Anda di halaman 1dari 3

AKHLAK MULIA BANGSA ARAB

Selain dikenal dengan akhlak tercela, bangsa Arab pada masa jahiliyah juga
dikenal dengan beberapa akhlak mereka yang mulia. Akhlak mulia itu menjadi
keistimewaan mereka di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Setelah Islam datang, agama ini
mengakui dan mengokohkan akhlak tersebut. Di antara akhlak mulia itu adalah sebagai
berikut.

Jujur
Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang jujur dalam berkata. Mereka sangat
menghindari dusta. Kisah Abu Sufyan sebelum masuk Islam ketika bertemu Kaisar
Romawi, Heraklius, dan ditanya mengenai Nabi Muhammad menjadi bukti nyata
mengenai itu. Alkisah pada tahun 7 Hijriah, Nabi mengirim surat ajakan masuk Islam
kepada Heraklius. Saat surat itu diterima, Abu Sufyan beserta rombongannya sedang
berdagang di Syam. Heraklius memanggil Abu Sufyan dan menanyakan beberapa hal.
Kepada juru bahasanya, Heraklius berkata, “Aku akan menanyai orang ini tentang
seseorang yang mengaku nabi itu. Jika ia membohongiku, dustakanlah orang ini oleh
kalian.” Abu Sufyan bergumam, “Demi Allah, kalaulah tidak karena takut menanggung
malu jika ketahuan bohong, pasti aku berdusta tentang Nabi.” Abu Sufyan ditanya
tentang nasab Nabi. Ia menjawab bahwa Nabi mempunyai nasab mulia yang dikenal di
kalangan kaum Quraisy. Ia lalu ditanya tentang pengikut Nabi apakah ada yang murtad
karena membenci agamanya. Ia jawab tidak ada, bahkan jumlah pengikut Nabi semakin
bertambah banyak. Ia juga ditanya mengenai akhlak Muhammad sebelum menjadi nabi
apakah dikenal sebagai pembohong dan pengkhianat. Ia jelaskan bahwa beliau orang
yang jujur dan amanah. Semua pertanyaan Heraklius dijawab dengan jujur oleh Abu
Sufyan yang saat itu belum masuk Islam dan masih memusuhi Nabi.

Senang Menjamu Tamu


Bangsa Arab senang menjamu tamu secara gratis tanpa meminta balasan sepeser
pun. Tradisi ini dipandang sebagai salah satu kewajiban bangsa Arab semasa jahiliyah
yang dibenarkan oleh Islam. Waktu bertamu adalah selama tiga hari. Orang paling
dermawan di kalangan mereka adalah Abdullah bin Jud‘an dan Hatim Ath-Tha’i. Setiap
tahun, Abdullah bin Jud‘an membagi-bagikan seribu pakaian dan menjamu orang banyak.
Ia berkata, “Utusanku yang menjemput kalian adalah matahari saat terbit dan saat
tenggelam.” Apabila udara sedang dingin-dinginnya, Hatim Ath-Tha’i menyalakan api
agar orang yang tersesat jalan, musafir, atau orang asing bisa mengetahui posisinya,
kemudian mereka mendatanginya untuk singgah dan makan-makan.
Berani
Semasa jahiliyah, bangsa Arab dikenal sebagai bangsa pemberani. Mereka tidak
terima jika dihina dan direndahkan. Apabila diri mereka atau sekutu mereka diganggu
sehingga merasa terhina, segera mereka menghunuskan pedang, berteriak dengan keras,
dan mengobarkan perang sengit meskipun harus mengorbankan jiwa mereka.

Menghormati Bulan-Bulan Haram


Bulan haram adalah bulan suci dan terhormat. Ada empat bulan haram dalam
kalender yang berlaku di kalangan bangsa Arab, yaitu Dzulqa‘dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab. Bulan-bulan ini sangat dihormati oleh orang Arab. Pada bulan-
bulan ini, seorang pembunuh yang bertemu orang tua, saudara, atau anak korban yang
dibunuhnya tidak akan disentuh sedikit pun.

Mandi Janabah
Mandi janabah adalah tradisi yang dikerjakan oleh bangsa Arab pada masa
jahiliyah. Ini termasuk sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim. Keterangan yang menunjukkan hal
itu adalah setelah kekalahan suku Quraisy dalam perang Badar, Abu Sufyan bernadzar
tidak akan membasahi kepalanya dengan air mandi janabah hingga bisa menyerang
Madinah dan membalas kekalahan mereka kepada kaum Muslimin. Maksudnya, ia tidak
akan menggauli istrinya sehingga mengharuskannya mandi janabah.

Berkhitan
Bangsa Arab berkhitan pada masa jahiliyah untuk mengikuti sunnah Nabi
Ibrahim. Hal ini ditunjukkan oleh kisah Heraklius bersama Abu Sufyan. Alkisah, datang
orang Arab utusan raja Ghassan membawa berita mengenai kenabian Muhammad.
Setelah mengonfirmasi beberapa hal, Heraklius berkata kepada para prajuritnya, “Pergi
dan lihatlah apakah ia berkhitan.” Mereka segera melaksanakan perintah Heraklius dan
menyampaikan bahwa utusan Arab itu berkhitan. Heraklius lalu menanyainya, “Apakah
kaummu berkhitan?” “Ya,” jawabnya. “Sungguh, telah muncul raja umat ini”, kata
Heraklius.

Pelajaran Penting
Dari beberapa tradisi dan akhlak mulia yang dimiliki oleh bangsa Arab pada masa
jahiliyah, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting. Pertama, bangsa Arab
mengerjakan sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim ‘alayhis salâm. Mereka mengerjakan haji dan
umrah, namun disertai dengan beberapa penyimpangan. Mereka mengharamkan nikah
dengan ibu, bibi, dan nenek. Mereka mandi janabah dan berkhitan. Kedua, bangsa Arab
pada masa jahiliyah mempunyai sifat-sifat terpuji yang membedakan mereka dengan
bangsa lain. Sifat-sifat itu dibenarkan oleh Islam. Ketiga, sifat-sifat terpuji yang dimiliki
bangsa Arab sebelum kelahiran Islam merupakan sisa-sisa ajaran hanif Nabi Ibrahim.
Keempat, sebagian kaum Muslim hari ini sangat membutuhkan akhlak terpuji yang
dimiliki oleh bangsa Arab pada masa jahiliyah itu.
(Disadur dari As-Sîrah An-Nabawiyyah ‘Alâ Mâ Jâ-a fî Al-Qur’ân wa Shahîh As-Sunnah,
hlm. 22-26)

Anda mungkin juga menyukai