Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magot Hermetia illucens


2.1.1 Klasifikasi
Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (Hermetia illucens)
merupakan salah satu jenis serangga yang banyak dijumpai, dan didapat hampir di
setiap kawasan. Serangga jenis lalat ini sering dijumpai pada kawasan yang cukup
lembab dikarenakan habitat yang sesuai dengan karakteristiknya. Menurut
Silmina, Edriani, & Putri (2010) Hermetia illucens diklasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Species : Hermetia illucens

Gambar 2.1 Hermetia illucens


(Sumber : Diclaro II & Kaufman, 2015)

2.1.2 Morfologi
Maggot Hermetia illucens memiliki tubuh yang sedikit rata, gemuk dan
berukuran sekitar 1,8 mm ketika baru menetas. Permukaan kulit kasar dank eras
dengan warna kekuning-kuningan dengan kepala yang memiliki warna hitam.

6
7

Perkembangan lrva sampai pada 6 instar, terakhir berwarna coklat kemerah-


merahan. Panjang larva dewasa sekitar 18 mm dan lebar 6 mm, beberapa
individu dapat mencapai panjang 27 mm (Dress dan Jackman,1990). Morfologi
maggot Hermetia illucens dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

A B

Gambar 2.2 Morfologi Hermetia illucens (a.) Bentuk larva (b.) bentuk lalat
(Sumber : Wardhana, 2017)
2.1.3 Pemanfaatan Magot
Maggot Hermetia illucens memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim
yang dapat meningkatkan kemampuan daya cerna ikan terhadap pakan. Magot
digunakan sebagai alternatif pakan ikan karena memiliki kandungan protein yang
tinggi. Bahan yang mengandung protein kasar lebih dari 19% dianggap sebagai
bahan sumber protein yang baik (Murtidjo, 2001). Menurut (Fauzi & Sari, 2018),
kandungan protein dari magot sekitar 40% dan dalam bentuk kering mengandung
41-42% protein kasar, 14-15% abu, 31-35% ekstrak eter, 0,60-0,63% fosfor, dan
4,8-5.1% kalsium. Secara keseluruhan kandungan nutrisi magot ditunjukkan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Magot
Asam amino Mineral dan lain-lain
Methionone 0,83 P 0,88%
Lysine 2,21 K 1,16%
Leucin 2,61 Ca 5,36%
Isoleucine 1,51 Mg 0,44%
Histidene 0,96 Mn 348 ppm
Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm
Valine 2,23 Zn 271 ppm
I-Arginine 1,77 Protein Kasar 43,2%
Threonine 1,41 Lemak Kasar 28,8%
Tryptopan 0,59 Abu 16,6%
(Sumber: Newton et al., 2005)
8

Berdasarkan umur, maggot memiliki presentase komponen nutrisi yang


berbeda. Kadar lemak maggot cenderung berkorelasi positif dengan meningkatnya
umur yaitu, sebesar 13,37% pada umur 5 hari dan meningkat menjadi 27,50%
pada umur 25 hari. Namun, kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar
yang cenderung turun pada umur yang lebih tua. Kadar protein yang kasar maggot
yang lebih muda lebih tinggi dibandingkan maggot yang tua, diduga karena
maggot yang masih muda mengalami pertumbuhan sel struktural yang lebih cepat
(Wardhana, 2016). Menurut Rachmawati et al. (2010), larva yang lebih besar
sangat ideal bila digunakan untuk bahan campuran pakan atau bahan baku pellet
karena mampu memenuhi kuantitas produksi.
Pemanfaatan maggot sebagai suplemen pakan ikan sudah beberapa kali
dilakukan diantaranya penelitian Fahmi et al. (2009), menunjukkan bahwa
penggunaan maggot sebagai pakan ikan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ikan Blashark dengan nilai SGR 6,51 ± 0,32. Dampak
pengggunaan maggot juga dapat terlihat pada peningkatan status kesehatan ikan.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah sel darah merah, sel darah putih,
dan jumlah sel yang melakukan aktivitas fagositik. Penelitian lain dilakukan oleh
Irawan et al. (2014), pertumbuhan panjang dan berat ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) pada perlakuan pemberian pakan maggot memberikan hasil
yang lebih baik dari pada perlakuan yang lainnya dengan rata-rata mencapai
panjang 7,87 cm, dan berat mencapai 7,83 gram. Kelangsungan hidup ikan lele
sangkuriang (Claris gariepinus) mencapai 100% pada semua perlakuan.

