DISUSUN OLEH :
NUR AFDALIA TAHIR
220407561003
Kelas : 32 B
B. Negara
Menurut Roger H. Soltau: “ Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.”
Menurut Harold J. Lasksi: “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.”
Menurut Max Weber: “ negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.”
Negara merupakan integrasi dari keuasaan politik, organisasi pokok dari kekuasaan politik.
Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara
sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan
dari kehidupan bersama (seluruh warga Negara). Menurut John Locke, pada dasarnya fungsi
negara dapat diamat pada tiga hal: 1) Fungsi Legislasi, yaitu fungsi membuat undang-undang
dan peraturan. 2) Fungsi Eksekutif, yaitu fungsi untuk melaksanakan peraturan. 3) Fungsi
Federatif, yaitu fungsi untuk mengurusi urusan luar megeri dan urusan perang dan damai.
Fungsi Negara:
1. Fungsi Regular (fungsi pengaturan)
a. Fungsi Politik, fungsi ini merupakan kewajiban negara yang pertama kali muncul
setelah negara tersebut lahir. Aspek yang termasuk dalam fungsi ini adalah: pertama,
pemeliharaan ketenangan dan ketertiban. Kedua, pertahanan dan keamanan
(security).
b. Fungsi Diplomatik, negara tidak akan dapat hidup secara sempurna tanpa
berhubungan dengan negara yang lain. Inilah yang merupakan hakikat dari fungsi
diplomatik. Negara berhubungan dengan negara lain atas dasar persahabatan yang
bertanggung jawab bukan atas dasar penjajahan.
c. Fungsi Yuridis, dalam pelaksanaan fungsinya, negara harus dapat menjamin adanya
rasa keadilan dalam masayarakat. Dalam konteks ini, negara berkewajiban untuk
mengatur tata cara bernegara dan bermasyarakat agar dapat terhindar dari adanya
konflik-konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
d. Fungsi Administrasi, fungsi ini mengharuskan negara menata birokrasinya, demi
mewujudkan tujuan sebuah negara. Penataan birokrasi yang dimaksud bukan atas
dasar kemauan negara semata-mata, akan tetapi selalu bersumber pada aturan hukum
yang telahn ditetapkan sebelumnya.
2. Fungsi Pembangunan
Pembangunan pada hakikatnya merupakan perubahan yang terencana dilakukan secara
terus menerus untuk menuju pada suatu perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan negara dimaksud tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, secara
tegas dikemukakan bahwa “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.” Semangat inilah yang kemudian
melandasi pengelolaan negara dan pemerintahan, untuk mencapai kebaikan dan
kesejahteraan bersama.
Tugas Negara:
1) Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang bertentangan satu sama
lain (a sosial), supaya tidak menjadi antagonisme / anarkisme yang membahayakan;
2) Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
pada tujuan nasional.
Sifat - sifat negara:
a) Sifat Memaksa, dalam hubungan internasional merujuk pada penggunaan kekuatan
atau ancaman kekuatan oleh suatu negara terhadap negara lain untuk mencapai
tujuannya. Sifat memaksa dapat melibatkan penggunaan kekuatan militer, ekonomi,
atau diplomasi untuk memengaruhi tindakan atau kebijakan negara lain. Sifat
memaksa dapat berdampak pada hubungan antara negara secara politik, ekonomi, dan
sosial, serta dapat menciptakan ketegangan atau konflik antara negara-negara yang
terlibat.
b) Sifat Monopoli, monopoli dalam hubungan internasional merujuk pada dominasi atau
kontrol penuh yang dimiliki oleh satu negara atau sekelompok negara terhadap sumber
daya, wilayah, atau kebijakan internasional tertentu. Negara atau kelompok negara
yang memiliki monopoli dapat memegang kekuatan atau pengaruh yang sangat besar
dalam konteks internasional, yang dapat mempengaruhi tindakan dan kebijakan
negara-negara lain. Monopoli dapat terjadi dalam berbagai bidang, seperti ekonomi,
teknologi, politik, dan militer.
c) Mencakup Semua Negara, konsep mencakup semua negara dalam ilmu politik
merujuk pada fakta bahwa dalam sistem politik global, semua negara di dunia
dianggap sebagai entitas yang saling terkait dan berpartisipasi dalam hubungan
internasional. Tidak ada negara yang terkecuali dari interaksi politik, ekonomi, dan
sosial di tingkat global. Meskipun negara-negara memiliki perbedaan dalam hal
ukuran, kekuatan, dan pengaruh, namun dalam konteks hubungan internasional, setiap
negara dianggap memiliki kedudukan yang sama dan harus berhubungan dengan
negara-negara lain dalam sistem politik global.
Unsur-unsur negara:
a) Wilayah adalah bagian fisik atau geografis dari suatu negara yang memiliki batas-batas
tertentu. Wilayah dapat meliputi daratan, perairan, udara, serta sumber daya alam yang
terdapat di dalamnya. Wilayah merupakan landasan geografis dari suatu negara, yang
menjadi cakupan wilayah di mana negara tersebut berdaulat, mengatur, dan
melaksanakan pemerintahan serta menjalankan kebijakan publik.
b) Penduduk adalah jumlah individu atau kelompok manusia yang tinggal di dalam
wilayah suatu negara dan menjadi bagian dari komunitas negara tersebut. Penduduk
dapat terdiri dari beragam kelompok etnis, budaya, agama, dan sosial yang
membentuk masyarakat dalam suatu negara. Penduduk merupakan sumber daya
manusia dalam negara yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, dan
sosial di dalam negara tersebut.
c) Pemerintah adalah lembaga atau badan yang memiliki otoritas dan wewenang untuk
mengatur, mengelola, dan menjalankan kebijakan serta fungsi pemerintahan dalam
suatu negara. Pemerintah bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan politik,
pelaksanaan kebijakan publik, pemeliharaan ketertiban dan keamanan, serta pelayanan
publik untuk masyarakat. Pemerintah dapat terdiri dari berbagai cabang, seperti
eksekutif, legislatif, dan yudikatif, yang bekerja bersama-sama dalam menjalankan
pemerintahan.
d) Kedaulatan adalah prinsip yang menggambarkan kekuasaan penuh dan otonomi yang
dimiliki oleh suatu negara dalam wilayahnya sendiri, tanpa adanya campur tangan dari
negara-negara asing atau pihak ketiga. Kedaulatan merupakan prinsip dasar dari
konsep negara modern, yang menegaskan bahwa suatu negara memiliki hak untuk
mengatur urusan dalam wilayahnya, membuat kebijakan publik, menjalankan
pemerintahan, serta melindungi kepentingan dan kebijakan nasional tanpa campur
tangan dari pihak luar.
C. Kekuasaan
1. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan berasal dari kata “kuasa” yang berarti kemampuan atau
kesanggupanuntukmelakukan sesuatu. Kekuasaan merupakan konsep yang sangat
penting dalamilmu sosial padaumumnya dan dalam ilmu politik pada khususnya. Pada
hal ini politik mengasumsikaninti kekuasaan politik artinya memperjuangkan dan
mempertahankan kekuasaan. Kekuasaanerat kaitannya dengan pengaruh atau
mempengaruhi, kekuasaan pada umumnya berupa relasi dalamarti terdapat satu pihak
yang meguasai dan satu pihak yang tunduk, satu pihak memberikanperintah dan satu
pihak harus patuh pada perintah tersebut.
Machiavelli menggambarkan Kekuasaan sebagai sebuah tujuan. Kekuasaan ini
diwujudkandalam negara sebagai simbol politik tertinggi bersifat mutlak dan
mencakup semuanya. Kekuasaan adalah inti dari apa yang diperbuat oleh seorang
penguasa yang ingin berkuasa. Tugas utama penguasa adalah mencari keunggulan dan
mempertahankan kepentingan negaranyauntuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam
menjamin kelangsungan hidup diperlukan kekuatandan kecerdikan. Jika negara tidak
kuat akan mendorong hasrat kekuatan negara lainuntukmenghancurkannya.
Kecerdikan ini merupakan kepekaan terhadap bahaya dan kepekaanpadakesempatan
yang mendatangkan manfaat. Penguasaan boleh menggunakan sikap tidakterpuji tetapi
mampu menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagi masyarakatnya dan
menjagakestabilan kekuasaannya. Machiavelli mengasumsikan bahwa dunia
merupakan tempat yangberbahaya namun menguntungkan bagi masyarakat. Baginya
hal yang paling pentingbagi penguasa adalah mampu memberikan kenyamanan
kepada rakyatnya.
2. Sumber Kekuasaan Sumber sumber dalam kekuasaan dapat dilihat berdasarkan pada 2
hal yaitu:
a. Kekuasaan berdasarkan pada kedudukan Dibagi kedalam beberapa jenis yakni:
1) Kekuasaan formal atau legal, kekuasaan dalam hal ini diperoleh karena dipilih
atauditunjukdan diperkuat dalam aturan maupun perundangan- undangan
secara sah.
2) Kendali atas Sumber dan Ganjaran, seseorang memiliki kekuasaan untuk
memimpindanmemberikan ganjaran kepada anggota yang berada di bawahnya.
3) Kendali atas hukum dan ganjaran, umumnya berkaitan dengan hukuman maka
ganjarannyaakan terkait dengan kendali atas hukuman. Biasanya
kepemimpinan seperti ini berdasarkanrasa takut.
4) Kendali atas informasi, dalam hal ini pihak yang memegang sumber informasi
dapat menjadi pemimpin.
5) Kendali ekologik, sumber ini disebut juga rekayasa terhadap situasi, contohnya
kendali dalam hal penempatan jabatan oleh seorang pemimpin.
6) Kekuasaan kepribadian, hal ini didasarkan pada kepribadian seseorang atau
sifatnyayangmempunyai keterampilan atau keahlian, maupun kharismanya.
b. Kekuasaan pada sumber politik, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Kendali terhadap proses pembuatan keputusan, kekuasaan seseorang untuk
membuat sebuahkeputusan misalnya dalam sebuah organisasi ketua atau
pimpinan mempunyai kuasa untukmenetukan sebuah keputusan akan dibuat
dan dilaksanakan.
2) Koalisi kepemimpinan atas dasar kekuasaan politik ditentukan juga akan hak
dan wewenangdalam membuat kerjasama dengan pihak lain. 3) Partisipasi
pimpinan dalam mengatur partisipasi anggotanya, artinya pemimpin
mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan bentuk partisipasi dan siapa
saja yang boleh terlibat.
3) Institusionalisasi, pemimpin mempunyai kekuasaan dalam penentuan dan
penetapansesuatusesuai tujuan dan fungsi institusi atau lembaganya.
Selain itu sumber kekuasaan juga diperoleh melalui legitimasi, kuasa atas
sumber informasi, keuangan, keahlian atau kritikalitas, hubungan sosial dalam
masyarakat dan karakter seseorangyang hebat.
Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan, atau kepercayaan.
Sumber kekuasaan berupa kekayaaan, misalnya seorang pengusaha kaya
mempunyai kekuasaan atas seorang politikus atau seorang bawahan yang
mempunyai utang yang belum dibayar kembali. Kekuasaan bersumber pada
kepercayaan atau agama, di banyak tempat alim ulama mempunyai kekuasaan
terhadap umatnya, sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang
perlu diperhitungkan dalam proses pembuatan keputusan di tempat itu. Kekuasaan
bersumber pada kedudukan diartikan sebagai posisi jabatan seseorang dalam
memiliki kekuasaan. Misalnya, orang yang memiliki kekuasaan dapat
mempengaruhi kedudukan atau statusnya.
D. Kebijakan
Secara etimologi, istilah kebijakan berasal dari kata “bijak” yang berarti “selalu
menggunakan akal budidaya; pandai; mahir”. Selanjutnya dengan memberi imbuhan kedan
- an, maka kata kebijakan berarti “rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan”.
Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka pengertian kebijakan dalam pendidikan
merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan,
yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.
1. Perencanaan Kebijakan
Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan cakupan pencapaiannya. Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan
penggunaan sumberdaya manusia (human resources), sumber daya alam (natural
resources), dan sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Sementara
itu, Mulyasa menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu bentuk dari pengambilan
keputusan (decision making). Hamzah B. Uno juga menyatakan perencanaan adalah suatu
cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan kebijakan publik merupakan salah satu tahap dari rangkaian proses
pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Pandangan Dunn mengatakan,
perumusan kebijakan (policy formulation) yakni pengembangan dan sintesis terhadap
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Winarno menyatakan bahwa masing-masing
alternatif bersaing untuk di pilih sebagai kebijakan dalam rangka untuk memecahkan
masalah. Islamy menyebutkan perumusan kebijakan sebagai alternatif yang terus menerus
dilakukan dan tidak pernah selesai, dalam memahami proses perumusan kebijakan perlu
memahami aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan.
b. Agenda Kebijakan
Sekian banyak problema-problema umum yang muncul hanya sedikit yang
mendapat perhatian dari pembuat kebijakan publik. Pilihan dan kecondongan perhatian
pemuat kebijakan menyebabkan timbulnya agenda kebijakan. Sebelum masalah-
masalah berkompotensi untuk masuk dalam agenda kebijakan, masalah tersebut akan
berkompetisi dengan masalah yang lain yang pada akhirnya akan masuk dalam agenda
kebijakan. Pentingnya status agenda kebijakan dalam formulasi kebijakan publik, Cob
dan Elder dalam Islamy mengartikan kebijakan sebagai: “Agenda sistemik terdiri atas
semua isu-isu yang dipandang secara umum oleh anggota-anggota masyarakat politik
sebagai patut memperoleh perhatian dari publik dan mencakup masalahmasalah yang
berada dalam kewenangan sah setiap tingkat pemerintah masing-masing.”
Abdul Wahab menyatakan bahwa suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda
kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
1) Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia praktis tidak lagi bisa
diabaikan begitu saja.
2) Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat menimbulkan
dampak (impact) yang bersifat dramatik.
3) Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut kepentingan orang banyak.
4) Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas.
5) Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan (legitimasi) dalam
masyarakat.
6) Isu tersebut menyangkut suatu persoalan yang fasionable, dimana posisinya sulit
untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan kehadirannya.
1) Mengidentifikasi altenatif.
2) Mendefinisikan dan merumuskan alternative
3) Menilai masing-masing alternatif yang tersedia
4) Memilih alternatif yang memuaskan atau paling mungkin untuk dilaksanakan.
Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan
antara berbagai aktor, masing-masing aktor ditawarkan alternatif dan pada tahap ini sangat
penting untuk mengetahui apa alternatif yang ditawarkan oleh masing-masing aktor. Pada
kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang
terjadi antara aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
Menurut Anderson dalam Islamy, proses pengesahan kebijakan diawali dengan kegiatan:
1) Persuasion, yaitu usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang suatu kebenaran atau
nilai kedudukan seseorang dan mereka mau menerimanya sebagai milik sendiri;
2) Barganing, yaitu suatu proses dimana kedua orang atau lebih mempunyai kekuasaan atau
otoritas mengatur setidak-tidaknya tujuan-tujuan mereka tidak sepakati agar dapat
merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama tetapi tidak ideal bagi
mereka. Barganing meliputi perjanjian (negotation); saling memberi dan menerima (take
and give); dan kompromi (copromise).
Sumber :
Abdul Wahab, Solichin. (2008). Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke. Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dunn, William. (2003). Analisa Kebijakan Publik, cetakan kedua. Yogyakarta: Gajah
Mada Press.
E. Pengambilan Keputusan
a. Definisi Keputusan
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau
rekomendasi (Fahmi, 2013). Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan
digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang
dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan- kesalahan yang
tersembunyi karena faktor ketidakhati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.
b. Relasi Antara Pengambilan Keputusan Dengan Pencapaian
Tujuan
Setiap manusia memiliki tujuan yang hendak diraih. Tujuan tersebut dapat diraih secara
individu atau melalui kelompok. Organisasi merupakan wadah atau alat yang digunakan
oleh manusia untuk mengkoordinasikan seluruh tindakan mereka dengan tujuan saling
berinteraksi untuk mencapai sejumlah tujuan yang sama. Pencapaian tujuan merupakan
konsep yang dikaitkan dengan masa depan, artinya tujuan yang hendak dicapai oleh
seseorang atau organisasi merupakan sesuatu yang hendak diraih. Untuk meraih tujuan
tersebut kita dihadapkan pada kelangkaan (scarcity) sumber daya.
