Anda di halaman 1dari 12

Analisis Buku Biobliotherapy Motivasi Belajar Rendah

Notes From Qatar 3

diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Asuhan Keperawatan Spiritual
Muslim (AKSM) Bibliotherapy
Dosen Pengampu : Inggriane P. Dewi, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh:
Nden Ayu Pratiwi (032016040)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kesempatan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam
bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “Analisis Buku
Biobliotherapy Motivasi Belajar Rendah Notes From Qatar 3” dan kiranya makalah ini
dapat meningkatkan pengetahuan kami.

Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat


baca dan belajar teman-teman. Selain itu, kami juga berharap untuk para pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terbatas, sehingga saran
dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan
laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk khalayak masyarakat
maupun bagi kami pribadi.

Bandung, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
A. Identifikasi Buku

Judul: NOTES FROM QATAR 3

Pengarang: Muhammad Assad (Dream, D, Deliver)

Penerbit: PT. Elex Media Komputindo

Tahun Terbit: 2014

Jumlah Halaman: 231

Cover Depan Cover Belakang


B. Sinopsis Buku

“Judul buku Notes from Qatar 3” ditulis Muhammad Assad, tebal buku 231 halaman, dan
diterbitkan oleh PT. Elex media komputindo. Assad kembali menceritakan perjalanannya
dalam buku Notes from Qatar 3. Notes from Qatar 3 adalah buku yang memiliki tagline 3D
yaitu Dream, Do, and Deliver. Sementara Notes from Qatar 1 yaitu 3P (Positive, Persistence,
and Pray) dan Notes from Qatar 2 yaitu 3H (Honest, Humble, Helpful). Buku yang ditulis oleh
Muhammad Assad ini buku non fiksi yang dimana bercerita tentang perjalanan ia meraih
beasiswa kuliah S1 di Malaysia dan S2 di Qatar, sulitnya ia belajar di negara orang sampai ia
kembali pulang ke Indonesia setelah ia lulus kuliah S2 di Qatar dengan predikat summa cum-
lude dan menjadi salah satu wisudawan terbaik.

Di dalam buku ini, Assad menceritakan pengalamannya ketika berada di Qatar dan terangkum
dalam beberapa kutipan hikmah. Assad mampu memetik setiap pelajaran dari perjalanannya
selama di Qatar. Pelajaran-pelajaran kecil yang semuanya selalu berhubungan dengan Alquran
dan Hadist sebagai sumber ilmu yang utama. Pelajaran yang dianalogikan dengan peristiwa
yang mudah dipahami. Muhammad Assad juga menuliskan bagaimana ia berada dalam kondisi
sulit di awal- awal ia menginjakan kaki di Qatar dengan berkat motivasi dan dorongan dari
keluarga ia mampu bangkit kembali. Muhammad Assad juga mengajarkan kita untuk Dream,
Do, Deliver. Jika kita mempunyai mimpi yang besar dan mau berusaha keras untuk
mewujudkan mimpi itu, maka pasti akan memberikan hasil yang sangat dahsyat. Muhammad
Assad juga banyak belajar dari tokoh- tokoh hebat salah satunya Bob Sadino.

Dari Muhammad Assad kita belajar bagaimana mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada
kita, dimanapun kita harus selalu ingat dengan Allah. Buku ini akan memberikan motivasi dan
inspirasi kepada pemuda Indonesia, terutama yang ingin menuntut ilmu di jenjang yang lebih
tinggi untuk terus bersemangat dalam mencapai visi atau mimpi dengan melakukan tindakan
yang bermanfaat. Muhammad Assad selalu menguatarakan bahwa kita sebagai manusia jangan
bermalas- malasan, sebab masih banyak mimpi yang harus kita raih bukan dengan cara
bermalas- malasan tetapi dengan belajar, berusaha dan yang terpenting adalah berdoa.

