Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUBUNGAN AGAMA, SENI DAN BUDAYA


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan budaya dan seni
dalam pai

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
LISANDRA
SISWANTO

KELAS:
V/A

DOSEN PENGAMPU:
ABDUL RAUF, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
T.A. 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Selatpanjang, 19 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penyusunan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Pengertian Seni dan Budaya dalam Islam ............................................ 2
B. Hubungan Estetika, Emosi dan Etika ................................................... 4
C. Fungsi Agama Terhadap Budaya dan Seni .......................................... 8
D. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam ....................................................... 10
E. Hubungan Antara Agama dan Budaya ................................................. 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14


A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia
sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi alam semesta. Hal itu membuat
ajaran Islam tampil sebagai solusi dari segala permasalahan yang menimpa umat
manusia. Upaya Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dibuktikan dengan
peran wali songo yang begitu besar dalam penyebaran Islam khususnya di pulau
Jawa. Salah satu cara yang digunakan wali songo adalah pendekatan melalui
kebudayaan, misalnya kesenian. Hal itu menunjukkan bahwa wali songo
mengutamakan jalan yang menjadikan masyarakat tertarik dan sarat dengan
ajakan yang baik daripada mengedepankan hal-hal yang bersifat normatif dan
tekstual. Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat
bagi alam semesta dan selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia
di dunia ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian seni dan budaya dalam islam?
2. Bagaimana hubungan estetika, emosi dan etika?
3. Apa fungsi agama terhadap budaya dan seni?
4. Apa saja prinsip-prinsip kebudayaan islam?
5. Apa hubungan antara agama dan budaya?

C. Tujuan Penyusunan
Diharapkan mampu untuk memberikan kesempatan kepada penyaji untuk
mempresentasikan materinya dengan tujuan memberikan informasi kepada audien
dan menjadi bahan informasi bacaan bagi para pembacanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni dan Budaya dalam Islam


Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta, buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikianlah kebudayaan itu dapat
diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Dalam bahasa Arab terdapat
istilah al tsaqafah dan al hadlarah. Para ahli sosial cenderung berpendapat bahwa
kata al tsaqafah merujuk pada aspek ide, sedangkan kata al hadlarah menunjuk
kepada aspek material. Maka, al hadlarah lebih tepat diterjemahkan sebagai
culture. Kebudayaan mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari
anggota masyarakat (Munandar Soelaiman, 1992 dalam Zakky Mubarak, 2010).
A.L. Kroeber dan C. Kluckhon yang pernah mengumpulkan sebanyak mungkin
definisi tentang kebudayaan yang terdapat dalam banyak buku dan yang berasal
dari banyak penulis.1 Terbukti ada 160 macam definisi tentang kebudayaan yang
kemudian dianalisis, dicari intinya dan diklasifikasikan dalam berbagai golongan,
dan kemudian hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam satu buku bernama :
Culture A Critical Review of Concept and Definitions, tahun 1952. Adapun ahli
antropologi tentang kebudayaan antara lain:
1. E.B. Taylor (Inggris), dalam buku yang berjudul: Primitive
Culture, mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan
yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. R. Linton, dalam bukunya: The Cultural Background of Personality
bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang

1
A.L. Kroeber dan C. Kluckhon: Culture A Critical Review of Concept and Definitions, Tahun
1952.

2
dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur pembentuknya didukung
dan diteruskan oleh anggota masayarakat tertentu.
3. A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhon, kebudayaan adalah keseluruhan
hasil perbuatan manusia yang bersumber dari kemauan, pemikiran, dan
perasaannya.
4. Prof. DR. Koentjadiningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang
harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.
5. Prof. M.M. Djojodigoeno, dalam bukunya: Asas-asas Sosiologi
(1958), menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya dari
budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Cipta: Kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal
yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan
batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
Karsa: Kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangkan
paran. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan) dan kemana
manusia sesudah mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma
keagamaan, kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena
kesimpulan manusia pun bermacam-macam pula.
Rasa: Kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan
dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan
dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini
terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian
menghasilkan bermacam kesenian.

Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni merupakan bagian dari
kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai kehidupan. Seni merupakan
ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam
dari jiwa manusia yang didorong oleh kecenderungan pada keindahan. Dorongan
tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugerahkan Tuhan. Seni

3
dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Segala
sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni ada yang berasal dari
hasil karya manusia ada pula yang bersifat alamiah. Seni selalu berusaha
memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Keindahan juga bersifat universal, maksudnya tidak terikat oleh selera individu,
waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal (Ismala Dewi dkk, 2009
dalam Zakky Mubarak, 2010). 2Agama Islam mendukung kesenian selama tidak
melenceng dari nilai- nilai agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni
bangunan, arsitektur, luis, ukir, suara, tari, dan lain-lain.

Aspek seni dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: visual arts dan
performing arts, yang mencakup seni rupa (melukis, memahat, mengukir), seni
pertunjukan (tari, musik), seni teater (drama, wayang), seni arsitektur (rumah dan
bangunan). Aspek ilmu pengetahuan meliputi science (ilmu-ilmu eksakta) dan
humaniora (sastra, filsafat kebudayaan dan sejarah).

B. Hubungan Estetika, Emosi dan Etika


1. Estetika dan Emosi
Estetika/keindahan merupakan dominasi karya seni.
Dua jenis keindahan:a. Seni Murni, antara lain: seni sastra, seni musik,
seni rupa, seni patung, seni tari,dan seni arsitek. b. Seni Mekanis, antara
lain: seni busana, perhiasan, meubelair, mobil, permadani, dan
lainnya.Keindahan secara implisit meliputi seluruh karya seni dan karya non
seni seperti benda-benda dalam kebutuhan sehari-hari.
Estetika dan Emosi Proses penikmatan keindahan, dilakukan dengan
cara meminimalkan aspek-aspek intelektual, logika dan yang menyangkut
aspek-aspek pikiran pada umumnya. Kualitas estetika dinikmati karena
dirasakan, bukan difikirkan. Lebih berhubungan dengan masalah
kontemplasi, ruhaniah, bahkan agama. Proses penikmatannya dengan
mempertimbangkan struktur dan komposisi pada obyek serta keterlibatan
emosi (dengan unsur-unsur: haru, sedih, rindu, senang, pilu, iba, marah,

2
Ismala Dewi dkk, 2009 dalam Zakky Mubarak, 2010

4
benci, dendam, takut dan sebagainya) dan latarbelakang kultur subyek. Oleh
karena itu proses penikmatan estetika lebih bersifat subyektif. (Kecantikan
seorang gadis, tolok ukurnya berbeda antara orang Negro, Arab, Eropa,
China, Indonesia, dsb).
Semula estetika berhubungan dengan selera, cita rasa/taste, perasaan
maupun persepsi indera.
Oleh Baumgarten (Jerman) pengertian estetika dipersempit hanya pada
pengalaman inderawi, khususnya keindahan artistik pada hasil karya seni.
Sehingga tidak ada karya seni yang tidak mengandung keindahan.
Keindahan adalah energi, memperbaharui dimensi-dimensi kejiwaan
yang sementara mengalami stagnasi dan gangguan sebagai akibat tidak
terpenuhinya berbagai kehendak dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, estetika selalu menjadi kebutuhan.
Subyektifitas Sifat subyektif dalam penikmatan estetis terjadi oleh
adanya tanggapan subyek terhadap karya seni.
Oleh karena itu kualitas estetis terkandung dalam diri atau dalam
pikiran subyek yang mengamatinya.
Menurut J. Dewey, keindahan bukan dengan sendirinya ada dalam
suatu obyek, tetapi karena dari pertemuan obyek estetis dengan subyek
pengamat.
Penikmat Karya SeniKarya seni dihasilkan oleh manusia. Mula-mula
yang menikmati yang membuatnya sendiri, lalu dipublikasikan, dipamerkan,
dijualbelikan dan dihadiahkan, maka karya seni bisa dinikmati banyak
orang, bahkan seluruh dunia.Seni untuk seni dalam kenyataan tidak pernah
ada. Itu sebabnya dalam estetika sebagai hasil karya, seni tidak pernah bisa
dipisahkan dengan etika. Baik senantiasa berpasangan dengan benar.
2. Etika
Menurut ajaran Islam baik estetika maupun etika sumbernya adalah
Tauhid. Allah itu Maha Indah dan menyenangi keindahan. Allah
menciptakan taman/jannah yang indah. (Ada) diciptakan di dalam taman
indah itu manusia-manusia indah. Adam dan Hawa (Al-Qur`an surat at- Tin)

