Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN STUDI KASUS PKL MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK PADA PASIEN

PENYAKIT DM + TB PARU DI RUANG II KAMAR DAHLIA


RSUD DR.H KUMPULAN PANE TEBING TINGGI
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH

SITI AISYAH
P01031217091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2020
LAPORAN STUDI KASUS PKL MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK PADA PASIEN
PENYAKIT DM + TB PARU DI RUANG II KAMAR DAHLIA
RSUD DR.H KUMPULAN PANE TEBING TINGGI
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH

SITI AISYAH
P01031217091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS PKL MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK


PENATALAKSANAAN DIET DENGAN PEMBERIAN JUS APEL + PARE DI RUANG 1
KAMAR DAHLIA 1 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.H KUMPULAN PANE TEBING
TINGGI

NAMA : FIRDA THERESIA SIPAYUNG

NIM : P01031216055

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal :

..........................................................

Pembimbing Lapangan Dokter Pembimbing

(Kiki Lestari,S.Tr.Gz) (dr. Elfirayani Saragih)

NIP.198903012015032002

Ka. Instalasi Gizi Dosen Pembimbing

(Duma Paulina Silitonga, SST) (Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes)


NIP. 197003041995032003 NIP. 196812261989032002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
Asuhan Gizi Klinik di RSUD Dr. H Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Dalam penyusunan
laporan umum ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Jhonly Boelian Dachban selaku Direktur RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane
Kota Tebing Tinggi.
2. Ibu Duma Paulina Silitonga, SST selaku Kepala Instalasi Gizi di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.
3. Bapak Oslida Martony, SKM,M.Kes selaku Ketua Jurusan Poltekkes Medan
Jurusan Gizi Lubuk Pakam.
4. Ibu Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes selalu Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesain tugas tersebut.
5. Kiki Lestari,S.Tr.Gz selaku pembimbing PKL MAGK yang banyak memberikan
motivasi, nasehat dan saran dalam penyelesaian tugas tersebut.
6. Seluruh pegawai dan staf di Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi yang telah banyak mendukung baik dari awal hingga studi kasus
manajemen asuhan Gizi Klinis ini selesai.
7. Kepada teman-teman atas kerja sama yang baik selama penulisan Laporan Studi
Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh, karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Tebing tinggi, November 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...........…. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..…… 1


1.2 Permasalahan…………………………………………………………………... 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Penyakit…………………………………………………. 5

BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI

3.1 Rencana Asuhan Gizi Terstandart…………………………….……………. 13

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI …………………………………………… 20

BAB V PEMBAHASAN

A. Intervensi Gizi………………………………………………………….……… 22
B. Hasil Monitoring dan
Evaluasi……………………………………………………………………….… 22
C. Perkembangan Pemeriksaan Fisik dan
Klinis………………………………………………………………………..…….24

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 30

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk
karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bias berjalan timbale
balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang
terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Pelayanan Gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa
rancangan diet yang tepat , edukasi dan konseling gizi yang sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi , serta hasil asuhan gizi
dapat terukur dan tidak bias . kualitas pelayanan dinilai melalui hasil kerja dan
kepatuhan mentaati proses terstandar yang disepakati . kesemua hal tersebut
akan dapat dicapai apabila dietisen memberikan asuhan gizi dengan menggunakan
Nutrition Care Proces (NCP) , Sebagaimana yang direkomendasikan oleh American
Dietteics Assocation (ADA). Saat ini ADA sedang mengganti pola konvensional
SOAP (Subyektif, obyektif , Assesment, Planning) dengan proses terstandar yang
dikenal dengan Standadized Nutrition Care Process
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif
tidak menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di dunia (Krisnatuti & Yehrina, 2008). Pola makan yang tidak
teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM (Suiraoka,
2012). Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dikendalikan dengan empat pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal
penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak
memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada
pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin,
oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak
meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah
(Soegondo, (2015).
Saat ini, penderita DM diperkirakan sudah mencapai angka 9,1 juta orang
penduduk. Data tersebut menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia
dengan penderita DM tertinggi pada tahun 2013 (IDF, 2014). Penyakit DM
merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular atau 2,1% dari
seluruh kematian yang terjadi. Kasus DM di dunia diperkirakan sebanyak 90%
merupakan DM Tipe II (Perkeni, 2010). Menurut Riskesdas (2013), Provinsi Jawa
Timur dengan prevelensi penderita DM sebesar 2,1% dengan menempati urutan
ke-9. Menurut penelitian Susilo (2012), sebanyak 38 responden (63,3%) penderita
DM di Rumah Sakit Baptis Kediri melakukan diet tepat jumlah, sebanyak 35
responden (58,3%) melakukan diet tepat jenis, dan sebanyak 44 responden
(73,3%) tidak melakukan diet tepat jadwal (Susilo, 2012).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan
melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan
(Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut
dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk
rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan dan nifas
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
Gambaran Umum tentang Pasien, pasien adalah wanita berusia 22 tahun
yang di diagnosa DM Tipe 2 dengan TB Paru dan Dispepsia. Nn. V dirujuk ke
rumah sakit pada 15 Oktober 2020. Pasein mengalami nyeri pada bagian bawah
perut. Kadar gula darah pasien juga cukup tinggi dengan kadar albumin yang
rendah.
Beban glikemik menggambarkan tentang respon kadar glukosa darah
terhadap jumlah dan jenis karbohidrat tertentu dalam makanan yang dikonsumsi
dan indeks glikemik makanan (Burani danLongo, 2006). Konsumsi BG tinggi ketika
tubuh mengalami resistensi insulin menyebabkan tubuh akan merespon dengan
meningkatkan sekresi insulin. Sekresi insulin yang terus meningkat akan
menyebabkan sel-β pankreas kelelahan dan pada akhirnya sel-β pankreas tidak
dapat memenuhi kebutuhan insulin, sehingga glukosa darah tetap tinggi.
Sedangkan konsumsi makanan dengan BG rendah akan menurunkan laju
penyerapan glukosa dan menekan sekresi insulin oleh sel-β pankreas, sehingga
kadar glukosa darah tidak meningkat secara signifikan (Willet dkk, 2002). Hasil
penelitian oleh Idris dkk (2014), menyatakan bahwa 95% responden dengan
konsumsi beban glikemik yang tinggi memiliki kadar glukosa darah yang tidak
terkontrol.
Oleh karena itu, dibutuhkan bahan makanan dengan indeks glikemik yang
sedang-rendah untuk mencegah kenaikan kadar gula darah. Salah satunya adalah
makaroni dengan indeks glikemik dalam golongan rendah yaitu 65%. Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-777-1995, pasta makaroni merupakan
bahan makanan yang dibuat dari campuran tepung terigu dan bahan makanan lain
yang dicetak kedalam berbagai bentuk dan dikeringkan dengan atau tanpa bahan
tambahan makanan.
Telur merupakan sumber albumin dari hewani. Diketahui albumin pada telur
(ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih telurnya daripada kuningnya. Putih
telur ayam ras dalam setiap 100 gramnya mengandung rata-rata 10,5 g protein
yang 95% nya adalah albumin (9,83 g), sedang putih telur itik setiap 100 g
mengandung rata-rata 11 g protein. Dalam penelitian Agus Prastowo, ddk
menunjukkan bahwa putih telur efektif meningkatkan kadar albumin dan
menurunkan sitokin inflamasi IL-6. Putih telur dapat digunakan sebagai bagian dari
terapi untuk meningkatkan kadar serum albumin dan menghambat inflamasi
penderita TB dengan hipoalbumin.
Oleh karena itu, mahasiswa membuat treatment untuk pasien dengan
Dibetes Mellitus Tipe II + TB Paru melalui kedua bahan makanan tersebut. Dengan
harapan dapat meningkatkan kebutuhan gizi dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
1.2. Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan rumusan masalah “
Bagaimana melakukan asuhan gizi pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru
melalui pemberian schootel makaoni dengan putih telur

