Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Trichophyton sp.

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Mikologi

Dosen Pengampu: Lalu Srigede S.Si., M.Si

Oleh:

Nama : Kadek Ary Kusuma Astuti

NIM : P07134118023

Kelas :A

Semester : V (LIMA)

Prodi : D.IV Analis Kesehatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MATARAM


JALAN PRABU RANGKASARI, DASAN CERMEN, KELURAHAN.
SANDUBAYA, MATARAM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang saya susun ini yang
berjudul “Makalah Trichophyton sp.”

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing, dosen pengampu dan
pihak yang membantu lainnya atas bantuannya dalam proses membuat makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, saya mengharapkan agar makalah yang telah saya susun
ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi para pembaca. Saya
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya harapkan
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya selanjutnya agar
menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata dari saya, semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi
kehidupan ini maupun yang akan datang.

Bali, 30 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Trichophyton sp.................................................................................................6
B. Spesies-spesies Trichophyton sp.........................................................................................7
C. Ciri-ciri atau morfologi mikroskopis dan makroskopis dari Trichophyton sp.....................8
D. Media Pertumbuhan Trichophyton sp...............................................................................10
E. Peranan Trichophyton sp. dalam kesehatan.......................................................................12
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur Trichophyton sp. merupakan organisme yang bersifat heterotrof,


dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak
bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti
banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh
nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006). Jamur mempunyai dua
karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras
dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa
dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus
amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh
tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda
dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Jamur Trichophyton sp. adalah dermatofita yang habitatnya di tanah,


binatang, dan manusia, terutama pada daerah yang beriklim tropis dan basah.
Berkaitan dengan afinitasnya, genus Trichophyton dibagi menjadi geofilik (hidup
di tanah), antropofilik (hidup pada manusia), dan zoofilik (hidup pada hewan).
Sedangkan Trichophyton sp. adalah penyebab utama dermatofitosis di Indonesia,
beberapa daerah di Asia Tenggara, dan sebagian di Afrika, Australia, dan hampir
di seluruh dunia (Robbins, 2005).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Trichophyton sp.?


2. Apa saja spesies-spesis dari Trichophyton sp?
3. Bagaimana ciri-ciri atau morfologi baik mikroskopis dan makroskopis dari
Trichophyton sp.?
4. Apa saja media pertumbuhan untuk Trichophyton sp?
5. Apa peranan Trichophyton sp. dalam kesehatan?
C. Tujuan Pembahasan

1. Mendeskripsikan pengertian dari Trichophyton sp.


2. Mendeskripsikan spesies-spesies dari Trichophyton sp.
3. Mendeskripsikan ciri-ciri atau morfologi mikroskopis dan makroskopis dari
Trichophyton sp.
4. Mendeskripsikan media pertumbuhan untuk Trichophyton sp.
5. Mendeskripsikan peranan Trichophyton sp. dalam kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trichophyton sp
Jamur Trichophyton sp. merupakan organisme yang bersifat heterotrof,
dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak
bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti
banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh
nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006). Jamur mempunyai dua
karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras
dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa
dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus
amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh
tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda
dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Jamur Trichophyton sp. adalah dermatofita yang habitatnya di tanah,


binatang, dan manusia, terutama pada daerah yang beriklim tropis dan basah.
Berkaitan dengan afinitasnya, genus Trichophyton dibagi menjadi geofilik (hidup
di tanah), antropofilik (hidup pada manusia), dan zoofilik (hidup pada hewan).
Sedangkan Trichophyton sp. adalah penyebab utama dermatofitosis di Indonesia,
beberapa daerah di Asia Tenggara, dan sebagian di Afrika, Australia, dan hampir
di seluruh dunia (Robbins, 2005).