C. Kriteria Pembaca yang Menjadi sasaran Bibliotherapy

Ada beberapa kriteria pembaca yang dapat menjadi sasaran saat pelaksanaan
bibliotherapy:

1. Usia pembaca buku Notes From Qatar 3 ini bisa dimulai dari usia sekolah menengah
pertama sampai usia dewasa. Karena didalam buku ini banyak kalimat yang memotivasi
anak sekolah untuk semangat belajar agar bisa meraih impiannya dimasa mendatang.
Serta bahasa yang digunakan pada buku ini mudah dipahami oleh usia muda hingga
tua.
2. Kemampuan membaca
Usia 10 tahun sampai dewasa yang mampu membaca dengan baik serta dapat
menggunakan KBBI. Alangkah baiknya mengerti tentang pemahaman islam
karena terdapat bacaaan Al-qur’an dan hadist.
3. Jenis gangguan yang dialami adalah motivasi semangat belajar rendah. Buku ini
cocok untuk orang yang memiliki motivasi semangat belajar rendah, dimana disetiap
halamannya terdapat kalimat yang membuat kita berfikir agar tidak bermalas- malasan
lagi dalam hal belajar, dibuku ini juga dijelaskan bagaimana kita untuk tetap semangat
dalam hal belajar.
D. Refleksi Buku (Ethnostorytelling)
1. Bukti Isi Buku (Kesesuaian Dengan Gangguan Yang Menjadi Sasaran
Biblioterapi)
Bukti dari isi buku Notes From Qatar 3 Dream, Do. Deliver adalah sebagai berikut:
a. Pada halaman xxxi terdapat kalimat “masa- masa awal terasa begitu berat,
banyak sekali masalah yang dihadapi” dimana penulis pertama kali
menginjakan kaki di Qatar dan sudah banyak sekali masalah yang dihadapi
salah satunya tentang pembelajaran di kampus.
Selain itu ada juga kalimat “ masalah terakhir adalah tentang pelajaran di
kampus. Rasanya kok susah banget ya dan gak ada yang nempel di otak. Apalagi
beberapa pelajaran menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar. Saya frustasi
dan jujur aja, karena beratnya kondisi yang dialami waktu itu”. Penulis
menceritakan kondisi sulitnya itu bahkan ia selalu menangis dipojokkan kamar.
Dari kondisi itu penulis mulai ingin pulang ke Indonesia dan tidak mau
melanjutkan belajar disana selain itu penulis juga mengatakan ia kesepian di
Qatar sehingga tidak ada orang yang memotivasi ia selain keluarga nya yang
tinggal di Indonesia.
Kalimat terakhir di halaman xxxi yaitu “Saya merasa sudah tidak sanggup lagi
dan pengen pulang aja ke Indonesia” Tetapi ketika penulis berkomunikasi
dengan orang tuanya di Indonesia ia mendapat dukungan, orangtua nya juga
memberikan semangat dan melarang penulis untuk kembali ke Indonesia
sehingga penulis bangkit kembali dan bertekad untuk menyelesaikan studi S2
dengan baik.
Dilihat dari kalimat yang dituliskan oleh penulis bahwa motivasi dan semangat
dari lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Penulis juga
pernah berada di posisi yang sulit dimana ia awalnya semangat untuk belajar di
Qatar, tetapi karena proses pembelajaran di Qatar sulit motivasi untuk belajar
menjadi berkurang karena apapun yang ia pelajari ia tidak mengerti sama sekali.
Pada halaman xxxii penulis mengatakan “Lambat laun, dengan dukungan
keluarga dan orang- oran terdekat, saya berhasil melalui masa- masa sulit
tersebut”.
b. Pada halaman xxxii terdapat kalimat “Belajar itu tanpa batas tempat dan waktu,
sebuah proses berkesinambungan yang tidak pernah berhenti, sejak kita melihat
dunia untuk pertama kalinya hingga ajal menjemput. Membaca adalah cara
terbaik dalam belajar, karena itu adalah kunci untuk mempelajari segala ilmu
dari Sang Maha Memiliki Ilmu. Bukankah lima ayat pertama yang turun ke
muka bumi adalah tentang kewajiban untuk membaca?”
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Dia
mengajarkan manusia apa- apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al- ‘Alaq [96]:
1-5).
Dari kalimat tersebut bisa disimpulkan betapa pentingngnya kita untuk belajar
salah satunya dengan membaca. Belajar bisa dimana saja tanpa batas tempat dan
waktu, seperti yang sudah ditetapkan dalam Al’Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
