TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Morfologi
Maggot Hermetia illucens memiliki tubuh yang sedikit rata, gemuk dan
berukuran sekitar 1,8 mm ketika baru menetas. Permukaan kulit kasar dank eras
dengan warna kekuning-kuningan dengan kepala yang memiliki warna hitam.
6
7
A B
Gambar 2.2 Morfologi Hermetia illucens (a.) Bentuk larva (b.) bentuk lalat
(Sumber : Wardhana, 2017)
2.1.3 Pemanfaatan Magot
Maggot Hermetia illucens memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim
yang dapat meningkatkan kemampuan daya cerna ikan terhadap pakan. Magot
digunakan sebagai alternatif pakan ikan karena memiliki kandungan protein yang
tinggi. Bahan yang mengandung protein kasar lebih dari 19% dianggap sebagai
bahan sumber protein yang baik (Murtidjo, 2001). Menurut (Fauzi & Sari, 2018),
kandungan protein dari magot sekitar 40% dan dalam bentuk kering mengandung
41-42% protein kasar, 14-15% abu, 31-35% ekstrak eter, 0,60-0,63% fosfor, dan
4,8-5.1% kalsium. Secara keseluruhan kandungan nutrisi magot ditunjukkan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Magot
Asam amino Mineral dan lain-lain
Methionone 0,83 P 0,88%
Lysine 2,21 K 1,16%
Leucin 2,61 Ca 5,36%
Isoleucine 1,51 Mg 0,44%
Histidene 0,96 Mn 348 ppm
Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm
Valine 2,23 Zn 271 ppm
I-Arginine 1,77 Protein Kasar 43,2%
Threonine 1,41 Lemak Kasar 28,8%
Tryptopan 0,59 Abu 16,6%
(Sumber: Newton et al., 2005)
8
2.2.2 Morfologi
Ikan lele dumbo termasuk kedalam family Claridae, karena mempunyai
ciri khas bentuk kepala yang pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok
kepala (Suyanto.2010). Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki memiliki
morfologi yang hampir mirip dengan lele lokal. Bentuk tubuh memanjang, agak
bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin,
mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu. Sungut berada
di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau empat pasang terdiri dari sungut
nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah,
serta sungut maxilar dua buah. Sirip berjumlah lima buah yaitu sirip ekor, sirip
punggung, sirip perut, sirip dubur, dan sirip dada yang juga berperan sebagai patil
(Hermawan, Iskandar dan Subhan, 2012).
Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga
dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan dengan
menggerak- gerakan salah satu sungutnya. Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi
dengan patil atau taji tidak beracun. Selain sebagai alat perlindungan diri, patil
juga digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan diatas tanah
(Kusumastuti, 2017). Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan
dengan lele lokal (Santoso, 1994).
10
oleh ikan yang berada didasar perairan dengan kondisi kekurangan cahaya atau
dalam perairan keruh (Effendie, 1997).
Porsi kebutuhan pakan didasarkan pada umur ikan, umumnya ikan yang
masih kecil membutuhkan makanan berprotein lebih tinggi. Kemudian kebutuhan
akan protein tinggi tersebut berkurang seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Namun pada saat ikan menjadi induk, asupan protein tinggi
sangat diperlukan guna perkembangan embrio. (Dharmawan, 2014). Protein yang
terkandung dalam pakan berfungsi dalam pembentukan jaringan tubuh serta
perperan aktif dalam metaboolisme enzim, hormon, antibodi dan lain sebagainya
(Wardhana, 2016).
Pertumbuhan ikan lele dapat dipacu dengan pemberian pakan yang
mengandung protein minimal 25%. Pakan yang mengandung protein 45% dan
energi 3.000 kal/kilogram dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan lele sebesar
1.25% perhari. Jika ikan lele di beri pakan yang hanya mengandung protein
nabati, maka akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat, maka harus
diimbangi dengan pakan yang mengandung protein hewani ( Windriani, 2017).
