Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
DISTOSIA BAHU

Devinisi
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory, tidak dapat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina
untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan
sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara
lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala
dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka
mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik
(Williams, 2013)

Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan

RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior,
pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
bisa lahir mengikuti kepala.

Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk
ke dalam panggul.

Penilaian Klinik
1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis.

Faktor Risiko
1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes
gestasional (Keller, dkk)
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir
yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kelahiran doistosia bahu memiliki
berat kurang dari 4000 g.
3. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar
4. Ibu dengan obesitas
5. Multiparitas

RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
6. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah
usia 42 mingu.
7. Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu,
terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita (Smith dkk., 1994)
8. Cephalopelvic disproportion

Dalam Obstetri Williams The American College of Obstetrician and Gynecologist


(1997,2000) meninjau penelitian-penelitian yang diklasifikasikan menurut metode evidence-
based yang dikeluarkan oleh the United States Preventive Sevice Task Force, menyimpulkan
bahwa :
1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah karena tidak ada
metode yang akurat untuk mengidentifikasi janin mana yang akan mengalami komplikasi
ini.
2. Pengukuran ultrasonic untuk memperkirakan makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.
3. Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas kecurigaan makrosomia bukan merupakan
strategi yang beralasan.
4. Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada wanita non-diabetik dengan perkiraan berat
janin lebih dari 5000 g atau wanita diabetik yang berat lahirnya diperkirakan melebihi
4500 g.

Komplikasi pada Ibu


Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena atonia uteri, rupture
uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang merupakan risiko utama kematian ibu
(Benedetti dan Gabbe, 1978; Parks dan Ziel, 1978 (dalam Williams).

Komplikasi pada Bayi


Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang signifikan.
Kecacatan pleksus brachialis transien adalah cedera yang paling sering, selain itu dapat juga
terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan kematian neonatal

Manajemen distosia bahu

RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
Dalam manajemen penatalaksanaan ditosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan
janin. Syarat-syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :
1. Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan
persalinan
2. Masih mampu untuk mengejan
3. Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
4. Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
5. Bukan monstrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya bayi

Hindari 4P
• Panic
• Pulling (pada kepala)
• Pushing (pada fundus)
• Pivoting (memutar kepala secara tajam,
dgn koksigis sbg tumpuan)

Beberapa pendekatan dalam penangannan distosia bahu :


ALARM
A - Ask For Help
Meminta bantuan
L - Lift the legs and buttock
Melipat kaki dan mengangkat bokong – maneuver mc. Robert
A - Anterior Shoulder Disimpaction
Menghilangkan impaksi bahu depan.
Eksternal (maneuver masanti, rubin1)
Internal (episiotomy ,maneuver rubin 2)
R – Rotation of posterior shoulder
Memutar bahu belkang menjadi bahu depan
M - Manual removal posterior arm
Mengeluarkan lengan belakang.

HELPERR

RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
H – Help
Segera minta bantuan.
E – Evaluasi
Evaluasi jalan lahir dan posisi bahu, dan jika perlu lakukan tindakan episiotomy
L – Legs Hiperfleksi
Memposisikan ibu dengan kaki hiperfleksi kea rah dada atau Manuver Mc. Robert
P – Preassure suprapubic
Memberikan tekanan pada suprapubik untuk menekan bahu depan.
E – Enter vagina
Melakukan maneuver terhadap bahu dengan memasukkan tangan pada vagina .
R – Remove
Melahirkan bahu dengan cara menggeser posisi bahu atau mengeluarkan lengan belakang
R – Roll
Meminta ibu berguling pada posisi all fours (merangkak)

Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan


emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu.
1. Meminta bantuan asisten, seorang ahli anastesi dan dokter anak. Kosongkan vesica
urinaria bila penuh.
2. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
3. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk melahirkan
kepala.
4. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas. Bila
tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
1. Wood corkscrew maneuver
2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas, namun
tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan

RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
Penyulit
 Pada ibu
1. Partus lama dengan segala akibatnya : infeksi intra partum, rupture uteri,
perlukaan jalan lahir, fistula (post partum).
2. Partus kasep dengan konplikasi seperti halnya partus lama, tetapi dengan
angka kekerapan yang lebih tinggi.
 Pada bayi
1. Asfiksia
2. Cedera
3. Kematian

ALARM

A - Ask For Help


Meminta bantuan

L - Lift the legs and buttock


Melipat kaki dan mengangkat bokong – maneuver mc. Robert
Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari
penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha
menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum
mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi.
Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan
bahu depan yang terhimpit.
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan

RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan
tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal)

Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray: Ukuran panggul tak
berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior terbebas dari simfisis
pubis

A - Anterior Shoulder Disimpaction


Menghilangkan impaksi bahu depan.
Eksternal (maneuver masanti, rubin1)
Internal (episiotomy ,maneuver rubin 2)
Manuver masanti - Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara
bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.

RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah
pada kepala janin.

Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari
sympisis pubis.

Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong
kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil
dan membebaskan bahu anterior yang terjepit

RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION

R – Rotation of posterior shoulder


Memutar bahu belkang menjadi bahu depan - Maneuver Woods ( “Wood crock screw
maneuver” )
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu
anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.

Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat
sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.

M - Manual removal posterior arm


A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan

RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION

Tambahan jika diperlukan :

E- Episiotomi
• Dapat membantu manuver Wood atau memberi ruang untuk mengeluarkan
pergelangan tangan belakang,
• memutar lutut dan dada : memudahkan menggapai bahu belakang
R- Roll Over
• Bila semua tindakan gagal  Ulangi semua tindakan dengan hati-hati.

Tindakan terakhir:
• Fraktur klavikula. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula
anterior kearah SP.

RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
• Cephalic replacement (manuver Zavenelli)
mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui
SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai
dengan PPL yang sudah terjadi.Membuat kepala anak menjadi fleksi dan
secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.

• Simfisiotomi
• Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting
klavikula.

RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
MINI CLINICAL EXAMINATION
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary. 2013. Obstetri Williams Ed. 23 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi
Saifudin, Abdul Bari .2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta : EGC

RM.012.

Anda mungkin juga menyukai