Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SIFAT-SIFAT BAGI ALLAH DAN RASUL-NYA

DOSEN PEMBIMBING :
Deden Muamar Khadafi, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Winda Agisni Mariah ( 21120701 )
Yudi Hadi Rahman ( 21120851 )
Muhammad Rizki Anugrah ( 21120801 )

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami
setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.

Tasikmalaya, 13 Maret 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pengertian Sifat-Sifat Allah dan Rasul-Nya.......................................................2
1. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi Allah.................................2
2. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi Rasul.................................2
B. Pembagian Sifat-Sifat Allah................................................................................2
1. Sifat Nafsiyah....................................................................................................2
2. Sifat Salbiyah....................................................................................................3
3. Sifat Ma’ani......................................................................................................5
4. Sifat Ma’nawi...................................................................................................9
5. Sifat Jaiz bagi Allah.........................................................................................9
C. Sifat-Sifat bagi Rasul-Nya...................................................................................9
1. Sifat-Sifat Wajib bagi Nabi dan Rasul............................................................9
2. Sifat Mustahil bagi Nabi dan Rasul..............................................................10
3. Sifat Jaiz Bagi Nabi dan Rasul......................................................................11
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk
menumbuhkan keimanan tentunya kita perlu mengenal Allah. Dalam ayat-ayat
Al-qur’an, Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika
dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk dan dibatasi oleh tempat.
Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu. Allah adalah Tuhan
yang memiliki keagungan tidak terbatas. AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan
Allah sebagai zat nonmaterial yang tidak dapat diberi sifat atau digambarkan
dalam kenyataan sehingga sulit untuk dijangkau oleh akal manusia. Jika Allah
diperkenalkan dengan cara ini tentu hati manusia tidak akan tenteram dan yakin
karena akalnya tidak dapat memahami hakikat-Nya. Al-Qur’an ternyata
menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan sifat-sifat Allah.
Al Quran merupakan pedoman hidup manusia, namun di era modernisasi
ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan manusia dalam
berperilaku tidak sesuai Al-Quran. Padahal manusia ditunjuk dan diciptakan Allah
SWT sebagai khalifah di muka bumi. Seharusnya manusia sebagai khalifah tidak
melakukan penyimpangan sehingga dapat menimbulkan kerusakan seperti
perkelahian, kecurangan, merusak alam, dan lain-lain. Perilaku ini sangat bertolak
belakang dengan sifat-sifat Nabi dan Rasul yang seharusnya menjadi teladan
untuk manusia khusunya umat Islam. Oleh karena itu pengenalan terhadap Nabi
dan Rasul sangat menentukan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan
seseorang terhadap keislaman mereka, karena dari sinilah terbentuklah
kepribadian muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya?
2. Apa saja sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya
2. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat-Sifat Allah dan Rasul-Nya


1. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi Allah
a. Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat yang
memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini
melalui akal ( wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan
Hadits).
b. Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada
dzat Allah SWT, sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib
bagi Allah, dengan dalil aqal maupun dalil naqli.
c. Sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada pada dzat Allah dan
boleh juga tidak ada pada dzat Allah.

2. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi Rasul


a. Sifat wajib bagi Rasul adalah sifat yang sudah pasti ada pada Rasul
b. Sifat mustahil bagi Rasul adalah sifat yang tidak mugkin ada pada
Rasul
c. Sifat jaiz bagi Rasul adalag sifat Rasul yang menyerupai sfat-sifat
manusia lainnya.

B. Pembagian Sifat-Sifat Allah


Sifat-sifat yang wajib ada 20 sifat yang terbagi dalam 4 sifat global, yaitu :
1. Sifat Nafsiyah
Sifat Nafsiyah yang wajib bagi Allah adalah sifat wujud saja dan
maknanya adalah pasti adanya. Mustahil bagi Allah bersifat ‘adam (tidak ada).
Dalil yang bisa didatangkan sebagai penjelasan bahwa Allah bersifat wujud
adalah dengan mengatakan alam ini. Mengapa didalilkan dengan alam?
Alam adalah baharu atau makhluk, artinya alam ini ada setelah diciptakan
oleh Allah, dan secara otomatis aqal akan mengatakan bahwa “ ALLAH ADA,
DAN DIA YANG MENGADAKAN ALAM INI”. Karena, yang diciptakan akan
ada yang menciptakan. Bisa diqiyaskan, dengan mengatakan tidak mungkin
sepotong roti ada tanpa ada yang membuatnya. Seperti itu pula alam, takkan ada
jika tidak diciptakan oleh Allah. Karena Allah pencipta alam semesta.
Artinya : ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia beristawa di atas Arasy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-

