Ad-Daakhil Dalam Tafsir Jalalain
Ad-Daakhil Dalam Tafsir Jalalain
(Analisis beberapa Isroiliyyat, Hadist Do’if dan Hadist Maudu, serta Ro’yi atau Ta’wil)
Jurnal Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester DariMata Kuliah:
Dibuat oleh:
Abstract
Ad-Daakhil basically existed at the time the Al-Quran was revealed, although in
a simple form. However, it is increasingly developing in line with the times. In the
second century, there was a separation between tafsir and hadith, and interpreters
still used hadith as a source of interpretation, or what was known as tafsir bil ma'sur.
However, many commentators summarize the sanad and quote words without
giving credit to the person who said them. This summary causes a mixture of
Jalaluddin al-Mahalli and Jalaluddin ash-Suyuthi in their book of tafsir called Tafsir
Jalalain. The method used in this research is qualitative methods. Based on this
research, the author came to the conclusion that it is indeed proven that there is Ad-
Daakhil in Tafsir Jalalin for several reasons and reasons such as Israiliyyat, Hadith
*
Correspondece, Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor,
Kampus Pusat UNIDA Gontor, Jl. Raya Siman Km. 06, Demangan, Siman, Ponorogo,
63471, Jawa Timur. Telp. (+62352) 483762.
. This research aims to study and provide knowledge about Ad-Daakhil in Tafsir
Jalalin, so that if someone wants to quote an interpretation of the book, they can be
Abstrak
Ad-Daakhil pada dasarnya sudah ada pada masa turunnya Al-Quran meskipun
dalam bentuk yang sederhana. Akan tetapi semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan zaman. Pada abad kedua, terjadi pemisahan antara tafsir dengan
hadis, dan para mufassir masih menggunakan hadis sebagai sumber penafsiran,
atau yang dikenal dengan istilah tafsir bil ma'sur. Namun, banyak mufassir yang
meringkas sanad dan menukil perkataan tanpa menisbatkan kepada orang yang
dan dhaif. Hal ini pula yang terjadi pada pernafsiran Jalaluddin al-Mahalli dan
Jalaluddin asy-Suyuthi dalam kitab tafsirnya yang Bernama Tafsir Jalalain. Metode
adanya Ad-Daakhil dalam Tafsir Jalalin dengan beberapa sebab dan alasan seperti
Israiliyyat, Hadist Do’if atau Hadist Maudu’, dan Ro’yi atau Ta’wil. Penelitian ini
Tafsir Jalalin, agar apabila ada sesorang yang ingin menukil tafsir dari Kitab tersebut
Pendahuluan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri
mufassir sendiri, dan faktor eksternalnya ialah faktor politik, perbedaan mazhab,
Tafsir Jalalain merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh dua ulama besar, yaitu
Jalaluddin al-Mahalli (mulai dari surat an-Naas hingga surat al-Kahfi dan
dilanjutkan surat al-Fatihah) kemudian penulisan tersebut dilanjuti atau diambil alih
Terlepas daripada karya penulis yang luar biasa serta keluasan ilmunya dalam
kitab tafsir Jalalain, terbukti menyisipkan beberapa ad-daakhil yang berupa riwayat
israiliyyat.4
1
Andri Nirwana. AN, Ita Purnama Sari, Suharjianto, Syamsul Hidayat, Kajian Kritik
pada Bentuk dan Pengaruh Positif al-Dakhil dalam Tafsir Jalalain tentang Kisah
Nabi Musa dan Khidir, AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis, vol. 5, no 2, 2021,
718.
2
Ahmad Rifai, “Kesalahan dan Penyimpangan dalam Tafsir”, Al-Amin: Jurnal Kajian
Ilmu dan Budaya Islam, Vol. 2, No. 2, 2019, 130.
3
Ita Purnama Sari, Skripsi: Al-DakhiL Dalam Tafsir JalaLain Surat Al-Kahfi Ayat 60-82,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021, 3.
4
Ita Purnama Sari, Skripsi: Al-DakhiL Dalam Tafsir JalaLain Surat Al-Kahfi Ayat 60-82,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021, 3.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti atau membahas
yang berkaitan dengan ad-daakhil yang tersisipkan dalam kitab tafsir karya Jalalain
Pengertian Ad-Daakhil
Secara etimologi دخلyang terdiri dari huruf dal, kha, dan lam bermakna bagian
dalamnya rusak, ditimpa oleh kerusakan dan mengandung cacat.5 Makna ad-daakhil
yang berasal dari kata دخلdapat juga memiliki arti tipu daya, atau kejelekan. Ad-
Daakhil dalam tafsir memiliki arti suatu aib atau kerusakan yang tersembunyi,
hakikatnya samar dan disisipkan di dalam tafsir Al- Quran. Karena kesamaran
penelitian.
tidak ada dasarnya dalam agama.6 Sebuah penafsiran dapat dikatakan benar,
sahabat dan tabi’in yang benar, Kaidah bahasa Arab sebagaimana yang disepakati
oleh ahli bahasa, Ijtihad yang berdasar pada data, kaidah yang berlaku, teori, dan
yang berasal dari kata kerja دخلmemiliki arti yaitu kerusakan, aib, penyakit, makar,
dan penipuan. Sifat ad-daakhil adalah merusak dan mengganggu kebaikan dalam
5
Muhammad Alwi Abdussalam, Skripsi: Ad-Dhaakil Fii Tafsir (Studi Tafsir Al-
Kasysyaf), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020, 19.
6
Muhammad Misbah, “Dakhil Ayat Kisah Dalam Al-Quran: Studi Analisis Kisah
Harut Dan Marut Dalam Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur Karya Jalaluddin As- Suyuthi”,
Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al Qur'an dan Tafsir, Vol. 11 No.2, 2017, 227.
7
Andri Nirwana. AN, Ita Purnama Sari, Suharjianto, Syamsul Hidayat, Kajian Kritik
pada Bentuk dan Pengaruh Positif al-Dakhil dalam Tafsir Jalalain tentang Kisah
Nabi Musa dan Khidir, AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis, vol. 5, No 2, 2021,
719.
semua hal, karena tafsir maupun hadis dapat mengalami kehancuran atau keraguan
(riwayat), jalur al-ra’yi (rasio atau logika), dan jalur al-isyarah (intuisi). Masing-
Ad-Daakhil jalur al-ma’tsur (riwayat) meliputi hadis maudu’ (palsu), hadis da’if
(lemah), riwayat isroiliyyat yang bertentangan dengan AlQur‟an dan sunnah juga
israiliyyat yang tidak didukung oleh ajaran agama, pendapat sahabat dan para tabi’in
yang bertentangan dengan Al-Qur‟an, sunah, hukum logika dan tidak dapat
dikompromikan.
Ad-Daakhil jalur al-ra’yi (rasio atau logika) meliputi tafsir yang didasari niat
buruk dan skeptisme terhadap ayat-ayat Allah, tafsir eksoteris (cara penafsiran
dengan melihat makna zhahir yang terkandung dalam sebuah ayat) tanpa
penafsiran distorsif (penyimpangan makna) atas ayat-ayat dan syariat Allah dengan
Dan tafsir esoteris (cara penafsiran yang terfokus terhadap makna bathin
atau kandungan yang tersimpan dalam suatu ayat) yang tidak didukung
argumentasi yang kuat, penafsiran yang tidak berbasis pada prinsip dan kaidah
8
Muhammad Alwi Abdussalam, Skripsi: Ad-Dhaakil Fii Tafsir (Studi Tafsir Al-
Kasysyaf), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020,. 19-20.
9
Nora Idola, Skripsi: Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab
(Kajian Perspektif Tentang Ayat-Ayat Kisah Dan Hukum), Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim, Riau, 2022, 13-14.
yang baku, penafsiran saintifik yang terlalu jauh dari konteks linguistik, sosiologis
oleh sekte Batiniyah, dan tafsir sebagian kaum sufi yang tidak mengindahkan
kalangan para ulama. Perbedaan tersebut secara garis besar terbagi dalam tiga
kategori, yaitu: tidak dapat diamalkan, dapat diamalkan secara mutlak atas
pendapat bahwa hadist da’if lebih kuat dari pada pendapat manusia, dan Dapat
dijadikan hujjah dalam hal fada‟il al-a‟mal, Mawaiz, Idaif alTarhib wa al-Targhib.
Hujjah atau alasan tersebut dapat dipakai dengan syarat: Ke-da’if-annya tidak
parah, seperti hadis yang diriwayatkan oleh para pendusta atau tertuduh dusta,
atau sangat banyak mengalami kesalahan, Terdapat dalil lain yang kuat yang dapat
diamalkan, dan Ketika mengamalkannya tidak beriktikad bahwa hadis itu thubut,
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan hadis, dan bagian yang didiamkan, yaitu tidak
mempercayai dan juga tidak mendustakan apa yang berasal dari ahli kitab.11
10
Nora Idola, Skripsi: Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab
(Kajian Perspektif Tentang Ayat-Ayat Kisah Dan Hukum), Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim, Riau, 2022, 19-20.
11
Nora Idola, Skripsi: Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish
Shihab (Kajian Perspektif Tentang Ayat-Ayat Kisah Dan Hukum), Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, 2022, 13-14.
Muhammad Atiyah Aram merumuskan beberapa pengaruh negatif dari
dari petunjuk Al-Qur‟an dan Sunnah, adanya potret Islam yang hina dan rendah,
dan orang awam akan semakin percaya dengan khurafat dan tahayul.12
Jalaluddin al-Mahalli13
Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ahmad al-Imam Al-Allamah Jalāl al-Din Al-Maḥ allī.
791 H/1389 M lahir di Kairo, yaitu yang berada di kota Mesir. Dia dikenal hangat
sebagai “al-Maḥ allī” yaitu yg di nisbahkan pada desa tempat dia dilahirkan. Lokasi
ini berada disebelah barat Kairo dan tidak jauh dari Sungai Nil.
terlihat. Ia sangat antusias dan semangat dalam mempelajari berbagai ilmu seperti
tafsir, ushul fiqih, teologi, fiqih, nahwu dan logika. Beliau hanya mempelajari
Al-Maḥ allī dikenal tidak hanya sebagai mufasir, tetapi juga sebagai fuqaha
(ahli fiqih). Terlihat jelas dari karyanya, beliau sangat teguh menganut aliran
maḍ zhab fiqih syafi’i dan dikatakan sebagai orang pertama yang menguasai fiqih
Jalaluddin al-Mahalli adalah seorang ulama dengan akhlak mulia 'Alim dan
Wara'. Karakter sederhana yang jauh dari dunia glamor. Untuk memenuhi
menyurutkan tekadnya untuk melanjutkan studi. Jalāl al-Din Al-Maḥ allī meninggal
Al-Maḥ allī merupakan seorang penulis yang sangat aktif, banyak sekali
Talībn li al-Nawāwī , Al Badr Thali’ Fī hall jam’i al-Jawami’ li al-Subki, Syarh al-
Jalaluddin asy-Suyuthi14
Nama lengkap Jalaluddin asy-Suyuthi adalah al-Hafiż Jalāl al-Din Abīl Faḍ il
Abd al-Rahman Abū Bakar al- Suyūṭī. Ia lahir pada awal bulan Rajab, Oktober
Al-Suyūṭī lahir di masa Dinasti Mamluk pada abad ke-15 dan sebelumnya
pernah memiliki kekhalifahan Abbasiyah di Bagdad, hal ini sangat bermanfaat bagi
memberikan ruang positif bagi pertumbuhan penelitian ilmiah, dan banyak sarjana
berusaha menjadikannya seorang ulama dan orang yang saleh sejak kecil. Sejak
kecil, ayahnya selalu mengajaknya ke berbagai majlis ilmu. Beliau wafat pada tahun
tafsir diantaranya adalah: Setengah dari Tafsīr Jalālain, Al-Dūrr al-Mansūr Fī Tafsīr
Fī Asbāb al-Nuzūl.
penulisan tafsirnya dari surah al-Kahfi yang terletak di pertengahan juz lima belas
terus ke belakang sampai surah yang terakhir, yaitu surah an-Nas. Setelah
untuk menafsirkan surah yang lain sampai selesai. Namun beliau meninggal pada
mengikuti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Penyajiannya tidak terlalu jauh dari
sumber penafsiran bi al-Ra’yu atau logika. Sumber tafsir yang kedua adalah al-ra’yu
16
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1988), 13.
penggunaan akal) yang didasarkan atas prinsip-prinsip yang benar.17 Dikatakan
menggunakan hasil pemikiran atau ijtihad para mufasir (meskipun tidak menafikan
riwayat).
Tafsir Jalalain termasuk kepada tafsir bil-Ra’yi Mahmud, artinya tafsir yang
menggunakan sumber logika yang terpuji. Dalam artian tafsir ini sesuai dengan
tujuan syari’at, jauh dari kesesatan, dibangun atas dasar qaidah-qaidah kebahasaan
yang benar dan Tidak mengabaikan kaidah-kaidah penafsiran yang sangat penting
seperti memperhatikan asbabun nuzul, ilmu munasabah dan lain-lain saran yang
ijmali sangat efektif untuk para pemula atau efektif untuk kalangan yang tidak
membutuhkan uraian yang detail tentang pemahaman suatu ayat. Maka tafsir yang
menggunakan metode Ijmali (global) sangat membantu dan tepat sekali untuk
kalangan tersebut bosan karena tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
mereka.19
didalamnya tidak hanya terdapat penjelasan mengenai kebahasaan, akan tetapi juga
17
Thameem Ushama, Methodologies of the Qur‟anic Exegesis, Hasan Basri dan
Amroeni(Penj.), Metodologi tafsir Al-Qur‟an Kajian Kritis, Objektif & Komprehensif,
Jakarta: Riora Cipta, 2000, 13-14.
18
Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir al-Qur’an al-’Adzim, Dar
Ihya’ al-Kutub al-’Arabiyah, t.th, 70.
19
Dr. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000, 53.
banyak membahas cerita-cerita kemasyarakatan pada zaman dahulu, sebagaimana
Jalaluddin al-Mahalli keduanya memiliki madzhab yang sejalur. Dalam bidang fiqih
Asy’ariyyah.
dalam tafsir Al-Jalalain terbagi menjadi tiga, yaitu: Israiliyyat, Hadist Do’if atau
Hadist Maudu’, dan Ro’yi atau Ta’wil. Secara spesifik dibagi menjadi 10 Israiliyyat, 9
Hadist Do’if atau Hadist Maudu, dan 4 Ro’yi atau Ta’wil. Berikut contoh dan
keterangannya:
Israiliyyat
Imam Al-Suyuti berkata dalam merincikan batu: “Dan dialah yang lari
dengan pakaiannya, ringan dan persegi seperti kepala manusia, marmer atau krom
(logam). Penjelasan Ad-Daakhil: ada pula yang mengatakan bahwa bentuk batu
tersebut seperti kepala kacang, dan dikatakan panjangnya sepuluh hasta, dan
memiliki dua bagian yang terbuka di tempat gelap dan lain-lainnya daripada
penambahan-penambahan Bani Israil, yang mana tidak ada dalil dalam Al-Qur'an
yang mereka sebutkan untuk mendeskripsikan sifat batu tersebut. Apabila yang
dimaksud dengan sebuah batu atau sejenisnya, Dan contoh batu apapun itu, maka
Sebagian besar dari riwayat-riwayat ini muncul dan saling bertentangan, dan
tidak didasarkan dari penetapan batu ini sebagai masalah agama, dan lebih aman
untuk melimpahkan ilmunya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Uraian tentang batu
yang disebutkan Imam Al-Suyuti dan para ahli tafsir lainnya dianggap ad-daakhil
dalam penafsiran Al-Qur'an dan penjelasan atau pernyataannya, dan tidak memiliki
sambungan atau terusan yang benar dari Nabi SAW, dan dalam perkataan-
berbunyi:
َقاُلوا اۡل ـَئ ـَن ِج ۡئ َت ِباۡل َح ـِّق َفَذ ُحَبۡو َه ا َو َم ا َك اُدۡو ا َيۡف َعُلۡو َن
Artinya: Mereka berkata, "Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang
(perintah) itu.”
Imam Suyuti menceritakan bahwa mereka telah meminta sapi tersebut dan
menemukannya bersama anak laki-laki yang taat kepada ibunya, maka mereka
membelinya dengan kasturi penuh emas. Penjelasan Ad-Daakhil: Ini adalah salah
satu Israiliyyat yang dengan jelas ditunjukkan oleh Al-Qur’an sebagai sebuah
kebohongan. Seandainya hal itu benar adanya, maka sangat penting untuk
orang tua agar kita mempertimbangkan dan mengakuinya. Maka baiknya, agar kita
20
Az-Zahroh Lubaihi, Ad-Daakhil Fii Tafsiri Al-Jalalain (Diraasatu Namaadziji
Tathbiqiyyah), Universitas Echahid Hamma Lakhdar, El-Oued, 2014-2015, 71-71.
mentafsirkan ayat tersebut denga napa yang telah dikatakan Allah, dan jangan kita
saling bertengkar atau berurusan dengan hal-hal yang disebutkan oleh para
Ad-Daakhil dalam penafsiran dari potongan surat Al-A’raf ayat 145 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat).”
Disini dikatan bahwa lauh-lauh (tempat tulis) kitab Taurat dari bidara surga,
atau zamrud, atau dari 7 atau 10 zamrud. Penjelasan Ad-Daakhil: telah terjadi
dalam penafsiran, dan ini tidak ditemukan segala sesuatunya pada Rasulullah SAW.
periwayatan tentang “papan tulisan” ini, dan Sebagian dari mereka mensifatinya
melalui atau dari Israiliyyat yang telah masuk atau bocor kedalam penafsiran, dan
tidak ditemukan sesuatu dari semua ini yang berasal dari Rasulullah SAW.
Maka kewajiban kita adalah agar kita teguh terhadap Al-Qur’an yang
terpercaya dan tidak melewati atau melampauinya. Tidak bisa ditambahkan atau
dikurangkan tentang keaslian atau keotentikan “papan tulisan” tersebut dan hal ini
sama sekali tidak menjadi perhatian kami, karena tidak disebutkan mengenai hal ini
21
Az-Zahroh Lubaihi, Ad-Daakhil Fii Tafsiri Al-Jalalain (Diraasatu Namaadziji
Tathbiqiyyah), Universitas Echahid Hamma Lakhdar, El-Oued, 2014-2015, 72.
Penafsiran ayat ini juga bergantung kepada semua yang mereka riwayatkan
atau ceritakan, seperti dari apa papan tulisan itu terbuat?, berapa panjang dan
lebarnya?, bagaimana penulisannya?. Maka hal ini tidak wajib atas kita untuk
Yang wajib kita Imani adalah bahwa Allah menurunkan “papan tulisan”
tersebut kepada Nabi Musa yang mana itu adalah Kitab Taurat, yang didalamnya
terdapat pengetahuan tentang halal dan haram, baik dan buruk, dan hal-hal yang
berbunyi:
َفِاۡن ُك ۡن َت ِف َش ٍّك َّمِّمۤا َاۡن َز ۡل َنۤا ِاَلۡي َك َفۡس ـَٔـِل اَّلِذۡي َن َيۡق َرُءۡو َن اۡل ِكٰت َب ِم ۡن َقۡب ِل َۚك
Artinya: “maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca
kitab sebelummu.”
Imam Suyuti berkata “sesungguhnya itu sudah pasti dan tetap ketika mereka
(saya tidak ragu dan saya tidak bertanya.). Hadist ini dikeluarkan Imam Thobari
merupakan hadist yang do’if (lemah) sanadnya, dan merupakan Ad-Daakhil dari
terputusnya sanad antara Qitadah dan Nabi Muhammad SAW karena Qitadah tidak
Ad-Daakhil dalam penafsiran dari potongan surat An-Nahl ayat 103 yang
berbunyi:
َو َلـَق ۡد َنـۡع َلُم َاَّنُه ۡم َيُقۡو ُلۡو َن ِاَمَّنا ُيَعِّلُم ه َبَش ٌر
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata,
(Muhammad).”
Imam Suyuti berkata Dia (penguasa) yang beragama Kristen, dan nabi biasa
untuk mengunjunginya. Kabar ini dikeluarga oleh Ibnu Jarir didalam tafsirnya, dan
"كان رسول اهلل اال اهلل يعلم قينا مبكة امسه بلعام وكان عجمي اللسان فكان املشركون
إمنا يعلمه:يرون رسول اهلل ص لى اهلل علي ه و سلم يدخل علي ه وخيرج من عنده فقالوا
".بلعام
(Rasulullah Saw pernah mengajar seorang penguasa di Makkah yang Bernama
Bal’am, dan dia bukan orang fasih (Arab), maka orang-orang musyrik melihat
Rasulullah SAW masuk dan keluar darinya, maka mereka berkata: “hanya orang
Karena didalam sanadnya Muslim bin Kaysan Al ‘Awar termasuk Do’if (lemah). Hal
ini diperbincangkan Para ulama Al-Jarh dan Al-Ta’dil. Imam Suyuti pun melemahkan
berbunyi:
Imam Suyuti mengatakan: Orang yang memiliki kasih saying atau belas
kasihan (rahmat) adalah orang yang menghendaki kebaikan bagi dirinya sendiri.”
meletakannya pada kehendak kebaikan untuk dirinya sendiri. Kehendak Allah SWT
terhadap kebaikan merupakan suatu keseharusan rahmat. Maka Rahmat itu perlu
agar berkehendak kebaikan kepada oaring yang dikasih sayangi atau dibelas kasihi.
kehendak kebaikan. Seperti juga perkataan sumpah serapah, marah, dan kebencian
tersebut tidak, maka tidak ada juga keseharusannya. Hal ini membuktikan bahwa
24
Az-Zahroh Lubaihi, Ad-Daakhil Fii Tafsiri Al-Jalalain (Diraasatu Namaadziji
Tathbiqiyyah), Universitas Echahid Hamma Lakhdar, El-Oued, 2014-2015, 95-96.
perlunya kebenaran tanpa kebenaran adalah hal yang tidak masuk akal. Faktanya,
Kesimpulan
Suyuthi terdapat Ad-Daakhil dalam pernafsiran ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dan ini
Hadist Do’if atau Hadist Maudu’, dan Ro’yi atau Ta’wil. Hal-hal ini dapat ditinjau
dari adanya sanad yang terputus, perawi yang tidak memenuhi syarat, menafsirkan
ayat dengan logika atau akal, menggunakan hadist yang tingkatnya lemah, dan
faktor-faktor lainnya.
Oleh karena itu, apabila kita ingin menukil tafsir dari Kitab Tafsir Jalalain
penafsirannya ataupun perawi, sanad, hadist, dan aspek lainnya yang bisa jadi
disana terdapat Ad-Daakhil. Hal ini sangat penting bagi kita untuk menghindari
Referensi
Nirwana, Andri. AN, Ita Purnama Sari, Suharjianto, Syamsul Hidayat, Kajian Kritik
pada Bentuk dan Pengaruh Positif al-Dakhil dalam Tafsir Jalalain tentang
Kisah Nabi Musa dan Khidir, AL QUDS: Jurnal Studi Alquran dan Hadis, Vol.
5, No 2, 2021.
Rifai, Ahmad “Kesalahan dan Penyimpangan dalam Tafsir”, Al-Amin: Jurnal Kajian
25
Az-Zahroh Lubaihi, Ad-Daakhil Fii Tafsiri Al-Jalalain (Diraasatu Namaadziji
Tathbiqiyyah), Universitas Echahid Hamma Lakhdar, El-Oued, 2014-2015, 109.
Sari, Ita Purnama, Skripsi: Al-DakhiL Dalam Tafsir JalaLain Surat Al-Kahfi Ayat 60-82,
Abdussalam, Muhammad Alwi, Skripsi: Ad-Dhaakil Fii Tafsir (Studi Tafsir Al-
Misbah, Muhammad, “Dakhil Ayat Kisah Dalam Al-Quran: Studi Analisis Kisah
Harut Dan Marut Dalam Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur Karya Jalaluddin As-
Idola, Nora, Skripsi: Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab
Firmansyah, Muhammad, Skripsi: Munafik Dalam Tafsir Jalalain (Studi Kajian Surat
2022.
1988).