Oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas atau kesenambungan tulang dan
sendi, baik sebagian atau seluruh tulang termasuk tulang rawan. Luka dan
fraktur dapat menyebabkan perdarahan . Perdarahan adalah keluarnya
darah dari ruang vaskuler ( BTCLS-GADAR Medik Indonesia, 2013).
Fraktur adalah Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat
disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim, meskipun tulang patah,
jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak, perdarahan ke otot dan sendi, rupture tendo, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. Organ yubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang ( Smeltzer
and bare, 2002).
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
2. Jenis Fraktur Femur
a. Fraktur batang femur
Fraktur batang femur mempunyai insiden yang cukup tinggi
diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter,
suprakondilus, biasanya memerlukan tindakan operatif.
Manifestas klinis, daerah paha yang patah tulangnya sangat
membengkak, ditemukan funtio laesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak.
Tampak adanya deformitas angulasi ke lateralatau angulasi anterior,
endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada
fraktur 1/3 tengah femur , saat pemeriksaan harus diperhatikan pula
kemungkinan
adanya
dislokasi
sendi
panggul
dan
robeknya
non-operatif
karena
akan
menyambung
dengan
baik.
Hal ini
Untuk
Fraktur multiple
Fraktur patologis
Cara
interlocking nail dilakukan dnegan tanpa menyayat didaerah yang patah. Pen
dimasukkan melalui ujung trokentar mayor dengan bantuan image intensifer.
Tulang dapat di reposisi dan pen dapat masuk kedalam fragmen bagian distal
melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayata
lebar dan perdaraha terbatas.
Komplikasi, komplikasi akut dari fraktur femur ini adalah syok dan
emboli lemak.
delayed union, non union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi, dan
gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan.
kurang stabil atau fraktur pada pasien tua lebih besar kemungkinannya
untuk terjadinya nekrosisi avaskular.
4
Komponen-komponen
Osteosit
adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsorbsi. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang.
Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti
yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada
vitamin D hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorbsi tulang.
Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi tulang, antara
lain dengan meningkatlan absorbsi kalsium dan fosfat oleh usus halus
(Price dan Wilson: 1995)
Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang
ini memiliki karakteristik yaitu:
4. Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (1995) ada 3 yaitu:
a. Cidera atau benturan
b. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang
baru saja menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima
dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai
latihan lari.
5. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari fraktur, sebagai berikut :
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
7
6. Klasifikasi Fraktur
6.1 Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia
luar di bagi menjadi 2 antara lain:
Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
i.
ii.
iii.
iv.
Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
ii.
iii.
Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
a) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama (Mansjoer: 2000).
7. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan
lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Selsel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan
aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan
fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak
seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare,
2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang
di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan
10
otot
dengan patah
tulang karena
11
2001).
8.2 Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal
union, delayed union, dan non union.
a) Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut,
atau miring. Conyoh yang khas adalah patah tulang paha yang
dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk imobilisasi
dimana kemungkinan gerakan rotasi dari fragmen-fragmen tulang
yang patah kurang diperhatikan. Akibatnya sesudah gibs dibung
ternyata anggota tubuh bagian distal memutar ke dalam atau ke
luar, dan penderita tidak dapat mempertahankan tubuhnya untuk
berada dalam posisi netral. Komplikasi seperti ini dapat dicegah
dengan melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan
reduksi, dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama
pada masa awal periode penyembuhan.
Gibs yang menjadi longgar harus diganti seperlunya. Fragmenfragmen tulang yang patah dn bergeser sesudah direduksi harus
diketahui
sedini
mungkin
12
berdiferensiasi
menjadi
kondroblas
dan
osteoblas.
13
10. Penatalaksanaan
10.1
Penatalaksanaan kedaruratan
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting
infeksi
semakin
besar.
Lakukan
anamnesis
dan
foto
radiologis.
