Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL BERGAMBAR TERHADAP


PEMAHAMAN SISWA SMP MENGENAI MASALAH IPA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

BIDANG KEGIATAN

PKM RISET

Diusulkan oleh:

Erisa Alifia Putri 200351615631 Angkatan 2020

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman
belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan
pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi (Depdiknas, 2008)
Modul pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di
sekolah sangat beraneka macam bentuknya. Modul tersebut tersaji baik
dalam bentuk soft-copy atau hard-copy. Penggunaan modul dapat
menunjang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang tenaga
pendidik. Modul pembelajaran dapat membantu siswa untuk menemukan
jawaban atau untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
Modul pembelajaran yang baik adalah modul yang memenuhi kaidah dan
persyaratan sebagai alat untuk menunjang proses pembelajaran. Modul
bergambar adalah salah satu contoh modul pembelajaran yang baik untuk
digunakan. Selain berisi tulisan, modul ini juga berisi gambar atau ilustrasi
mengenai materi yang disampaikan. Kelebihan lain dari modul ini adalah
dapat membuat siswa atau peserta didik tertarik dan bersemangat untuk
belajar karena modul yang digunakannya untuk belajar tidak hanya
monoton berupa tulisan yang rumit tetapi juga tersedia gambar yang
menarik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini dapat diartikan bahwa IPA
membahas dan mempelajaru mengenai semua benda yang ada di alam,
peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif (Mayssara A. Abo
Hassanin Supervised, 2014)
Bagi siswa SMP, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran
yang digunakan untuk mengetahui dan mengasah pengetahuan dan
pengalaman mengenai sains dan alam sekitar mereka. Masalah-masalah
IPA yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya kalor
dan perubahan suhu, gaya listrik, kemagnetan, dan lain-lain. Siswa SMP
harus mampu memecahkan masalah IPA yang terjadi di kehidupan
mereka. Dengan bantuan modul bergambar ini diharapkan siswa SMP
dapat menganalisis serta memecahkan masalah IPA yang ditemukannya.
Fenomena nyata yang sering saya temui adalah adanya
ketidakpahaman siswa SMP mengenai masalah IPA yang terjadi, misalnya
mengenai Hukum Newton yang dipelajarinya melalui modul yang berbasis
tulisan saja. Siswa SMP sering mengeluh akan adanya modul yang
sifatnya hanya berbentuk tulisan saja karena dianggap rumit untuk
dipelajari dan sulit untuk dipahami jika tidak tersedia ilustrasi misalnya
ilustrasi terkait dengan masalah IPA. Fenomena lain yang menunjukkan
pengaruh penggunaan modul adalah pada saat diberikan modul dengan
bentuk alur cerita, siswa SMP lebih menyukainya dan lebih semangat
untuk mempelajarinya. Hal ini dikarenakan modul alur cerita lebih
menarik dan lebih terarah untuk digunakan. Penelitian sebelumnya yang
terkait dengan fenomena nyata tersebut adalah mengenai perbedaan modul
alur cerita dengan modul bergambar. Dari penelitian tersebut, pembahasan
dari penelitian yang dilakukan adalah berdasarkan data penelitian tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan modul
alur cerita sama dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan
modul bergambar. Dalam artian bahwa kedua jenis modul tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik yang dapat dilihat pada nilai post-
test kedua kelas. Modul alur cerita dan modul bergambar merupakan jenis
modul yang efektif digunakan terutama dalam mata pelajaran IPA karena
dengan penyajian materi yang terstruktur dan tersusun seperti alur dalam
cerita serta adanya gambar untuk lebih memperjelas materi yang
disampaikan maka siswa tentunya akan lebih mudah memahami pelajaran.
(Perbandingan Penggunaan Modul Alur Cerita Dan Modul Bergambar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pernapasan Di Kelas
Viii Smp Negeri 5 Maiwa Kabupaten Enrekang, 2018) Kesenjangan yang
dialami peneliti sebelumya berdasarkan contoh tersebut adalah mengenai
ketersediaan dana ketersediaan dana karena dalam penyusunan modul
membutuhkan biaya yang banyak, terburu-buru saat akan menyelesaikan
penelitian dan kurangnya kemampuan manajemen waktu.
Dari berbagai pertimbangan yang telah dituliskan di atas, penulis
mempunyai keinginan untuk membuat penelitian mengenai pengaruh
penggunaan modul bergambar terhadap siswa SMP dalam memecahkan
masalah IPA di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini akan ditujukan
kepada siswa SMP dan tenaga pendidik yang sedang mengajar siswa SMP.
Oleh karena itu, penulis akan mencoba melakukan penelitian dengan
semaksimal mungkin agar hasil yang didapat nantinya akan bermanfaat
untuk kalangan siswa SMP dan kalangan lainnya.