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian schootel makaoni dengan putih telur
pada pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H
Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Menganalisis hasil perhitungan zat gizi dari treatment schootel makaoni dengan
putih telur untuk pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD
Dr. H Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
2) Menyusun siklus menu 4 hari sesuai dengan diagnosa untuk untuk pasien
penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H Kumpulan Pane
Tebing Tinggi

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Pasien
a. Jangka Panjang
 Mencapai BB Normal
 Mengubah pola makan pasien serta asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
b. Jangka Pendek
 Meningkatkan pengetahuan tentang gizi
 Meningkatkan nafsu makan pasien
1.4.2. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
gizi pada pasien diabetes mellitus yang dapat digunakan acuan bagi praktik
mahasiswa gizi.
1.4.3. Bagi Instalasi Gizi Rumah Sakit
Menambah variasi pemberian menu makanan selingan untuk pasien
penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H Kumpulan Pane
Tebing Tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus (DM)


2.1.1. Defenisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit
gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon
insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Mufeed Jalil Ewadh (2014) menyebutkan bahwa DM adalah penyakit gangguan metabolik
dengan ciri ditemukan konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah (hiperglikemia).
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni, 2015). DM
diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan Diabetes Gestasional.
1) DM tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM), terjadi karena kekurangan produksi insulin akibat dari kerusakan sel β
pankreas (reaksi autoimun). Biasanya terjadi pada anak atau orang dewasa yang berusia
<40 tahun. Penanganannya menggunakan insulin dan pengaturan diet (Joan Webster-
Gandi dkk., 2016).
2) DM tipe II
DM tipe II mempunyai onset pada usia pertengahan (40-an tahun) atau lebih tua
lagi dan cenderung tidak berkembang ke arah ketosis. Kebanyakan pengidapnya memiliki
berat badan lebih. Gajala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan. Gangguan
toleransi glukosa atau impired glucose tolerance (IGT) dan gangguan toleransi glukosa
puasa atau inspired fasting glucose (IFG) dapat mewakili tahap awal dari DM Tipe II
(Truswell dan Mann, 2012).
3) Diabetes tipe lain
Etiologi DM tipe lain meliputi: (a) penyakit pada pankreas yang merusak sel β; (b)
sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan/atau menghambat kerja insulin; (c) obat-
obatan yang mengganggu kerja insulin atau menghambat insulin; (d) sindrom genetik
(Arisman, 2011).
4) DM Gestasional
DM Gestasional adalah DM yang terjadi pada saat kehamilan. Akan hilang ketika
sudah melahirkan atau bahkan menetap (Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2014).
2.1.3. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Menurut Corwin (2000) pada Diabetes Mellitus tipe 1, terdapat ketidakmampuan


pankreas dalam menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau Langerhans.
Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah puasa dan post prandial meningkat. Tingginya
konsentrasi glukosa dalam darah, menyebabkan glukosuria dan ekskresi yang disertai
dengan pengeluaran cairan serta elektrolit yang berlebihan sehingga penderita akan
mengalami poliuri (banyak kencing) dan polidipsi (banyak minum). Defisiensi insulin dapat
menyebabkan terganggunya metabolisme protein dan dan lemak sehingga
mengakibatkan penurunan berat badan.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut Corwin (2000) terdapat dua masalah pada diabetes mellitus tipe 2, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin merupakan suatu
gangguan dimana glukosa tidak dapat masuk kedalam sel meskipun kadar insulin dalam
darah tinggi. Hal ini akan mengakibatkan sel menjadi kekurangan glukosa.