2
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam”. (Al-A’râf: 54).
2. Sifat Salbiyah
Sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah
SWT, sebab Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan.Yang
termasuk sifat salbiyah Allah adalah :

a. Qidam (terdahulu)
Sifat Qidam (dahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah tidak
ada permulaan bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului sifatNya. Allah
berfirman:

Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)

Lawan dari sifat qidam bagi Allah adalah hudus (baharu). Artinya sesuatu
yang ada dikarenakan ketiadaannya sebelum ada tersebut.
Apabila Allah tidak merupakan dzat yang bersifat qidam, maka pasti Allah
adalah dzat yang baharu. Sedangkan keberadaan yang baharu pasti ada yang
membaharukan. Maka mustahil bagi Allah akan baharu, karena tidak ada yang
membaharukan Allah. Jika adalah Allah itu baharu maka Allah akan
membutuhkan pembaharu, dan pembaharu akan membutuhkan pembaharu yang
diatasnya, maka kejadian ini adalah mustahil pada dzat Allah, karena Allah wajib
bersifat wujud dan qidam dan mustahil bersifat baharu.

b. Baqo’ (kekal)
Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam zat Allah. Artinya,
bahwa Allah tidak ada akhir bagi Nya (kekal). Lawan dari sifat baqo’ adalah fana’
(binasa). Jika adalah Allah itu baharu niscaya akan berakhir , tersirnalah sifat
qidam dan wujudnya Allah dan ini adalah mustahil pada dzat Allah taala. Allah
berfirman:
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).

c. Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai makhlukNya)


Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya tidak
menyerupai makhluk. Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan makhluk
merupakan suatu ibarat mengenai hilangnya sifat jism, sifat benda, sifat kulli
(keseluruhan), sifat juz’I (sebagian) dan beberapa hal yang menetap pada Allah
taala. Apabila terlintas dalam hati kata-kata bahwa : kalaulah Allah itu tidak
merupakan jism, benda, mempunyai bagian, maka bagaimana pula hakikat Allah?

3
maka jawabannya adalah :”tidak ada yang mampu mengerti akan hakikat Allah,
kecuali Allah sendiri. Sebagai mana yang ditegaskan didalam al-quran :

Artinya : “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah yang
Maha Mendengar lagi maha melihat.” (Asy syura:11)

Oleh karena itu, Allah bukanlah jism yang bisa digambarkan atau benda
yang sangat terbatas oleh ruang dan waktu. Allah tidak mempunyai tangan, mata,
telinga, dan lain-lain seperti yang dipunyai makhluk, karena Allah tidak
menyerupai benda yang dapat diukur dan dapat dibagi-bagi.
Adapun lawan dari sifat ini adalah mumatsalah (menyerupai), karena jika
Allah menyerupai niscaya Allah adalah baharu, dan ini adalah mustahil.

d. Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)


Wajib bagi Allah bersifar “qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri)”. Arti sifat
ini dijelaskan melalui dua perkara.
1) Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan ditempati.
2) Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan)
Lawan dari sifat ini adalah bahwa Allah bersifat qiyamu lighoirihi (berdiri
dengan selainnya) artinya Allah membutuhkan ruang dan ketentuan. Apabila
Allah mempunyai sifat seperti ini, maka sudah pastilah Allah tidak mempunyai
sifat ma’ani dan ma’nawi yang wajib ada bagi Allah. Dan ini adalah batal.
Artinya : ”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.” (al-Ankabut : 6).

e. Wahdaniyah (esa)
Wajib bagi Allah bersifat wahdaniyah dalam 3 perkara :
1) Wahdaniyah dalam sifat
2) Wahdaniyah dalam dzat
3) Wahdaniyah dalam af’al (perbuatan)
Dengan sifat wahdaniyah ini, maka akan menolak pada kam yang lima :
1) “Kam Muttasil” didalam dzat, ialah tersusunnya Allah dari
beberapa bagian.
2) “Kam Munfasil” didalam dzat, ialah bilangan yang sekiranya
terdapat tuhan kedua dan seterusnya. (point 1 dan 2 tertolak oleh
sifat tunggal dzat)
3) “Kam muttashil” didalam sifat, ialah bilangan bagi sifat Allah
dalam satu jenis seperti sifat qudrat dan sebagainya.
4) “Kam Munfasil” didalam sifat, ialah bila selain Allah mempunyai
sifat yang menyerupai sifat Allah. Seperti zaid mempunyai sifat
kuasa, dimana dengan sifat ini ia bisa mewujudkan atau

4
meniadakan sesuatu. Dan sifat2 yang lain seperti iradat dan ilmu.
(kedua poin ini juga ternafikan oleh tinggalnya sifat Allah)
5) “Kam Munfasil” dalam perbuatan, ialah apa yang dinisbatkan
kepada selain Allah dengan jalan mencari dan meilih atau bekerja
dan berusaha. Dan kam ini tertolak oleh sifat tunggal Allah
didalam Af’al.
Adapun lawan wahdaniyah adalah ta’addud (berbilang).

Artinya : “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ’Arsy
daripada apa yang mereka sifatkan.” (al-Anbiya’: 22).

Banyaknya tuhan akan mengakibatkan hancurnya alam (alam tidak


mungkin terbentuk). Karena, adakalanya keduanya bersepakat atau adakalanya
berselisih. Apabila keduanya bersepakat, tidak mungkin keduanya bisa
mewujudkan alam ini secara bersamaan agar tidak terjadi pada dua reaksi pada
satu sasaran. Dan tidak pula dapat mewujudkan alam ini dengan cara bergantian.
Tidak mungkin bersekutu didalam mewujudkan alam dengan cara mendapatkan
bagian setengan dan yang lain setengah. Dengan adanya persekutuan maka
tampaklah kelemahan masing-masing. Jika keduanya bertentangan dengan cara
salah satu ingin mengadakan alam dan yang lain tidak, maka tidaklah mungkin
dapat tercapai kehendak keduanya. Dan ini adalah mustahil bagi Allah Taala.

3. Sifat Ma’ani
Yang termasuk sifat Ma’ani adalah :
a. Qudrat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat qudrah. Dan sifat ini merupakan
aplikasi dari sifat wujud yang telah dahulu dan selalu menetap pada dzat Allah.
Dengan sifat qudrat ini, Allah akan mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu
kemungkinan yang sesuai dengan kehendakNya.
Sifat qudrat mempunyai tujuh ta’alluq (kebergantungan), yaitu :
1) Ta’alluq shuluhi qadim (kebergantungan yang bersifat lazim dizaman
dahulu), yaitu lazim memiliki sifat qudrat dizaman dahulu yang
mewujudkan dan atau meniadakan sesuatu pada saat hal itu mungkin
adanya.
2) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan yang
sebelumnya tidak ada.
3) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan meniadakan kemungkinan setelah
wujudnya kemungkinan tersebut.
4) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan, seperti
kebangkitan dari kubur.

5
Dan tiga ta’alluq qabdliah (kebergantungan yang ada dalam genggaman Allah),
yaitu :
5) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya perkara yang meungkin
tetap tidak ada atau pada saat ada kemungkinan untuk wujud dan sebelum
wujudnya.
6) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya wujud yang mungkin,
setelah tidak adanya.
7) Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya kemungkinan tidak
berwujud setelah wujudnya. Artinya, kemungkinan itu ada kemudian tidak
ada.
Artinya : ”Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit
maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (al-
Fatir: 44).

Lawan dari sifat qudrat adalah lemah (‘ajzu). Dan dalil sifat qudrat yang
wajib bagi Allah adalah wujud alam semesta ini. Apabila sifat qudrat, niscaya
Allah lemah. Dan apabila Allah lemah, maka tak akan terwujud sesuatu. Dengan
kata lain, semua dari makhluk ini tidak akan ada. Sedangkan tidak wujudnya
sesuatu dari semua makhluk adalah mustahil, karena akan bertentangan dengan
perasaan dan kenyataan yang telah ada. Hal ini tidak akan pernah mungkin terjadi,
karena alam ini telah wujud.

b. Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak). Dengan sifat ini
Allah menentukan perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam arti
sebagian perkara yang mungkin wujudnya. Adakalanya Allah mewujudkan atau
meniadakan sesuatu sesuai dengan iradatnya.

Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami


menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka
jadilah ia.” (an-Nahl: 40).

Lawan dari sifat iradat adalah karohah (terpaksa) yang berarti tidak adanya
sifat iradat. Ta’alluqnya sifat iradat dan segala yang mungkin memiliki kesamaan
dengan sifat qudrat-Nya. Akan tetapi, ta’alluqNya sifat qudrat merupakan ta’alluq
yang mewujudkan dan meniadakan. Sedangkan ta’alluqnya sifat iradat adalah
ta’alluq yang menentukan. Oleh karena itu, sifat iraadat tidak ada ta’alluqnya
dengan perkara yang wajib dan mustahil.
Termasuk hal yang mungkin adalah perkara baik dan buruk. Oleh karena
itu, tidak ada suatu kebaikan atau keburukan yang terjadi pada makhluk
(seluruhnya), kecuali dengan iradat Allah. Karena tidak akan mungkin bila
sesuatu yang terjadi pada makhluk ini secara terpaksa diadakan oleh Allah.

6
Berbeda dengan kaum mu’tazilah yang mengatakan bahwa sifat iradat Allah tidak
ada ta’alluqnya dengan kebaikan dan keburukan. Dalil ketetapan sifat iradat bagi
Allah adalah adanya alam ini. Jelaslah jika Allah tidak mempunyai sifat iradat,
sudah pasti Allah terpaksa. Jika Allah terpaksa, maka Allah tidak mempunyai sifat
qudrat.

c. Ilmu
Wajib bagi Allah mempunyai sifat ilmu, yaitu sifat yang telah ada dan
terdahulu serta menetap pada dzat Allah. Dengan sifat ilmu ini, Allah mengetahui
sifat sifat yang wajib, mungkin, dan yang mustahil adanya dengan segala macam
rincian yang terliput oleh Nya. Oleh karena itu, Allah mengetahui secara rinci
pula mengetahui sesuatu dan tidak terbatas, seperti kesempurnaan sifat Nya
mengatur nafas seluruh penghuni surga.
Adapun ta’alluq sifat ilmu hanya satu, yaitu ta’alluq dengan pelaksanaan
yang terdahulu. Dengan demikian, Allah mengetahui semua maklumat yang
meliputi apa saja yang berlaku/berjalan dimuka bumi sampai diatas langit. Dan
sekecil apapun dari yang melata dimuka bumi dan langit tidak akan terlepas dari
pengetahuan-Nya.
Lawan dari sifat ilmu adalah jahil (bodoh). Dalil ketetapan sifat ilmu yang
wajib bagi Allah adalah adanya alam ini. Jelasnya, apabila Allah tidak bersifat
ilmu, sudah jelas Allah mempunyai sifat bodoh. Dan itu adalah mustahil bagi
Allah.
Artinya : “Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al
An’aam:59]

d. Hayat
Wajib bagi Alah mempunyai sifat hayat atau hidup. Sifat ini yang
membenarkan bahwa Allah mempunyai sifat ilmu, qudrat, iradat, sama’, bashor
dan kalam. Hidup disini terdapat pada zat Allah dan tidak disertai ruh seperti
makhluk. Lawan dari sifat ini adalah maut (mati). Rasa kantuk ataupun tidur tidak
akan ada pada Allah, begitu pula dengan kerusakan ataupun kematian.
Dengan adanya alam ini, jelaslah apabila Allah tidak mempunyai sifat
hayat, maka pasti Allah bersifat maut. Dan jika Allah mempunyai sifat tersebut,
maka Allah tidak akan kuasa, tidak menghendaki dan tidak mengetahui.
Sedangkan tidak adanya Allah, akan tetapi mempunyai sifat qudrat, iradat, dan
ilmu adalah muhal (mustahil) dan jika demikian, niscaya tidak akan wujud sesuatu
dari alam semesta ini serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

7
Artinya : ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit
dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar” (al-Baqarah: 255).

Sifat ini tidak ada ta’alluqnya. Hanya saja, sifat hayat merupakan syarat
logis didalam menetapkan sifat-sifat ma’ani. Maksudnya, dari wujudnya sifat ini
menjadi kepastian akan wujudnya sifat-sifat ma’ani.

e. Sama’ dan Bashor


Wajib bagi Allah mempunyai sifat sama’ dan bashor (mendengar dan
melihat). Kedua sifat ini adalah sifat yang dahulu dan menetap pada dzat Allah.
Dengan kedua sifat ini, maka akan menjadi jelas semua yang ada, baik berbentuk
zat, suara, warna dan lainnya.
Ta’alluq sifat sama’ dan bashor ada tiga
1) Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang dahulu) yaitu hubungan sifat
sama’dan bashor dengan dzat dan sifat Allah.
2) Ta’alluq yang bersifat perencanaan (yang dahulu), yaitu hubungan sifat
sama’dan bashor dengan kita sebelum kita ada.
3) Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang baru), yaitu hubungan sifat
sama’ dan bashor dengan kita setelah kita ada. Jadi hubungan sifat sama’
dan bashor hanyalah satu, sedangkan sifat adalah banyak dan hakikat-
hakikat sama’ dan bashorpun berbeda-beda.

Artinya : “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu


berdua, Aku Maha mendengar dan Maha melihat”. (Thaha: 46).
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (as-Syura: 11).

Adapun lawan dari sifat sama’ dan bashor adalah tuli dan buta. Sifat tuli
dan buta mustahil bagi Allah karena ini adalah sifat kekurangan sedangkan Allah
maha sempurna dan tidak ada kekurangan sedikitpun.

f. Kalam
Wajib bagi Allah mempunyai sifat kalam (berbicara). Kalam Allah bukan
dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Teetapi Allah sendiri yang berkuasa
mengucapkannya. Mustahil bagi Allah bersifat bisu. Artinya tidak adanya sifat
kalam dalam dzat Allah.

8
Artinya : ”…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (An-Nisâ:
164).

Adanya firman Allah menjadi bukti bagi kita bahwa Allah memperhatikan
kita sebagai hamba-Nya. Dengan perantara Nabi dan Rasul, Allah membimbing
manusia untuk melakukan amal saleh sesuai yang diajarkan dalam kitab Allah.
Dari firman Allah juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat
terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan
meninggalkan yang bathil.

4. Sifat Ma’nawi
Sifat Ma`nawiyah adalah sifat-sifat yang melazimi dari sifat Ma`ani,
dengan kata lain sifat Ma`nawiyah adalah sifat yang wujud disebabkan adanya
sifat Ma`ani, seperti Allah memiliki sifat kuasa, maka lazimlah Allah itu
keadaannya Kuasa. Yang termasuk sifat ma’nawiyah adalah :
a. Qadiran (maha Kuasa), adalah sifat yang selalu menetap pada
qudrat Allah. Lawan dari qadiran adalah ‘ajizan (sangat lemah).
b. Muridan (maha Berkehendak), adalah sifat yang melazimi sifat
iradat Allah. Lawan dari iradat adalah karihan (terpaksa)
c. ’alimann (maha Mengetahui), yang melazimi sifat ‘ilmu Allah.
Lawan dari ‘aliman adalan jaahilan (bodoh).
d. Hayyan (maha hidup), yang melazimi sifat haayat Allah. Lawan
dari hayyan adalah mayyitan (mati).
e. Sami’an (maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah.
Lawan dari sami’an adalah a’ma (tuli)
f. Bashiran (maha melihat), yang melazimi sifat bashor Allah. Lawan
dari bashiran adalah ashomma (buta)
g. Takliman (maha berbicara), yang melazimi sifat kalam Allah.
Lawan dari takliman adalah abkam (bisu).

5. Sifat Jaiz bagi Allah


Selain sifat dua puluh di atas, baik yang wajib maupun yang mustahil,
Allah juga memiliki sifat jaiz (mumkin). Yang dimaksud dengan sifat jaiz
(mumkin) bagi Allah adalah Allah berwenang untuk menciptakan atau tidak
menciptakan makhluk-Nya. Allah juga berwenang melakukan sesuatu atau
meninggalkannya. Sifat Jaiz Allah ini menunjukkan kebebasan Allah dalam
memilih atau menentukan af’al (perbuatan)-Nya.

C. Sifat-Sifat bagi Rasul-Nya


1. Sifat-Sifat Wajib bagi Nabi dan Rasul.
a. Siddiq

9
Artinya benar dalam segala ucapan dan tingkah lakunya. Sifat Rasul ini
berarti menerjemahkan, bahwa Rasul tidak pernah berbohong. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Artinya : Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat kami dan
kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia ( QS. Maryam : 50 )

b. Amanah
Artinya dapat dipercaya. Rasul adalah utusan Allah yang diberikan
amanah untuk menuntun umatnya ke jalan yang benar. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an.

Artinya : Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka : “mengapa kamu
tidak bertaqwa? Sesungguhnya aku ini seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu. (QS. Asy'syu’ara : 106-107)

c. Tabligh
Artinya menyampaikan. Pada diri seorang Rasul memiliki sifat ini, yaitu
menyampaikan semua yang di wahyukan Allah SWT kepada umatnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Artinya : Wahai Rasul! sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu


(QS. Al'maidah : 67)

d. Fatanah
Artinya adalah pintar atau cerdas. Seorang Rasul memiliki kecerdasan
yang bisa digunakan untuk menebarkan agama Allah. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an.

Artinya : Dan itulah keterangan kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya (QS. Al'An’am : 23)

2. Sifat Mustahil bagi Nabi dan Rasul


a. Kidzib
Artinya dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh
Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah
SWT sehingga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap Rasul benar ucapannya dan
benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin
mementingkan dirinya sendiri, sedangkan Rasul mementingkan umatnya.

b. Khianat

10
Artinya curang. Tidak mungkin seorang Rasul berkhianat atau ingkar janji
terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat
terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang
yang munafik, Rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.

c. Kitman
Artinya tidak menyampaikan atau selalu menyembunyikan. Semua ajaran
yang disampaikan oleh para Rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah
disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan dipahami dengan akal
pikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra’ dan
Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

d. Baladah
Artinya bodoh. Seorang Rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak
mungkin seorang yang bodoh. Jika Rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat
mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil Rasul memiliki sifat bodoh.

3. Sifat Jaiz Bagi Nabi dan Rasul


Sifat Jaiz bagi Rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardhul basyariyah yang
artinya Rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa apar,
haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga, dan lain sebagainya. Bahkan seorang
Rasul tetap meninggal sebagaimana makhluk lainnya. Disamping Rasul memiliki
sifat wajib dan juga lawannya,yaitu sifat mustahil, Rasul juga memiliki sifat jaiz.
Tentu saja sifat Jaiznya Rasul sangat berbeda dengan sifat Jaiz-Nya Allah. Allah
Swt, berfirman :

Artіnуа: “…(orang) ini tidak lаіn hanyalah mаnuѕіа seperti kаmu, dіа makan
ѕереrtі apa yang kаmu mаkаn dаn dіа mіnum ѕереrtі ара уаng kаmu minum.”
(Q.S. аl Mu’mіnūn /23 : 33)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang wajib bagi Allah
terbagi menjadi 4 bagian :
1. Sifat Nafsiyah yaitu Wujud
2. Sifat Salbiyah yaitu Qidam, Baqo’, Mukholafatul lil hawadisi,
Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyat
3. Sifat Ma’ani yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashor, Kalam
4. Sifat Ma’nawiyah yaitu Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an,
Bashiran, Mutakalliman
 Disamping sifat wajib dan mustahil bagi Allah, ada lagi sifat boleh atau
sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah
menjadikan sesuatu itu “ada” atau boleh atau mungkin membuatnya “tidak
ada”, maksudnya disini boeh melakukannya atau meninggalkannya. Allah
sangat berkuasa untuk membuat seusatu atau meninggalkannya.
 Sifat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi dan Rasul agar dijadikan
teladan.
1. Siddiq, Rasul selalu benar
2. Amanah, Rasu selalu dapat dipercaya
3. Tabligh, Rasul selalu menyampaikan wahyu
4. Fatanah, Rasul memiliki kecerdasan
 Sifat mustahil bagi Nabi dan Rasul
1. Kidzib, mustahil Rasul bersifat bohong atau dusta
2. Khianah, mustahil Rasul itu Khianat
3. Kitman, mustahil Rasul itu menyembunyikan kebenaran
4. Baladah, mustahil Rasul itu bodoh
 Sifat Jaiz bagi Rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardhul basyariyah
yang artinya Rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti
rasa apar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga, dan lain
sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from


https://www.academia.edu/34887845/SIFAT_SIFAT_WAJIB_DAN_MU
STAHIL_BAGI_ALLAH_pembahsan_sama_dan_bashar.
(n.d.). Retrieved from http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-
allah.html.
(n.d.). Retrieved from http://media-islam.or.id/2011/10/30/4-sifat-nabi-shiddiq-
amanah-fathonah-dan-tabligh/.
(n.d.). Retrieved from http://www.gudangmakalah.site/2020/07/sifat-wajib-dan-
mustahil-bagi-nabi-dan.html.
(n.d.). Retrieved from http://usmandzunnurain.blogspot.com/2012/05/makalah-
sifat-sifat-bagi-allah-dan.html?m=1.
(n.d.). Retrieved from https://portalpasuruan.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-
1371551964/sifat-rasul-rasul-allah-swt-rangkuman-pelajaran-pendidikan-
agama-islam-sma-dan-ma-kelas-11?page=2.
Azyumardi Azra, d. (2002). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Departemen Agama RI.

13

Anda mungkin juga menyukai