Trichophyton sp. dapat hidup dan berkembang pada bagian epidermis


dengan enzim keratinase, protease dan katalase yang dimilikinya. Selain itu,
jamur pathogen ini juga memproduksi enzim hidrolitik, yaitu fosfatase,
superoksid dismutase, asam lemak jenuh dan lipase (Azizah, 2015). Jamur
Trichophyton sp. menginfeksi manusia pada kulit, rambut, dan kuku. Pada
umumnya jamur ini menyebar melalui kontak langsung dengan kulit penderita
dan kontak tidak langsung melalui peralatan rumah tangga atupun pakaian yang
terkontaminasi oleh spora jamur.

Menurut Azizah (2015), Trichophyton sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Fungi

Filum : Ascomycota
Kelas : Euascomycetes

Ordo : Onygenales

Famili : Arthrodermataceae

Genus : Trichophyton

Spesies: Trichophyton sp.

Trichophyton sp. secara mikroskopis

(Sumber: Sari, 2010)

B. Spesies-spesies Trichophyton sp.

Natural Habitats of Trichophyton sp.


Species Natural Reservoir
T. ajelloi Geophilic
T. concentricum Anthropophilic
T. equinum Zoophilic (horse)
T. erinacei Zoophilic (hedgehog)
T. flavescens Geophilic (feathers)
T. gloriae Geophilic
T. interdigitale Anthropophilic
T. megnini Anthropophilic
T. mentagrophytes Zoophilic (rodents, rabbit) / Anthropophilic
T. phaseoliforme Geophilic
T. rubrum Anthropophilic
T. schoenleinii Anthropophilic
T. Simii Zoophilic (monkey fowl)
T. soudanense Anthropophilic
T. Terrestre Geophilic
T. tonsurans Anthropophilic
T. vanbreuseghemii Geophilic
T. verrocosum Zoophilic (cattle, horse)
T. violaceum Anthropophilic
T. yaoundei Anthropophilic
C. Ciri-ciri atau morfologi mikroskopis dan makroskopis dari Trichophyton sp

Jamur Trichophyton sp. merupakan jamur yang mempunyai hifa halus,


makrokonidia berbentuk seperti pensil, ukuran 3x30 µm, mikrokonidia seperti
tetesan air, berdinding tipis, berbentuk lonjong, dan terletak disepanjang hifa.
Menurut Azizah (2015), pada bagian atas koloni Trichophyton sp. berwarna putih
krem dengan sisinya berwarna kuning-cokelat sampai merah anggur dibagian
bawah, berbentuk bulu halus seperti kapas, teksturnya lunak, serta permukaannya
datar pada media SDA (Gambar 1).

Biakan Trichophyton sp. pada media SDA

Secara mikroskopis, jamur Trichophyton sp. membentuk banyak


mikrokonidia kecil, berdinding tipis, dan berbentuk lonjong. Mikrokonidia
terletak pada konidiofora yang pendek, yang tersusun satu persatu pada sisi hifa
(en thyrse), atau berkelompok (en grappe), sedangkan makrokonidia berbentuk
seperti pensil, dan terdiri dari beberapa sel (Gambar 2). Beberapa strain dari
Trichophyton sp. secara mikroskopis dapat dibedakan berupa tipe halus dan tipe
granuler. Tipe halus dicirikan mikrokonidia clavate yang tipis dalam jumlah kecil
hingga sedang, tidak memiliki makrokonidia dan tipe granuler dicirikan adanya
jumlah sedang hingga banyak mikrokonidia berbentuk clavate dan piriformis, dan
jumlah sedang hingga banyak pada makrokonidia yang berbentuk seperti cerutu
dan berdinding tipis (Astuti, 2015).

Morfologi makroskopis dan mikroskopis dari beberapa spesies penting dari


Trichophyton sp.