2.1.4. Penatalaksaan Gizi Diet Diabetes Melitus


a. Tujuan diet :
Diet diabetes melitus disebut juga terapi gizi medis. Tujuan terapi gizi medis adalah
membantu penyandang diabetes memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik. Perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, dengan cara :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan
asupan makanan dengan insulin (endogenus dan eksogenus), dengan obat
penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
4) Menghindari komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin, seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang
berhubungan dengan latihan jasmani.
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
6) Syarat dan prinsip diet:

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes tanpa komplikasi hampir sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi setiap individu. Pada penyandang diabetes perlu
mematuhi keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
(terutama makanan sumber karbohidrat), khususnya pada mereka yang menggunakan
obat sekresi insulin dan terapi insulin.

Syarat-syarat diet penyakit diabetes melitus adalah :

1. Energi; Kebutuhan energi sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Kebutuhan kalori basal adalah 25 kalori untuk wanita dan 30 kalori per kg berat
badan ideal. Ditambah dan dikurangi bergantung beberapa faktor, yaitu tinggi badan,
berat badan, umur, aktivitas, dan adanya komplikasi.
2. Karbohidrat;
a. Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Konsumsi karbohidrat
kurang dari 130 gr/hari tidak dianjurkan.
b. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (accepted daily intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis tidak berkalori, seperti aspartan, sakarin,
acesulfame pottasium, sukrase, neotame. Pemanis berkalori seperti gula alkohol
dan fruktosa. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan oleh penyandang diabetes
karena dapat meningkatkan kadar LDL, kecuali fruktosa alami yang terkandung
pada buah dan sayuran.
3. Lemak;
a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
b. Komplikasi dianjurkan
 Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda <10%
 Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
c. Konsumsi kolestrol dianjurkan <200 mg/hari
4. Protein;
Kebutuhan proten sebesar 10-20% total asupan energi
5. Natrium;
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan orang sehat,
yaitu,2300 mg/hari. Peyandang diabetes yang menderita hipertensi perlu dilkukan
pengurangan natrium secara individual.
6. Serat;

Anjuran konsumsi serat adalah 20-25% gram/hari yang berasaal ari berbagai
sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, buah, sayuran dan sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
2.1.5.
b. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pederita diabetes:
Tabel 1. Penatalaksanaan Diet Penyakit Jantung

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan

Karbohidrat Nasi, roti, mi, kentang, singkong,


kompleks ubi, sagu, dll. Diutamakan yang
berserat tinggi

Karbohidrat Gula, madu, sirup, jam, jeli, tarcis,


sederhana dodol, kue manis, buah yang
diawetkan dengan gula, susu
kental manis, minuman botol
ringan, es krim

Protein Dianjurkan yang tidak Sumber protein yang tinggi


mengandung tinggi lemak, seperti kandungan kolestrol, seperti jeroan
daging rendah lemak, ikan, ayam dan otak
tanpa kulit, susu rendah lemak,
keju rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu, tempe

Lemak Dalam jumlah terbatas. Makanan Sumber protein yang banyak


dianjurkan diolah dengan cara mengandung lemak jenuh, dan
dipanggang, dikukus, ditumis, lemak trans antara lain daging
disetup, direbus, dibakar. berlemak dan susu full cream.
Makanan siap saji, cake,goreng-
gorengan
Sayur dan buah Dianjurkan mengandung cukup
bnyak sayuran dan buah

Mineral Sumber natrium antara lain adalah


garam dapur, vetsin soda dan
bahan pengawet seperti natrium
benzoat dan natrium nitrit. Hindari
bahan makanan yang
mengandung bahan tersebut
antara lain : ikan asin, telur asin,
makanan yang diawetkan

2.2. Tuberkulosis Paru


2.2.1. Defenisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011
2.2.2. Klasifikasi tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan
dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
2.2.3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari
satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di
luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks,
efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan
Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011)
2.2.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a) Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b) Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum)
c) Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d) Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot
dan keringat di waktu di malam hari
2.2.5. Komplikasi Tuberkulosis
Komplikasi dari TB paru adalah :
a) Pleuritis tuberkulosa
b) Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c) Tuberkulosa milier
d) Meningitis tuberkulosa
2.2.6. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a) Pemeriksaan Diagnostik
b) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3
kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua.
Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila
satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA negatif.
c) Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri
taham asam.
d) Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
- indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
- indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
- indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
- indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
- reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan
- berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin
e) Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f) Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
g) Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
h) Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i) Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
j) Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis)
2.2.7. Penatalaksaan Diet Tuberkulosis Paru
Diet yang dianjurkan untuk Tuberkulosis Paru adalah diet ETPT.
a. Tujuan diet
Tujuan diet energi tinggi protein tinggi adalah untuk :
 Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
 Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal
d. Syarat dan Prinsip diet
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/ kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari ken=butuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu siaa dari total energi (protei dan lemak).
e. Macam diet dan indikasi pemeberian
Diet energi tinggi protein tinggi diberikan kepada pasien :
 Kurangi energi protein
 Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
 Sebelum dan setelah operasi tertentu, multitrauma
 Selama radioterapi dan kemoterapi
 Luka bakar berat
 Pemulihan dari penyakit, demam/panas tinggi
 Kanker, fibrosis kistik
 HIV-AIDS
 Hipertiroid
 Masa kehamilan dan post-partum
 Penyakit gastrointestinal kronik

