Anda di halaman 1dari 32

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1 Profil Lahan Praktik
4.1.1.1 Latar Belakang RSUD Sultan Suriansyah
RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin diresmikan Wali
Kota Banjarmasin Ibnu Sina tepat di peringatan Hari Jadi
ke-493 Kota Banjarmasin pada Selasa, 24 September 2019.
RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin merupakan rumah
sakit tipe C milik Pemerintah Kota Banjarmasin, yang
terletak di Jalan RK Ilir RT.07 RW.01 Kelurahan Kelayan
Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan. RSUD Sultan
Suriansyah berada di wilayah Kota Banjarmasin, secara
geografi wilayah Kota Banjarmasin terletak antara
3º16’46"LS-3º22’54”LS serta 114º 31’ 40 dan 114º
39’55”BT, pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan
laut dengan kondisi berpaya-paya dan relatif datar. Kota
Banjarmasin berada di sebelah selatan dari wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan, dengan luas 98,46 Km².

Saat ini ketenagaan di RSUD Sultan Suriansyah


Banjarmasin seluruhnya berjumlah 528 orang (252 orang
PNS dan 276 orang non PNS), terdiri dari 29 orang tenaga
dokter spesialis, 17 orang tenaga dokter umum, 5 orang
dokter gigi spesialis, 188 orang perawat, 137 orang tenaga
kesehatan lain, dan 152 orang tenaga non Kesehatan.

4.1.1.2 Instalasi di RSUD Sultan Suriansyah


Instalasi yang ada di RSUD Sultan Suriansyah terdiri dari :
a. Instalasi Rawat Jalan
b. Instalasi Rawat Inap
c. Instalasi Gawat Darurat
d. Intensive Care Unit
e. Instalasi Bedah Sentral
f. Instalasi Laboratorium
g. Instalasi Radiologi
h. Instalasi Laundry
i. Instalasi CSSD
j. Instalasi Farmasi
k. Instalasi Pemulasaran Jenazah
l. IPSRS
m. Instalasi Gizi
n. Instalasi K3RS
o. Instalasi Pengaduan Masyarakat
p. Instalasi Gas Medis
q. Instalasi Logistik
r. Instalasi Ambulance
s. Instalasi Rekam Medik
t. Instalasi Sanitasi

4.1.1.3 Poliklinik di RSUD Sultan Suriansyah


Poliklinik RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin terdiri
dari:
a. Poliklinik Anak
b. Poliklinik Obsgyn
c. Poliklinik Penyakit Dalam
d. Poliklinik Gigi dan Mulut
e. Poliklinik Rehabilitasi Medik
f. Poliklinik Bedah
g. Poliklinik Saraf
h. Poliklinik Jiwa
i. Poliklinik Paru
j. Poliklinik Gizi
k. Poliklinik THT-KL
l. Poliklinik VCT
m. Poliklinik MCU
n. Poliklinik Jantung
o. Poliklinik Mata
p. Poliklinik Psikologi

4.1.1.4 Pelayanan 24 jam di RSUD Sultan Suriansyah


RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin saat ini memliki 112
tempat tidur dan 24 jam pelayanan rumah sakit terdiri atas :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Rawat Inap Dewasa
c. Rawat Inap Anak
d. Ruangan ICU
e. Ruangan Isolasi
f. Ruangan Bedah
g. Ruangan Operasi

4.1.1.5 Visi dan Misi di RSUD Sultan Suriansyah


a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Suriansyah sebagai pilihan masyarakat dengan pelayanan
yang bermutu dan bermartabat sesuai standar akreditasi.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, efektif berorientasi pada keselamatan
pasien.
2) Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia
yang professional, akuntabel dalam memberikan
pelayanan.
3) Mengembangkan rumah sakit yang berwawasan
lingkungan dan peduli pada masyarakat kelompok
khusus.
4) Menyediakan peralatan medis, perawatan dan
penunjang medis yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi terbarukan.
5) Mengembangkan perangkat manajemen yang
inovatif dan responsive berbasis Informasi
Teknologi (IT).

