Anda di halaman 1dari 4

Pengolahan ikan asin teri dan hasil samping nya

Produksi perikanan tangkap dan budidaya di Provinsi Lampung masing-masing sebesar 127.358,
41 dan 88.844,30 ton/tahun (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan perijinan Terpadu Daerah
Provinsi Lampung, 2011). Salah satu produk olahan ikan yang mempunyai potensi cukup besar
adalah ikan asin. Ikan asin merupakan salah satu produk olahan ikan dengan proses pembuatan
yang cukup sederhana yaitu hanya dengan perendaman atau pembubuhan garam atau larutan
garam lalu dikeringkan di bawah panas matahari hingga garam meresap dan kering. Lampung
merupakan salah satu sentra pengolahan ikan asin yang cukup besar, tersebar di beberapa
kabupaten serta mampu memasok produk ikan asin ke provinsi lain bahkan ekspor ke Negara
lain (Dinas kelautan dan Perikanan, 2010; Antaralampungnews.com, 2016).
Pengolahan ikan asin adalah suatu upaya yang dilakukan penduduk pesisir pantai (laut) untuk
mengubah bentuk ikan laut segar menjadi ikan laut kering dengan menggunakan teknologi
sederhana, yaitu bantuan sinar matahari (Wachdijono dan Rofi Julhan, 2019). Adapun tujuan
pengolahan ikan asin, antara lain: untuk mempertahankan daya simpan produk, memperoleh nilai
tambah dan laba ekonomi sehingga dapat menunjang pada upaya meningkatkan
pendapatan/kesejahteraan masyarakat nelayan setempat dan sekitarnya (Sumantri et al., 2020).
Salah satu bahan baku olahan ikan asin adalah ikan asin teri. Diketahui bahawa Ikan teri
(Stolephorus sp) dikelompokkan dalam ikan pelagis yang yang merupakan kelompok ikan yang
hidup dekat perairan atau dibawah permukaan air. Ikan teri yang dipasarkan dapat berupa teri
segar, teri tawar kering, teri nasi kering dan teri asin kering. Selain itu, kandungan gizi ikan asin
cukup tinggi
Secara umum kandungan gizi ikan asin per 100 g adalah energi 83,9 kk; protein 14,8 g;
karbohidrat 0,0 g; lemak 2,3 g; kalsium 11 mg; fosfor 243 mg; zat besi 0,3 mg Vitamin A 12
SI; vitamin E 0,0 mg; vitamin B1 0,2 mg; vitamin B2 0,1 mg; vitamin B6 0,1 mg; dan air 0,0 g
(Heruwati (2002). Sementara itu, standar mutu
Tabel 1 - Persyaratan mutu dan keamanan pangan
Jenis uji Satuan Persyaratan
a Organoleptik
- Nilai Minimal Angka (1-9) Minimal 7
b Cemaran mikroba :
- ALT Koloni/ Makimal 1,0 x 105
- Escherichia coli g Maksimal <
- Salmonella * APM/g 3 Negatif
- Vibrio cholerae * per 25 g Negatif
- Staphylococcus aureus * per 25 g Maksimal 1,0 x 103
koloni/
g
c Kimia *:
- Air % fraksi massa Maksimal 40
- Garam % fraksi massa Maksimal 20
- Abu tak larut dalam asam % fraksi massa Maksimal 0,3
CATATAN *) Bila diperlukan
Sumber : BSN (2009)

Ikan teri akan bernilai jual tinggi jika dilakukan pengolahan secara tepat mulai dari persiapan
bahan baku, proses pengolahan hingga pengemasan. Inovasi pengolahan ikan asin menggunakan
alat pemisah ukuran ikan teri asin memeberikan nilai tambah tinggi karena ukurannya menjadi
seragam, akan tetapi di sisi lain terdapat sisa olahan ikan asin teri asin yang tidak lolos menjadi
bahan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan penyataaan sebelumnya bahwa
ikan asin mengandung gizi yang cukup timnggi, sehingga meski tidak lolos ukuran untuk produk
ikan asin trei bermutu tinggi, ikan asin teri tersebut masih mengandung gizi yang cukup tinggi,
sehingga perlu sentuhan olahn sa,mping ikan asin teri, diantaranya menjadi sambal ikan asin teri
(Budi, dkk., 2017; Manstur dan Hajriani, 2020; Sulistijowati, dkk. 2020), pemberi bumbu
(Moniharapon, dan Indriaty, 2015); saos cabe ikan teri (Iryani dan Bali, 2021).

Gambar 1. Sambal teri


Gambar 2. Ikan teri asin berbumbu

Gambar 3. Saus cabe rasa ikan teri asin

Daftar Pustaka

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2010. Profil Investasi Lampung Tahun 2011.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Sentra Pengolahan Ikan di Kota
Bandar Lampung 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar
Lampung
Antaralampungnews. 2016. Lampung Ekspor Teri ke Eropa. http://lampung.antaranews.com.
Diunduh : 26 Desember 2016
Wachdijono dan Rofi Julhan. (2019). Analisis peluang laba agroindustri perikanan di Kecamatan
Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Industria, 8(1), 27– 40.
https://doi.org/https://doi.org/10.21776/ub.industria.20 19.008.01.4
Sumantri, S., Yusdiarti, A., & Miftah, H. (2020). Studi kelayakan investasi kopi robusta (coffea
canephora). AgribiSains, 6(1), 39–49. https://doi.org/DOI:10.30997/jagi.v6i1.2805
Heruwati, E. S. (2002). Pengolahan ikan secara tradisional: Prospek dan peluang pengembangan.
Jurnal Litbang Pertanian, 21(3), 92–99. https://bit.ly/3jKkxt3
BSN. 2009. SNI 01-2721-2009 tentang cara penangan dan pengolahan ikan asin kering.
Mansyur, M. H, dan Hajriani, S. 2020. Analisis Fisikokimia Sambal Ikan Teri (Stelephorus sp).
Agriculture Technology Journal. 3 (2): 81-86.
Sulistijowati, R., Manteu, S.H., dan Tahir, M. 2020. Kuliner Sambel Ikan. Deepublish.
Yogyakarta. 38 hlm
Moniharapon, A., dan Indriaty, F. 2015. Evaluasi nilai gizi ikan teri dengan pemberian bumbu
pada umur simpan berbeda. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. 7 (1): 39-47.
Budi, F., S., Herawati, D., Purnomo, J., Sehabudin, U., Sulistiono, dan Nugroho, T. 2017.
Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk ikan teri untuk pemberdayaan masyarakat di
Desa Saramaake, Halmahera Timur. Agrokreatif. 3 (2): 89-99.
Iryani, A., S. dan Bali , A. D. M. 2021. Kelompok Tani Cabe Bakul (Lada Katokkon) di
Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara. Mattawang: Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 2 (1): 27–35. https://doi.org/10.35877/454RI.mattawang204.

Anda mungkin juga menyukai