Penulis juga mengatakan “ Kita berkewajiban untuk ‘membaca’ alam semesta,
‘membaca’ tentang proses terjadinya kehidupan manusia, ‘membaca’ khazanah
ilmu pengetahuan, dan ‘membaca’ berbagai hal lainnya. Membaca adalah kunci
untuk membuka cakrawala segala ilmu pengetahuan Sang Maha Pencipta.”
c. Pada halaman 6 penulis menuliskan “Coba lihat sekeliling, banyak sekali
manusia yang hidupnya membosankan karena hanya diganakan untuk
bermalas- malasan, tidak mempunyai semangat dan sangat pesimis terhadap
kehidupan. Orang- orang model tersebut bisa dipastikan 100% tidak
mempunyai mimpi. Mereka tidak mengerti apa yang diinginkan dalam hidup,
tidak mempunyai rencana ke depan apa yang ingin dilakukan karena dalam
pikiran mereka, “ahh yang penting bisa makan untuk hari ini, besok- besok liat
nanti aja.”
Setiap orang pasti memiliki mimpi maka dari itu untuk mewujudkan mimpi
tersebut kita perlu tindakan atau sesuatu yang perlu kita lakukan. Maka dari itu,
Jika kita bermalas- malasan bagaimana untuk kita mewujudkan mimpi tersebut.
Pada halaman 7 penulis juga menambahkan kalimat “Jika visi hanya berbentuk
imajinasi tanpa didukung action, maka itu seperti mimpi di siang bolong.
Sebuah action tanpa adanya visi ysng jelas pun hanya akan membuang waktu
alias useles. Tapi jika sebuah visi diikuti oleh sebuah action, maka semua
impian akan mampu diwujudkan.”
Islam memberikan penghargaan bagi mereka yang mau berusaha dan bekerja
keras. “Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya dan orang- orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu.” (QS. At- Taubah [9]: 105).
Dilihat dari arti ayat diatas bahwa apabila kita mempunyai semangat belajar
yang bagus itu sama seperti kita sedang berusaha dan bekerja keras.
d. Masih di halaman 7 penulis menuliskan ”Tidak pernah dalam sejarah di dunia
ini ada seseorang yang mencapai puncak keberhasilan tanpa keringat, tenaga,
bahkan air mata. Nikmatnya kesuksesan tentu setelah melewati berbagai macam
kesulitan dan tantangannya.”
Bisa diartikan sebagai ketika kita memiliki motivasi belajar yang rendah dan
kita tidak mau berusaha kita tidak akan mencapai kesuksesan dan tidak akan
berkembang. Kita harus melawan rasa malas nya terlebih dahulu dan melewati
berbagai macam rintangan yang ada.
Allah pun mengajarkan dalam Ar-Ra’d ayat 11 bahwa Dia tidak akan mengubah
nasib suatu kaum sebelum kaum itu berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.
Maknanya adalah Allah akan menolong hamba-Nya jika sang hamba berusaha
terlebih dahulu untuk mengubah hidupnya, sehingga ada peran usaha dan kerja
keras di sini. Sama seperti lingkungan kelurga dan teman disekitar sudah
memberikan banyak motivasi tetapi dalam dirinya sendiri tidak ada kemaun
untuk berubah itupun tidak akan membuahkan hasil apapun.
e. Pada halaman 25 penulis menuliskan kalimat “Jika Anda seorang anak yang
pusing dengan berbagai kegiatan dan aktivitas, baik disekolah ataupun kampus
dan merasa tidak mempunyai waktu untuk bermain, maka sungguh itu adalah
nikmat Allah yang luar biasa, karena begitu banyak anak- anak miskin yang
putus sekolah dan bermimpi bisa pergi kesekolah.”
Bisa disimpulkan dari kalimat diatas bahwa kita yang sedang berada dibangku
sekolah atau sedang menjalani aktivitas kampus yang begitu berat dan sedang
berada di fase malas kita harus ingat lagi bahwa masih banyak orang yang ingin
bersekolah dan berkuliah seperti kita tetapi keadaan yang membuat mereka
tidak bisa sekolah dan berkuliah. Kita harus banyak bersyukur dengan nikmat
yang Allah berikan jangan sampai di sia- siakan dengan bermalas malasan,
selalu mengeluh bahkan kita tidak mau belajar.
f. Penulis juga mengatakan “orang- orang yang malas sesungguhnya tidak
menyadari bahwa telah kehilangan harga dirinya sebagai seorang manusia yang
telah diberikan begitu banyak nikmat dalam bentuk fisik yang sempurna.