4.1.2 Gambaran Asuhan Keperawatan Studi Kasus


4.1.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis tanggal 16
November 2023 pada pukul 09.00 Wita. Data yang
didapatkan yaitu identitas klien, Nama Tn. K, Umur 68
tahun, Suku Banjar, Beragama Islam, Pendidikan terakhir
SD, Pekerjaan Wiraswasta, dan Beralamat di Jl. Tatah
Belayung, Kelurahan Tanjung Pagar, Kecamatan
Banjarmasin Selatan. Tn. K mengatakan bahwa beliau
adalah anak keempat dari empat bersaudara. Kedua orang
tua beliau sudah meninggal, saat ini klien tinggal dengan
istri dan dua anak. Klien dikaruniai anak sebanyak 2 orang,
terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan. Saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan sesak napas, napas
pendek-pendek dan batuk berdahak yang tidak berhenti.
Klien juga mengeluh badan lemas dan nafsu makan
kurang.. Klien mengatakan bahwa lebih mudah bernapas
lewat mulut dibandingkan dengan hidung. Klien juga
mengeluhkan semisal batuk dahak sulit untuk dikeluarkan,
dan dari anak klien mengatakan kalau dahak yang keluar
cuma sedikit.
Saat ditanya tentang penyakit terdahulu klien mengatakan
sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengalami batuk
berdahak kurang lebih 20 hari terakhir. Klien mengatakan
bahwa setiap pagi selalu batuk dan akan mengeluarkan
dahak, kemudian klien juga mengatakan dahak yang keluar
kental dan berwarna putih kekuningan dan terkadang pucat.
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan merokok,
klien mulai berhenti merokok sejak merasakan sakit. Dari
riwayat penyakit keluarga klien mengatakan bahwa ayah
dan ibu klien tidak memiliki penyakit seperti hipertensi,
diabetes dan asma, Klien mengatakan dikeluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit yang seperti diderita klien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
a. Keadaan umum klien
1) Tanda-tanda dari distress : Tidak ada tanda-
tanda distres
2) Penampilan dihubungkan dengan usia :
Penampilan klien sesuai usianya
3) Ekspresi wajah, bicara, mood : Pasien
tampak sesak dan kadang-kadang batuk
namun masih kooperatif dalam menjawab
pertanyaan perawat.
4) Berpakaian dan kebersihan umum :
Kebersihan secara umum bersih
5) Tinggi badan, BB, IMT : TB; 160 cm BB:
62 kg IMT 24,21 (underweight)
6) Gaya berjalan : Pasien beraktivitas di bantu
keluarga
b. Tanda-tanda Vital
a) Suhu : 36,6 oC
b) Nadi : 97 x/menit
c) Pernafasan : 24 x/menit
d) Tekanan darah : 170/98 mmHg
e) Spo2 : 98%
c. Sistem Pernafasan
1) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat lumen, penciuman
normal, mukosa hidung lembab.
Inspeksi :
a) Posisi hidung simetris kiri dan kanan
b) Klien tampak sulit bernapas melalui
hidung
c) Tidak ada polip dan radang
d) Keadaan septum tidak bengkok
e) Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
2) Leher
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, proses metabolisme sel
normal, tidak ada keringat berlebih, tidak
ada kekakuan leher, tidak ada
pembengkakan dan nyeri tekan pada bagian
lehernya
3) Dada
Pemeriksaan Paru
a) Inspeksi
a) Daerah dada simetris antara kiri dan
kanan
b) Pergerakan dinding dada cepat
c) Napas cepat 27 x/menit
d) Bentuk dada klien normal.
b) Palpasi
a) Saat dilakukan pemeriksaan Taktil
Fremitus didapatkan hasil bahwa 3
bagian paru-paru kiri dan kanan
terasa bergetar.
b) Tidak terdapat nyeri tekan di bagian
dada dan tidak teraba massa atau
pembengkakan pada bagian thorax.
c) Perkusi
Dada bagian kanan dan kiri terdengar
sonor
d) Auskultasi
Dada bagian kanan dan kiri terdengar
Ronkhi
d. Sistem kardiovaskuler
1) Conjunctiva : Konjungtiva tidak anemis
2) Tekanan vena jugularis : Tidak ada
3) Ukuran jantung : Normal
4) Ictus cordis/apex : Normal
5) Suara jantung : Normal
Warna ujung-ujung jari normal tidak ada
tanda-tanda clubbing finger, terdapat
keluhan sesak napas, CRT < 2 detik.
e. Sistem perncernaan
1) Bibir dan Mulut : Dari hasil pengkajian
didapatkan pada mulut dan fungsi
pencernaan bagian atas terlihat bersih,
keadaan umum mulut sedikit kering dan gigi
terlihat baik dan terlihat ada beberapa gigi
yang tanggal. Klien tidak mengeluh nyeri
saat menelan, tidak ada peradangan pada
mulut (mukosa bibir kering, gusi berwarna
sedikit pucat, faring tidak diketahui apakah
terdapat radang, tidak adanya kelainan
bentuk dan gangguan lainnya.
2) Abdomen :
a) Inspeksi : Abdomen tampak normal,
terlihat menggunakan otot bantu perut
saat bernapas
b) Auskultasi : bising usus klien frekuensi
10x/m disetiap regio abdomen
c) Perkusi : terdapat bunyi timpani disetiap
regio abdomen
d) Palpasi : Tidak terdapat nyeri dan
bengkak saat ditekan disetiap regio
abdomen, tidak terdapat pembesaran
pada organ hati
3) Anus : normal
f. Sistem Indra
1) Mata
Keadaan mata klien tidak terganggu, secara
umum mata tidak mengalami peradangan,
konjungtiva tidak anemis, tidak ada
peradangan dan trauma, tidak adanya
abnormalitas pada mata/kelopak mata, hasil
visus tidak ada masalah penglihatan, daya
akomodasi mata, tidak ada kelainan pada
sclera seperti ikterus, vaskularisasi, lesi /
benjolan, klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan seperti kacamata, klien
juga tidak ada kelainan/gangguan saat
melihat.

Inspeksi :
a) Palpebra tidak edema, tidak ada radang
b) Pupil isokor kiri dan kanan
c) Keadaan bulu mata tumbuh merata
Palpasi :
d) Tidak ada nyeri tekan pada area mata
e) Respon berkedip baik
2) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat lumen, penciuman
normal, mukosa hidung lembab, tedapat
sekret dan klien mengeluhkan sulit bernapas
lewat hidung
Inspeksi :
a) Posisi hidung simetris kiri dan kanan
b) Tidak ada polip dan radang
c) Keadaan septum tidak bengkok
d) Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
3) Telinga
Daerah telinga dan fungsi sistem
pendengaran, keadaan umum telinga terlihat
simetris, tidak ada gangguan saat
mendengar, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak adanya kelainan bentuk
dan tidak ada gangguan lainnya.
Inspeksi :
a) Posisi telinga simetris antara kiri dan
kanan
b) Tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
c) Pendengaran baik
Palpasi :
d) Tidak ada nyeri tekan
g. Sistem saraf
1) Fungsi cerebrall
a) Status mental : Pasien berorientasi dengan
baik, daya ingat baik, perhatian tidak terlalu
fokus dan bahasa yang digunakan mudah
dimengerti
b) Kesadaran : 15 (Composmentis) dengan
GCS E4 V5 M6
c) Bicara : Ekspresif
d) Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII)

N Saraf Kranial Fungsi


o
1 Nervus Olfaktorius Setelah dilakukan pengkajian klien bisa
mencium bau minyak kayu putih
2 Nervus Optikus Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tidak
dapat melihat jelas sejauh 10 meter.
3 Nervus oculomotoris Klien bisa mengangkat kelopak mata atas dan
kontraksi pupil.
4 Nervus trochlearis Klien bisa menggerakan mata kearah bawah
5 Nervus Trigeminus Klien bisa mengunyah
6 Nervus abducents Klien bisa menggerakan mata kearah lateral
7 Nervus Facialis Klien bisa mengekspresikan wajah
8 Nervus Pendengaran klien masih baik
Vestibulokoklearis
9 Nervus Klien bisa menelan
Glossopharyngeus
10 Nervus vagus Klien bisa menelan dan ada reflek muntah
11 Nervus accesorius Klien bisa menggerakan kepala dan bahu
12 Nervus hippoglossus Klien bisa menggerakan lidah

2) Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan


otot) : Skala otot 5

5 5
5 5
Ket :
1 : Lumpuh Total
2 : Adanya Kontraksi
3 : Dapat bergerak dengan bantuan
4 : Dapat melakukan gravitasi
5 : Dapat menahan tekanan
6 : Dapat menahan tekanan berat

h. Sistem Muskuloskeletal
1) Kepala : Kepala tampak bulat, tidak terdapat
benjolan, tidak terdapat kelainan pada kepala
klien, rambut pasien berwarna hitam dan
beruban, lembab, dan bersih.
2) Vertebrae : Normal
3) Pelvis : Normal
4) Lutut : Normal
5) Kaki : 5 (dapat menahan tekanan berat)
6) Bahu : Normal
7) Tangan : 5 (dapat menahan tekanan berat)

5 5
5 5
Ket :
1 : Lumpuh Total
2 : Adanya Kontraksi
3 : Dapat bergerak dengan bantuan
4 : Dapat melakukan gravitasi
5 : Dapat menahan tekanan
6 : Dapat menahan tekanan berat

i. Sistem Integumen
Kulit :
Berdasarkan hasil inspeksi keadaan kulit klien
terlihat berwarna sawo matang keadaan bersih,
dengan keadaan kering. Turgor kulit elastis
(kembali kurang dari 2 detik), tidak ditemui adanya
lesi dan kelainan pada bagian kulit yang lain. Saat di
palpasi kulit teraba hangat, T : 36,5 ºC
Rambut :
Rambut berwarna hitam dan beruban, lembab, dan
bersih..
Kuku :
Warna kuku putih, permukaan kuku bersih. tidak
terdapat clupping finger
j. Sistem Endokrin
1) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
2) Percepatan pertumbuhan : Tidak ada
3) Gejala kreatinisme atau gigantisme : Tidak
ada
4) Ekskresi urine berlebihan, polydipsi,
poliphagi : Tidak ada
5) Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat
berlebihan, leher kaku : Tidak ada
6) Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :
Tidak ada
k. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, menikah, tidak ada
kelainan reproduksi.

Data penunjang disini Rontgen Thorax, dan untuk hasil


pemeriksaan laboraturium didapati hasil :

Gambar 4.3 Foto Thorax

Keterangan Rontgen Thorax:

Cor : Besar dan bentuk normal

Pulmo : Hilli normal, tampak infiltrate di lapang atas paru


kiri dan kanan, perihiler sampai parakardial paru kanan,

Kesan : TB Paru aktif, tidak tampak kardiomegali


Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi Lengkap

Leukosit 10.72 103/ul 5.07-11.10

Eritrosit 4.11 106/ul 4.74-5.32

Hemoglobin 12.2 g/dl 13.40-17.30

Hematokrit 37.6 % 39.90-51.10

MCV 91.5 Fl 73.40-91.00

MCH 29.7 Pg 24.20-31.20

MCHC 32.4 g/dl 31.90 -36.00

Trombosit 324 103/ul 185.00-398.00

Eosinofil 2.7 % 0.70-5.40

Neutrophil 64.9 % 42.50-71.00

Limfosit 24.2 % 20.40-44.60

Monosit 7.8 % 3.60-9.90

Neutrophil absolute 6.96 103/ul

Limfosit absolute 2.69 103/ul

NLR 2.69 0.00-3.13

HFLC 0.2 % 0.00-1.40


Basofil 0.4 % 0.00-1.00

Kimia Darah

Karbohoidrat

Glukosa Sewaktu 101 mg/dl <200

Faal Ginjal

Ureum 24.30 mg/dl 17-50

Kreatinin 1.10 mg/dl 0.6-1.3

Albumin 3,22 g/dL 3.40-4.80

Faal Hati

SGOT/AST 25.70 u/L 14.00-31.00

SGPT/ALT 24.70 u/L 10.00-40.00

Terapi farmakologi saat ini

Nama Obat Komposisi Golongan Indikasi Dosis Cara


Obat Pember
ian

Inf. - - 20 tpm IV
Asering

Inj. ceftriaxone antibiotik mengatasi penyakit 2x1g Bolus


Ceftriaxon akibat infeksi IV
golongan
e bakteri, seperti
sefalospori
gonore, meningitis,
n
otitis media, sifilis,
dan penyakit Lyme
Inj. Lansoprazol Proton Menurunkan 1 x 30 mg Bolus
Lansopraz e pump produksi asam IV
ole inhibitor lambung

Inj. furosemide diuretik Mengeluarkan 20mg-0-0 IV


furosemid penumpukan cairan
ditubuh

Inj. Vit K Vitamin K Vitamin Mencegah 3 x 2 mg IV


pendarahan

PO. codein Codein Opiod Meredakan nyeri 3 x 10 mg peroral


dan batuk

OAT Rifamficin, Antibiotik Mengatasi penyakit 1x peroral


4FDC Isoniazid, infeksi tuberkulosis R600mg,
Pyrazinamid H300mg,Z
e, Etambutol 1600mg,E
1100mg

Vit B6 Vitamin B6 Vitamin Mengurangi 1 x 10mg Peroral


sindrom neuropati

Vip Ektrak ikan Obat Membantu 1 x 500mg Peroral


Albumin gabus tradisional memelihara
500mg kesehatan

4.1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Tanggal/
No Data Fokus Problem Etiologi
Jam
1. 16/11/2023 DS: Bersihan Hipersekre
Jam 09.00  Pasien mengatakan sesak Jalan Napas si Jalan
napas dan batuk berdahak Tidak Napas
Efektif
DO:
 TTV:
TD : 170/98 mmHg;

N : 97 x/menit
R : 24 x/menit
T : 36,6°C
Spo2 98 %
 Tampak pasien batuk
berdahak
 Auskultasi paru kiri ronkhi
 Pemeriksaan Penunjang :
HB 12,2 gr/dl
Albumin : 3,22 g/dL
Rontgent Thorax TB Pulmo
Bilateral Aktif

 Kolaborasi:
Antibiotik ceftriaxone 2x1 gr
OAT 4FDC 1x4 tab
Vip Albumin 1x1 tab
2. 16/11/2023 DS: Risiko Peningkata
11.00 1. Pasien mengatakan badan Defisit n
lemas nafsu makan kurang Nutrisi Kebutuhan
Metabolis
DO: me
2. TTV:
TD : 170/98 mmHg;
N : 97 x/menit
R : 24 x/menit
T : 36,6°C
Spo2 98 %
3. Pola makan 2-3x/hr,
menghabiskan 1/4 dari porsi
yang disediakan
4. Peristaltik usus 10x/menit
disetiap kuadran abdomen
5. Nyeri tekan epigastrium
6. BB 62 Kg, TB 160 cm, IMT
24,21
(Normal)
7. Pemeriksaan penunjang
HB 12,2 gr/dl
Albumin 3,22 g/dL
8. Kolaborasi
Injeksi Lansoprazole 1 x 30
mg
Vip Albumin 1x1 tab

4.1.2.3 Rencana Keperawatan


a. Rencana keperawatan teknik batuk efektif dengan
diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang tertahan.