Menurut keadaan, pasien dapat diberikan satu dari dua macam diet ETPT seperti:
1. Diet energi tinggi protein tinggi I (ETPT 1)
Energi : 2700 kkal
Protein : 100 gr (2 g/kg BB)
2. Diet energi tinggi protein tinggi II (ETPT II)
Energi : 3000 kkal
Protein : 125 g (2,5 g/kg BB)

c. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Tabel 2 Penatalaksanaan Diet ETPT

Sumber Dianjurkan Tidak dianjurkan

Karbohidrat Nasi, roti, mi, makaroni dan hasil oleh


tepung-tepungan lain seoet=rti cake,
tarcis, pudding, dan pastri, dodol, ubi,
karbohidrat sederhana seperti gula
pasir.

Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, dan hasil Makanan yang dimasak dengan
olahannya, seperti keju, youghurt dan banyak minyak atau
es krim kelapa/santan kental

Protein Semua jenis kacang-kacangan dan hasil Makanan yang dimasak dengan
nabati olahannya seperti tempe, tahu dan banyak minyak atau
pidakas kelapa/santan kental

Sayuran Semua jenis sayuran terutama jenis B,


seperti bayam, buncis, daun singkong,
kacang panjang, labu siam dan wortel
direbus dikukus dan ditumis
Buah- Semua jenis buah segar, buah kering,
buahan buah kaleng dan jus buah

Lemak Minyak jagung, mentega, margarin,


santan encer, salad dressing

Minuman Teh, madu, sirup, minuman rendah


energi dan kopi encer

Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti bawang Bumbu yang tajam, seperti
merah, bawang putih, daun salam dan cabe, merica, suka,MSG
kecap

2.3. Dispepsia
2.3.1. Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan).
Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang menggambar
keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrum, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi,
dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau
didasari oleh berbagai penyakit, termasuk juga didalamnya penyakit yang mengenai
lambung atau yang dikenal sebagai penyakit maag (Djojodiningrat, 2006)
2.3.2. Klasifikasi Dispepsia
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-
Esophageal reflux disease, hiperacidity.
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi (teropong saluran pencernaan) (Mansjoer, 2000).
2.3.3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung.
Kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam lambung, sehingga rangsangan di medula oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
(Anonim, 2010). Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan fungsi pencernaan
dan sekresi.
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian
atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa
penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia, seperti
minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat mengiritasi
dan mengikis permukaan lambung.
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya
aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2007).
6. Pola makan, Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila
tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan
yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan
persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda
makan (Rani, 2007).
7. Faktor stres, Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan
kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon
untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya penyakit psychosomatik
dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing, nyeri otot dan sendi
(Irawan, 2007).
2.3.4. Manajemen Diet Penderita Dispepsia
Diit pada penyakit dispepsia diberikan untuk penyakit yang berhubungan dengan
saluran cerna. Gangguan pada saluran cerna umumnya berupa sindroma dispepsia yaitu
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
a. Tujuan diet
Tujuan diet adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung
yang berlebihan.
b. Syarat diet penyakit dispepsia (diet lambung) adalah :
 Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
 Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
 Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
secara bertahap hingga sesuai kebutuhan
 Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
 Cairan cukup, terutama bila ada muntah
 Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan)
 Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan
minum susu terlalu banyak.
 Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
 Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja 24-48 jam untuk
 memberi istirahat pada lambung (Almatsier, 2004).
c. Makanan yang Mengakibatkan Dispepsia
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktis
sehari-hari. Kebiasaan makan memiliki peran terhadap faktor resiko timbulnya dispepsia
(Priantika, 2013)
Kebiasaan yang menyebabkan dispepsia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi),
alkohol, atau minuman berkarbonasi. Kelompok yang sensitif atau alergi terhadap bahan
makanan tertentu, bila mengonsumsi makanan jenis tersebut bisa menyebabkan
gangguan pada saluran cerna (Abdullah dan Gunawan, 2012).
BAB III

PELAKSANAAN DAN INTERVENSI ASUHAN GIZI

A. Perencanaan Asuhan Gizi.


1. Identitas Gizi
Nama : Nn. VIRA ARNITA SARI

No. RM : 10.20.81

Umur : 22 Tahun 3 Bulan

Tempat, Tgl Lahir : Tebing Tinggi, 19 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 15 Oktober 2020

Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus komplikasi TB Paru

Ruangan : Ruang Dahlia II

Alamat : Jl. K. F. Tandean Gg.Bunga Lawang Lk.V Sumatera Utara

2. Skrining
Tabel 2. Skrinning

Skrining awal Dispepsia ec TB Paru + DM


Skrining lanjut Dispepsia ec TB Paru + DM

B. PENGKAJIAN/ASSESMENT GIZI

Data Dasar Identifikasi Masalah Rujukan


AD ( Antropometri)
BB : 55 kg
TB : 150 cm 18,5-22,9 kg/m2
Status gizi berdasarkan
BBI : 45 kg IMT : 24,44
IMT : 24,44 kg/m2 kg/m2( Overweight )