Pemasangan
bidai
dilakukan
untuk
angulasi.
Gerakan
fragmen
patahan
tulang
dapat
14
maupun
heterolog)
untuk
memperbaiki
15
Fasiotomi
menghilangkan
pemotongan
konstriksi
fasia
otot
atau
otot
untuk
mengurangi
3. Terapi Medis
Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi
(Ramadhan: 2008)
elastisitasnya
akibat
infiltrasi
karena
edema
dan
segera
dimulai
melakukan
latihan-latihan
untuk
17
18
sumbatan/obstruksi
jalan
napas
oleh
adanya
Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
Hipertensi
kadang
terlihat
sebagai
nyeri/ansietas)
Tachikardi
d) Neurosensori
Kesemutan
Kelemahan
e) Kenyamanan
19
respon
f) Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan local
20
21
NO
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HASIL
Gangguan
rasa
nyaman:
Nyeri
INTERVENSI
RASIONALISASI
INDEPENDEN:
Setelah
dilakukan
dengan
tirahbaring,
nyeri
dan
mencegah
terkena.
aliran
menurunkan edema,
penggunaan
sprei/
banatal Dapat
balik
vena,
menurunkan nyeri.
nyeri
Hindari
meningkatkan
ketidaknyamanan
Klien bebasbergerak
gips.
yang kering.
(skala 0-10)
22
KOLABORASI:
Pemberian obat-obatan analgesik
2.
Potensial
infeksi
sehubungan
dengan Setelah
luka terbuka.
INDEPENDEN:
dilakukan
tindakan Kaji tanda-tanda vital, suhu, luka-luka, Dapat mengindikasi timbulnya infeksiluka/
keperawatan selama 3x24 jam, peningkatan nyeri,eritema drainase/ bau nekrosis jaringan yang sama osteomelitis.
diharapkan tidak terjadi tanda- tidak enak.
tanda infeksi:
laesa.
Eritema,
bebas
drainase puluren
23
secara protilaksis.
3.
Gangguan
sehubungan
aktivitas
dengan
INDEPENDEN:
Kaji
tingkat
im-
mobilisasi
kerusakan
neuromuskuler skeletal,
nyeri, immobilisasi.
persepsi
(persepsi
tidak
pro-
posional)
rekreasi (menonton TV, membaca kora, Memberikan ke- sempatan untuk medll ).
ngeluarkan
energi,
memusatkan
per-
pasien
dan
membantu
dalam
Auskultasi bising usus, monitor kebiasa Bedrest, penggunaan analgetika dan pean eliminasi dan menganjurkan agar rubahan
24
diit
dapat
menyebabkan
b.a.b. teratur.
proses
penyembuhan,
Memberikan diit tinggi protein , vitamin mencegah penurunan BB, karena pada
, dan mi- neral.
KOLABORASI :
Konsul dengan bagi- an fisioterapi
4.
Kerusakan
gas
dengan
pertukaran
INDEPENDEN:
berhubungan Setelah
dilakukan
tindakan Awasi
frekuensi
pernapasan
trauma keperawatan selama 3x24 jam upayanya perhatikan stridor, retraksi , dini insuficiensi pernapasan, emboli paru
pulmonal (ARDS)
diharapkan:
Tidak ada sinaosis/dispneu Auskultasi bunyi napas: hipersonor, Perubahan dalam atau adanya byunyi
Frekuensi
kegagalan.
adventigius
menunjukkan
terjadinya
rentang normal
inspirasi mengorok.
25
jam pertama).
Meningkatkan
ventilasi
alveular
dan
KOLABOARASI
Diberikan O2 tambahan sesuai indikasi
Seri GDA
Heparin
Krotikostiroid
trumbutlebitis.(bengkak,kemerahan, nyeri)
mencegah
sesuai
permintaan
26
untuk
27
C. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.
Alih
Bahasa,
Yayasan
Ikatan
Alumni
pendidikan
28