Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tahu merupakan salah satu produk yang banyak dijumpai di beberapa daerah. Produk olahan kedelai
ini sangat diminati dan memiliki harga jual yang terjangkau oleh semua kalangan. Menurut penelitian Karyasa
(2000), diperoleh data bahwa 10% penduduk Indonesia mengkonsumsi tahu sebanyak 100 gram per hari yang
berarti sekitar 2 juta kilogram tahu dibutuhkan setiap harinya. Banyaknya pengusaha atau perusahaan tahu
berkembang memberi dampak positif, yaitu mampu mencukupi permintaan pasar yang terus naik dari waktu
ke waktu.

Industri tahu umumnya merupakan industri skala rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang
lebih 2-6 orang dan investasi yang diperlukan tidak terlalu besar. Teknologi proses pada industri tahu
sederhana dan mudah dipelajari sehingga industri tahu dapat dijalankan oleh siapa saja. Industri tahu juga
tidak memerlukan tempat produksi yang luas dan dapat dijalankan di area perkampungan maupun perkotaan

Pada umumnya produk tahu yang dikenal oleh masyarakat yaitu tahu putih, tahu halus, dan tahu
pong. Sedangkan warna tahu dibedakan menjadi dua jenis yaitu putih dan kuning dalam berbagai gradasi
warna. Perkembangan teknologi pangan yang terus meningkat, menyebabkan munculnya beberapa jenis tahu
seperti tahu halus, tahu putih, tahu pong dan tofu.

Tahu halus, tofu dan tahu putih merupakan produk impor dari Jepang atau Taiwan. Hasil olahan
produk tahu yang lain adalah tahu tahan lama (long life tofu), tahu kering beku (dried frozen tofu), tahu snack
(snack tofu), dan produk fermentasi tahu seperti sufu (keju kedelai) dan kulit goreng tiruan (kap mou tiem)
(Uransyah, 2011).

Pemasaran tahu dikalangan masyarakat indonesia dan jepang sangat banyak diminati karena
tahu/tofu adalah salah satu makanan yang mudah dijumpai jika berada di 2 negara tersebut. Olahan tahu/tofu
ini biasa disajikan bervariasi menjadi soup dan gorengan.
Dalam laporan ini saya membandingkan 2 negara yang mempunyai pangan lokal yang sejenis yaitu
Tahu/Tofu yang berada di indonesia dan jepang sehingga bisa mengetahui perbandingan pemasaran, dan
keunggulan, dan ancaman dari usaha tahu tersebut

Tujuan

1. Mengetahui perbedaan dari jenis usaha yang sama dari suatu kebudayaan destinasi yang berbeda yang
menjadi objek riset

2. Mengetahui analisis swot dari kedua unit usaha

3. Mengetahui perbedaan jenis usaha yang sama

Waktu melakukan riset

1. Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu, melalui searching internet .

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Asal Usul Tahu

Tahu dibuat dari kacang kedelai yang fermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang
asliIndonesia, tahu berasal dari China, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata
serapan dari bahasa Hokkian, tauhu (hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti “kedelai yang
difermentasi”. Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke
Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga menyebar ke seluruh dunia. Tahu pertama kali mucul di Tiongkok sejak
zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun yang lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang
bangsawan, cucu Kaisar Han Gaozu Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han. Liu An adalah ilmuan, filosof,
penguasa, dan ahli politik. Ia tertarik pada ilmu kimia dan Meditasi Tadiom. Para ahli sejarah berpendapat
bahwa kemungkinan besar Liu An melakukan pengenalan makanan non daging melalui tahu. Dan kemungkinan
besar Liu An mendapatkan tahu dengan nigari atau air lant dan menjadi kental seperti tahu saat ini.

2. Teori-Teori Tentang Tahu Ada beberapa teori bagaimana tahu pada awalnya terbentuk:

a. Terjadi secara Kebetulan

Teori pertama kemungkinan besar proses pengumpalan tahu terjadi secara kebetulan. Bila membuat
sup dari puree kedelai biasanya harus diberi bumbu. Bila sup tersebut diberi garam kemungkinan besar
mengandung nigari (garam alami). Dengan adanya garam biterrn (nigari) maka penggumpalan tahu segera
terjadi, garam yang sengaja ditambahkan ternyata dapat menggumpalkan tahu. Para tukang masak
kemudian mengambil ampas tahu, agar mendapat tahu yang lebih lembut dengan tekstur yang indah.
Tahap berikutnya adalah dengan pengepresan, membantu makan lebih tahan segar dalam waktu yang
cukup lama.

b. Teori Penggumpalan

Teori kedua mengusulkan bahwa karena tidak menernakkan sapi atau kambing untuk produksi susu,
kemungkinan besar masyarakat Cina tidak familiar dengan cara menggumpalkan susu atau proses
pengumpalan secara umum. Karena alasan tersebut, kemungkinan besar mereka belajar dari orang India
di daerah Cina selatan atau dari Monggolia bagian Utara Cina. Kedua negara tersebut biasa membuat
gumpalan susu dan keju. Teori teknologi import dari negara tetangga di anggap masuk akal karena Cina
sangat mengemari delicacy yang beraroma ringan seperti “shark pin”, sarang burung walet, dan teripang
yang juga di import dari negara lain.
Kata tofu atau tahu muncul pertama kali dalam sejarah China sekitar 800 tahun kemudian. Dikatakan
bahwa Budhi Dharma, yang hidup di China dari tahun 500 sampai 528 telah mendirikan sekolah Chinesse Ch’an
(Zen), dan dalam ajarannya telah melibatkan dengan tahu dalam Dharma Combat. Untuk memperdalam
penyertaan mengenai cara-cara atau jalan Budha. Budi dharma kemudian mengagungkan dan merefleksikan
tahu sebagai sumber dari sesuatu yang sederhana, sifat jujur, jalan alam pintas, dan mencerminkan warna
sebagai jubah yang putih dan agung. Prasasti tertua yang menyebut tofu adalah Saiinoku, yang ditulis sewaktu
Dynasti Sung (960 –1127), lebih dari 1000 tahun setelah penemu tahu itu sendiri. Banyak buku kuno atau
prasasti pada zaman itu menunjukan karya yang ditulis sekitar 60 sampai 100 BC, yang berisi cerita Lord Liu An
dan Tofu jaman itu. Di buku-buku yang diterbitkan di jaman Dynasti Sung, terdapat deskripsi atau uraian yang
menunjang bahwa tahu sering disajikan bagi santapan raja-raja di zaman itu. Tofu atau tahu menyebar ke
Jepang pada abad ke delapan dan barangkali dibawa dari daratan China oleh beberapa pendeta Budha (Bhiksu)
yang berkelana mondar mandir antara Jepang dan China.