2.2 Lele Dumbo (Claris gariepinus)


2.2.1 Klasifikasi Lele Dumbo (Claris gariepinus)

Gambar 2.3 Ikan Lele (Clarias gariepinus)


(Sumber: https://www.kata.co.id/peternakan/cara-budidaya-ikan-lele/181)
9

Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Rahmatul (2010) adalah sebagai


berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Family : Claiideae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

2.2.2 Morfologi
Ikan lele dumbo termasuk kedalam family Claridae, karena mempunyai
ciri khas bentuk kepala yang pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok
kepala (Suyanto.2010). Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki memiliki
morfologi yang hampir mirip dengan lele lokal. Bentuk tubuh memanjang, agak
bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin,
mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu. Sungut berada
di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau empat pasang terdiri dari sungut
nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah,
serta sungut maxilar dua buah. Sirip berjumlah lima buah yaitu sirip ekor, sirip
punggung, sirip perut, sirip dubur, dan sirip dada yang juga berperan sebagai patil
(Hermawan, Iskandar dan Subhan, 2012).
Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga
dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan dengan
menggerak- gerakan salah satu sungutnya. Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi
dengan patil atau taji tidak beracun. Selain sebagai alat perlindungan diri, patil
juga digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan diatas tanah
(Kusumastuti, 2017). Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan
dengan lele lokal (Santoso, 1994).
10

2.2.3 Habitat dan Perilaku


Lingkungan hidup atau habitat ikan lele dumbo banyak ditemukan di
peraiaran tawar, dataran rendah, dan dapat hidup di tempat-tempat kritis seperti
tempat berlumpur yang kekurangan oksigen, bahkan air yang tercemar. Di alam,
ikan lele dumbo hidup disungai-sungai yang arusnya mengalir lambat, kolam,
rawa, danau, waduk serta genangan air lainnya. Ikan ini sangat menyukai perairan
yang tenang berupa tepian dangkal dan terlindungi dengan kebiasaan menempati
atau membuat lubang-lubang ditepi sungai atau kolam (Rachmatun, 2007).
Ikan lele dumbo merupakan jenis ikan yang bersifat nokturnal, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele dumbo
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia
pada tahun 1984. Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu
air yang cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC (Windriani, 2017).
Clarias gariepinus memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari
busur insangnya dan bernapas dengan menggunakan bantuan labirin yang
berbentuk seperti bunga karang yang berada di bawah tubuhnya. Fungsi dari alat
pernapaan tersebut sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara disekitarnya.
Sehingga dalam keadaan tertentu Clarias gariepinus dapat berdiam beberapa jam
dipermukaan tanah yang lembab dan kadar oksigennya sedikit (Windriani, 2017).
2.2.4 Pakan dan Kebiasaan Hidup
Pakan dapat didefinisikan sebagai sumber energi bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Pakan mengandung terutama protein dan sumber energi
lainnya yang berguna bagi pertumbuhan ikan (Dharmawan, 2014). Ikan lele
dumbo yang hidup di alam mencari makan didasar perairan (bottom feeder), tetapi
apabila ada makanan yang terapung maka lele juga dapat dengan cepat
memakannya. Lele tidak akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi
makanannya karena memiliki sungut sebagai alat perabanya, baik didasar,
pertengahan, maupun dipermukaan air (Nababan, 2017). Aktifitas ikan lele di
alam bebas dalam mencari makan dengan cara penglihatan, perabaan, dan
pembauan. Pembauan dan perabaan digunakan juga
11

oleh ikan yang berada didasar perairan dengan kondisi kekurangan cahaya atau
dalam perairan keruh (Effendie, 1997).
Porsi kebutuhan pakan didasarkan pada umur ikan, umumnya ikan yang
masih kecil membutuhkan makanan berprotein lebih tinggi. Kemudian kebutuhan
akan protein tinggi tersebut berkurang seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Namun pada saat ikan menjadi induk, asupan protein tinggi
sangat diperlukan guna perkembangan embrio. (Dharmawan, 2014). Protein yang
terkandung dalam pakan berfungsi dalam pembentukan jaringan tubuh serta
perperan aktif dalam metaboolisme enzim, hormon, antibodi dan lain sebagainya
(Wardhana, 2016).
Pertumbuhan ikan lele dapat dipacu dengan pemberian pakan yang
mengandung protein minimal 25%. Pakan yang mengandung protein 45% dan
energi 3.000 kal/kilogram dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan lele sebesar
1.25% perhari. Jika ikan lele di beri pakan yang hanya mengandung protein
nabati, maka akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat, maka harus
diimbangi dengan pakan yang mengandung protein hewani ( Windriani, 2017).
Ikan lele termasuk binatang yang beraktifitas di malam hari (nocturnal). Akif
bergerak untuk mencari makan pada malam hari, namun pada siang hari akan
berdiam diri atau bersembunyi di tempat yang terlindung. Makanan yang disukai
dapat berupa binatang hidup seperti jentik-jentik nyamuk, belatung, cacing, laron.
Namun, ada pula makana tambahan seperti pellet, sisa dapur, bangkai ayam, ikan
rucah, dan bekicot ( Kusumastuti, 2017).

