Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

METODOLOGI KEPERAWATAN

“Diagnosa Keperawatan”

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Abdul Majid (P07220119051)


Abdullah Awaluddin Adiguna (P07220119052)
Achmad Ubaidillah Zein (P07220119053)
Afa Aulia (P07220119054)
Ainie Noor Fadhila (P07220119055)
Dina Irnani (P07220119067)
Indri Astutik (P07220119076)
Nadya (P07220119086)
Wulan dwi Yulianti (P07220119097)
Witaradiya Armadaniah (P07220119096)
Yudha Dharma Putra (P07220119099)
Yuningsih Y (P07220119100)

D3 KEPERAWATAN SAMARINDA

POLTEKKES KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
nikmat-Nya penulis masih diberi kehidupan dan kemampuan untuk menyelesaikan
penulisan makalah Diagnosa Keperawatan.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Beliau adalah petunjuk jalan keyakinan penulis untuk tetap menganut Islam dan
teladan bagi penulis untuk menjalankan kehidupan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Promosi Kesehatan, yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah Metodologi Keperawatan ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Samarinda, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... ..
DAFTAR ISI ........................................................................................ ...
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................


A. Definisi Diagnosis Keperawatan..............................................
B. Proses Perumusan Diagnosis Keperawatan ............................
1. Klasisifikasi dan Analis Data................................................
2. Mengidentifikasi Masalah Klien ...........................................
3. Memvalidasi Diagnosa Keperawatan....................................
4. Manyusun Diagnosa Keperawatan sesuai Prioritasnya..........
C. Persyaratan Diagnosis Keperawatan ......................................
D. Prioritas Diagnosis Keperawatan ............................................
D. Penerapan Diagnosis Keperawatan.........................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Daftar Pustaka..........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau


Respon individu, keluarga, atau komunitas pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang
sesaui utnuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat
pentingnya diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka
dibutuhkan standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan.
Penegakan diagnosis keperawatan sebagai salah satu komponen Standar
Asuhan Keperawatan perlu dijalankan dengan baik sebagaimana diamanatkan dalam
Undang- Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan pada Pasal 30 bahwa
dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang
menetapkan diagnosis keperawatan. Hal ini menegaskan wewenang perawat sebagai
“Penegak Diagnosis” yang harus memiliki kemampuan diagnostik yang baik sebagai
dasar mengembangkan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai
peningkatan, pencegahan dan penyembuhan serta pemulihan kesehatan klien.
Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan indikator diagnosis
kpeerawatan yang terstandarisasi agar penegakan diagnosis keperawatan menjadi
seraga, akurat dan tidak ambigu menghindari ketidaktepatan pengambilan keputusan
dan ketidaksesuaian asuahan keperawatan yang diberikan kepada klien ( Lunney,
2006; Muller-Staub et al, 2007, Muller-Stuab et al, 2010).
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Diagnosis Keperawatan ?

2. Apa saja persyaratan Diagnosis Keperawatan ?

3. Bagaimana proses perumusan Diagnosis Keperawatan ?

4. Bagaimana prioritas perumusan Diagnosis Keperawatan ?

5. Bagaimana penerapan perumusan Diagnosis Keperawatan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan apa pengertian dari Diagnosis Keperawatan ?

2. Menjelaskan apa saja persyaratan Diagnosis Keperawatan ?

3. Menjelaskan bagaimana proses perumusan Diagnosis Keperawatan ?

4. Menjelaskan bagaimana prioritas perumusan Diagnosis Keperawatan ?

5. Menjelaskan bagaimana penerapan perumusan Diagnosis Keperawatan?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
Perawat diharapkan untuk memiliki rentang perhatian yang luas terhadap
berbagai respon yang dilakukan oleh klien, baik pada saat klien sakit maupun sehat.
Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses
kehidupan yang dialami klien. Sehingga, diharapkan perawat mampu menangkap dan
berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut. Masalah kesehatan mengacu pada
kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan
mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang
kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal
yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan
intervensi keperawatan . (Referensi : Christensen & Kenney, 2009; McFarland &
McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

B. Proses Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Klasifikasi dan Analis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data+data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.
Pengelompokkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia
(taksonomi NANDA dan atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982)

2. Mengidentifikasi Masalah Klien

Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien


perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan statuskesehatannya,
atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi " pasien tidak
bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien
yangmempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besarmempunyai
masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.