Masuknya tahu ke Jepang melalui jalur keluarga istana, para politisi dan ekonomi yang saat itu banyak
berhubungan antara Cina dan Jepang. Para Bhiksu Budha sendiri makanan sehari-harinya adalah tofu. Di
daerah sekitar candi Budha yang besar terdapat kedai-kedai tahu dan diorganisasi atau dikelola oleh para
bhiksu Budha. Di Jepang khususnya di zaman Kamakura (1185 – 1333) terjadilah gerakan besar-besaran untuk
memopulerkan tahu di antara penganut agama Budha bagi masyarakat Jepang. Dari Kamakura berkembang
merambat ke Kyoto dan dari Kyoto menyebar ke seluruh negeri Jepang. Karena masyarakat Jepang mengikuti
kehidupan para pemeluk agama Budha, yaitu menghindarkan diri dari konsumsi daging “dari ternak yang
berkaki empat”, maka kehadiran tahu tentu saja di sambut dengan gembira sebagai sumber makanan kaya
protein dan gizi yang murah dan lezat rasanya.

Dari Jepang tahu berkembang dan maju sehingga timbullah inovasi baru dibidang produksi tahu termasuk
di dalamnya: tahu beku kering (dried frozen tofu), age, grilled tofu dan nigari kinugoshi. Bersamaan dengan
menyebarnya tahu di Jepang, sifat dasar tahu setahap demi setahap mengalami perubahan. Di tangan para
ahli seni masak dan keterampilan, tahu yang diproduksi semakin lebih lunak, lebih putih dan dengan citarasa
yang lebih nyaman. Namun demikian tahu yang di produksi di kawasan pedesaan ternyata masih tetap
mempertahankan tingkat kepadatan yang lama serta kaya citarasa seperti tahu dari daratan Tiongkok. Ketika
seorang Zen Master China, yang bernama Ingen, tiba di Jepang di tahun 1661, ia sangat terperanjat saat
menemukan tofu yang tidak lagi seperti tahu yang terdapat di China saat ia meninggalkan China.

Analisis SWOT

1. Indonesia

Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Skor


PELUANG :
1. Pecinta kuliner tahu di indonesia banyak. 0,10 4 0,4
2.Cita rasa tahu indonesia sangat berbeda di bandingkan 0,06 3 0,18
dengan tahu yang lain.
3. Di indonesia sendiri menjadi salah satu tempat 0,10 4 0,4
kulineran yang cukup besar.
4. Tempat yang strategis, 0,06 3 0,18
5. kemasannya yang menarik
0,10 4 0,4
ANCAMAN
1. Banyaknya pesaing penjual tahu
2.Banyak kuliner selain tahu di indonesia 0,10 4 0,4
3. Bahan baku tahu yang tidak bisa bertahan lama
4.Konsistensi kualitas dan cita rasa yang di hasikan dari 0,10 4 0,4
tahu 0,05 3 0,15
5.Menu di tahu masih kurang bervariasi. 0,10 3 0,3
0,05 2 0,1
1 2,91

2. Jepang

Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Skor


PELUANG :
1. Pecinta kuliner tofu dijepang banyak. 0,12 4 0,4
2.Cita rasa tahu tofu sangat berbeda di bandingkan 0,06 3 0,18
dengan tahu yang lain.
3. Di sendiri menjadi salah satu tempat kulineran yang 0,7 4 0,29
cukup besar.
4. Tempat yang strategis, 0,06 3 0,18
5. kemasannya yang menarik
0,10 4 0,4
ANCAMAN
1. Banyaknya pesaing penjual tofu
2.Banyak kuliner selain tofu di jepang 0,10 4 0,4
3. Bahan baku tahu yang tidak bisa bertahan lama
4.Konsistensi kualitas dan cita rasa yang di hasikan dari 0,10 4 0,4
tofu 0,05 3 0,15
5.Menu di tofu masih kurang bervariasi. 0,10 3 0,3

0,05 2 0,1
3 3,02

Analisis bisnis model

BAB 3

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiQpcmB_4HuAh
XZT30KHX7GBBsQFjACegQIAhAC&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F29712799%2FMakalah_Pembuatan_Tahu_dari_Biji_Kedelai&usg=AOvVaw1cyot-
CUrbQk2XYZ133Kxh

2. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:qmCZIEAq5NQJ:eprints.uny.ac.id/66230/4/4.%2520bab
%2520ii.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d

3. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwif8pmmgILuAhX
aWisKHZfKDnoQFjAAegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Feprints.ums.ac.id
%2F29639%2F2%2FBAB_I.pdf&usg=AOvVaw28ffQtC39_QuB_Sn1vmkaV

Lampiran lampiran
1. Tofu jepang

2. Tahu indonesia

Anda mungkin juga menyukai