Rasulullah pun sangat tidak suka jika melihat hamba-Nya berdiam diri”
Pada kalimat tersebut di halaman 27 bisa dikatakan kita yang sudah diberikan
nikmat yang begitu banyak, fisik yang sehat dan sempurna seharusnya kita
gunakan untuk hal yang bermanfaat seperti belajar yang rajin, selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu, menolong orang lain yang membutuhkan bukan hanya
berdiam diri saja.
g. Pada halaman 172 penulis menuliskan “Malas, tidak mau kerja keras dan ingin
jalan pintas. Kalau orang- orang model ini sih ya udah pasti akan sulit untuk
berhasil. Mengalami proses adalah syarat mutlak untuk meraih kesuksesan”
Dengan begitu apabila kita hanya berdiam diri saja, tidak ada motivasi untuk
belajar kita tidak akan berhasil karena melewati proses nya saja kita sudah
menyerah.
h. “Berhenti belajar karena menganggap sudah paling hebat dan berada di posisi
puncak. Manusia sejatinya adalah seorang pembelajar, dari sejak lahir hingga
nanti saat meninggal. Seperti sebuah ungkapan, “tuntutlah ilmu sejak dari
buaian (rahim ibu) hingga keliang lahat.”
Maka orang yang berhenti belajar pada saat itu dia harus siap menerima
kegagalan, karena hidup manusia seperti roda, ada saatnya kita dibawah dan ada
saatnya kita di atas. Saat kita di bawah, maka belajar dan berusahalah sekuat
mungkin agar bisa naik ke atas, dan pada saat kita di atas, maka teruslah belajar
agar mempertahankan dan terus meningkatkan apa yang telah kita raih.
E. Analisis Buku
1. Tampilan Luar (cover)
Ketika pertama kali saya melihat buku ini saya tertarik dengan judulnya walaupun
singkat tetapi membuat saya sebagai pembaca menjadi penasaran, dan di cover buku
tersebut terdapat tagline Dream, Do, Deliver yang membuat saya semakin tertarik untuk
membacanya. Di cover buku Notes From Qatar 3 ini juga terdapat logo national
bestseller, yang diartikan banyak orang yang sudah membaca buku ini.
2. Kandungan isi
Ciri khas utama dari buku ini adalah penulis selalu memasukkan ayat- ayat Al-Qur’an
atau hadist dalam setiap tulisan dan menghubungkan dengan pengalaman atau masalah
yang sedang ditulis. Meskipun terdapat ayat- ayat Al-Qur’an dan hadist, bukan berarti
buku ini hanya ekslusif ditunjukkan untuk pembaca muslim. Penulis menceritakan
banyak para pembaca dan teman- teman penulis yang non- muslim juga menjadi
pembaca setia Notes From Qatar. Hal ini karena nila- nilai yang diajarkan islam bersifat
universal dan berlaku untuk seluruh umat manusia. Disetiap halamannya banyak sekali
kalimat yang memotivasi pembaca untuk meraih kesuksesan. Selain itu, buku ini
dilengkapi foto- foto penulis dengan teman- temannya ketika sedang melakukan
kegiatan di Qatar, dengan adanya foto- foto membuat daya tarik tersendiri bagi
pembaca. Penulis juga banyak memberikan pelajaran untuk kita selalu bersyukur atas
nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Kelemahan dari buku ini menurut saya tidak ada karena penulis menuliskan cerita
disetiap babnya dengan singkat padat dan jelas bagi pembaca.
3. Gaya Bahasa dan Penulisan
Buku Notes From Qatar 3 ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan, santai dan
pembahasan yang praktis serta mudah dipahami sehingga bisa dibaca oleh semua
kalangan, tua maupun muda.
F. Tahap Cara dan Sasaran Pelaksanaan Bibliotherapy
Tahapan ini mencakup kesiapan klien dan seleksi buku, kegiatan klien membaca buku,
serta aktivitas tindak lanjut.
a. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan treatment bibliotherapy, terapis atau orang yang membantu
pelaksanaan treatment harus mempertimbangkan faktor penting yaitu kesiapan anak.
Pemilihan waktu yang tidak tepat akan menghambat proses. Zaccaria & Moses (1968,
dalam Pardeck & Pardeck, 1993) mentakan bahwa pada umumnya, anak paling siap
memulai bibliotherapy bila telah memiliki syarat-syarat berikut:
a) Rapport yang memadai, kepercayaan, dan keyakinan telah ditanamkan oleh
terapis kepada anak.