BD ( Biokimia )
BD.1.10
Gula darah puasa : 434 mg/dl Tinggi < 120 mg/dl
Gula Post Parandial : 294 mg/dl Tinggi <200 mg/dl
Hemoglobin :12,7 g/dl Normal 12-16 g/dl
Leukosit : 16,6 10ˆ3/µL Tinggi 4-10 10ˆ3/µL
Trombosit : 271 10ˆ3/µL Normal 150-450 10ˆ3/µL
imunoserologi : covid-19 Non Reaktif Non Reaktif
Albumin 3,9 gr/dl Rendah 4,2-5,2 mg/dl
Widal test
Salmonella Typhi O 1/160 (+) Negatif
Salmonella Typhi O 1/160 (+) Negatif
Salmonella Paratyphi C-O 1/320(+) Negatif

PD (Fisik/Klinis)
Gemuk IMT Overweight
TKD : 120/80 mmHg
T : 37oC
Keluhan pasien terkait gizi
(CH.2.1) : Pasien mengeluh
sering pusing , lemas, sering
haus dan lapar, dan mual

FH (Food History)
Tidak memiliki alergi

Riwayat Penyakit Pasien


Tidak Ada

C. Diagnosa Gizi

NC-2.2 : Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus


(karbohidrat) yang disebabkan oleh gangguan fungsi endokrin yang
ditandai dengan ketidaknormalan kadar glukosa darah diatas batas
normal (GDP : 432 mg/dl, GD PP: 294 mg/dl)

Domain Klinis NC-2.2 : Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang
disebabkan oleh gangguan fungsi endokrin karena adanya infeksi
yang ditandai dengan ketidaknormalan kadar leukosit (leukositosis)
(16,6 10ˆ3/µL)

N.C-3.3 : Berat badan lebih/Overweight yang disebabkan oleh


asupan energi berlebih ditandai dengan IMT : 24,44 kg/m2
(Overweight)
Perhitungan Gizi:
Perhitungan Diabetes Mellitus:
BB ideal : TB (m)2 x 21
: (1,5)2 x 21
: 47,25 kg
Energi Basal : BBI x 25 kkal
: 47,25 kg x 25 kkal
: 1181,25 kkal
TEE : Energi Basal + Energi Basal (FA+FS-KU)
: 1181,25 kkal + 1181,25 kkal (20%+30%)
: 1181,25 kkal + 590,63 kkal
: 1771,88 kkal
Karbohidrat : 60% x 1771,88 kkal = 265,8 gr
4
Protein : 20% x 1771,88 kkal = 88.6 gr
4
Lemak : 20% x 1771,88 kkal = 39,4 gr
9
Bentuk makanan = DM IV/ML (DM 4)
Cara Pemberian = Oral
Pembagian makanan sehari:
- Makan pagi : 20% x 1771,88 kkal = 354,4 kkal
- Snack pagi : 15% x 1771,88 kkal = 265,8 kkal
- Makan Siang : 20% x 1771,88 kkal = 354,4 kkal
- Snack sore : 15% x 1771,88 kkal = 265,8 kkal
- Makan Malam : 20% x 1771,88 kkal = 354,4 kkal
- Snack malam : 10% x 1771,88 kkal = 177,2 kkal
3 kali makanan utama, 3 kali makanan selingan
D. Intervensi Gizi

Tujuan Diet 1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal


dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
2) Memberi cukup energi dan protein yang meningkatkan
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
akibat infeksi
3) Mencapai dan mempertahankan berat badan hingga
mencapai status gizi normal
4) Menghindari komplikasi akut pasien
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi yang optimal
Perhitungan Energi : 1771,88 kkal
Karbohidrat : 265,8 gr
Protein : 88.6 gr
Lemak : 39,4 gr
Bentuk Makanan DM IV/ML (DM 4)
Frekuensi Makanan 3x makan utama, 3x makan selingan
Cara Pemberian Oral
Syarat Diet 1) Energi cukup dan protein tinggi untuk mendapatkan BB
normal dan memperbaiki kerusakan jaringan (1770 kkal)
2) Kebutuhan protein tinggi 20% dari kebutuhan energi total
3) Kebutuhan lemak sedang 20% dari kebutuhan energi total
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi
total
5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan
tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit.
6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah di cerna
7) Vitamin dan mineral cukup, sesuai dengan kebutuhan gizi

E. MONITORING DAN EVALUASI


Data Dasar Identifikasi Masalah Monitoring dan evaluasi
AD ( Antropometri) Status gizi berdasarkan F.H.1
BB : 55 kg, TB : 150 cm IMT : 24,44 kg/m2  Underweight <18,5 kg/m2
IMT : 24,44 kg/m2 ( Overweight )  Normal 18,5-22,9 kg/m2
 Sedang 23-25 kg/m2
 Obes >25 kg/m2
Mencapai status gizi agar normal.
BD (Biokimia) S.2.8.1
GDP : 434 mg/dl Tinggi Monitoring hasil lab GDP <120 mg/dl
GD PP: 294 mg/dl Tinggi Glukosa post prandial <200 mg/dl
Leukosit : 16,6 10ˆ3/µL Tinggi Leukosit 4,00-10.00 10ˆ3/µL
Albumin : 3,9 mg/dl Rendah Albumin 4,2-5,2 mg/dl
Keluhan pasien terkait Mengurangi dan menghilangkan
gizi (CH.2.1) : Pasien keluhan yang dialami pasien
mengeluh sering pusing ,
lemas, sakit pada bagian
perut, sering haus dan
lapar, dan mual
Asupan nutrisi Memberikan makanan seimbang untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang
dilaksanakan setiap hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