2.3 Pakan Ikan


Pakan merupakan asupan yang diberikan kepada hewan ternak yang
merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk
hidup (Kurnianti, 2013). Pakan dibagi menjadi pakan alami (natural food) dan
pakan buatan (artificial food). Pakan alami merupakan pakan yang tersedia di
alam misalnya, plankton, lumut, dan sebagainya. sedangakan pakan buatan yaitu
pakan yang dibuat dengan formula tertentu (sesuai dengan kebutuhan biota kultur)
agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi (Kordi, 2011).
12

2.3.1 Pakan Buatan


Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dalam bentuk konsentrat yang
mengandung gizi yang komplit seperti pelet. Pelet telah banyak dijual, tetapi jika
petani ikan mau membuat pelet sendiri, akan lebih murah. Selain karena bahan-
bahan pembuat mudah diperoleh juga sekaligus harganya murah, kecuali beberapa
jenis tambahan (vitamin, mineral, antibiotik dan sebagainya) (Kordi K, 2000).
Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan
yang diramu menjadi adonan, kemudian dicetak hingga membentuk batang-batang
berukuran kecil atau bulatan kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet
tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa larutan (Murtidjo,
2001).
Pakan buatan berbentuk pelet terbagi kedalam dua golongan yaitu pelet keras
dan pelet lunak. Pelet keras dapat berbentuk bundar dengan berbagai ukuran yang
disesuaikan dengan ukuran mulut ikan, kemampuan lambung, aktivitas peristaltik,
kemampuan enzimatis untuk mencerna. Berbeda dengan pelet lunak bertekstur
lembut dan lunak. Apabila pelet tersebut di masukkan ke dalam air makan pelet
tersebut akan hancur.
Dalam membuat pakan komersial terdapat beberapa hal yang harus
dipertimbangkan diantaranya ialah kekerasan pakan dan kestabilan pakan dalam
air dan kecepatan pencernaan pada ikan. Hal tersebut dilakukan untuk
meminimalisir pembengkakan dan kerusakan lambung ikan sehingga proses
pencernaan tidak efisien yang mengakibatkan proses fermentasi dalam lambung
ikan. Gas hasil fermentasi tersebut membuat ikan terapung dalam posisi terbalik
dan menuju kematian (Afrinto dan Laviawaty, 2005).
2.3.2 Ketentuan Pakan Lele
Pakan diberikan untuk memacu pertumbuhan lele dumbo budidaya. Pemberian
pakan harus secara kontinu mengingat di media perairan tersebut persediaan
pakan alami sangat sedikit. Pemenuhan gizi merupakan faktor yang sangat penting
untuk pertumbuhan lele dumbo. Pemberian pakan dengan kandungan gizi yang
baik akan membantu pertumbuhan ikan (Saparinto, 2012). Kebutuhan nutrient
Clarias gariepinus yang didasarkan pada ukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel
2.2 berikut.
13

Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrien Lele Dumbo Berdasarkan Ukuran


% Kebutuhan nutrien
Ukuran Protein Lemak Serat
1-4 cm 40 10 8
4 cm – 1 bulan 32 4 8
1 bulan – 3 bulan 30 4 8
3 bulan - Konsumsi 25 4 8
Matang Gonad 20 3 8
(Sumber: Saparinto, 2012)

Pemberian pakan dilakukan untuk semua tingkat umur ikan. Idealnya, ukuran
pakan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Selain ukuran, bau dan
rabaan berpengaruh terhadap daya rangsang pakan terhadap ikan. Untuk
menimbulkan daya rangsang pada pakan buatan, pakan itu harus memenuhi
persyaratan kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pakan yang diberikan harus baik kondisinya, tidak rusak dan tidak berbau
tengik (Saparinto, 2012). Menurut Wibowo (2016), kriteria pakan yang
berkualitas diantaranya adalah mengandung gizi yang seimbang dan mudah
dicerna, ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan, ramah lingkungan dan
tidak mengandung bahan kimia berbahaya, stabil di dalam air dan tidak merusak
kualitas air kolam, serta memacu pertumbuhan ikan.
Dalam keadaan normal, kebutuhan pakan lele dumbo berkisar antara 3 sampai
- 7% dari berat tubuh perhari. Besar persentase tersebut tergantung ukuran ikan,
kesehatan ikan dan kondisi lingkungan. Ikan kecil memiliki aktivitas metabolisme
lebih tinggi dibandingakan ikan berukuran besar. Dengan demikian perbandingan
antara jumlah konsumsi makan dan berat badannya juga lebih tinggi daripada ikan
besar (Saparinto, 2012).

2.4 Hubungan Pemberian Maggot Hermentia illucens Terhadap


Pertumbuhan Ikan Lele
Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi. Pada budidaya intensif, kultivan bergantung pada pakan
buatan yang disuplai oleh pembudidaya. Pakan yang diberikan harus berkualitas
tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi kultivan yang
dibudidayakan, serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak mengganggu
proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada budidaya
14

intensif, lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan (Kordi,
2009).
Jumah pakan yang dikonsumsi ikan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan. Pertumbuhan maksimal terjadi apabila jumlah dan kualitas
makanan yang diberikan cukup untuk kebutuhannya. Pakan yang terlalu sedikit
akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan terjadi persaingan antar ikan
dalam memperebutkan makan. Sebaliknya, pakan yang berlebihan tidak efisien
karena akan mengotori lingkungan. Nutrien yang sangat berperan penting dalam
pertumbuhan adalah protein meskipun nutrisi lainnya juga dibutuhkan. (Sugianto,
2007).

2.5 Sumber Belajar


Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan diperlukan
dalam proses pembelajaran baik berupa buku teks, media cetak, narasumber,
media elektronik, lingkungan dan sebagainya yang berfungsi untuk mmbantu
mengoptimalkan hasil belajar peserta didik (Purnomo, 2012). Dalam
pembelajaran biologi, sumber belajar dapat diperoleh di sekolah maupun di luar
sekolah. Sumber belajar dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang siap
digunakan tanpa ada penyederhanaan serta modifikasi, dan sumber belajar yang
disederhanakan atau yang dimodifikasi (Suhardi, 2007). Menurut Suhardi (2012),
peran dari sumber belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu :
1. Meningkatkan produktifitas pembelajaran dengan mempercepat proses
pembelajaran, mengembangkan smangat belajar, penggunaan waktu lebih baik,
memberikan peserta didik untuk berkembang sesuai kemampuannya dan
mengarahkan kegiatan kearah lebih individual.
2. Mengembangkan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian berdasarkan fakta
di lingkungan sehingga dapat memberikan dasar lebih ilmiah.
3. Pemantapan pengajaran dengan meningkatkan kemampuan menggunakan
fasilitas berupa media komunikasi, penyajian data dan informasi lebih konkrit
sehingga dapat mengurangi sifat verbalistik dan abstrak dengan kenyataan.
Menurut Djohar, syarat-syarat sumber belajar yaitu, memiliki kejelasan
potensi,
kejelasan sasaran, memiliki kesesuaian dengan tujuan belajar, informasi yang
15

diungkap jelas, pedoman penelitian jelas, serta terdapat kejelasan perolehan yang
diinginkan (Suratsih, 2010).
Adapun pemanfaatan dari hasil penelitian sebagai sumber belajar yang efektif
harus memenuhi standar kriteria, kritria yang efektif menurut Situmorang (2016)
adalah.
Tabel 2.3 Pemanfaatan Hasil Penelitian
No. Kriteria Pemanfaatan Indikator Pemanfaatan
1. Kejelasan potensi Terdapat objek pembelajaran dan permasalahan yang dapat
diungkap untuk menghasilkan fakta-fakta serta konsep-
konsep dari hasil penelitian yang dilaksanakan.
2. Kesesuaian dengan tujuan Memiliki kesesuaian dengan kopetensi dasar (KD)
belajar pembelajaran
3. Kejelasan sasaran Terdiri dari objek dan subjek penelitian
4. Kejelasan informasi Terdapat proses maupun produk penelitian yang telah
disesuaikan dengan kurukulum
5. Kejelasan pedoman Perlu adanya prosedur kerja dalam melakukan penelitian
eksplorasi
6. Kejelasan perolehan yang Berupa proses dan produk penelitian yang berdasarkan
diharapkan aspek-aspek dalam tujuan belajar biologi.
16

2.6 Kerangka konsep

Maggot H. illucens

Karbohidrat Lemak
Protein Vitamin Mineral

Penyusun
sebagai sumber energi non protein, enzim
sumber energi, dan energi
sumber sebagai biokatalisator membantu kerja
hormon, dan tertinggi untuk dalam proses koenzim
pertumbuhan metabolisme
penyusun sel sumber energi,
tumbuh.

Menambah Berat Badan ikan lele

Sumber belajar biologi

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


17

2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian magot Hermetia
illucens terhadap berat badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

Anda mungkin juga menyukai