1.2 Masalah yang akan Diteliti


a. Apa yang dimaksud modul bergambar?
b. Bagaimana kriteria modul yang sesuai dengan siswa SMP?
c. Apa saja contoh masalah IPA dalam kehidupan sehari-hari?
d. Bagaimana pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap siswa
SMP dalam memecahkan masalah IPA di kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Khusus Penelitian


a. Untuk mengetahui pengertian modul bergambar
b. Untuk mengetahui kriteria modul yang sesuai dengan siswa SMP
c. Untuk mengetahui contoh masalah IPA dalam kehidupan sehari-hari
d. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh penggunaan modul bergambar
terhadap siswa SMP dalam memecahkan masalah IPA di kehidupan
sehari-hari

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang akan didapat melalui penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Menambah wawasan peneliti dan kalangan siswa SMP mengenai
modul bergambar yang sesuai dengan mata pelajaran IPA.
2) Dapat dijadikan referensi pengujian keefektifan penggunaan modul
bergambar jika dibandingkan dengan modul jenis lain.
b. Manfaat Praktis
1) Menambah wawasan mengenai cara pembuatan modul bergambar
mengenai mata pelajaran IPA bagi siswa SMP.
2) Dapat dijadikan sebagai referensi mengenai pengaruh-pengaruh
yang muncul dari adanya modul bergambar tersebut.

1.5 Keutamaan Penelitian


Penelitian ini ditujukan kepada siswa SMP dimana fokus utama
peneliti adalah mengetahui pengaruh modul bergambar yang telah dibuat
terhadap pemahaman siswa SMP. Dalam penelitian ini, peneliti akan
mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan
penelitian dengan baik dan seksama.

1.6 Temuan yang Ditargetkan


Dari adanya penelitian ini diharapkan modul bergambar tersebut
dapat menjadi salah satu sumber referensi yang sesuai dan baik untuk
siswa SMP.

1.7 Kontribusi Penelitian terhadap Ilmu Pengetahuan sesuai dengan Bidang


Ilmu
Penelitian ini dapat membantu siswa SMP dan orang lain untuk
memecahkan masalah IPA yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Masalah
IPA yang ada di kehidupan sehari-hari sangat beragam bahkan sangat
sering terjadi.