b) Jika klien merupakan anak yang lebih tua, anak dan terapis telah membuat
kesepakatan tentang masalah yang akan ditreatment,

c) Telah dilakukan eksplorasi awal dari permasalahan

b. Seleksi buku
Terapis harus mempertimbangkan beberapa faktor saat memilih buku untuk treatment.
Faktor terpenting adalah masalah yang terjadi pada anak. Anak mungkin memiliki
sedikit atau banyak penyesuaian dan masalah perkembangan. Walaupun tersedia
banyak buku untuk berbagai masalah, namun tetap sangat penting untuk diperhatikan
bahwa bila menggunakan fiksi, buku tersebut harus berisi karakter dan situasi yang
dapat dipercaya yang memberikan harapan realistik bagi anak. Terapis juga harus
mengetahui minat dan tingkat kemampuan membaca anak.
Elemen penting lain dari buku adalah bentuk publikasi. Bentuk-bentuk alternatif seperti
braille, buku bicara (kaset), dan buku berukuran besar tersedia untuk anak- anak
berkebutuhan khusus. Terapis juga diharapkan menggunakan edisi bersampul tipis
sehingga lebih enak digunakan oleh anak (Fader & McNeil, 1968, dalam Pardeck &
Pardeck, 1993).
c. Memperkenalkan buku
Jika anak telah siap mengikuti proses bibliotherapy dan telah dilakukan pemilihan
buku, maka yang perlu diperhatikan terapis adalah bagaimana memasukkan buku ke
dalam treatment. Sebagian besar orang dari profesi “membantu” menganggap bahwa
yang terbaik adalah menganjurkan menentukan buku jika bekerja dengan anak berusia
lebih tua; namun sebaliknya jika berhadapan dengan anak yang lebih muda. Apapun
strategi yang digunakan untuk memperkenalkan buku dalam treatment, terapis harus
benar-benar mengenal baik isi dari buku yang dipilih.
d. Strategi tindak lanjut
Zaccaria & Moses (1968, dalam Pardeck & Pardeck, 1993) menyimpulkan bahwa
terdapat kesepakatan antara berbagai studi tentang bibliotherapy yaitu bahwa kegiatan
membaca buku harus disertai dengan diskusi dan/atau konseling. Selama dan setelah
membaca buku, anak mungkin mengalami tiga tahapan dari proses bibliotherapeutik.
Dalam kondisi terapeutik tradisional, anak berusia lebih muda tidak mampu mengalami
katarsis yang membawa pada insight terhadap masalah. Namun, bibliotherapy
memungkinkan anak berusia lebih muda untuk melihat solusi masalah tanpa verbalisasi
mendalam, konfrontasi, dan interpretasi – strategi yang seringkali sangat penting untuk
keberhasilan treatment. Dengan bimbingan dari terapis, anak terbantu untuk
mengidentifikasikan diri dengan karakter buku yang memiliki masalah yang mirip
dengan masalah dirinya. Melalui proses ini, anak mulai melihat bagaimana karakter
dalam buku ini mengatasi masalahnya dan kemudian mengenali pemecahannya
(Pardeck, 1990); bagi anak berusia lebih tua, tahap lebih jauh dari proses
bibliotherapeutik mungkin untuk dicapai dengan bantuan dari terapis (Pardeck &
Pardeck, 1984). (Pardeck & Pardeck, 1993).
Berikut ini adalah aktivitas yang dapat digunakan oleh terapis/orang yang “membantu”
setelah buku dibaca. Strategi tindak lanjut ini sesuai untuk sebagian besar anak.
Beberapa aktivitas tindak lanjut membutuhkan setting kelompok kecil. Terapis dapat
menggunakan satu atau beberapa aktivitas. Strategi mencakup menulis kreatif, aktivitas
seni, diskusi, dan bermain peran (Pardeck & Pardeck, 1984, dalam Pardeck & Pardeck,
1993)
DAFTAR PUSTAKA

Assad, Muhammad. (2014). Notes From Qatar 3. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Pardeck, J.T., & Pardeck,J.A. (1993). Bibliotherapy, A Clinical Approach for Helping
Children. Amsterdam: Gordon and Breach Science Publishers S.A.

Anda mungkin juga menyukai