MASTER MENU 4 HARI

Waktu DAY 1 DAY 2 DAY 3 DAY 4


Pagi Nasi putih Nasi putih Bubur ayam Nasi putih
07.00- Ayam bumbu kuning Fluffy omelete Ayam suir Pepes ikan
08.00 Perkedel tempe Tempe bacem Susu kedelai Sop tahu
Setup wortel+buncis Bening sayur Bening bayam Setup sayur
Pepaya Pisang Melon Semangka
Snack Schootel modif Schootel modif Schootel modif Schootel modif
Siang Nasi putih Nasi putih Nasi putih Nasi putih
12.00- Telur sambal tomat Pepes ikan Telur puyuh sambal Ikan asem
13.00 Tahu bacem Perkedel tahu Nugget tempe Tahu bumbu kecap
Sop sayur Sawi bening Sop sayur Bening sayur
Semangka Pepaya Pepaya Pepaya
Snack Schootel modif Schootel modif Schootel modif Schootel modif
Malam Nasi putih Nasi putih Nasi putih Nasi putih
18.00- Sop ikan Ayam semur Omellete Ayam bumbu jahe
19.00 Bola-bola tahu Tahu bb kuning Tahu bacem Tempe bumbu kuning
Sayur capcay Setup sayur Bening kcg pjg+toge Sayur capcay
Melon Semangka Pisang Semangka
Snack Susu Bubur sumsum Susu Bubur kacang hijau

PERHITUNGAN ZAT GIZI SIKLUS MENU 4 HARI

Perhitungan Zat Gizi Tunggal:


DAY 1

Menu makanan Makanan Jumlah energy protein fat kh serat ca iron zinc
  g kcal g g g g mg mg mg
Nasi putih nasi 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Ayam bumbu kuning ayam 40 58 10 1,7 0 0 4,8 15,8 1,1
Perkedel tempe tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,6 37,2 0,9 0,7
terigu 5 18,2 0,5 0,1 3,8 0,1 0,8 0,1 0
Setup wortel+buncis wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
buncis 40 14 0,8 0,1 3,2 1,3 18,4 0,5 0,2
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
pepaya pepaya 100 39 0,6 0,1 9,8 1,8 24 0,1 0,1
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi 160 208 3,8 0,3 45,8 0,5 4,8 0,3 0,6
Telur sambal tomat telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6 0 27,5 0,7 0,6
tomat 30 6,3 0,3 0,1 1,4 0,3 1,5 0,2 0
Tahu bacem Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 52,5 2,7 0,4
gula aren 3 11,1 0 0 2,8 0 11,3 0,1 0
Sop sayur wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Brokoli 40 10 0,6 0,1 2,2 0,9 18,8 0,2 0,1
labu siam 30 6 0,3 0,1 1,3 0,4 8,1 0,1 0,1
Semangka semangka 100 32 0,6 0,4 7,2 0,5 8 0,2 0,1
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi putih 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Sop ikan ikan segar 40 39,2 7,2 1 0 0 11,2 0,2 0,2
Bola-bola tahu Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 52,5 2,7 0,4
terigu 5 18,2 0,5 0,1 3,8 0,1 0,8 0,1 0
Capcay Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
jagung 30 17,7 0,5 0,2 4,1 0,4 0,3 0,1 0,1
Brokoli 40 10 0,6 0,1 2,2 0,9 18,8 0,2 0,1
Susu susu 20 92,8 4,3 3,8 10,3 0 154 1,6 0,7
576,
jml: 1745,2 88,4 41,3 259 16,1 9 30,3 9,1

HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1745,2 kcal 1900,0 kcal 92 %
water 196,0 g 2700,0 g 7%
protein 88,4 g(20%) 48,0 g(12 %) 184 %
fat 41,3 g(21%) 77,0 g(< 30 %) 54 %
carbohydr. 259,0 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 74 %
dietary fiber 16,1 g 30,0 g 54 %
niacine 13,1 mg - -
Vit. A 778,6 µg 800,0 µg 97 %
tot. fol.acid 287,4 µg 400,0 µg 72 %
Vit. B1 0,9 mg 1,0 mg 95 %
Vit. B2 1,7 mg 1,2 mg 139 %
Vit. B6 1,2 mg 1,2 mg 103 %
Vit. C 187,6 mg 100,0 mg 188 %
calcium 576,9 mg 1000,0 mg 58 %
Vit. B12 5,0 µg 3,0 µg 165 %
iron 30,3 mg 15,0 mg 202 %
zinc 9,1 mg 7,0 mg 130 %

DAY 2

Perhitungan Zat Gizi Tunggal:

Menu Makanan Jumla sera


Makanan h energy protein fat kh t ca iron zinc
  g kcal G g g g mg mg mg
Nasi putih nasi lunak 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Fluffy omelete telur ayam 50 77,6 6,3 5,3 0,6 0 25 0,6 0,6
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
Tempe bacem tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,6 37,2 0,9 0,7
gula aren 3 11,1 0 0 2,8 0 11,3 0,1 0
Bening sayur buncis 40 14 0,8 0,1 3,2 1,3 18,4 0,5 0,2
toge 40 24,4 2,6 1,4 1,9 0,2 13,6 0,4 0,2
Pisang pisang 80 73,6 0,8 0,4 18,7 1,9 4,8 0,2 0,2
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi putih 160 208 3,8 0,3 45,8 0,5 4,8 0,3 0,6
Pepes ikan ikan kembung 40 44,8 8,6 0,9 0 0 19,2 0,4 0,2
tepung terigu 5 18,2 0,5 0,1 3,8 0,1 0,8 0,1 0
Perkedel tahu tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 0,5 42 2,2 0,3
Sawi bening sawi hijau 50 7,5 1,1 0,1 1 1 37 0,6 0,1
toge 20 12,2 1,3 0,7 1 0,1 6,8 0,2 0,1
Pepaya pepaya 100 39 0,6 0,1 9,8 1,8 24 0,1 0,1
                   
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi putih 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Ayam semur 15,
ayam 40 58 10 1,7 0 0 4,8 8 1,1
Kecap 5 3 0,5 0 0,3 0 1 0,1 0
Tahu bumbu kuning Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 52,5 2,7 0,4
Setup sayur Wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
jagung 30 17,7 0,5 0,2 4,1 0,4 0,3 0,1 0,1
buncis 30 10,5 0,6 0,1 2,4 1 13,8 0,4 0,1
Buah semangka 100 32 0,6 0,4 7,2 0,5 8 0,2 0,1
Bubur sumsum tepung beras 25 90,2 1,7 0,2 19,9 0,2 2 0,2 0,3
gula aren 5 18,5 0 0 4,7 0 18,9 0,1 0
santan 10 10,6 0,1 1 0,5 0,3 0,4 0,1 0
39, 29,
jml:   1788,9 89,4 1 276 16,8 460,2 5 8,9

HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1745,2 kcal 1900,0 kcal 92 %
water 196,0 g 2700,0 g 7%
protein 88,4 g(20%) 48,0 g(12 %) 184 %
fat 41,3 g(21%) 77,0 g(< 30 %) 54 %
carbohydr. 259,0 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 74 %
dietary fiber 16,1 g 30,0 g 54 %
niacine 13,1 mg - -
Vit. A 778,6 µg 800,0 µg 97 %
tot. fol.acid 287,4 µg 400,0 µg 72 %
Vit. B1 0,9 mg 1,0 mg 95 %
Vit. B2 1,7 mg 1,2 mg 139 %
Vit. B6 1,2 mg 1,2 mg 103 %
Vit. C 187,6 mg 100,0 mg 188 %
calcium 576,9 mg 1000,0 mg 58 %
Vit. B12 5,0 µg 3,0 µg 165 %
iron 30,3 mg 15,0 mg 202 %
zinc 9,1 mg 7,0 mg 130 %

DAY 3
Perhitungan Zat Gizi Tunggal:

Nama makanan Jumla Protei


Makanan h energy n fat kh serat ca iron zinc
  G kcal G g g g mg mg mg
Bubur ayam 34,
nasi putih 120 156 2,9 0,2 3 0,4 3,6 0,2 0,5
Ayam suir dideh ayam 40 58 10 1,7 0 0 4,8 15,8 1,1
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
Susu kedelai susu kedelai 100 41,1 3,5 2,5 5 0 50 0 0
Bening bayam bayam segar 60 22,2 2,2 0,1 4,4 0,4 127 1,9 0,2
Buah melon 100 37 0,6 0,4 7,8        
Schootel modif 24,
makaroni 35 123,6 4,2 0,6 8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih 45,
nasi putih 160 208 3,8 0,3 8 0,5 4,8 0,3 0,6
Telur puyuh sambal telur puyuh 40 74 5,1 5,5 0,6 0 25,6 1,6 0,6
tomat masak 10 2,1 0,1 0 0,5 0,1 0,5 0,1 0
Nugget tempe tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,6 37,2 0,9 0,7
terigu 10 36,4 1 0,1 7,6 0,3 1,5 0,1 0,1
Sop sayur wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
labu siam 30 4,5 0,7 0,1 0,6 0,6 22,2 0,3 0,1
buncis 30 10,5 0,6 0,1 2,4 1 13,8 0,4 0,1
Buah pepaya 100 39 0,6 0,1 9,8 1,8 24 0,1 0,1
Schootel modif 24,
makaroni 35 123,6 4,2 0,6 8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih 34,
nasi putih 120 156 2,9 0,2 3 0,4 3,6 0,2 0,5
Omelete telur ayam 50 77,6 6,3 5,3 0,6 0 25 0,6 0,6
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
Tahu bacem tahu 30 22,8 2,4 1,4 0,6 0,4 31,5 1,6 0,2
kecap 10 6 1 0 0,6 0,1 2 0,2 0
kacang 40 14 0,8 0,1 3,2 1,3 18,4 0,5 0,2
Sayur bening toge 40 24,4 2,6 1,4 1,9 0,2 13,6 0,4 0,2
pisang 60 55,2 0,6 0,3 14 1,4 3,6 0,2 0,1
susu 10,
tepung susu 20 92,8 4,3 3,8 3 0 154 1,6 0,7
679,
Jml   1774,3 87,6 47,6 258 14,7 6 30,1 9
HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1774,3 kcal 1900,0 kcal 93 %
water 319,9 g 2700,0 g 12 %
protein 87,6 g(20%) 48,0 g(12 %) 182 %
fat 47,6 g(23%) 77,0 g(< 30 %) 62 %
carbohydr. 258,0 g(57%) 351,0 g(> 55 %) 74 %
dietary fiber 14,7 g 30,0 g 49 %
niacine 11,5 mg - -
Vit. A 1334,4 µg 800,0 µg 167 %
tot. fol.acid 390,8 µg 400,0 µg 98 %
Vit. B1 1,0 mg 1,0 mg 98 %
Vit. B2 1,9 mg 1,2 mg 157 %
Vit. B6 1,7 mg 1,2 mg 143 %
Vit. C 175,6 mg 100,0 mg 176 %
calcium 679,6 mg 1000,0 mg 68 %
Vit. B12 6,4 µg 3,0 µg 213 %
niacineequiv. 0,0 mg 13,0 mg 0%
iron 30,1 mg 15,0 mg 201 %
zinc 9,0 mg 7,0 mg 129 %