1.8 Luaran Penelitian


a. Hasil penelitian akan diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Dikti : e-jurnal
dikti.
b. Dimuat dalam jurnal ilmiah nasional ber-ISSN atau jurnal online dikti.
c. Hasil penelitian ini nantinya akan berupa artikel ilmiah dan laporan
penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Modul Bergambar
2.1.1 Pengertian Modul
Modul yang digunakan dalam suatu pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu program belajar mengajar
yang bentuknya kecil dan bertujuan untuk dapat dipelajari
peserta didik sendiri secara perseorangan atau diajarkan
oleh peserta didik kepada dirinya sendiri (self-
instructional). Istilah modul diambil dari dunia teknologi,
yang berarti instrumen untuk mengukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur
tujuan yang dilihat sebagai kesatuan program yang disusun
dalam bentuk satuan tertentu yang digunakan dalam proses
belajar mengajar. Jadi modul merupakan sebuah media
pembelajaran yang disusun dalam bentuk satuan tertentu
yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut
Vembrianto menyatakan bahwa suatu modul pembelajaran
adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit
konsep daripada bahan pelajaran.
Pengajaran modul merupakan usaha
penyelenggaraan pengajaran individual yang
memungkinkan peserta didik menguasai satu unit bahan
pelajaran sebelum dia beralih ke unit berikutnya. Hal ini
merupakan sistem pengajaran yang memudahkan peserta
didik untuk menguasai pelajaran yang ada dalam modul itu.
Menurut Cece Wijaya batasan modul pada buku pedoman
penyusunan modul yang dimaksud dengan modul ialah
suatu unit program belajar mengajar terkecil yang secara
terinci menggariskan: 1) Tujuan-tujuan intruksional umum,
2) Tujuan-tujuan intruksional khusus, 3) Topik yang akan
dijadikan pangkal proses belajar mengajar, 4) Pokok-pokok
materi yang akan dipelajari dan diajarkan, 5) Kedudukan
dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas,
6) Peranan pendidik dalam proses belajar mengajar, 7) Alat
dan sumber yang akan dipakai, 8) Kegiatan belajar
mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid
secara berurutan, 9) Lembaran-lembaran yang akan
digunakan untuk belajar.
Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Suryosubroto bahwa modul adalah sebagai sejenis
satuan kegiatan belajar yang terencana didesain guna
membantu peserta didik menyelesaikan tujuan-tujuan
tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
modul pembelajaran merupakan bahan belajar yang
terprogram kemudian disusun sedemikian rupa dan
disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa
modul adalah suatu paket program pembelajaran yang
memuat satu konsep dari bahan pelajaran yang merupakan
salah satu usaha penyelenggaraan pembelajaran individual
yang memungkinkan peserta didik menguasai satu materi
pelajaran sebelum berlanjut ke materi yang berikutnya.
2.1.2 Pengertian Modul Bergambar
Modul bergambar adalah modul yang berbentuk
tulisan dengan disertain gambar pendukung. Modul
bergambar tidak hanya berisi mengenai penjelasan-
penjelasan berupa tulisan tetapi juga ada bukti pendukung
berupa sebuah ilustrasi atau gambar sederhana.
Pembelajaran menggunakan cara memberikan gambaran
dari suatu hal sangat penting untuk memperjelas pengertian
kepada siswa, sehingga dengan menggunakan gambar
siswa akan lebih memperhatikan terhadap benda-benda
yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan
pembelajaran.
Gambar berwarna yang terdapat dalam modul
memberikan visualisasi bagi siswa dalam memahami materi
pelajaran, materi abstrak dalam pembelajaran biologi dapat
dijelaskan dengan menggunakan gambar. Gambar sangat
penting digunakan dalam usaha memberi penjelasan akan
pengertian pada siswa karena sebagai alat komunikasi
visual, gambar dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas.
2.2 Hakikat Pemahaman
2.2.1 Pengertian Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dalam
aspek kognitif, pemahaman di dapat dari hasil penginderaan
terhadap suatu objek seperti yang di kemukakan oleh
Sudjiono (2006:49), bahwa pemahaman masuk dalam ranah
kognitif. Proses kognitif adalah suatu proses yang di mulai
dari penerimaan rangsang oleh alat indra, kemudian terjadi
suatu pengorganisasian mengenai konsep dan pengetahuan
tersebut sehingga menjadi suatu pola yang logis dan mudah
untuk di mengerti. Pemahaman adalah kemampuan untuk
dapat mengerti tentang suatu konsep dan fakta yang sudah
diketahui, seperti yang di kemukakan oleh Taksonomi
Bloom dalam Komarudin (2016:64) pemahaman adalah
kemampuan yang menuntut siswa mampu memahami atau
mengerti tentang arti atau konsep, dan fakta yang telah
diketahuinya. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. Dalam
memahami di butuhkan kemampuan untuk menangkap
makna dari suatu konsep seperti yang di kemukakan oleh
Sudjana (1989:51)
Pemahaman memerlukan kemampuan untuk dapat
menguasai makna atau arti dari sebuah konsep. Maka
dalam memahami suatu konsep harus dapat menguasai
makna dalam konsep tersebut Berdasarkan beberapa
pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pemahaman
adalah kemampuan seseorang untuk memahami, mengerti,
dan menangkap sebuah konsep dan dapat melihat dari
pandangan atau segi yang lain, yang lebih luas sehingga
dapat membaharui atau mengembangkan suatu konsep
tersebut.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam.
Faktor internal ini dapat mempengaruhi pemahaman
dengan mengutamakan alat serta proses yang berasal
dari dalam diri kita. Faktor internal dapat terdiri dari
beberapa hal berikut:
 Keadaan indera
 Kesehatan psikis
 Psikomotorik
 Intelektual
 Afektif dan kognitif
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
kita. Faktor eksternal dapat terdiri dari banyak hal.
Berikut adalah faktor eksternal yang mempengaruhi
pemahaman:
 Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi pemahaman
seseorang yang juga berkaitan dengan kualitas
informasi yang didapat. Pemahaman juga akan
menjadi faktor penting keberhasilan suatu
pendidikan. Setiap orang pasti memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda-beda. Siswa yang kurang
mendapatkan pendidikan pasti memiliki tingkat
pemahaman yang kurang dibandingkan dengan
siswa yang mendapatkan pendidikan yang bagus
pasti akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih
baik.
 Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pemahaman siswa yang berada di lingkungan
tersebut, misalnya saja siswa yang hidup di
lingkungan yang pendidikannya baik pasti sangat
mementingkan kualitas pendidikan yang akan
didapat dan hasilnya memiliki pemahaman yang
lebih baik ketimbang siswa yang hidup di
lingkungan yang pendidikan dianggap hal yang
tidak penting.
 Sosial Budaya
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dimana
dalam kehidupannya, harus terjadi keadaan untuk
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Hubungan sosial tercipta karena adanya pengaruh
lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Kondisi kebudayaan juga
akan memengaruhi tingkat pemahaman seorang
siswa. Siswa yang dapat menyesuaikan dirinya dan
mau menerima budaya yang ada, maka tingkat
pemahamannya juga akan semakin baik.

