kuasa Allah SWT. C. Mengenal Uluhiyah Allah SWT
Mengenal uluhiyah Allah berarti meyakini bahwa hanya
Allah yang berhak disembah. Tidak ada makhluk lain yang mampu menggantikan posisi Allah sebagai Tuhan.
Dengan mengenal uluhiyah Allah, akan timbul rasa cinta
kepada-Nya. Seorang Muslim akan tunduk kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. D. Kenali Rububiyah Allah SWT
Selanjutnya sebagai umat Muslim hendaknya meyakini
keesaan Rububiyah Allah. Adapun keesaan Rububiyah Allah berupa keyakinan bahwa hanya Allah yang mencipta, memiliki, menguasai, dan mengatur alam semesta.
Hanya Allah yang mampu menghidupkan, mematikan,
memberi rezeki, mendatangkan kebaikan, dan mendatangkan bencana. Allah senantiasa mengatur, mengawasi, memegang hukum, dan memegang kekuasaan tunggal. E. Mengenal Nama dan Sifat Allah SWT
Allah SWT memiliki 99 nama baik yang disebut Asmaul
Husna. Nama-nama ini hendaknya diyakini setiap Muslim lengkap dengan sifat-sifat Allah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 180.
Artinya: Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang- orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Selain itu, cara manusia untuk meyakini tuhannya (Allah) yaitu dengan cara mengetahui makna dari rukun iman yang 6 diantaranya: 1. Iman kepada Allah Swt
Sebagai umat Muslim, sudah semestinya beriman kepada
Allah SWT, yang artinya percaya akan keberadaan Allah. Allah ada sebagai Tuhan alam semesta yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Meyakini Allah tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga dibutuhkan bukti. Dari amal perbuatan, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua makhluk diwajibkan menyembah Allah SWT. Makna dari rukun iman kepada Allah adalah kita meyakini bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah SWT. 2. Iman Kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah iman kepada malaikat. Allah
SWT memberikan tugas untuk mengatur seluruh isi alam, melalui malaikat-malaikatnya. Ada 10 malaikat Allah yang perlu kamu ketahui, yakni Jibril (penyampai wahyu), Mikail (pembagi rezeki), Israfil (peniup terompet sangkakala), Izrail (pencabut nyawa), Munkar dan Nakir (penanya di alam kubur), Raqib dan Atid (pencatat amal), Malik (penjaga neraka), Ridwan (penjaga surga). Makna rukun iman kepada malaikat adalah meyakini jika malaikat itu ada, yang senantiasa mengawasi perbuatan baik dan buruk setiap manusia. 3. Iman Kepada Kitab – Kitab - Nya
Rukun Iman yang ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah.
Adapun kitab yang perlu diimanin oleh umat Islam terdiri empat kitab.
Keempat kitab tersebut ialah taurat yang diturunkan melalui Nabi
Musa, kitab Zabur yang diturunkan melalui Nabi Daud, kitab Injil yang diturunkan melalui Nabi Isa, dan Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kitab itu diturunkan kepada para Rasul, untuk kemudian dilanjutkan
ke seluruh umat-Nya. Dengan berpedoman teguh pada kitab-kitab Allah, niscaya manusia bisa selamat dari siksa api neraka. 4. Iman Kepada Nabi Dan Rasul
Rukun Iman yang keempat adalah iman kepada para nabi
dan rasul. Hal ini berarti kita harus meyakini bahwa nabi dan rasul adalah manusia utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman di muka bumi. Beriman kepada nabi dan rasul, artinya memercayai segala ajaran baik lisan maupun tindakan sebagai teladan para nabi dan rasul.Jumlah nabi dan rasul sangat banyak, namun kita diwajibkan memercayai 25 nama-nama nabi dan rasul. 5. Iman Kepda Hari Akhir/Kiamat
Umat Islam diwajibkan percaya akan adanya hari akhir
atau yang sering disebut dengan kiamat. Hari kiamat merupakan hari di mana seluruh alam semesta dihancurkan atau dimusnahkan. Meyakini adanya hari kiamat maka manusia bisa menjadi lebih baik, mengumpulkan banyak pahala, sebagai saku atau simpanan di hari akhir kelak. Selain itu, kita juga harus memercayai adanya kehidupan setelah kematian, di mana kehidupan yang kekal sesungguhnya itu ada di akhirat kelak. 6. Iman Kepada Qada Dan Qadar Rukun iman yang keenam adalah iman kepada qada dan qadar. Umat Muslim wajib percaya kepada qada dan qadar yang merupakan takdir Allah yang baik maupun buruk. Takdir merupakan ketentuan yang terjadi di alam semesta.Menurut bahasa, qada berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum dunia tercipta, Allah sudah punya ketetapan. Qada tertulis pada kitab Lauh Mahfuz. Baik tentang hidup, kebaikan, keburukan, dan kematian. Sementara, qadar menurut bahasa berarti ketentuan atau kepastian Allah. Sedangkan berdasarkan istilah, qadar berarti penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah. Termasuk yang sedang terjadi, akan terjadi, dan belum terjadi.Hubungan qada dan qadar tidak bisa dipisahkan, karena qada merupakan rencana dan qadar adalah perwujudan atau kenyataan. Dua kata ini juga dikenal sebagai takdir oleh Allah SWT.