DAY 4

Perhitungan Zat Gizi Tunggal:

Nama makanan sera


Makanan Jumlah energy protein fat kh t ca iron zinc
  g kcal g g g g mg mg mg
Nasi putih nasi putih 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Pepes ikan ikan kembung 40 44,8 8,6 0,9 0 0 19,2 0,4 0,2
Sop tahu Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 0,5 42 2,2 0,3
Setup sayur Wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
labu siam 30 6 0,3 0,1 1,3 0,4 8,1 0,1 0,1
semangka 100 32 0,6 0,4 7,2 0,5 8 0,2 0,1
                   
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
                   
Nasi putih nasi putih 160 208 3,8 0,3 45,8 0,5 4,8 0,3 0,6
Ikan asem ikan tongkol 40 44,4 9,6 0,4 0 0 6,8 0,3 0,2
Tahu bb kecap Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 0,5 42 2,2 0,3
Kecap 10 6 1 0 0,6 0,1 2 0,2 0
Bening sawi sawi hijau 40 6 0,9 0,1 0,8 0,8 29,6 0,4 0,1
toge 30 18,3 2 1 1,4 0,1 10,2 0,3 0,2
Buah Pepaya 100 39 0,6 0,1 9,8 1,8 24 0,1 0,1
                   
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
                   
Nasi putih nasi putih 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Ayam bb jahe 15,
dideh ayam 40 58 10 1,7 0 0 4,8 8 1,1
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
Tempe bb kuning tempe 50 99,5 9,5 3,8 8,5 0,7 46,5 1,1 0,9
Capcay wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
kembang kool 40 10 0,6 0,1 2,2 0,9 18,8 0,2 0,1
jamur putih 20 5,4 0,4 0,1 1 0,4 1,2 0,3 0,2
Buah semangka 100 32 0,6 0,4 7,2 0,5 8 0,2 0,1
                   
kacang hijau 30 34,8 2,3 0,2 6,2 2 7,2 0,8 0,4
santan 50 53,1 0,5 5,1 2,3 1,4 2 0,3 0,2
gula aren 10 36,9 0,1 0 9,4 0 37,7 0,2 0
                   
29,
jml:   1711,6 92,8 37,9 255,5 17,8 444,6 2 8,8

HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1711,6 kcal 1900,0 kcal 90 %
water 178,1 g 2700,0 g 7%
protein 92,8 g(22%) 48,0 g(12 %) 193 %
fat 37,9 g(19%) 77,0 g(< 30 %) 49 %
carbohydr. 255,5 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 73 %
dietary fiber 17,8 g 30,0 g 59 %
niacine 18,3 mg - -
Vit. A 701,5 µg 800,0 µg 88 %
tot. fol.acid 343,3 µg 400,0 µg 86 %
Vit. B1 1,1 mg 1,0 mg 110 %
Vit. B2 1,4 mg 1,2 mg 113 %
Vit. B6 1,5 mg 1,2 mg 124 %
Vit. C 176,9 mg 100,0 mg 177 %
calcium 444,6 mg 1000,0 mg 44 %
Vit. B12 4,9 µg 3,0 µg 164 %
iron 29,2 mg 15,0 mg 195 %
zinc 8,8 mg 7,0 mg 125 %
TREATMENT
“Schootel Makaroni+Putih Telur”
Perhitungan Gizi Per Porsi

Jumla Protei
Makanan h Energy n Fat KH Serat Vit. C Ca
  g kcal g g g g mg mg
Makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 0 6,3
Telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 0 30
Tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 9,5 2,5
Susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 0,6 15
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 5,4 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 0,6 2,8
Jml:   252,2 13,7 8,1 31,9 2,6 16,1 56,6
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1) Ada pengaruh pemberian jus apel hijau dengan pare terhadap penurunan kadar
gula darah pasien.
2) Selama dilakukannya intervensi respon pasien sangat baik yaitu selalu
menghabiskan jus apel hijau dan pare yang diberikan.
3) Kondisi pasien dari hari ke hari semakin membaik dan kadar gula darah makin hari
makin turun dalam 4 hari.

B. Saran
1) Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka disarankan kedepannya agar pasien
tersebut lebih memperhatikan pola makan, jenis makanan dan aktifitas serta
asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan dan menghindari makanan yang dapat
memicu penyakit lain.

Anda mungkin juga menyukai