3. Memvalidasi Diagnosis Keperawatan


Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda
yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data.
Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat pentin
g untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang
dilakukan bersama klien, keluarga, atau masyarakat. Validasi
tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataanyang
reflektif kepada klien keluarga tentang kejelasan interpretasi data.begitu
diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.

4. Menyusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan Prioritasnya


Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi
data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosis keperawatan.
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis
diagnosis keperawatan. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu :
a. Penulisan Tiga Bagian (Three Part)
Metode penulisan ini terdiri atas Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala.
Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis aktual, dengan
formulasi sebagai berikut :

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan

Tanda / Gejala

Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disinigkat b.d dan ‘dibuktikan


dengan’ dapat disingkat d.d.
Masalah b.d Penyebab d.d Tanda / Gejala

Contoh :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea,
gelisah.

b. Penulisan Dua Bagian (Two Part)

Metode penulisan ini dilakuakn pada diagnosis risiko dan diagnosis


promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut :
 Diagnosis Risiko

Masalah dibuktikan dengan Fakto Risiko

Contoh penulisan diagnosa :


Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun
 Diagnosa Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda / Gejala

Contoh penulisan diagnosa :


Kesiapan peningkatan eliminasi urine dibuktikan dengan
pasien inigin meningkatkan eliminasi urnie, jumlah dan
karakteristik urine normal.
C. Persyaratan Diagnosa Keperawatan

1. Aktual

Suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang


harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.

Syarat : Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES.


Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria
minor dari pedoman diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan
turgor jelek selama 5 hari.

Diagnosa : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan


secara abnormal (taylor, lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)

Jika masalah semakin jelek dan menganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut
akan terjadi resiko kerusakan kulit, dan disebu sebagai “resiko diagnosa”.

2. Resiko

Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana


individu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain
dalam situasi yang sama atau serupa.

Syarat : Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE


(problem and etiologi) penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi”
tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah.

Diagnosa : “Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare


yang terus menurus”.

Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup
mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan
permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
3. Kemungkinan

Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang menjelaskan


masalah yang diduga memerlukan data tambahan. itu adalah un beruntung bahwa
banyak perawat telah disosialisasikan untuk menghindari muncul tentatif dalam
pengambilan keputusan ilmiah, pendekatan tentatif bukanlah tanda kelemahan atau
keraguan, tetapi merupakan bagian penting dari proses. perawat harus menunda
diagnosis akhir sampai ia atau dia telah mengumpulkan dan menganalisis semua
informasi yang diperlukan untuk tiba pada suatu conclusion.physicians ilmiah
menunjukkan kesementaraan dengan aturan pernyataan keluar (R / O). Perawat juga
harus mengadopsi posisi tentatif sampai mereka telah menyelesaikan pengumpulan
data dan evaluasi dan dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan.

Syarat : Menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya


unsur respon (problem) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah
tetapi belum ada.

Diagnosa : Kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi


berhubungan dengan diare.

Keperawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan
yang berhubungan dengan konsep diri.

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Tujuan dari prioritas diagnosa keperawatan adalah untuk menentukan masalah


yang akan menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi dahulu.

Dalam standar V asuhan keperawatan, prioritas dititikberatkan pada masalah


yang mengancam kehidupan. Skala prioritasnya ditentukan dengan konsep berikut :

1. Prioritas pertama masalah yang mengancam kehidupan.


2. Prioritas kedua masalah yang mengancam kesehatan.
3. Prioritas ketiga masalah yang mempengaruhi perilaku manusia.
Pedoaman asuhan keperawatan menetapkan hal sebagai berikut menurut Depkes RI
1992, yaitu :

1. Prioritas pertama diberikan pada masalah aktual.


2. Prioritas kedua pada masalah potensial.

a. Pendekatan yang digunakan

1. Hierarki Maslow

Menentukan prioritas masalah diagnosa keperawatan menurut Hierarki


Maslow. Hierarki yang menjadi kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, yaitu :

 Kebutuhan aktualisasi diri


 Kebutuhan harga diri
 Kebutuhan cinta dan dicintai
 Kebutuhan keselamatan dan keamanan
 Kebutuhan fisiologi

2. Pendekatan Body System (B1 dan B6)

Pendekatan ini menitikberatkan pada fungsi sistem tubuh. Dalam pendekatan


ini, fungsi pernapasan menjadi prioritas pertama karena gangguan pada fungsi ini
dapat mengancam jiwa klien.