Kelangkaan menjadi salah satu faktor penghambat bagi seseorang atau
organisasi dalam mencapai tujuannya. Selain kelangkaan, konsep lain yang merupakan
hambatan bagi pencapaian tujuan adalah konsep tentang ketidak-pastian (uncertainty).
Masa depan diisi dengan ketidak-pastian, dimana memunculkan dua peluang kondisi
yang akan muncul. Kondisi pertama menghasilkan keuntungan, dengan asumsi :
manusia dapat melakukan peramalan atas apa yang akan terjadi pada masa depan
dengan tepat.
Kondisi kedua menghasilkan kerugian atau resiko (risk), resiko dikatakan sebagai
kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan kenyataan atau hasil yang terealisasi.
Konsep-konsep utama dalam kajian manajemen ini dilandaskan atas ketersediaan
informasi tentang peristiwa masa depan. Ketidak-pastian dan peluang terjadinya
peristiwa yang tidak diinginkan mendorong kita untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah informasi menjadi data yang dapat dipakai sebagai panduan dalam
menentukan keputusan.
Kesulitan dalam mewujudkan keseuaian tentang hasil yang mungkin terjadi
dengan kenyataan mendorong kita menetapkan proses pengambilan keputusan secara
cerdas. Dimana proses tersebut dibantu oleh sejumlah teknik analisis penentuan
alternatif solusi.Proses pengambilan keputusanmenunjukkan langkah sistematis tentang
pencarian jawaban atas pertanyaan : apa masalah yang dihadapi, mengapa masalah
penting untuk diselesaikan dan bagaimana cara menyelesaikan masalah ? Ketiga
pertanyaan ini selalu muncul dalam pencapaian tujuan organisasi. Seluruh alat, metode,
konsep dan teori yang dibangun dalam kajian manajemen dipakai untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
c. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap
yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-
tahap tersebut adalah :
a) Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang atau mudah dimengerti
b) Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali
c) Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebikh tajam dan terarah secara lebih spesifik
d) Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing
yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang
akan dipakai
e) Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Di sisi lain Simon (dalam Fahmi, 2013) mengatakan, pengambilan keputusan
berlangsung melalui empat tahap, yaitu :
1. Inteligence
2. Design
3. Choice dan
4. Implementasi
Inteligence adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan
mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap
masalah. Biasanya pada tahap ini dikaji berbagai macam alternatif pemecahan masalah.
Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif
yang ada dan memilih yang terbaik. Implementasi adalah tahap pengambilan keputusan
dan melaksanakannya.
d. Tipe-tipe Keputusan
Teori pengambilan keputusan diklasifikasikan menjadi keputusan terprogram dan
tidak terprogram, setiap keputusan tersebut memiliki perbedaannya masing-masing,
yaitu :
1) Keputusan Terprogram
Dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin saja, tanpa ada persoalan-
persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan keputusan yang
dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang terkerjakan berlangsung secara
baik dan stabil. Keputusan terprogram mampu diselesaikan ditingkat lini paling
rendah tanpa harus membutuhkan masukan dari pihak middle dan top management.
Jika dibutuhkan keterlibatan middle management hanya pada pelurusan beberapa
bagian teknis. Contoh keputusan yang terprogram adalah pekerjaan yang
dilaksanakan dengan rancangan SOP (standard operation procedure) yang sudah
dibuat sedemikian rupa.