2.3 Hakikat Pembelajaran IPA


Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses,
produk, dan aplikasi (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24). Keempat
unsur tersebut diharapkan muncul dalam proses pembelajaran IPA
sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan
menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24). Proses pembelajaran IPA yang
diperoleh di bangku sekolah/kuliah belum menyentuh pada ranah
kebermaknaan dan konsep. Berdasarkan fakta yang ada di lapangan,
proses pembelajaran IPA masih berorientasi pada hasil (Wisudawati &
Sulistyowati 2014: 4).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini dapat diartikan bahwa IPA
mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa dan gejala-gejala
yang muncul di alam, ilmu yang berada di dalamnya dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau
prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan kurikulum KTSP
(depdiknas : 2006). Istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat
objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
James Conant 1997 (dalam Samatowa Usman 2010:1) mengartikan
sains sebagai “suatu untaian konsep disertai dengan skema konseptual
yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasilnya
eksperimentasi dan observasi,serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. Fowler dalam Trianto (2010:136)
berpendapat IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan deduksi. Beberapa definisi dan juga
pendapat yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang tersusun sistematis,
mempelajari tentang gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,
prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif.
Jenis metode kualitatif yang akan digunakan adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menyampaikan fakta
dengan cara mendeskripsikan dari apa yang dilihat, diperoleh dan yang
dirasakan. Metode ini nantinya akan membantu peneliti untuk
mendeskripsikan mengenai sesuatu yang telah didapatkannya dari sebuah
tes atau eksperimen tertentu. Metode deskriptif yang digunakan adalah
untuk mendeskripsikan pengaruh dari penggunaan modul bergambar
terhadap pemahaman siswa SMP dalam memecahkan masalah IPA dalam
kehidupan sehari-hari.

3.2 Tahapan Penelitian


Beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat diperinci sebagai
berikut:
a. Menentukan tempat dan waktu penelitian.
b. Menentukan objek penelitian.
c. Melakukan survey terhadap tempat penelitian dan objek penelitian.
d. Menyusun modul bergambar yang akan diberikan kepada objek
penelitian.
e. Memberikan modul bergambar yang telah disusun kepada objek
penelitian.
f. Mengamati hasil yang telah didapat dengan memberikan tes kecil
kepada objek penelitian mengenai hasil yang telah didapat dari
mempelajari modul bergambar tersebut.
g. Menganalisis hasil tes dengan menjabarkannya sesuai dengan
metode penelitian yaitu metode deskriptif.