Makroskopis Mikroskopis Keterangan


Trichophyton mentagrophytes
Koloni: putih hingga krem dengan
permukaan seperti tumpukan kapas
pada PDA tidak muncul pigmen
Gambaran mikroskopis:
mikrokonidia yang bergerombol,
bentuk cerutu yang jarang,
terkadang hifa spiral
Trichophyton rubrum
Koloni: putih bertumpuk di tengah
dan maroon pada tepinya berwarna
merah cherry pada PDA
Gambaran mikroskopis: beberapa
mikrokonidia berbentuk air mata,
sedikit makrokonidia berbentuk
pensil
Trichophyton schoenleinii
Koloni: berbentuk timbunan atau
lipatan keputihan
Gambaran mikroskopis: hifa
dengan knob berbentuk tanduk
rusa, banyak klamidokonidia
Trichophyton tonsurans
Koloni: bagian tengah seperti kulit
sepatu terbalik dengan bulir di
bagian tepi, warna putih hingga
kuning atau maroon
Gambaran mikroskopis: sejumlah
konidia beraneka bentuk dan
kadang makrokonidia berbentuk
cerutu
Trichophyton verrocosum
Koloni: kecil dan bertumpuk,
kadang datar, warna putih hingga
abu kekuningan
Gambaran mikroskopis: rantai
klamikonidia pada SDA.
Makrokonidia yang panjang dan
tipis seperti ekor tikus
Trichophyton violaceum
Koloni: seperti lilin dan bertumpuk,
warna merah keunguan
Gambaran mikroskopis: hifa
irregular dengan klamikonidia di
antaranya. Pada SDA tidak ada
mikro atau makrokonidia
Keterangan:
PDA = Potato Dextrose Agar, media pertumbuhan jamur pada kultur
SDA = Sabouraud Dextrose Agar, media pertumbuhan jamur pada kultur

D. Media Pertumbuhan Trichophyton sp

Media pertumbuhan merupakan suatu bahan yang terdiri dari berbagai


nutrisi yang umumnya mengandung air, karbon berupa karbohidrat dan protein
sebagai sumber energi. Trichophyton sp. merupakan jamur yang dapat tumbuh
pada media SGA, SDA, dan PDA pada suhu ruang. Menurut Anonim (1989)
dalam Ningrum (2013), media pembiakan yang dianggap paling baik dan biasa
digunakan salah satunya adalah Sabouraud Glukosa Agar dengan atau tanpa
antibiotik dengan komposisi glukosa 4%. Medium tersebut mengandung glukosa
yang merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan jamur.

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah medium sintesis yang komposisi


zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, dimana komposisi SDA
adalah : 10 gram pepton yang berfungsi sebagai umber nutrisi untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Pepton merupakan hidrolisis dari protein yang dapat larut dalam
air. Dextrose yang berfungsi sebagai sumber energi dan karbohidrat sebagai bahan
karbohidrat, sedangkan agar-agar berfungsi sebagai bahan pemadat media. Agar
untuk media SDA digunakan agar yang sudah diproses sehingga mempunyai
kadar toksisitasnya rendah, jernih, kandungan mineralnya rendah dan kemampuan
difusinya tinggi (Astuti, 2015).

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum


digunakan untuk mengembangbiakan dan menumbuhkan jamur/khamir yang
mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup, terdiri dari 20% kentang dan 2%
glukosa sehingga bakteri tidak dapat tumbuh. Akan tetapi, beberapa bakteri dapat
memfermentasi karbohidrat menjadi sumber energi sehingga dengan penambahan
kolaramfenikol pada media PDA maka pertumbuhan bakteri akan terhambat.
Media kentang yang terkandung dalam PDA mengandung fosfor, magnesium, zat
besi, karbohidrat, protein, pati, dan kandungan gizi lainnya yang dibutuhkan.
Selain itu, dekstrosa yang digunakan dalam media ini pun mengandung
karbohidrat yang baik untuk pertumbuhan jamur (Iswanto, 2015)
E. Peranan Trichophyton sp. dalam kesehatan

Trichophyton sp. dapat hidup dan berkembang pada bagian epidermis dengan
enzim keratinase, protease dan katalase yang dimilikinya. Selain itu, jamur pathogen
ini juga memproduksi enzim hidrolitik, yaitu fosfatase, superoksid dismutase, asam
lemak jenuh dan lipase (Azizah, 2015). Jamur Trichophyton sp. menginfeksi manusia
pada kulit, rambut, dan kuku. Pada umumnya jamur ini menyebar melalui kontak
langsung dengan kulit penderita dan kontak tidak langsung melalui peralatan rumah
tangga atupun pakaian yang terkontaminasi oleh spora jamur.

Jamur Trichophyton sp. dapat menimbulkan infeksi pada kulit, rambut, dan
kuku. Infeksi Trichophyton sp. menyebabkan timbulnya bercak melingkar yang
tertutup dengan sisik atau gelembung kecil yang dikenal dengan istilah ring worm
atau tinea. Trichophyton sp. sering menyebabkan tinea kapitis, tinea favosa, tinea
imbrikata, tinea kruris, tinea manus dan pedis, tinea korporis dan tinea unguium
(Suryaningrum, 2011).

Trichophyton sp. menginvasi sel keratin, menerobos ke dalam epidermis dan


selanjutnya akan menimbulkan reaksi peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan
tersebut timbul akibat Trichophyton sp. serta bahan yang dihasilkan berada di daerah
kutan, yaitu lapisan kulit yang meliputi stratum korneum hingga stratum basale
(Salim, 2010). Patogenitas Trichophyton sp. sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan
tubuh seseorang. Apabila sistem kekebalan tubuh seseorang lemah maka
Trichophyton sp. akan mudah menginfeksi orang tersebut, dan sebaliknya apabila
sistem kekebalan tubuh seseorang baik maka akan sulit terinfeksi karena ketika
Trichophyton sp. masuk ke dalam tubuh akan dikendalikan oleh sistem imun (Lestari,
2013).

Nama Penyakit Lokasi infeksi/ciri tertentu Jamur Penyebab


Tinea kapitis Kulit dan rambut kepala Trichophyton (beberapa spesies
kecuali T. concentricum)
Tinea favosa Secara klinis berbentuk T. schoeleinii, T. violaceum
skutula dan berbau tikus (jarang)
(mousy odor)
Tinea barbae Dagu dan jenggot T. mentagrophytes, T. rubrum, T.
violaceum, T. verrucosum, T.
megninii
Tinea korporis Pada permukaan kulit yang T. rubrum, T. mentagrophytes
tidak berambut kecuali
telapak tangan, telapak kaki
dan bokong
Tinea imbrikata Susunan skuama yang T. concentricum
konsentris
Tinea kruris Bokong, genitalia, area T. rubrum, T. mentagrophytes
pubis, perineal dan perianal
Tinea pedis Pada kaki T. rubrum, T. mentagrophytes
Tinea manuum Tangan T. rubrum, T. mentagrophytes
Tinea unguium Kuku jari tangan dan jari T. rubrum, T. mentagrophytes
kaki
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jamur Trichophyton sp. merupakan organisme yang bersifat heterotrof,


dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak
bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan
cara absorpsi. Jamur Trichophyton sp. dapat menimbulkan infeksi pada kulit, rambut,
dan kuku. Infeksi Trichophyton sp. menyebabkan timbulnya bercak melingkar yang
tertutup dengan sisik atau gelembung kecil yang dikenal dengan istilah ring worm
atau tinea. Trichophyton sp. sering menyebabkan tinea kapitis, tinea favosa, tinea
imbrikata, tinea kruris, tinea manus dan pedis, tinea korporis dan tinea unguium.

B. Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
saya. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan dimaklumi, karena saya
tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, Devin, G0C015087 (2018) DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN SERAI


(Cymbopogon citratus) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton sp. SECARA in
vitro. Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Yuniliani, Dewi, G1C014003 (2018) PEMANFAATAN KACANG MERAH


(Phaseolusvulgaris L.) SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN
Trichophyton sp. Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Kurniati, Cita Rosita SP (2008) ETIPATOGENESIS DERMATOFITOSIS


(ETIOPATHOGENESIS OF DERMATOPHYTOSES) SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya

Anda mungkin juga menyukai