Kasus Mendalma Ais
Kasus Mendalma Ais
DISUSUN OLEH
SITI AISYAH
P01031217091
2020
LAPORAN STUDI KASUS PKL MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK PADA PASIEN
PENYAKIT DM + TB PARU DI RUANG II KAMAR DAHLIA
RSUD DR.H KUMPULAN PANE TEBING TINGGI
TAHUN 2020
DISUSUN OLEH
SITI AISYAH
P01031217091
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P01031216055
..........................................................
NIP.198903012015032002
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
Asuhan Gizi Klinik di RSUD Dr. H Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Dalam penyusunan
laporan umum ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dr. Jhonly Boelian Dachban selaku Direktur RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane
Kota Tebing Tinggi.
2. Ibu Duma Paulina Silitonga, SST selaku Kepala Instalasi Gizi di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.
3. Bapak Oslida Martony, SKM,M.Kes selaku Ketua Jurusan Poltekkes Medan
Jurusan Gizi Lubuk Pakam.
4. Ibu Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes selalu Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesain tugas tersebut.
5. Kiki Lestari,S.Tr.Gz selaku pembimbing PKL MAGK yang banyak memberikan
motivasi, nasehat dan saran dalam penyelesaian tugas tersebut.
6. Seluruh pegawai dan staf di Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi yang telah banyak mendukung baik dari awal hingga studi kasus
manajemen asuhan Gizi Klinis ini selesai.
7. Kepada teman-teman atas kerja sama yang baik selama penulisan Laporan Studi
Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh, karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
A. Intervensi Gizi………………………………………………………….……… 22
B. Hasil Monitoring dan
Evaluasi……………………………………………………………………….… 22
C. Perkembangan Pemeriksaan Fisik dan
Klinis………………………………………………………………………..…….24
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 30
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk
karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bias berjalan timbale
balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang
terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Pelayanan Gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa
rancangan diet yang tepat , edukasi dan konseling gizi yang sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi , serta hasil asuhan gizi
dapat terukur dan tidak bias . kualitas pelayanan dinilai melalui hasil kerja dan
kepatuhan mentaati proses terstandar yang disepakati . kesemua hal tersebut
akan dapat dicapai apabila dietisen memberikan asuhan gizi dengan menggunakan
Nutrition Care Proces (NCP) , Sebagaimana yang direkomendasikan oleh American
Dietteics Assocation (ADA). Saat ini ADA sedang mengganti pola konvensional
SOAP (Subyektif, obyektif , Assesment, Planning) dengan proses terstandar yang
dikenal dengan Standadized Nutrition Care Process
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif
tidak menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di dunia (Krisnatuti & Yehrina, 2008). Pola makan yang tidak
teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM (Suiraoka,
2012). Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dikendalikan dengan empat pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal
penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak
memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada
pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin,
oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak
meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah
(Soegondo, (2015).
Saat ini, penderita DM diperkirakan sudah mencapai angka 9,1 juta orang
penduduk. Data tersebut menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia
dengan penderita DM tertinggi pada tahun 2013 (IDF, 2014). Penyakit DM
merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular atau 2,1% dari
seluruh kematian yang terjadi. Kasus DM di dunia diperkirakan sebanyak 90%
merupakan DM Tipe II (Perkeni, 2010). Menurut Riskesdas (2013), Provinsi Jawa
Timur dengan prevelensi penderita DM sebesar 2,1% dengan menempati urutan
ke-9. Menurut penelitian Susilo (2012), sebanyak 38 responden (63,3%) penderita
DM di Rumah Sakit Baptis Kediri melakukan diet tepat jumlah, sebanyak 35
responden (58,3%) melakukan diet tepat jenis, dan sebanyak 44 responden
(73,3%) tidak melakukan diet tepat jadwal (Susilo, 2012).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan
melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan
(Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut
dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk
rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan dan nifas
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
Gambaran Umum tentang Pasien, pasien adalah wanita berusia 22 tahun
yang di diagnosa DM Tipe 2 dengan TB Paru dan Dispepsia. Nn. V dirujuk ke
rumah sakit pada 15 Oktober 2020. Pasein mengalami nyeri pada bagian bawah
perut. Kadar gula darah pasien juga cukup tinggi dengan kadar albumin yang
rendah.
Beban glikemik menggambarkan tentang respon kadar glukosa darah
terhadap jumlah dan jenis karbohidrat tertentu dalam makanan yang dikonsumsi
dan indeks glikemik makanan (Burani danLongo, 2006). Konsumsi BG tinggi ketika
tubuh mengalami resistensi insulin menyebabkan tubuh akan merespon dengan
meningkatkan sekresi insulin. Sekresi insulin yang terus meningkat akan
menyebabkan sel-β pankreas kelelahan dan pada akhirnya sel-β pankreas tidak
dapat memenuhi kebutuhan insulin, sehingga glukosa darah tetap tinggi.
Sedangkan konsumsi makanan dengan BG rendah akan menurunkan laju
penyerapan glukosa dan menekan sekresi insulin oleh sel-β pankreas, sehingga
kadar glukosa darah tidak meningkat secara signifikan (Willet dkk, 2002). Hasil
penelitian oleh Idris dkk (2014), menyatakan bahwa 95% responden dengan
konsumsi beban glikemik yang tinggi memiliki kadar glukosa darah yang tidak
terkontrol.
Oleh karena itu, dibutuhkan bahan makanan dengan indeks glikemik yang
sedang-rendah untuk mencegah kenaikan kadar gula darah. Salah satunya adalah
makaroni dengan indeks glikemik dalam golongan rendah yaitu 65%. Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-777-1995, pasta makaroni merupakan
bahan makanan yang dibuat dari campuran tepung terigu dan bahan makanan lain
yang dicetak kedalam berbagai bentuk dan dikeringkan dengan atau tanpa bahan
tambahan makanan.
Telur merupakan sumber albumin dari hewani. Diketahui albumin pada telur
(ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih telurnya daripada kuningnya. Putih
telur ayam ras dalam setiap 100 gramnya mengandung rata-rata 10,5 g protein
yang 95% nya adalah albumin (9,83 g), sedang putih telur itik setiap 100 g
mengandung rata-rata 11 g protein. Dalam penelitian Agus Prastowo, ddk
menunjukkan bahwa putih telur efektif meningkatkan kadar albumin dan
menurunkan sitokin inflamasi IL-6. Putih telur dapat digunakan sebagai bagian dari
terapi untuk meningkatkan kadar serum albumin dan menghambat inflamasi
penderita TB dengan hipoalbumin.
Oleh karena itu, mahasiswa membuat treatment untuk pasien dengan
Dibetes Mellitus Tipe II + TB Paru melalui kedua bahan makanan tersebut. Dengan
harapan dapat meningkatkan kebutuhan gizi dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
1.2. Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan rumusan masalah “
Bagaimana melakukan asuhan gizi pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru
melalui pemberian schootel makaoni dengan putih telur
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian schootel makaoni dengan putih telur
pada pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H
Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Menganalisis hasil perhitungan zat gizi dari treatment schootel makaoni dengan
putih telur untuk pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD
Dr. H Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
2) Menyusun siklus menu 4 hari sesuai dengan diagnosa untuk untuk pasien
penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H Kumpulan Pane
Tebing Tinggi
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Pasien
a. Jangka Panjang
Mencapai BB Normal
Mengubah pola makan pasien serta asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
b. Jangka Pendek
Meningkatkan pengetahuan tentang gizi
Meningkatkan nafsu makan pasien
1.4.2. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
gizi pada pasien diabetes mellitus yang dapat digunakan acuan bagi praktik
mahasiswa gizi.
1.4.3. Bagi Instalasi Gizi Rumah Sakit
Menambah variasi pemberian menu makanan selingan untuk pasien
penderita Diabetes Mellitus Tipe II + TB Paru di RSUD Dr. H Kumpulan Pane
Tebing Tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Corwin (2000) terdapat dua masalah pada diabetes mellitus tipe 2, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin merupakan suatu
gangguan dimana glukosa tidak dapat masuk kedalam sel meskipun kadar insulin dalam
darah tinggi. Hal ini akan mengakibatkan sel menjadi kekurangan glukosa.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes tanpa komplikasi hampir sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi setiap individu. Pada penyandang diabetes perlu
mematuhi keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
(terutama makanan sumber karbohidrat), khususnya pada mereka yang menggunakan
obat sekresi insulin dan terapi insulin.
1. Energi; Kebutuhan energi sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Kebutuhan kalori basal adalah 25 kalori untuk wanita dan 30 kalori per kg berat
badan ideal. Ditambah dan dikurangi bergantung beberapa faktor, yaitu tinggi badan,
berat badan, umur, aktivitas, dan adanya komplikasi.
2. Karbohidrat;
a. Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Konsumsi karbohidrat
kurang dari 130 gr/hari tidak dianjurkan.
b. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (accepted daily intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis tidak berkalori, seperti aspartan, sakarin,
acesulfame pottasium, sukrase, neotame. Pemanis berkalori seperti gula alkohol
dan fruktosa. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan oleh penyandang diabetes
karena dapat meningkatkan kadar LDL, kecuali fruktosa alami yang terkandung
pada buah dan sayuran.
3. Lemak;
a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
b. Komplikasi dianjurkan
Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda <10%
Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
c. Konsumsi kolestrol dianjurkan <200 mg/hari
4. Protein;
Kebutuhan proten sebesar 10-20% total asupan energi
5. Natrium;
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan orang sehat,
yaitu,2300 mg/hari. Peyandang diabetes yang menderita hipertensi perlu dilkukan
pengurangan natrium secara individual.
6. Serat;
Anjuran konsumsi serat adalah 20-25% gram/hari yang berasaal ari berbagai
sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, buah, sayuran dan sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
2.1.5.
b. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pederita diabetes:
Tabel 1. Penatalaksanaan Diet Penyakit Jantung
Menurut keadaan, pasien dapat diberikan satu dari dua macam diet ETPT seperti:
1. Diet energi tinggi protein tinggi I (ETPT 1)
Energi : 2700 kkal
Protein : 100 gr (2 g/kg BB)
2. Diet energi tinggi protein tinggi II (ETPT II)
Energi : 3000 kkal
Protein : 125 g (2,5 g/kg BB)
Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, dan hasil Makanan yang dimasak dengan
olahannya, seperti keju, youghurt dan banyak minyak atau
es krim kelapa/santan kental
Protein Semua jenis kacang-kacangan dan hasil Makanan yang dimasak dengan
nabati olahannya seperti tempe, tahu dan banyak minyak atau
pidakas kelapa/santan kental
Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti bawang Bumbu yang tajam, seperti
merah, bawang putih, daun salam dan cabe, merica, suka,MSG
kecap
2.3. Dispepsia
2.3.1. Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan).
Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang menggambar
keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrum, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi,
dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau
didasari oleh berbagai penyakit, termasuk juga didalamnya penyakit yang mengenai
lambung atau yang dikenal sebagai penyakit maag (Djojodiningrat, 2006)
2.3.2. Klasifikasi Dispepsia
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-
Esophageal reflux disease, hiperacidity.
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi (teropong saluran pencernaan) (Mansjoer, 2000).
2.3.3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung.
Kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam lambung, sehingga rangsangan di medula oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
(Anonim, 2010). Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan fungsi pencernaan
dan sekresi.
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian
atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa
penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia, seperti
minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat mengiritasi
dan mengikis permukaan lambung.
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya
aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2007).
6. Pola makan, Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila
tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan
yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan
persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda
makan (Rani, 2007).
7. Faktor stres, Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan
kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon
untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya penyakit psychosomatik
dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing, nyeri otot dan sendi
(Irawan, 2007).
2.3.4. Manajemen Diet Penderita Dispepsia
Diit pada penyakit dispepsia diberikan untuk penyakit yang berhubungan dengan
saluran cerna. Gangguan pada saluran cerna umumnya berupa sindroma dispepsia yaitu
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
a. Tujuan diet
Tujuan diet adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung
yang berlebihan.
b. Syarat diet penyakit dispepsia (diet lambung) adalah :
Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
secara bertahap hingga sesuai kebutuhan
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
Cairan cukup, terutama bila ada muntah
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan)
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan
minum susu terlalu banyak.
Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung (Almatsier, 2004).
c. Makanan yang Mengakibatkan Dispepsia
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktis
sehari-hari. Kebiasaan makan memiliki peran terhadap faktor resiko timbulnya dispepsia
(Priantika, 2013)
Kebiasaan yang menyebabkan dispepsia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi),
alkohol, atau minuman berkarbonasi. Kelompok yang sensitif atau alergi terhadap bahan
makanan tertentu, bila mengonsumsi makanan jenis tersebut bisa menyebabkan
gangguan pada saluran cerna (Abdullah dan Gunawan, 2012).
BAB III
No. RM : 10.20.81
Agama : Islam
2. Skrining
Tabel 2. Skrinning
B. PENGKAJIAN/ASSESMENT GIZI
BD ( Biokimia )
BD.1.10
Gula darah puasa : 434 mg/dl Tinggi < 120 mg/dl
Gula Post Parandial : 294 mg/dl Tinggi <200 mg/dl
Hemoglobin :12,7 g/dl Normal 12-16 g/dl
Leukosit : 16,6 10ˆ3/µL Tinggi 4-10 10ˆ3/µL
Trombosit : 271 10ˆ3/µL Normal 150-450 10ˆ3/µL
imunoserologi : covid-19 Non Reaktif Non Reaktif
Albumin 3,9 gr/dl Rendah 4,2-5,2 mg/dl
Widal test
Salmonella Typhi O 1/160 (+) Negatif
Salmonella Typhi O 1/160 (+) Negatif
Salmonella Paratyphi C-O 1/320(+) Negatif
PD (Fisik/Klinis)
Gemuk IMT Overweight
TKD : 120/80 mmHg
T : 37oC
Keluhan pasien terkait gizi
(CH.2.1) : Pasien mengeluh
sering pusing , lemas, sering
haus dan lapar, dan mual
FH (Food History)
Tidak memiliki alergi
C. Diagnosa Gizi
Domain Klinis NC-2.2 : Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang
disebabkan oleh gangguan fungsi endokrin karena adanya infeksi
yang ditandai dengan ketidaknormalan kadar leukosit (leukositosis)
(16,6 10ˆ3/µL)
Menu makanan Makanan Jumlah energy protein fat kh serat ca iron zinc
g kcal g g g g mg mg mg
Nasi putih nasi 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Ayam bumbu kuning ayam 40 58 10 1,7 0 0 4,8 15,8 1,1
Perkedel tempe tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,6 37,2 0,9 0,7
terigu 5 18,2 0,5 0,1 3,8 0,1 0,8 0,1 0
Setup wortel+buncis wortel 40 14,4 0,4 0,2 3,2 0,4 0 0 0
buncis 40 14 0,8 0,1 3,2 1,3 18,4 0,5 0,2
margarin 3 19,1 0 2,2 0 0 0 0 0
pepaya pepaya 100 39 0,6 0,1 9,8 1,8 24 0,1 0,1
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi 160 208 3,8 0,3 45,8 0,5 4,8 0,3 0,6
Telur sambal tomat telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6 0 27,5 0,7 0,6
tomat 30 6,3 0,3 0,1 1,4 0,3 1,5 0,2 0
Tahu bacem Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 52,5 2,7 0,4
gula aren 3 11,1 0 0 2,8 0 11,3 0,1 0
Sop sayur wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Brokoli 40 10 0,6 0,1 2,2 0,9 18,8 0,2 0,1
labu siam 30 6 0,3 0,1 1,3 0,4 8,1 0,1 0,1
Semangka semangka 100 32 0,6 0,4 7,2 0,5 8 0,2 0,1
Schootel modif makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 6,3 0,5 0,5
telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 30 0,7 0,7
tomat 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 2,5 0,3 0,1
susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 15 0 0
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 2,8 0,1 0
Nasi putih nasi putih 140 182 3,4 0,3 40 0,4 4,2 0,3 0,6
Sop ikan ikan segar 40 39,2 7,2 1 0 0 11,2 0,2 0,2
Bola-bola tahu Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 52,5 2,7 0,4
terigu 5 18,2 0,5 0,1 3,8 0,1 0,8 0,1 0
Capcay Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 0 0 0
jagung 30 17,7 0,5 0,2 4,1 0,4 0,3 0,1 0,1
Brokoli 40 10 0,6 0,1 2,2 0,9 18,8 0,2 0,1
Susu susu 20 92,8 4,3 3,8 10,3 0 154 1,6 0,7
576,
jml: 1745,2 88,4 41,3 259 16,1 9 30,3 9,1
HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1745,2 kcal 1900,0 kcal 92 %
water 196,0 g 2700,0 g 7%
protein 88,4 g(20%) 48,0 g(12 %) 184 %
fat 41,3 g(21%) 77,0 g(< 30 %) 54 %
carbohydr. 259,0 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 74 %
dietary fiber 16,1 g 30,0 g 54 %
niacine 13,1 mg - -
Vit. A 778,6 µg 800,0 µg 97 %
tot. fol.acid 287,4 µg 400,0 µg 72 %
Vit. B1 0,9 mg 1,0 mg 95 %
Vit. B2 1,7 mg 1,2 mg 139 %
Vit. B6 1,2 mg 1,2 mg 103 %
Vit. C 187,6 mg 100,0 mg 188 %
calcium 576,9 mg 1000,0 mg 58 %
Vit. B12 5,0 µg 3,0 µg 165 %
iron 30,3 mg 15,0 mg 202 %
zinc 9,1 mg 7,0 mg 130 %
DAY 2
HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1745,2 kcal 1900,0 kcal 92 %
water 196,0 g 2700,0 g 7%
protein 88,4 g(20%) 48,0 g(12 %) 184 %
fat 41,3 g(21%) 77,0 g(< 30 %) 54 %
carbohydr. 259,0 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 74 %
dietary fiber 16,1 g 30,0 g 54 %
niacine 13,1 mg - -
Vit. A 778,6 µg 800,0 µg 97 %
tot. fol.acid 287,4 µg 400,0 µg 72 %
Vit. B1 0,9 mg 1,0 mg 95 %
Vit. B2 1,7 mg 1,2 mg 139 %
Vit. B6 1,2 mg 1,2 mg 103 %
Vit. C 187,6 mg 100,0 mg 188 %
calcium 576,9 mg 1000,0 mg 58 %
Vit. B12 5,0 µg 3,0 µg 165 %
iron 30,3 mg 15,0 mg 202 %
zinc 9,1 mg 7,0 mg 130 %
DAY 3
Perhitungan Zat Gizi Tunggal:
DAY 4
HASIL PERHITUNGAN
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
energy 1711,6 kcal 1900,0 kcal 90 %
water 178,1 g 2700,0 g 7%
protein 92,8 g(22%) 48,0 g(12 %) 193 %
fat 37,9 g(19%) 77,0 g(< 30 %) 49 %
carbohydr. 255,5 g(59%) 351,0 g(> 55 %) 73 %
dietary fiber 17,8 g 30,0 g 59 %
niacine 18,3 mg - -
Vit. A 701,5 µg 800,0 µg 88 %
tot. fol.acid 343,3 µg 400,0 µg 86 %
Vit. B1 1,1 mg 1,0 mg 110 %
Vit. B2 1,4 mg 1,2 mg 113 %
Vit. B6 1,5 mg 1,2 mg 124 %
Vit. C 176,9 mg 100,0 mg 177 %
calcium 444,6 mg 1000,0 mg 44 %
Vit. B12 4,9 µg 3,0 µg 164 %
iron 29,2 mg 15,0 mg 195 %
zinc 8,8 mg 7,0 mg 125 %
TREATMENT
“Schootel Makaroni+Putih Telur”
Perhitungan Gizi Per Porsi
Jumla Protei
Makanan h Energy n Fat KH Serat Vit. C Ca
g kcal g g g g mg mg
Makaroni 35 123,6 4,2 0,6 24,8 1,5 0 6,3
Telur ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 0 0 30
Tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0,6 9,5 2,5
Susu kedelai 30 12,3 1 0,8 1,5 0 0,6 15
Wortel 30 10,8 0,3 0,2 2,4 0,3 5,4 0
Seledri 15 1,9 0,2 0 0,3 0,2 0,6 2,8
Jml: 252,2 13,7 8,1 31,9 2,6 16,1 56,6
BAB VI
A. Kesimpulan
1) Ada pengaruh pemberian jus apel hijau dengan pare terhadap penurunan kadar
gula darah pasien.
2) Selama dilakukannya intervensi respon pasien sangat baik yaitu selalu
menghabiskan jus apel hijau dan pare yang diberikan.
3) Kondisi pasien dari hari ke hari semakin membaik dan kadar gula darah makin hari
makin turun dalam 4 hari.
B. Saran
1) Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka disarankan kedepannya agar pasien
tersebut lebih memperhatikan pola makan, jenis makanan dan aktifitas serta
asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan dan menghindari makanan yang dapat
memicu penyakit lain.