Ikan lele termasuk binatang yang beraktifitas di malam hari (nocturnal). Akif
bergerak untuk mencari makan pada malam hari, namun pada siang hari akan
berdiam diri atau bersembunyi di tempat yang terlindung. Makanan yang disukai
dapat berupa binatang hidup seperti jentik-jentik nyamuk, belatung, cacing, laron.
Namun, ada pula makana tambahan seperti pellet, sisa dapur, bangkai ayam, ikan
rucah, dan bekicot ( Kusumastuti, 2017).
Pemberian pakan dilakukan untuk semua tingkat umur ikan. Idealnya, ukuran
pakan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Selain ukuran, bau dan
rabaan berpengaruh terhadap daya rangsang pakan terhadap ikan. Untuk
menimbulkan daya rangsang pada pakan buatan, pakan itu harus memenuhi
persyaratan kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pakan yang diberikan harus baik kondisinya, tidak rusak dan tidak berbau
tengik (Saparinto, 2012). Menurut Wibowo (2016), kriteria pakan yang
berkualitas diantaranya adalah mengandung gizi yang seimbang dan mudah
dicerna, ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan, ramah lingkungan dan
tidak mengandung bahan kimia berbahaya, stabil di dalam air dan tidak merusak
kualitas air kolam, serta memacu pertumbuhan ikan.
Dalam keadaan normal, kebutuhan pakan lele dumbo berkisar antara 3 sampai
- 7% dari berat tubuh perhari. Besar persentase tersebut tergantung ukuran ikan,
kesehatan ikan dan kondisi lingkungan. Ikan kecil memiliki aktivitas metabolisme
lebih tinggi dibandingakan ikan berukuran besar. Dengan demikian perbandingan
antara jumlah konsumsi makan dan berat badannya juga lebih tinggi daripada ikan
besar (Saparinto, 2012).
intensif, lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan (Kordi,
2009).
Jumah pakan yang dikonsumsi ikan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan. Pertumbuhan maksimal terjadi apabila jumlah dan kualitas
makanan yang diberikan cukup untuk kebutuhannya. Pakan yang terlalu sedikit
akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan terjadi persaingan antar ikan
dalam memperebutkan makan. Sebaliknya, pakan yang berlebihan tidak efisien
karena akan mengotori lingkungan. Nutrien yang sangat berperan penting dalam
pertumbuhan adalah protein meskipun nutrisi lainnya juga dibutuhkan. (Sugianto,
2007).
diungkap jelas, pedoman penelitian jelas, serta terdapat kejelasan perolehan yang
diinginkan (Suratsih, 2010).
Adapun pemanfaatan dari hasil penelitian sebagai sumber belajar yang efektif
harus memenuhi standar kriteria, kritria yang efektif menurut Situmorang (2016)
adalah.
Tabel 2.3 Pemanfaatan Hasil Penelitian
No. Kriteria Pemanfaatan Indikator Pemanfaatan
1. Kejelasan potensi Terdapat objek pembelajaran dan permasalahan yang dapat
diungkap untuk menghasilkan fakta-fakta serta konsep-
konsep dari hasil penelitian yang dilaksanakan.
2. Kesesuaian dengan tujuan Memiliki kesesuaian dengan kopetensi dasar (KD)
belajar pembelajaran
3. Kejelasan sasaran Terdiri dari objek dan subjek penelitian
4. Kejelasan informasi Terdapat proses maupun produk penelitian yang telah
disesuaikan dengan kurukulum
5. Kejelasan pedoman Perlu adanya prosedur kerja dalam melakukan penelitian
eksplorasi
6. Kejelasan perolehan yang Berupa proses dan produk penelitian yang berdasarkan
diharapkan aspek-aspek dalam tujuan belajar biologi.
16
Maggot H. illucens
Karbohidrat Lemak
Protein Vitamin Mineral
Penyusun
sebagai sumber energi non protein, enzim
sumber energi, dan energi
sumber sebagai biokatalisator membantu kerja
hormon, dan tertinggi untuk dalam proses koenzim
pertumbuhan metabolisme
penyusun sel sumber energi,
tumbuh.
2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian magot Hermetia
illucens terhadap berat badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)