5
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (Al-Qur`an surat al-
Baqarah: 30-31), yang tugasnya memelihara keindahan ciptaan Allah di
bumi. Melaksanakan amanah-Nya adalah etika kepada-Nya. Mereka yang
merusak bumi adalah orang yang tidak memiliki apresiasi keindahan.
Dengan demikian sesungguhnya estetika dan etika dalam seni budaya Islam
memiliki karakter transendental.
Agama Tanpa Budaya akan Mati Suri
Tanpa kebudayaan sebagai suatu proses kreatif yang tidak mengenal
titik final dan hasil akhir,dan selalu terbuka bagi semua orang, agama akan
mengalami kemati-surian, sejarah menjadi berhenti, dan masa depan
menjadi barang haram. Konsep wahyu dan Tuhan tidak pernah akan dikenal
manusia kecuali dengan kebudayaan. Islam sendiri sebagai agama
yangmemiliki materi ajaran yang integral dan komprehensif, disamping
mengandung ajaran utama sebagai syariah, juga memotivasi umat Islam
untuk mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya yang
mencerminkan nilai-nilai Islam. Seni budaya memperoleh perhatian yang
serius dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk
membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup
umat manusia.
Fungsi Agama bagi Budaya
Al-Qur`an memandang seni budaya sebagai suatu proses, dan
meletakkan seni budaya sebagai eksistensi hidup manusia. Seni budaya
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal,
hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Seni budaya tidak
mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari
nilai-nilai ketuhanan. Untuk kebudayaan, agama berfungsi sebagai
pembimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam. Bimbingan
wahyu akan sangat diperlukan terutama ketika manusia mengalami
kebekuan dalam memecahkan persoalan.

6
Dalam agama-agama tertentu kesenian dapat menjadi bagian integral
dari kehidupan beragama. Dalam agama Hindu, misalnya, pada tahap
perkembangannya tertentu, mempersyaratkan seni arca dan seni bangun
sebagai bidang seni yang harus dipahami atau dikuasai sebagai bagian dari
kegiatan peribadatan. Dalam agama Hindu- Dharma di Bali dikenal
pembedaan antara tari yang tergolong wali, yaitu yang suci, karena
merupakan bagian tak terpisahkan dari ritual suci yang dilaksanakan, dan
tari bebali, yaitu persembahan yang pada dirinya sendiri tidak tergolong
suci, namun menjadi terkait dengan kesucian karena dihaturkan kepada
Sang Hyang Widi Wasa dalam rangkaian suatu upacara suci.
Dalam agama Nasrani dikenal golongan nyanyian yang disebut lagu-
lagu rohani yang memang dinyanyikan bersama sebagai bagian dari
upacara keagamaan di gereja. Adapun di dalam agama Islam tidak ada
bentuk ungkapan seni apapun yang berfungsi sebagai bagian integral dari
ritus keagamaan.
Seni budaya dalam IslamKesenian Islami berkembang di luar inti
kegiatan keagamaan, meskipun dapat bersifat amat menunjang. Sebagai
contoh dapat disebutkan bagaimana arsitektur dan ornamentik Islami
berkembang seiring dengan perkembangan arsitektur masjid dan
pernaskahan di berbagai negeri. Tidak ada kaidah seni yang ditentukan
melalui ajaran-ajaran pokok agama. Kalaulah kegiatan kesenian
dilaksanakan dalam lembaga-lembaga pendidikan formal seperti pesantren,
tujuannya adalah lebih sebagai penghalus budi, dan pengasah sensitivitas
akan nilai-nilai religius secara umum.
Seni dalam intelektualitas dan spriritualitaskesenian bisa diposisikan
sebagai penguat dalam sistem peribadatan. Atau, dalam pengembangan
intelektualitas dan spiritualitas. Dalam konteks ini, kesenian bisa memasuki
wilayah akhlak karena akhlak tidak hanya diartikan etika atau moral saja,
tapi suatu keadaan hati yang baik sehingga mempengaruhi perilaku ke arah
yang lebih baik. Dan kesenian bisa mendidik melalui kalbu.

7
C. Fungsi Agama Terhadap Budaya dan Seni
Agama merupakan segala sesuatu yang didapat atau bersumber dari Tuhan,
sedangkan kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan atau produk
(cipta, rasa, karsa) dari manusia. Meskipun berbeda, agama dan kebudayaan
tetaplah dikaitkan dan memiliki relasi yang kuat.

Relasi antara agama dan kebudayaan menurut pandangan penulis yaitu agama
menyebarkan ajarannya melalui budaya dan budaya membutuhkan agama untuk
melestarikannya. Agama tidak serta-merta menghapus budaya dalam masyarakat,
yang beberapa memang tidak sesuai dan bertolak belakang dengan nilai-nilai
agama. Akan tetapi, agama lebih menggunakan budaya untuk media dakwah
sekaligus masuk dalam budaya dengan menyesuaikan apa yang boleh atau
sesuai dengan ajarannya Di sini agama berperan untuk memfiltrasi berbagai
norma dan nilai dari kebudayaan, misalkan: budaya wayang, tumpengan, dan
sebagainya

Adanya relasi antara agama dan kebudayaan diperkuat oleh salah satu
argumen budayawan bangsa ini, Didik Nini Towok. Lemah gemulainya tubuh
dengan siblakan sampur oleh jemari lentiknya saat pentas di Universitas
Brawijaya Malang begitu memesona. Selepas menari, beliau mengatakan,
“Kesenian terutama tarian di Nusantara dipengaruhi oleh agama. Seperti tarian
Bali dipengaruhi oleh agama Hindu, tarian Jawa dipengaruhi oleh Kejawen, dan
tarian Aceh dipengaruhi oleh agama Islam, sehingga para penari harus mengikuti
tata cara dan adab menari” (Widianto, Eko. 2016. Seni Budaya Nusantara
Dipengaruhi Agama. Terakota.id). Hal ini menegaskan bahwa agama mampu
memengaruhi budaya yang ada.

Penulis sendiri juga merupakan seorang pecinta budaya yang mana sejak
zaman sekolah dasar sudah bergelut di bidang tari (penari tradisional). Jadi,
sedikit banyak merasakan suka suka saat agama dan budaya dipersandingkan. Ada
yang pro dan kontra menanggapi budaya yang ada dan dikaitkan dengan ajaran
agama. Misalkan, saat penari berkostum terbuka, seperti memakai kemben,

8
jarik, dan bersanggul yang sejatinya ini adalah budaya cara berpakai masyarakat
Jawa pada jaman dulu. Hal ini sekarang dipandang begitu rendah seperti tidak
dihargai dikarenakan membuka aurat dan tidak sesuai dengan ajaran agama.
Padahal, ini merupakan sebuah pelestarian budaya yang mana memang dari dulu
sudah seperti itu.

Bukan hanya itu saja, masalah juga terjadi saat budaya dibenturkan dengan
nilai-nilai agama. Bernostalgia sejenak dengan menilik peristiwa kemarin pada
bulan Oktober 2018 (Nurrhochman. 2018. Memaknai Relasi Agama dan Budaya.
Beritagar.id) yaitu adanya pembubaran yang dilakukan oleh pihak-
pihak/sekelompok orang terhadap warga yang melakukan kegiatan sedekah laut di
Pantai Baru, Bantul. Sebenarnya, sedekah laut merupakan budaya yang sudah
turun temurun dan memang perlu untuk dilestarikan.

Pembubaran ini sangatlah disayangkan bisa terjadi di bangsa yang katanya


berbudaya dan beragama ini.

Mengapa sampai ada pembubaran? Hal ini dikarenakan ada sekelompok


oknum beragama yang mana mereka membenturkan budaya dengan agama. Di
sini terlihat ada perbedaan dalam penginterpretasian budaya. Pihak yang pro
menilai bahwa budaya sebagai tradisi yang harus dilestarikan sedangkan pihak
yang kontra memiliki penafsiran lain. Pihak yang kontra membenturkan
budaya dengan ajaran agama sehingga mereka merasa kegiatan tersebut sesat,
syirik, dan betentangan dengan ajaran Islam.

Memiliki pandangan yang berbeda di negara yang majemuk ini sah-sah saja.
Akan tetapi output atau tindakan yang mengekor setelahnya adalah masalahnya.
Di mana dengan adanya oknum yang membenturkan budaya dengan ajaran agama
yang berbuntut pada aksi pembubaran budaya sedekah laut di pantai Baru bisa
memecah belah bangsa. Perlu diingat bahwa Indonesia bukan negara agama,
tetapi negara yang beragama. Jadi dalam hal ini, akan lebih elok apabila setiap
insan sadar untuk menanamkan jiwa toleran dalam dirinya. Indonesia sendiri juga
tidak hanya mengakui satu agama saja melainkan enam agama, yakni Islam,

9
Hindu, Buddha, Katholik, Kristen Protestan, dan Kong Hu Cu. Selain itu, juga ada
aliran kepercayaan lain yang sudah menyatu dengan penduduk seperti Sunda
Wiwitan, Kejawen, Marapi, dan sebagainya.

Kembali pada pembubaran kegiatan budaya sedekah laut di Pantai Baru,


Bantul. Budaya ini oleh sebagian oknum dianggap syirik. Padahal budaya ini
adalah ungkapan syukur pada Tuhan akan karunia yang telah diberikan. Di
Indonesia, budaya yang serupa juga ditemui, seperti Larung Sesaji di Lereng
Gunung Kelud, Kediri, yang pernah penulis hadiri. Budaya yang dilakukan
masyarakat dengan memberikan hasil panen dari gunung baik berupa sayur-
sayuran maupun buah-buahan untuk dibagikan sebagai rasa syukur masyarakat
lereng gunung Kelud terhadap Sang Pencipta. Di mana Tuhan Yang Maha Esa
telah memberikan kebutuhan hidup yang melimpah pada penduduk sekitar.
Budaya ini juga diikuti oleh umat antar agama, termasuk aliran
kepercayaan/kejawen.

D. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam


Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan islam antara lain :

1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua


ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
3. Manusia diberi potensi yang lebih dibanding makhluk lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia, baik tanah,
air, angin, tumbuhan dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta
pertanggungjawabannya kelak.
Dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang diberikan oleh Allah kepada
manusia, beserta tanggung jawab atas semua itu, manusia melahirkan berbagai ide
dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan berkarya. Dan pada puncaknya,
manusia akan menghasilkan apa yang disebut dengan kebudayaan. Prinsip-prinsip
yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan yang Islami antara lain :

10
1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah.
2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam
dan penghuninya.
4. Pengembangan ide, perbuatan dan karya, dituntut sesuai kemampuan
maksimal manusia.
5. Keseimbangan individu, sosial dan anatara makhluk lain dengan alam
merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
Prinsip kebudayaan dalam Islam adalah suatu di antara dua alternatif.
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model yaitu
“membangun” atau “merusak”. Kedua model itu hidup dan berkembang dan
saling bergantian (Al-Anbiya: 104). Selain itu prinsip kebudayaan dalam
pandangan Islam adalah adanya ruh (jiwa) di dalamnya dan ruh itu tidak lain
adalah wahyu Allah (Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya), seperti yang telah di
nyatakan oleh surat Asy-Syuraa: 52-53. Jika ruh kebudayaan adalah wahyu Allah,
maka kebudayaan bergerak ke arah kemajuan atau membangun. Dan sebaliknya
jika ruh kebudayaan bukan berasal dari wahyu Allah maka arah kebudayaan ialah
akan merusak.

E. Hubungan Antara Agama dan Budaya


Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan
lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada. Kebudayaan dikenal
karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus
menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan.
Manusia mengembangkan kebudayaan- kebudayaan berkembang karena manusia.
Manusia disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai
budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan
nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya, melainkan termasuk
mengembangkan (hasil-hasil) kebudayaan.

Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam


interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut

11
tradisi. Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya, namun kadangkala mengalami
sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan
tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama- agama ke dalam komunitas budaya
dan tradisi tertentu, banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi,
bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga
menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.

Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah


berubah, yang mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil- hasil atau
unsur-unsur kebudayaan.

Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-


hasil dan unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.
Kecenderungan tersebut menghasilkan dikotomi hubungan antara iman-agama
dan kebudayaan. Dikotomi tersebut memunculkan konfrontasi (bukan hubungan
saling mengisi dan membangun) antara agama dan praktek budaya, karena
dianggap sarat dengan spiritisme, dinamisme, animisme, dan totemnisme.
Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu :

1. Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap


radikal dan ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan
Kebudayaan. Menurut pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan
dengan keinginan dan kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus
memilih Agama atau/dan Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat
mengabdi kepada dua tuan. Dengan demikian, semua praktek dalam unsur-
unsur kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama.
2. Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan
keselarasan antara Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan
adanya suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan
kehidupan manusia harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia
harus mempunyai dua tujuan sekaligus.

12
4. Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini
menunjukkan bahwa Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala
sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna memperbaiki
dan membuat pengertian kebudayaan yang baru; melainkan
memperbaharui hasil kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama mau
mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka perlu memperbaikinya agar
tidak bertantangan ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan
kemajuan masyarakat, maka setiap saat muncul hasil-hasil kebudayaan
yang baru. Oleh sebab itu, upaya pembaharuan kebudayaan harus terus
menerus. Dalam arti, jika masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil
kebudayaan dari luar komunitas sosio-kulturalnya, maka mereka wajib
melakukan pembaharuan agar dapat diterima, cocok, dan tepat ketika
mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan
tersebut, maka solusi terbaik adalah perlu pertimbangan-pengambilan
keputusan etis-teologis (sesuai ajaran agama). Dan untuk mencapai hal
tersebut tidak mudah.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya.
Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian
dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai
islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam
setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai
syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-
nilai Islam didalamnya.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai- nilai
agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang
secera keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan,
arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni
membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang
dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta
mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka
sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah
menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.

B. Saran
Penyusun sangat berharap masukan dan saran yang membangun dari pembaca
agar menjadi bahan koreksi dan kajian kami. Karena penulis menyadari masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini yang jauh dari
kesempurnaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.L. Kroeber dan C. Kluckhon: Culture A Critical Review of Concept and


Definitions, Tahun 1952.
Ismala Dewi dkk, 2009 dalam Zakky Mubarak, 2010

15

Anda mungkin juga menyukai