Hasil penelitian yang berjudul Identifikasi dan Efektifitas Antibiotik Pada Pasien
Infeksi Saluran Kemih di RSUD dr. Syaidiman Magetan, yang dilakukan secara
Pasien.
berdasarkan jenis kelamin, usia dan berdasarkan letak infeksi dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.1 Persentase Berdasarkan Karakteristik Pasien ISK di RSUD dr. Sayidiman
Magetan
Karakteristik Jumlah Pasien (n) Presentasi (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 26,31
Perempuan 70 73,68
Total 95 100
Usia (Tahun)
0-5 13 13,68
06-11 6 6,31
12-16 5 5,26
17-25 9 9,47
26-35 7 7,36
36-45 11 11,57
46-55 15 15,78
56-65 17 17,89
65- keatas 12 12,63
Total 95 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pasien pada penelitian ini sebagian
besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 73,68% dan usia 56-65 sebanyak
17,89%.
Berdasarkan tabel 5.2 Presentasi identifikasi kultur bakteri, jumlah bakteri yang
paling banyak adalah bakteri gram negatif yaitu bakteri E. Coli dengan presentase
41,05%.
Persentase jumlah pasien ISK di RSUD dr.Syaidiman berdasarkan resistensi dan sensitifitas
Efektifitas antibiotik pada pasien ISK di RSUD dr. Syaidiman Magetan dilihat
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hasil laboratorium sebelum dan
setelah terapi yang diberikan di RSUD dr. Syaidiman Magetan menunjukkan terapi
Untuk melihat uji perbedaan terapi dengan data laboratorium dilakukan uji
normalitas data terlebih dahulu, nilai normalitas dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah
ini :
Tabel 5.5 Normalitas terapi antibiotik dengan data laboratorium dengan Uji
Shapiro-Wilk
WBC
N Rata-rata
Golongan Obat
o Sebelum Terapi Normalitas
(103/µL)
1 Levofloxacin 15,16
2 Cefadroxil 13,62
3 Ampicilin 15,20
4 Ciprofloxacin 17,11
5 Ceftiaxone 16,69
6 Cefixime 14,38 0,200
7 Cefotaxime 18,05
8 Doxyciclin 16,26
9 Gentamicin 13,15
10 Cefepim 18,75
11 Ciprofloxacin + ceftriaxone 15,23
12 Ceftriaxone + gentamicin 19,12
Menurut tabel 5.5 Data terapi antibiotik dengan data laboratorium WBC
WBC
N Rata-rata
Golongan Obat Normalitas
o Sebelum Terapi
(103/µL)
1 Levofloxacin 15,16
2 Cefadroxil 13,62
3 Ampicilin 15,20
4 Ciprofloxacin 17,11
5 Ceftiaxone 16,69
6 Cefixime 14,38
7 Cefotaxime 18,05 0,001
8 Doxyciclin 16,26
9 Gentamicin 13,15
10 Cefepim 18,75
Ciprofloxacin +
11 15,23
ceftriaxone
12 Ceftriaxone + gentamicin 19,12
Menurut tabel 5.6 Hasil Uji One-Sampel T-Test P-value 0,001 < 0,05, yang
artinya ada perbedaaan kadar wbc dalam sebuah terapi antibiotik dengan data
RSUD dr. Sayidiman Magetan didapatkan pasien sebanyak 95 sampel pada periode
Hasil dari penelian, 95 kasus pasien yang di rawat di Rumah Sakit dr. Syaidiman
Magetan sebanyak 26,31% dialami oleh pasien laki-laki dan 73,68% dialami oleh
dibandingkan laki-laki karena bakteri dapat menjangkau kandung kemih dengan lebih
Perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 cm) daripada uretra laki-laki (sekitar 15-18 cm),
sehingga bakteri yang akan menyerang mempunyai jarak yang lebih pendek dan dekat
untuk menginfeksi bagian saluran kemih. Uretra pada perempuan letaknya juga
Pada penelitian ini jumlah pasien ISK terbanyak yakni pada usia lansia akhir (56-
65 th) dengan presentase 17,89%, pada usia tua penyebab sering terjadinya ISK salah
satunya adalah karena adanya perubahan anatomi dan fisiologi dalam saluran kemih
yang menyebabkan statis dan batu kemih. Produksi hormone estrogen menurun pada
dikarenakan adanya kelainan anatomi, batu saluran kemih atau penyumbatan pada
penyebabnya. Bakteri yang sering menyebabkan ISK ialah Eschericia coli, yaitu
organisme yang dapat ditemukan pada anus. Selain E. coli bakteri yang dapat
menyebabkan ISK ialah golongan Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp,
Enterococcus sp, dan Staphylococcus sp. Adanya infeksi pada saluran kemih, akan
membuat leukosit meningkat yang disebut pyuria (Nuari dan Widayanti, 2017).
ditemukan dalam penelitian ini dengan jumlah 39 kasus (41,05%). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Muhammad Yashir (2019) yang
menemukan Escherichia coli sebagai jenis bakteri penyebab ISK tersering dengan
jumlah 10 kasus (31 %) dari 40 kasus. Mikroorganisme penyebab ISK terbanyak pada
spp (3, 15%). Identifikasi kultur bakteri bertujuan untuk menentukan jenis antibiotik
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif dan diuji sensitivitasnya pada
sensitif terhadap Escherichia coli ialah cefadroxil (100%), Ceftriaxone (100%), dan
Ciprofloxacin (56%).