3.3 Prosedur Penelitian


Dalam prosedur penelitian jenis kualitatif terdapat tiga tahapan utama
yaitu sebagai berikut:
a. Tahap orientasi yaitu peneliti akan mendeskripsikan hal yang telah
mereka lihat peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar
dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi
yang diperolehnya. Dari tahap ini, hal yang dilakukan pertama kali
saat melakukan penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan
beberapa pemahaman siswa SMP dalam memecahkan masalah IPA
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi
yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada
masalah tertentu. Dari tahap ini, hal yang dilakukan saat
melakukan penelitian adalah dengan memberikan tes kecil kepada
siswa SMPN 2 KUNJANG kelas VIII yang menjadi objek
penelitian untuk mengukur dan melihat seberapa besar
pemahamannya mengenai cara untuk memecahkan masalah IPA
dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan modul
bergambar.
c. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang
telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis
secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema
yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu
pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru. Dari tahap ini, hal yang
dilakukan saat penelitian adalah dengan menentukan hasil yang
telah diperoleh dari tes kecil tersebut dengan menyeleksi beberapa
bagian dalam modul bergambar yang dirasa tidak perlu
dicantumkan.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 KUNJANG yang berada di
Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Penelitian
dilakukan pada saat libur semester satu (ganjil) yaitu di Bulan Desember
2021.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


a. Metode Observasi
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
dengan metode observasi. Observasi sebagai pengumpul data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain, yaitu wawancara dan koesioner. Jika wawancara menggunakan
metode dengan berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak
terbatas pada orang saja, tetapi juga pada obyek-obyek alam yang lain.
Observasi dapat dilakukan baik secara melibatkan partisipan
(participant observation) maupun tidak melibatkan partipasipan (non
partisipant observasion). Observasi dapat pula berbentuk observasi
eksperemental (experimental observasion) yaitu observasi yang
dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang
dilakukan dalam situasi yang wajar (non experimental observasion).
Adapun jenis observasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
observasi non partisipan, dimana peneliti hanya berperan sebagai
pengamat tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang diobservasi.
Peneliti akan mengamati siswa SMPN 2 KUNJANG kelas VIII yang
sedang mempelajari modul bergambar yang berisi mengenai wawasan
mengenai mata pelajaran IPA.
b. Metode Tes Kecil
Tes kecil merupakan sebuah metode yang berguna untuk uji coba dari
materi yang diberikan. Metode ini dapat dilakukan dengan membuat
tes kecil yang nantinya akan dikerjakan oleh siswa SMPN 2
KUNJANG kelas VIII. Tes kecil yang dibuat berisi mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan masalah IPA dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya seperti masalah tentang Hukum
Newton.

3.6 Teknik Analisis Data


Analisis data kualitatif dapat dilakukan apabila data empiris yang
diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan
bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori
atau struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam
cara dan biasanya terlebih dahulu dilakukan pemrosesan sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis),
tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya
disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan
matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil
wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari
hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Berikut teknik
analisis data yang digunakan oleh peneliti:
a. Mereduksi data
Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama
proyek yang bermetode kualitatif berlangsung atau yang terjadi
selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung,
terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan
menulis memo. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut
terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah dengan
mengelompokkan hasil pemahaman dari siswa SMP kelas VIII
mengenai masalah IPA yang telah dipelajarinya melalui modul
bergambar yang sudah disajikan. Peneliti akan melakukan
penggolongan dan pengarahan kepada hasil pemahaman tersebut
sehingga data bisa diverifikasi di tahap selanjutnya.
b. Menarik kesimpulan
Kegiatan analisis selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan
verivikasi. Ketika kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang
penganalisis kualitatif memulai untuk mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat
menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “akhir” akan
muncul dan bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan
lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian
ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi
dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan
sebelumnya sejak awal. Dalam hal ini, peneliti akan membuat
kesimpulan dengan mempertimbangkan hasil pemahaman yang
diperoleh dan menarik sebuah hasil akhir untuk menuntaskan hasil
penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai