Anda di halaman 1dari 18

TUTORIAL KLINIK

PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSIS MEDIS RESIKO BUNUH DIRI


DI RUANG AS SAJADAH ( BANGSAL JIWA) RSUD BRIGJEND
H.HASAN BASRY KANDANGAN

Oleh

KELOMPOK 5

Nurliani, S.Kep 2314901210167

Ridha Khairullah, S.Kep 2314901210201

Ronna Abdiyati, S.Kep 2314901210188

Suci Lestari, S.Kep 2314901210201

Tina Iliyanti, S.Kep 2314901210206

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KASUS TUTORIAL KLINIK

Klien masuk pada hari sabtu tanggal 9 Desember 2023, dengan keluhan gelisah, sering mondar
mandir dan klien juga sangat fokus pada benda-benda yang kecil. Klien adalah pasien
skizofrenia paranoid dengan halusinasi pendengaran. Klien mengatakan dulu pernah belajar
ilmu silat ghaib waktu duduk dibangku tsnawiyah, dan 2 tahun setelah itu merasa di rasuki dan
mendengar bisikan-bisikan Klien mengalami gejala ini sejak 5 tahun terakhir, ibu klien
mengatakan klien pernah mengamuk karena mendengar bisikan dan dibawa ke habib untuk di
ruqyah. Klien sering mendengar suara- suara yang tidak ada. Klien sudah menjalani pengobatan
kurang lebih 5 tahun pernah beberapakali di lakukan rawat inap. Klien 2 bulan yang lalu pernah
di rawat di bangsal jiwa, klien sempat menghentikan pengobatan karena merasa sudah sembuh.
Pada saat pengkajian tanggal 14 Desember 2023 jam 11.00 WITA didapatkan TTV pasien TD :
130/80 mmHg HR: 96x/m RR: 20x/m temp: 36, 5 SpO2: 99%. Tidak ada keluhan fisik. Klien
mengatakan tidak bisa tidur tanpa minum obat. Klien mengatakan pernah ingin mati saja karena
merasa menjadi beban bagi ibunya. Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai sosok seorang
ayah sejak umur 2 tahun.

Terapi List :

- Po. Clozapin 0-0-25mg


- Po. Olanzapine 2 x 5mg
- Po. Alo 2 x 1mg
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TUTORIAL KLINIK SESI I

Tgl pengkajian : Kamis, 14 Desember 2023


Jam : 11.00 WITA
Data Pasien

- Nama (Inisial) : Tn. M


- Usia / tanggal lahir : 9 Agustus 1999
- Jenis kelamin : laki-laki
- Alamat : Hariti, Sungai raya
- Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan :-
- Diagnosa medic : Skizofrenia paranoid
- No medical record : 12xxxx
- Tanggal masuk : 9 Desember 2023
PROBLEM HYPOTESIS MORE INFO DONT KNOW LEARNING ISSUE

DS: 1. Resiko Bunuh Diri - Pengkajian - Pola pengasuhan Salah satu faktor yang paling berperan
DS:
penting dalam pembentukan harga diri
- Klien mengatakan tidak menggunakan SIRS orang tua (ibu)
seseorang adalah keluarga terutama orang
bisa tidur jika tidak - Klien mengatakan (Sucidial yang defensif tua. Hal ini terjadi karena keluarga
merupakan tempat pertama bagi individu
minum obat ingin mati saja karena Intervention Rating kemungkinan
untuk melakukan adaptasi dalam menjalani
- Klien mengatakan menjadi beban ibunya Scale) menyebabkan anak proses kehidupan. Peran orang tua dalam
membantu pembentukan harga diri pada
gelisah, selalu ingin DO: - Tingkat observasi merasa
remaja dapat terlihat dari bagaimana orang
mondar mandir resiko bunuh diri ketergantungan dan tua mengasuh dan memberikan didikan
- Klien tampak sedih
kepada anak. Pola asuh yang tepat dapat
- Klien mengatakan belajar - Terapi List menyebabkan
dan khawatir membantu remaja memiliki tingkatan harga
ilmu silat gaib waktu - harga diri rendah diri yang tinggi. Pola asuh yang diberikan
Klien tampak banyak
oleh setiap orang tua terhadap anaknya
umur 14 tahun diam berbeda dan biasanya disesuaikan
-Klien mengatakan tergiur - pada nilai yang diyakini dan latar
Kontak mata kurang
belakang orang tua.Terdapat tiga tipe
mempelajari ilmu tersebut - Klien tampak mondar pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
karena ingin terlihat hebat kepada anak, yaitu: pola asuh otoriter
mandir
yang cenderung mengatur anak tanpa
dan bisa terbang - Klien tampak mendengarkan terlebih dahulu apa yang
- Klien mengatakan pernah menjadi keinginan anak, pola asuh
melamun
permisif yang cenderung mengikuti
berfikir untuk lebih baik semua keinginan anak sehingga
mati saja dari pada jadi bersifat terlalu memanjakan anak dan
2. Harga diri rendah
pola asuh demokrasi yang merupakan
beban orang tua DS: gabungan dari pola asuh otoriter dan
- Klien mengatakan permisif, karena cenderung mendiskusikan
- Klien mengatakan setiap aturan yang diberlakukan dalam
mendengar bisikan- keluarga dan mengijinkan anak untuk
belajar ilmu silat gaib
bisikan setelah belajar memberikan pendapat namun anak
ilmu silat gaib waktu umur 14 tahun tetap menerima konsekuensi ketika
melakukan kesalahan. Berdasarkan data
- Klien mengatakan - Klien mengatakan
dari National Center for Biotechnology
bisikan gaib tergiur mempelajari Information (2020), prevalensi kejadian
gangguan mental remaja secara global
memerintahnya untuk ilmu tersebut karena
sebanyak 25%. Berdasarkan data dari
mengamuk ingin terlihat hebat Riskesdas (2018), prevalensi kejadian
gangguan mental di Indonesia sebanyak
- Ibu klien mengatakan dan bisa terbang
9,8%.
klien pernah di ruqyah DO: (Natasya Elisabeth, 2021)
karena mengamuk - Pandangan klien
- Klien mengatakan merasa tampak melihat ke
bahwa dirinya sudah satu arah
sembuh - Klien tampak berjalan
- Klien mengatakan dirinya menunduk
tidak perlu minum obat - Postur tubuh
lagi menunduk
- Klien mengatakan tidak - Kontak mata kurang
minum obat dalam 1 - Klien tampak lesu
bulan terakhir tidak bergairah
- Klien mengatakan ingin - Klien tampak bicara
mati saja karena menjadi pelan dan lirih
beban ibunya - Ekspresi muka datar
- Ibu klien mengatakan
klien tidak mempunyai 3. Gangguan persepsi
sosok ayah sejak usia 2 sensoris: halusinasi
tahun pendengaran
- Ibu klien mengatakan DS:
sangat menyanyangi - Klien mengatakan
anaknya, dia tidak pernah mendengar bisikan-
memukul apalagi bisikan setelah belajar
memarahi anaknya ilmu silat gaib
DO : - Klien mengatakan
- Klien tampak lesu bisikan gaib
- Pandangan klien tampak memerintahnya untuk
melihat ke satu arah mengamuk
- Klien tampak berjalan - Klien mengatakan
menunduk tidak bisa tidur jika
- Postur tubuh menunduk tidak minum obat
- Kontak mata kurang
- Klien tampak lesu tidak DO:
bergairah
- Klien tampak lesu
- Klien tampak bicara
- Pandangan klien
pelan dan lirih
tampak melihat ke
- Ekspresi muka datar
satu arah
- Klien tampak sedih dan
- Klien tampak
khawatir
khawatir
- Klien tampak mondar - Klien tampak mondar
mandir mandir
- Klien tampak banyak
diam 4. Resiko perilaku
- Klien tampak melamun kekerasan
- Klien mengalami DS:
kesulitan tidur - Klien mengatakan
- Klien tidak tahu kalau bisikan gaib
program obat harus memerintahnya untuk
sesuai instruksi dokter mengamuk
- Orang tua klien tidak - Ibu klien mengatakan
mengetahui pentingnya klien pernah di
minum obat secara teratur ruqyah karena
- TTV : mengamuk
TD : 130/80 mmHg - Klien mengatakan
HR: 96x/m gelisah, selalu ingin
RR: 20x/m mondar mandir
Temp: 36, 5 DO:
SpO2: 99%.
- Klien tampak mondar
mandir
- Klien tampak
menarik diri
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR: 96x/m
RR: 20x/m
Temp: 36, 5
SpO2: 99%.

5. Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
DS:

- Klien mengatakan
merasa bahwa dirinya
sudah sembuh
- Klien mengatakan
dirinya tidak perlu
minum obat lagi
- Klien mengatakan
tidak minum obat
dalam 1 bulan
terkahir
DO:

- Klien tidak tahu


kalau program obat
harus sesuai instruksi
dokter
- Orang tua klien tidak
mengetahui
pentingnya minum
obat secara teratur

6. Koping individu
tidak efektif
DS:

- Klien mengatakan
pernah berfikir untuk
lebih baik mati saja
dari pada jadi beban
ibunya
- Klien mengatakan
tidak bisa tidur jika
tidak minum obat
- Ibu klien mengatakan
klien tidak
mempunyai sosok
seorang ayah sejak
umur 2 tahun
- Ibu klien mengatakan
sangat menyayangi
anaknya, dia tidak
pernah memukul
apalagi memarahi
anaknya
DO:

- Klien tampak lesu


- Pandangan klien
tampak melihat ke
satu arah
- Klien mengalami
kesulitan tidur

Pohon masalah

Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan


Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Core Problem Resiko bunuh diri Isolasi Sosial

Harga diri rendah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Causa Koping individu tidak efektif koping keluarga tidak efektif


TUTORIAL KLINIK SESI II

Problem solving
Pendahuluan: Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa,
dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian
secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas
baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak
produktif dan tidak efisien (Widiyanto dkk, 2016). Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola
perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia paranoid merupakan salah
satu jenis dari skizofrenia. Pada penderita skizofrenia paranoid gejala yang mencolok ialah
waham primer, disertai dengan waham - waham sekunder dan halusinasi (Nurarif & Kusuma,
2015). Pada penderita skizofrenia paranoid sering terjadi resiko bunuh diri daripada
skizofrenia lainnya. Penderita skizofrenia di seluruh dunia sekitar 20 - 50% dan 10%
diantaranya meninggal karena bunuh diri (Hawari, 2012 dalam Wahyudi, 2016). Prilaku
bunuh diri merupakan tindakan melukai diri sendiri dengan sengaja untuk mengakhiri hidupnya.
Orang dengan gangguan jiwa memiliki resiko lebih tinggi dalam percobaan bunuh diri karena
individu lebih sering berperilaku impulsif dan agresif dan dirinya sendiri (Hidayati dkk, 2021).
Dijelaskan juga dalam penelitian tersebut bahwa orang dengan gangguan skizofrenia memiliki
potensi resiko bunuh diri sebesar 5-10%. Berangkat dari hal tersebut, diperlukan suatu intervensi
guna mengarahkan perilaku pasien dengan skizofrenia agar tidak timbul adanya resiko bunuh
diri. Bunuh diri dapat dicegah dengan kerjasama antara individu, keluarga, masyarakat dan
profesi dengan memberikan perhatian, kepekaan terhadap kondisi yang dialami oleh seseorang
yang memiliki risiko bunuh diri seperti memberikan motivasi dan keyakinan bahwa hidup adalah
suatu anugrah yang berarti dan berharga harus disyukuri. Tindakan pendukung yang dapat
dilakukan yaitu tindakan keperawatan yang dapat mencegahan risiko bunuh diri dengan Terapi
Relaksasi Guided imagery. Guided imagery adalah relaksasi yang membuat perasaan serta
pikiran rileks, tenang dan senang dengan membayangkan sesuatu hal seperti lokasi, seseorang
atau suatu kejadian yang membahagiakan ( Rosdiana Saputri, 2020)
Intervensi Keperawatan (NIC dan NOC)

N Tujuan Intervensi
Diagnosa
o

1. Resiko bunuh diri Setelah dilalakukan Pada klien


intervensi
Tindakan keperawatan Ners
keperawatan klien
mampu: - Mengamankan lingkunagan dari resiko
Kognitif bunuh diri (lingkungan aman)
1. Menyebabkan - Membangun harapan dan masa depan
penyebab bunuh - Latih cara mengendalikan bunuh diri
- Berikan motivasi untuk membangun
diri
harapan dan mengendalikan dorongan
2. Menyebutkan bunuh diri
tanda dan gejala - Minta klien menghubungi care giver
bunuh diri (keluarga) dan tenaga kesehatan jika
3. Menyebutkan tidak dapat mengendalikan dorongan
akibat yang bunuh diri
ditimbulkan - Berikan pengawasan ketat dan
terkendali jika klien tidak dapat
bunuh diri
mengendalikandorongan bunuh diri
4. Mnetapkan
harapan dan masa Tindakan keperawatan Ners Spesialis
depan
5. Menyebutkan - Terapi Kognitif
aspek positif dan
- Terapi Kognitif Perilaku
- Terapi relaksasi Guided Imagery
kemampuan diri
sendiri, keluarga
dan kelompok Pada keluarga
Psikomotor
1. Mengendalikan Tindakan keperawatan Ners
lingkungan yang - Kaji masalah klien yang dirasakan
aman keluarga dalam merawat klien
2. Melatih diri - Menjelaskan proses terjadinya resiko
berfikir positif bunuh diri pada klien
dan afirmasi - Mendiskusikan cara merawat resiko
bunuh diri dan memutuskan cara
positif
merawat yang sesuai dengan kondisi
3. Menggunakan klien
kelompok untuk - Melatih keluarga cara merawat resiko
bercakap-cakap bunuh diri
dalam - Melibatkan seluruh anggota keluarga
menyelesaikan menciptakan suasana positif: saling
masalah memuji, mendukung dan peduli.
- Menjelaskan tanda dan gejala resiko
4. Melakukan aspek
bunuh diri ( tidak dapat mengendalikan
positif dalam dorongan bunuh diri) yang memerlukan
mencapai harapan rujukan segera serta melakukan follow
dan masa depan up ke pelayanan kesehatan teratur
Afektif
Tindakan keperawatan Ners Spesialis:
1. Merasakan Psikoedukasi keluarga
manfaat diri
sendiri - Sesi 1: Mengidentifikasi masalah
2. Membedakan kesehatan yang dialami klien dan
perasaan sebelum masalah keluarga (care giver) dalam
merawat klien
dan sesudah
- Sesi 2: Merawat masalah kesehatan
Latihan
3. Merasa hidup klien
lebih optimis - Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk
keluarga
- Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk
keluarga
- Sesi 5: Memanfaatkan sistem
pendukung
- Sesi 6: Mengevaluasi manfaat
psikoedukasi keluarga

Pada kelompok klien

Tindakan keperawatan Ners:


- Terapi Aktivitas Kelompok
- Kelompok swabantu (Self-help
Group)
Tindakan keperawatan Ners Spesialis:
- Terapi suportif
2. Harga diri rendah Setelah dilalakukan Pada klien
intervensi
keperawatan klien Tindakan keperawatan Ners
mampu:
Kognitif - Diskusikan aspek positif dan
1. Mengenal aspek kemampuan yang pernah dan masih
positif dan dimiliki klien
kemampuan - Bantu klien menilai aspek positif dan
yang dimiliki kemampuan yang masih dimiliki dan
2. Menilai aspek dapat digunakan/dilakukan
positif dan - Bantu klien memilih aspek positif atau
kemampuan kemampuan yang akan dilatih
yang dapat - Latih aspek positif atau kemampuan
dilakukan yang dipilih dengan motivasi yang
3. Memilih aspek positif
positif dan - Berikan pujian untuk setiapkegiatan
kemampuan yang dilakukan dengan baik
yang dapat - Fasilitasi klien bercerita tentang
dilakukan keberhasilannya
- Bantu klien membuat jadwal latihan
Psikomotor untuk membudayakannya
- Bantu klien menilai manfaat latihan
1. Melakukan yang dilakukan
aspek positif
dan kemampuan Tindakan keperawatan Ners Spesialis
yang dipilih - Terapi kognitif
2. Berprilaku aktif - Terapi kognitif perilaku
3. Menceritakan - Logoterapi: Medical ministry
kenberhasilan
pada orang lain
Pada keluarga
Afektif
Tindakan keperawatan Ners
1. Merasakan
manfaat - Kaji masalah klien yang dirasakan
latihan yang keluarga dalam merawat klien
dilakukan - Menjelaskan proses terjadinya harga
diri rendah yang dialami klien
2. Menghargai
- Mendiskusikan cara merawat harga
kemampuan diri rendah dan memutuskan cara
diri (bangga) merawat yang sesuai dengan kondisi
3. Meningkatkan klien
harga diri - Melatih keluarga cara merawat harga
diri rendah klien
- Melibatkan seluruh anggota keluarga
menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman: mengurangi kritik,
memfasilitasi keberhasilan, dan
memberi pujian.
- Menjelaskan tanda dan gejala harga
diri rendah kronik yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow
up ke pelayanan kesehatan teratur
Tindakan keperawatan Ners Spesialis:
Psikoedukasi

- Sesi 1: Mengidentifikasi masalah


kesehatan yang dialami klien dan
masalah keluarga (care giver) dalam
merawat klien
- Sesi 2: Merawat masalah kesehatan
klien
- Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk
keluarga
- Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk
keluarga
- Sesi 5: Memanfaatkan sistem
pendukung
- Sesi 6: Mengevaluasi manfaat
psikoedukasi keluarga
3. Resiko perilaku Setelah dilalakukan Pada klien
kekerasan intervensi
keperawatan klien Tindakan keperawatan Ners
mampu:
Kognitif - Latih klien untuk melakukan relaksasi:
1. Menyebutkan tarik nafas dalam, pukul bantal dan
penyebab resiko kasur, senam, dan jalan-jalan
perilaku - Latih klien untuk bicara dengan baik :
kekerasan mengungkapkan perasaan, meminta
2. Menyebutkan dengan baik dan menolak dengan baik
tanda dan gejala - Latih deeskalasi secara verbal maupun
resiko perilaku tertulis
kekerasan - Latih klien umtuk melakuka ibadah
3. Menyebutkan sesuai dengan agama dan kepercayaan
akibat yang yang dianut (sholat, berdoa, dan
ditimbulkan kegiatan ibadah yang lainnya)
4. Menyebutkan - Latih klien patuh minum obat dengan
cara mengatasi cara 8 benar (benar nama klien, benar
resiko perilaku obat, benar dosis, benar cara, benar
kekerasan waktu, benar manfaat, benar tanggal
kedaluwarsa dan benar dokumentasi)
Psikomotor - Bantu klien dalam mengendalikan
resiko perilaku kekerasan jika klien
1. Mengendalikan mengalami kesulitan
resiko perilaku - Diskusikan manfaat yang didapatkan
kekerasan setelah mempraktikkan latihan
2. Berbicara mengendalikan resikp perilaku
dengan baik kekerasan
3. Melakukan de - Berikan pujian kepada klien saat
eslakasi mampu mempraktikkan latihan
4. Melakukan mengendalikan resiko perilaku
kegiatan ibadah kekerasan
5. Patuh minum
obat dengan 8 Tindakan keperawatan Ners Spesialis
benar
- Terapi kognitif
Afektif - Terapi perilaku
- Terapi kognitif perilaku
1. Merasakan - Latihan asertif
manfaat dari - Terapi penerimaan komitmen
Latihan yang - Latihan relaksasi otot progresif
dilakukan - Rational Behavior Therapy (REBT)
2. Membedakan
perasaan
sebelum dan Pada Keluarga
sesudah latihan Tindakan keperawatan Ners

- Kaji masalah klien yang dirasakan


keluarga dalam merawat klien
- Menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta proses terjadinya
resiko perilaku kekerasan yang dialami
klien
- Mendiskusikan cara merawat resiko
perilaku kekerasan dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan
kondisi klien
- Melatih keluarga cara merawat resiko
perilaku kekerasan klien
- Melibatkan seluruh anggota keluarga
untuk menciptakan suasana keluarga
yang nyaman: mengurangi stress di
dalam keluarga dan memberi motivasi
pada klien
- Menjelaskan tanda dan gejala perilaku
kekerasan yang memerlukan rujukan
segera serta follow up ke pelayanan
kesehatan secara teratur
Tindakan keperawatan Ners Spesialis

- Sesi 1: Mengidentifikasi masalah


kesehatan yang dialami klien dan
masalah keluarga (care giver) dalam
merawat klien
- Sesi 2: Merawat masalah kesehatan
klien
- Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk
keluarga
- Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk
keluarga
- Sesi 5: Memanfaatkan sistem
pendukung
- Sesi 6: Mengevaluasi manfaat
psikoedukasi keluarga

Pada Kelompok Klien

Tindakan keperawatan Ners : Stimulasi


persepsi

- Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan


yang biasa dilakukan
- Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan
secara fisik
- Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan
dengan cara verbal
- Sesi 4: mencegah perilaku kekerasan
dengan spiritual
- Sesi 5: Mencegah perilaku kekrasan
dengan patuh mengkonsumsi obat
Tindakan keperawatan Ners Spesialis:
Terapi suportif

-Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber


pendukung di dalam dan luar keluarga
-Sesi 2: Latihan menggunakan sistem
pendukung dalam keluarga
-Sesi 3: Latihan menggunakan sistem
pendukung di luar keluarga
-Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan
pengguna sumber pendukung
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA (North American Nursing Diagnosa Association) NIC -
NOC: Jogjakarta. Mediaction.
Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & Nofia, V. R. 2019. Hubungan Beban Keluarga Dengan
Kemampuan Caregiver dalam Merawat Klien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Medika
Saintika, 10(2), 45-52.do
Saputri, Rosdiana, Desi Ariana, R. 2020. Penurunan Resiko Bunuh Diri dengan Terapi
Relaksasi Guided Imagery pada Pasien Depresi Berat, Jurnal Ners Muda Vol. 1 No.3.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia diruang rawat
inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan TAK Stimulus Persepsi terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Halusinasi
di Rumah Sakit Jiwa Tampan Propinsi Riau.

Wahyudi, A., & Fibriana, A.I. 2016. Faktor Resiko Terjadinya Skizofrenia (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pati II Tahun 2014). Public Health Perspective Journal,1(1).
(online),

Kandangan, Desember 2023


Preseptor Akademik

M.Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep., Jiwa

Anda mungkin juga menyukai