Proteus mirabilis adalah bakteri gram negatif, uji sensitivitas pada beberapa
resistensi terhadap Proteus mirabilis ialah Levofloxacin dengan presentase 20%. Pada
(100%), Ceftriaxone (100%), Cefixime (100%) dan antibiotik yang resisten terhadap
yang merupakan pengobatan lini pertama infeksi saluran kemih atas (Katzung, 2015).
bekerja dalam spektrum luas terutama aktif terhadap Gram positif, dengan cara kerja
sefalosporin generasi ketiga berspektrum luas yang efek kerjanya dapat mencapai
sistem saraf pusat. Sefalosporin generasi ketiga dengan aktivitas gram negatif
spektrum luas, golongan ini umumnya kurang aktif terhadap kokus gram positif
gram negatif sebanding dengan ceftazidime dan cakupan gram positif lebih baik
(sebanding dengan ceftriaxone), dengan cepat menembus sel gram negatif, dapat
berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga.
Amoxicilin dan ampicilin adalah golongan penicilin dengan cara kerja spektrum
menghasilkan target baru sehingga tidak sensitif terhadap obat. Jika kultur pasien
2015).
digunakan yaitu Shapiro-Wilk, karena jumlah data kurang dari 50 sampel. Hasil
normalitas data pada terapi antibiotik adalah 0,200, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi antibiotik berdistribusi normal karena nilai signifikan data tersebut > 0,05, dari
hasil uji perbedaan terapi dengan laboratorium wbc menunjukkan data yang ada dapat
penurunan leukosit bermakna signifikan (P-value 0,001 < 0,05), yang artinya ada
perbedaaan kadar wbc dalam sebuah terapi antibiotik dengan data normal 4,8 – 10,8.
efektifitas yang sama atau tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,634 > 0,05) (Baso,
2018). Selain wbc parameter yang digunkan di RSUD dr. Syaidiman Magetan adalah
Hasil pemeriksaan nitrit urin sebelum dan setelah terapi menunjukan bahwa terapi
antibiotik yang diberikan efektif (Lampiran 3). Uji nitrit dapat digunakan untuk
nitrat menjadi nitrit terjadi akibat adanya bakteri yang menghasilkan enzim nitrat
reduktase. Bakteri yang dapat memproduksi enzim tersebut adalah bakteri gram
negatif (Malau UN, 2019). Stein et al (2014) menyebutkan bahwa pemeriksaan nitrit
positif sangat sensitif untuk mendiagnosis ISK, namun jika hasilnya negatif tidak
dapat menyingkirkan adanya ISK, sebab terdapat keadaan tertentu yang dapat
menyebabkan hasil nitrit negatif pada pasien dengan ISK, seperti terinfeksi oleh
bakteri yang tidak dapat menghasilkan nitrit atau urin yang diperiksa merupakan urin
yang belum lama tersimpan di kandung kemih. Prajapati (2018) pada penelitiannya
menyatakan bahwa pemeriksaan nitrit urin tidak cocok pada bayi dan anak kecil untuk
mendiagnosis ISK, sebab pada bayi dan anak kecil cenderung sering buang air kecil,
dan bakteri dalam urin menghasilkan nitrit membutuhkan waktu sekitar 4 jam
(Prajapati, 2018).
mengeluarkan enzim esterase yang disebab-kan oleh adanya bakteri gram negatif. Tes
leukosit esterase adalah tes dipstik cepat untuk mendeteksi piuria, yang umum
urotelium. Hasil pemeriksaan leukosit esterase ditampilkan pada (Lampiran 4). Pada
pemeriksaan leukosit sebelum dan setelah terapi menunjukan terapi antibiotik yang
diberikan efektif. Leukosit esterase yang positif harus dicurigai karena kemungkinan
hasil positif palsu. Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan leukosit
esterase positif di antaranya ialah penyakit Kawasaki, glomerulonefritis, dan apendi-
leukosit esterase sebesar 88% dan 30%. (Becknell B, 2019; Hidayah, 2011).
Metode yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis ISK adalah dengan
kultur urin kuantitatif. Hasil kultur sebelum dan setelah terapi menunjukan terapi
antibiotik yang diberikan efektif (Lampiran 5). Pasien dengan infeksi biasanya
memiliki lebih dari 105 bakteri / mL [108 / L] urin, meskipun sebanyak sepertiga
wanita dengan gejala infeksi memiliki lebih sedikit dari 105 bakteri / mL [108 / L].
Kultur urine memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 99%. Selain itu, kultur juga