Tutorial Klinik PPKKJ Kel 5
Tutorial Klinik PPKKJ Kel 5
Oleh
KELOMPOK 5
Klien masuk pada hari sabtu tanggal 9 Desember 2023, dengan keluhan gelisah, sering mondar
mandir dan klien juga sangat fokus pada benda-benda yang kecil. Klien adalah pasien
skizofrenia paranoid dengan halusinasi pendengaran. Klien mengatakan dulu pernah belajar
ilmu silat ghaib waktu duduk dibangku tsnawiyah, dan 2 tahun setelah itu merasa di rasuki dan
mendengar bisikan-bisikan Klien mengalami gejala ini sejak 5 tahun terakhir, ibu klien
mengatakan klien pernah mengamuk karena mendengar bisikan dan dibawa ke habib untuk di
ruqyah. Klien sering mendengar suara- suara yang tidak ada. Klien sudah menjalani pengobatan
kurang lebih 5 tahun pernah beberapakali di lakukan rawat inap. Klien 2 bulan yang lalu pernah
di rawat di bangsal jiwa, klien sempat menghentikan pengobatan karena merasa sudah sembuh.
Pada saat pengkajian tanggal 14 Desember 2023 jam 11.00 WITA didapatkan TTV pasien TD :
130/80 mmHg HR: 96x/m RR: 20x/m temp: 36, 5 SpO2: 99%. Tidak ada keluhan fisik. Klien
mengatakan tidak bisa tidur tanpa minum obat. Klien mengatakan pernah ingin mati saja karena
merasa menjadi beban bagi ibunya. Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai sosok seorang
ayah sejak umur 2 tahun.
Terapi List :
DS: 1. Resiko Bunuh Diri - Pengkajian - Pola pengasuhan Salah satu faktor yang paling berperan
DS:
penting dalam pembentukan harga diri
- Klien mengatakan tidak menggunakan SIRS orang tua (ibu)
seseorang adalah keluarga terutama orang
bisa tidur jika tidak - Klien mengatakan (Sucidial yang defensif tua. Hal ini terjadi karena keluarga
merupakan tempat pertama bagi individu
minum obat ingin mati saja karena Intervention Rating kemungkinan
untuk melakukan adaptasi dalam menjalani
- Klien mengatakan menjadi beban ibunya Scale) menyebabkan anak proses kehidupan. Peran orang tua dalam
membantu pembentukan harga diri pada
gelisah, selalu ingin DO: - Tingkat observasi merasa
remaja dapat terlihat dari bagaimana orang
mondar mandir resiko bunuh diri ketergantungan dan tua mengasuh dan memberikan didikan
- Klien tampak sedih
kepada anak. Pola asuh yang tepat dapat
- Klien mengatakan belajar - Terapi List menyebabkan
dan khawatir membantu remaja memiliki tingkatan harga
ilmu silat gaib waktu - harga diri rendah diri yang tinggi. Pola asuh yang diberikan
Klien tampak banyak
oleh setiap orang tua terhadap anaknya
umur 14 tahun diam berbeda dan biasanya disesuaikan
-Klien mengatakan tergiur - pada nilai yang diyakini dan latar
Kontak mata kurang
belakang orang tua.Terdapat tiga tipe
mempelajari ilmu tersebut - Klien tampak mondar pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
karena ingin terlihat hebat kepada anak, yaitu: pola asuh otoriter
mandir
yang cenderung mengatur anak tanpa
dan bisa terbang - Klien tampak mendengarkan terlebih dahulu apa yang
- Klien mengatakan pernah menjadi keinginan anak, pola asuh
melamun
permisif yang cenderung mengikuti
berfikir untuk lebih baik semua keinginan anak sehingga
mati saja dari pada jadi bersifat terlalu memanjakan anak dan
2. Harga diri rendah
pola asuh demokrasi yang merupakan
beban orang tua DS: gabungan dari pola asuh otoriter dan
- Klien mengatakan permisif, karena cenderung mendiskusikan
- Klien mengatakan setiap aturan yang diberlakukan dalam
mendengar bisikan- keluarga dan mengijinkan anak untuk
belajar ilmu silat gaib
bisikan setelah belajar memberikan pendapat namun anak
ilmu silat gaib waktu umur 14 tahun tetap menerima konsekuensi ketika
melakukan kesalahan. Berdasarkan data
- Klien mengatakan - Klien mengatakan
dari National Center for Biotechnology
bisikan gaib tergiur mempelajari Information (2020), prevalensi kejadian
gangguan mental remaja secara global
memerintahnya untuk ilmu tersebut karena
sebanyak 25%. Berdasarkan data dari
mengamuk ingin terlihat hebat Riskesdas (2018), prevalensi kejadian
gangguan mental di Indonesia sebanyak
- Ibu klien mengatakan dan bisa terbang
9,8%.
klien pernah di ruqyah DO: (Natasya Elisabeth, 2021)
karena mengamuk - Pandangan klien
- Klien mengatakan merasa tampak melihat ke
bahwa dirinya sudah satu arah
sembuh - Klien tampak berjalan
- Klien mengatakan dirinya menunduk
tidak perlu minum obat - Postur tubuh
lagi menunduk
- Klien mengatakan tidak - Kontak mata kurang
minum obat dalam 1 - Klien tampak lesu
bulan terakhir tidak bergairah
- Klien mengatakan ingin - Klien tampak bicara
mati saja karena menjadi pelan dan lirih
beban ibunya - Ekspresi muka datar
- Ibu klien mengatakan
klien tidak mempunyai 3. Gangguan persepsi
sosok ayah sejak usia 2 sensoris: halusinasi
tahun pendengaran
- Ibu klien mengatakan DS:
sangat menyanyangi - Klien mengatakan
anaknya, dia tidak pernah mendengar bisikan-
memukul apalagi bisikan setelah belajar
memarahi anaknya ilmu silat gaib
DO : - Klien mengatakan
- Klien tampak lesu bisikan gaib
- Pandangan klien tampak memerintahnya untuk
melihat ke satu arah mengamuk
- Klien tampak berjalan - Klien mengatakan
menunduk tidak bisa tidur jika
- Postur tubuh menunduk tidak minum obat
- Kontak mata kurang
- Klien tampak lesu tidak DO:
bergairah
- Klien tampak lesu
- Klien tampak bicara
- Pandangan klien
pelan dan lirih
tampak melihat ke
- Ekspresi muka datar
satu arah
- Klien tampak sedih dan
- Klien tampak
khawatir
khawatir
- Klien tampak mondar - Klien tampak mondar
mandir mandir
- Klien tampak banyak
diam 4. Resiko perilaku
- Klien tampak melamun kekerasan
- Klien mengalami DS:
kesulitan tidur - Klien mengatakan
- Klien tidak tahu kalau bisikan gaib
program obat harus memerintahnya untuk
sesuai instruksi dokter mengamuk
- Orang tua klien tidak - Ibu klien mengatakan
mengetahui pentingnya klien pernah di
minum obat secara teratur ruqyah karena
- TTV : mengamuk
TD : 130/80 mmHg - Klien mengatakan
HR: 96x/m gelisah, selalu ingin
RR: 20x/m mondar mandir
Temp: 36, 5 DO:
SpO2: 99%.
- Klien tampak mondar
mandir
- Klien tampak
menarik diri
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR: 96x/m
RR: 20x/m
Temp: 36, 5
SpO2: 99%.
5. Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
DS:
- Klien mengatakan
merasa bahwa dirinya
sudah sembuh
- Klien mengatakan
dirinya tidak perlu
minum obat lagi
- Klien mengatakan
tidak minum obat
dalam 1 bulan
terkahir
DO:
6. Koping individu
tidak efektif
DS:
- Klien mengatakan
pernah berfikir untuk
lebih baik mati saja
dari pada jadi beban
ibunya
- Klien mengatakan
tidak bisa tidur jika
tidak minum obat
- Ibu klien mengatakan
klien tidak
mempunyai sosok
seorang ayah sejak
umur 2 tahun
- Ibu klien mengatakan
sangat menyayangi
anaknya, dia tidak
pernah memukul
apalagi memarahi
anaknya
DO:
Pohon masalah
Problem solving
Pendahuluan: Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa,
dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian
secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas
baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak
produktif dan tidak efisien (Widiyanto dkk, 2016). Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola
perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia paranoid merupakan salah
satu jenis dari skizofrenia. Pada penderita skizofrenia paranoid gejala yang mencolok ialah
waham primer, disertai dengan waham - waham sekunder dan halusinasi (Nurarif & Kusuma,
2015). Pada penderita skizofrenia paranoid sering terjadi resiko bunuh diri daripada
skizofrenia lainnya. Penderita skizofrenia di seluruh dunia sekitar 20 - 50% dan 10%
diantaranya meninggal karena bunuh diri (Hawari, 2012 dalam Wahyudi, 2016). Prilaku
bunuh diri merupakan tindakan melukai diri sendiri dengan sengaja untuk mengakhiri hidupnya.
Orang dengan gangguan jiwa memiliki resiko lebih tinggi dalam percobaan bunuh diri karena
individu lebih sering berperilaku impulsif dan agresif dan dirinya sendiri (Hidayati dkk, 2021).
Dijelaskan juga dalam penelitian tersebut bahwa orang dengan gangguan skizofrenia memiliki
potensi resiko bunuh diri sebesar 5-10%. Berangkat dari hal tersebut, diperlukan suatu intervensi
guna mengarahkan perilaku pasien dengan skizofrenia agar tidak timbul adanya resiko bunuh
diri. Bunuh diri dapat dicegah dengan kerjasama antara individu, keluarga, masyarakat dan
profesi dengan memberikan perhatian, kepekaan terhadap kondisi yang dialami oleh seseorang
yang memiliki risiko bunuh diri seperti memberikan motivasi dan keyakinan bahwa hidup adalah
suatu anugrah yang berarti dan berharga harus disyukuri. Tindakan pendukung yang dapat
dilakukan yaitu tindakan keperawatan yang dapat mencegahan risiko bunuh diri dengan Terapi
Relaksasi Guided imagery. Guided imagery adalah relaksasi yang membuat perasaan serta
pikiran rileks, tenang dan senang dengan membayangkan sesuatu hal seperti lokasi, seseorang
atau suatu kejadian yang membahagiakan ( Rosdiana Saputri, 2020)
Intervensi Keperawatan (NIC dan NOC)
N Tujuan Intervensi
Diagnosa
o
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA (North American Nursing Diagnosa Association) NIC -
NOC: Jogjakarta. Mediaction.
Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & Nofia, V. R. 2019. Hubungan Beban Keluarga Dengan
Kemampuan Caregiver dalam Merawat Klien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Medika
Saintika, 10(2), 45-52.do
Saputri, Rosdiana, Desi Ariana, R. 2020. Penurunan Resiko Bunuh Diri dengan Terapi
Relaksasi Guided Imagery pada Pasien Depresi Berat, Jurnal Ners Muda Vol. 1 No.3.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia diruang rawat
inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan TAK Stimulus Persepsi terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Halusinasi
di Rumah Sakit Jiwa Tampan Propinsi Riau.
Wahyudi, A., & Fibriana, A.I. 2016. Faktor Resiko Terjadinya Skizofrenia (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pati II Tahun 2014). Public Health Perspective Journal,1(1).
(online),