 B2 Breathing (Jalan Nafas dan Pernapasan)


 B3 Blood (Darah dan Sirkulasi darah)
 B3 Brain (Kesadaran)
 B3 Bladder (Perkemihan)
 B4 Bowel (Perencanaan)
 B6 Bone (Kulit, Selaput Lendir dan Tulang)
b. Penilaian (skoring) Diagnosis Keperawatan

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari


satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

 Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


 Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh


x Bobot
Skor tertinggi

 Jumlahkan skor unutk semua kriteria (skor maksimum sama dengan


jumlah bobot, yaitu 5).

Skoring Diagnosis Keperawatan menurut Bilon dan Maglaya


(1978)
No. Kriteria Skor Bobot
Sifat Masalah
 Tidak / kurang sehat 3
1. 1
 Ancaman kesehatan 2
 Krisi atau keadaan sejahtera 1
Kemungkinan Masalah Dapat di ubah
 Dengan mudah 2
2. 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
Potensi Maslaah Dapat di Cegah
 Tinggi 3
3. 1
 Cukup 2
 Rendah 1
Menonjolnya Masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
4.  Ada masalah, tidak perlu 1 1
segera ditanganni
0
 Masalah tidak diarasakan
Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :

1. Sifat masalah
a. Kurang/tidak sehat : Merupakan kegagalan dalam mengoptimalkan
kesehatan.
b. Ancaman kesehatan : Adalah keadaan yang memungkinkan terjainya
masalah / penyakit dari indidu / keluarga.
c. Krisis : Merupakan masa yang membutuhkan banyak
penyesuaian dari individu / kelauarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemugkinan berhasilnya atau mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kemungkinan masalah dapat dicegah :
a. Pengetahuan dan teknologi serat tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah.
b. Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keungan dan
tenaga.
c. Sumber-sumber dari keperawatan misalnya, dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Seumber-sumber di masyarakat misalnya, dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan masyrakat.
3. Potensial masalah yang dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicega.
Faktor-fakto yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan bernya kemungkinan penyakit atau masalah, prognosa
penyakit atau kemungkinan merubah masalah.
b. Pada lamanya masa
Hal ini beriktan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersbut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila
dicegah.
c. Adanya kelompok high rusk atau kelompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya
masalah serta mendesaknya masalah unutk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan skor pada kriteria ini adalah perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga tersebut melihat maalah. Dalam hal ini jika keluarga menyadari
masalah dan merasa perlu untuk menangani segera makan harus diberikan skor yang
tinggi.

E. Penerapan Diagnosa Keperawatan

Langkah-langkah yang dilakukan oleh perawat dalam merumuskan diagnose


keperawatan berorientasi pada masalah (diagnosa aktual dan risiko) yang harus
dimulai dengan tahap pengkajian yangmeliputi pengumpulan data, analisis data,dan
pengelompokkan data.
Prosedur pengumpulan data untuk mendukung penegakan diagnosa
keperawatan untuk mendukung diagnosa aktual dan risiko. Pengkajian kekuatan
klien dilakukan melalui wawancara dengan klien, diskusi dengan anggota keluarga,
atau meninjau catatan klien memberi data yang dapat dianalisis oleh perawat
mengenai polaperilaku yang berhubungan dengan kesehatan klien atau
mengelompokkan karakteristik kesehatannya. Dengan mengidentifikasi perilaku dan
langkah yang dilakukan oleh klien, perawat dapat menilai kemajuan untuk
menyelesaikan proses dan menggunakan informasi tersebut untuk merumuskan
diagnosa keperawatan.

Dalam istilah Carpenito (1995), adanya pernyataan P untuk Problem dan E


untuk Etiologi. Dalam format NANDA, dapat dinyatakan bahwa respons dapat
dianggap serupa dengan label diagnostik dan kondisi serupa dengan etiologi atau
faktor yang berhubungan.

Rumusan diagnose keperawatan dua bagian ini sangat baikbagi asuhan


keperawatan karena akan memberikan arah bagi asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien. Jika diagnose dua bagian digunakan, maka sasaran jangka pendek
berhubungan dengan kondisi dan sasaran jangka panjang berhubungan dengan
respons. (Stolte,2004)
Contoh Penerapan pada Kasus

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi adalah sebagai
berikut :

Diagnosa I Penurunan Curah Jantung

1. Definisi

Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan


metabolism tubuh.