Pada dasarnya suatu keputusan yang terprogram akan dapat terlaksana
dengan baik jika memenuhi beberapa syarat, yaitu :
a) Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai standar yang
diinginkan.
b) Sumber informasi baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif lengkap tersedia,
serta informasi yang diterima adalah dapat dipercaya.
c) Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama keputusan yang
terprogram tersebut dilaksanakan
d) Aturan dan kondisi eksternal organisasi mendukung terlaksananya keputusan
terprogram ini hingga tuntas. Seperti peraturan dan berbagai ketentuan lainnya tidak
ikut menghalangi, bahkan sebaliknya turut mendukung
2) Keputusan yang tidak terprogram
Keputusan yang diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang
belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat pengulangan, tidak terstruktur dan
sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya (Siagian dalam Fahmi, 2013).
Karena itu Griffin mendefinisikan keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang
secara relatif tidak terstruktur dan muncul lebih jarang daripada suatu keputusan
terprogram. Pengambilan keputusan ini lebih bersifat rumit dan membutuhkan
komptensi khusus untuk menyelesaikannya, seperti top management dan para
konsultan dengan tingkat skill yang tinggi. Contohnya : penyelesaian kasus unjuk
rasa.
Sumber : Dermawan, 2016
F. Konflik
a. Definisi Konflik
a) Pengertian Konflik
Konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak, ketika
keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya hambatan
dari kedua pihak. Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan
kekerasan seperti kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Konflik mengandung
pengertian “benturan” seperti perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar
individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan kelompok atau
pemerintah.
Sumber: Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia. Hlm. 149
Jadi konflik politik dirumuskan secara luas sebagai perbedaan pendapat,
persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah individu-individu, kelompok ataupun
organisasi dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan sumber-sumber dari
keputusan yang dibuat yang dilaksanakan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan
pemerintah meliputi lembaga eksekutif legislatif dan yudikatif. Sebaliknya secara
sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan kolektif warga masyarakat
yang diarahkan untuk menentang kebijakan umum dan pelaksanaannya juga perilaku
penguasa beserta segenap aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur hubungan-
hubungan diantara partisipan politik.
Sumber: Arbi Sanit, 1985. Perwakilan Politik Indonesia, Jakarta: CV Rajawali. Hlm. 131
c. Penyebab Konflik
Salah satu sumber konflik politik adalah adanya stuktur yang terdiri dari penguasa
politik dan sejumlah orang yang dikuasi (Rauf, 2001: 25-28). Stuktur ini menyebabkan
bahwa konflik politik yang utama adalah antara penguasa politik dan sejumlah orang
yang menjadi obyek kekuasaan politik. Konflik yang hebat antara penguasa politik
dengan rakyatnya sendiri karena ketidakmauan dan ketidakmampuan penguasa politik
memahami dan membela kepentingan rakyatnya. Rakyat tidaklah patut disalahkan
sebagai penyebab terjadinya konflik politik. Hal yang perlu diperhatikan bahwa konflik
politik timbulkan oleh adanya keterbatasan sumber-sumber daya yang dibutukan untuk
hidup semakin besar kemungkinan terjadinya konflik politik. Dengan kata lain, semakin
besar penderitaan dan kekecewaan rakyat semakin besar dorongan di dalam masyarakat
untuk terlibat konflik dengan penguasa politik.
Sumber: Ibid. Hlm. 159
Konflik politik dapat muncul kepermukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu konflik
politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal.
1. Kemajemukan Horizontal Adalah struktur masyarakat yang Majemuk secara kultural,
seperti: suku bangsa, daerah, agama, dan ras. Majemuk secara sosial, seperti:
perbedaan pekerjaan dan profesi, serta karakteristik tempat tinggal.
Kemajemukan horizontal kultural dapat menyebabkan konflik karena, setiap
daerah berupaya mempertahankan identitas dan karakteristik budaya masing-
masing. Jika tidak ada konsensus nilai, maka akan terjadi perang saudara atau
gerakan separatisme.
Kemajemukan horizontal sosial dapat menyebabkan konflik, karena masing-
masing kelompok pekerjaan, profesi, dan tempat tinggal memiliki kepentingan
yang berbeda-beda dan saling bertentangan.
2. Kemajemukan Vertikal Adalah struktur masyarakat yang terbagi berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Jadi, distribusi kekayaan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang pincang merupakan penyebab utama timbulnya konflik politik.
Sumber: Ramlan Surbakti. Op Cit. Hlm.
G.