2. Penyebab
a. Perubahan irama jantung
b. Perubahan frekuensi jantung
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload

3. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
a. Perubahan irama jantung
 Palpitasi
b. Perubahan preload
 Lelah
c. Perubahan afterload
 Dipsnea
d. Perubahan kontraktilitas
 Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
 Ortopnea
 Batuk
Objektif

a. Perubahan irama jantung


 Bradikardia/takikardi
 Gambaran EKG aritmia
b. Perubahan preload
 Edema
 Distensi vena jugularis
 Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
 Hepatomegali

c. Perubahan afterload\
 Tekanan darah meningkat/menurun
 Nadi perifer teraba lemah
 Capillary refill time >3 detik
 Oliguria
 Warna kulit pucat dan/atau sianosis

d. Perubahan kontraktilitas
 Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4
 Ejaction fraction (EF) menurun

4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a. Perilaku emosional
 Cemas
 Gelisah

Objektif

a. Perubahan preload
 Murmur jantung
 Berat badan bertambah
 Pulmonary arteri wedge pressure (PAWP)

b. Perubahan afterload
 Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/ menurun
 Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun

c. Perubahan kontraktilitas
 Cardiac index (CI) menurun
 Left ventricular strok work index (LVSWI) menurun
 Stroke volume index (SVI) menurun
 Kondisi klinis terkait
 Gagal jantung kongestif
 Sindrom koroner akut
 Stenosis mitral
 Regurgitasi mitral
 Stenosis aorta
 Regurgitasi aorta
 Stenosis trikuspital
 Regurgitasi trikuspidal
 Stenosis pulmonal
 Regurgitasi pulmonal
 Aritmia
 Penyakit jantung bawaan

(SDKI, 2017, pp. 34-35)


Diagnosa II Nyeri Akut

1. Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan


actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan.

2. Penyebab

 Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, meoplasma)


 Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

3. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

a. Mengeluh nyeri

Objektif

a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur

4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
8. Kondisi Klinis Terkait
9. Kondisi pembedahan
10. Cedera traumatis
11. Infeksi
12. Sindrom koroner akut
13. Glaucoma

(SDKI, 2017, p. 172)

Diagnosa III Intoleransi Aktivitas

1. Definisi

Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

2. Penyebab

a. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen


b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton

3. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

a. Mengeluh lelah

Objektif
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a. Dispnea saat/ setelah aktivitas’


b. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
c. Merasa lemah

Objektif

a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


b. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saaat/ setelah aktivitas
c. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d. Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
f. Anemia
g. Gagal jantung koroner
h. Penyakit jantung koroner
i. Penyakit katup jantung
j. Aritmia
k. Penyakit paru obstrutuf kronis (PPOK)
l. Gangguan metabolic
m. Gangguan musculoskeletal

(SDKI, 2017, p. 128)


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit dan fasilitas


kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan indikator diagnosis
kpeerawatan yang terstandarisasi agar penegakan diagnosis keperawatan menjadi
seraga, akurat dan tidak ambigu menghindari ketidaktepatan pengambilan keputusan
dan ketidaksesuaian asuahan keperawatan yang diberikan kepada klien ( Lunney,
2006; Muller-Staub et al, 2007, Muller-Stuab et al, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

(10 Juli 2019). .Nerslicious.. Diagnosis Keperawatan Indonesia. Diakses


pada tanggal 17 Juli melalui https://www.nerslicious.com/standar-diagnosis-
keperawatan-indonesia/

Andiani, K .Academia. Diagnosa Keperawatan. Diakses pada tanggal 17 Juli melalui


https://www.academia.edu/17634395/BAB_I_II_III_Diagnosa_Keperawatan

Chris, Y (01 Juni 2008). Wordpress. Diagnosa Keperawatan (4). Diakses pada tanggal
17 Juli melalui
https://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/

Fadhillah, H., Muastikasari. Rukmanah, N. Dkk. (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia. Gangguan Peredaran Darah Perifer. Diagnosis
Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Oktaviana, R. Blogspot. Tipe-tipe persyaratan diagnosa keperawatan. Diakses pada 17


Juli 2020 melalui http://regioktaviana27.blogspot.com/p/blog-page_9501.html

Anda mungkin juga menyukai