Perencanaan intervensi keperawatan ketidakefektifan


bersihan jalan nafas pada Tn. K dengan pendekatan
NANDA-I NIC-NOC (2018-2020), berikut ini adalah
intervensi untuk Tn. K dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas :

1) Masalah keperawatan : ketidakefektifan bersihan


jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2) Tujuan keperawatan: yaitu setelah dilakukan
asuhan keperawatan semalam 16-30 menit dengan
Nursing Outcome Clasification (NOC) :
3) Adapun hasil yang diharapkan adalah sebagai
berikut :
a) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
baik
b) Dapat melakukan batuk efektif
c) Produksi sputum klien menurun
d) Pola nafas klien membaik

b. Perencanaan keperawatan yang diberikan kepada klien


sesuai dengan Nursing Intervention Clasification (NIC)
adalah sebagai berikut :
1) Kaji frekuensi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan,
irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
nafas)
Rasional : Ronkhi menunjukan akumulasi sekret /
ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas
2) Catat kemampuan pasien mengeluarkan dahak,
jumlah dahak
3) Rasional : pengeluaran sulit bila sekret sangat
tebal, sputum kental/darah cerah (infeksi, atau
tidak kuatnya hidrasi)
4) Ajarkan klien teknik batuk efektif
Rasional : membantu klien mengeluarkan sekret.
5) Kolaborasi : pemberian terapi nebulizer
Rasional : membantu melegakan pernafasan.

c. Perencanaan intervensi keperawatan unggulan yang


dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
kepada Tn. K, Intervensi keperawatan unggulan
didasarkan pada upaya mencari bentuk intervensi yang
mudah, murah, praktis, memberikan rasa nyaman dan
mengurangi nyeri, sehingga dapat membuat tubuh dan
pikiran menjadi tenang, rileks pada Tn. K. Karenanya
dari sekian bentuk intervensi keperawatan, penulis
menetapkan intervensi keperawatan teknik non
farmakologi yaitu teknik batuk efektif menjadi
intervensi unggulan.

Intervensi keperawatan teknik batuk efektif diharapkan


sebagai salah saatu tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk meredakan keluhan sesak nafas yang
dialami klien diharapkan berkurang.

Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan batuk efektif


selama 16-30 menit diharapkan dahak/sekret dapat
keluar dan meredakan sesak napas klien. Dengan hasil :
1) Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
2) Klien dapat berpartisipasi dalam proses program
pengobatan
3) Produksi sputum klien menurun
4) Pola napas klien membaik.

Nursing Intervention Clasification

5) Kaji frekuensi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan,


irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
nafas)
6) Catat kemampuan pasien mengeluarkan dahak,
jumlah dahak
7) Ajarkan klien teknik batuk efektif
8) Kolaborasi : pemberian terapi bronkodilator

4.1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan pada hari Kamis, 16 November
2023, jam 09.00 WITA pada Tn. K sebagai berikut :
a. Mengkaji fungsi pernafasan dengan melakukan
pemeriksaan terfokus pada dada
b. Mengajarkan klien teknik batuk efektif
c. Persiapan alat
1) Tissue
2) Bengkok
3) Perlak/alas
4) Sputum pot berisi desinfektan
5) Air minum hangat
d. Pelaksanaan
1) Menjaga privasi
2) Kaji pernafasan klien
3) Atur posisi klien, misalnya posisi semi
fowler/fowler
4) Peragakan pada klien cara batuk efektif
5) Cara batuk efektif :
a) Tarik napas dari hidung keluarkan dari
mulut secara perlahan kemudian keluarkan
dari mulut sebanyak 3-5 kali
b) Kemudian pada akhir napas dalam kelima
sebelum napas dikeluarkan tahan sesaat
kemudian batukkan dengan menutup mulut
dengan tangan yang telah dibalut tissue
c) Buang sekret yang ada pada sputum pot
d) Lakukan tindakan ini selama 5 menit, latihan
ini dapat dilakukan 4-5 kali/hari (pagi
bangun tidur, saat rileks, siang sebelum
makan, dan sore setelah mandi)
6) Merapikan klien
7) Evaluasi
a) Klien mengatakan bahwa dahaknya masih
sulit untuk dikeluarkan dan dadanya kadang
merasa sesak.
b) Klien mengatakan sudah mengerti
bagaimana cara melakukan batuk efektif dan
juga mulai mampu mengeluarkan
sekret/dahak yang ada pada klien.
c) Klien mengeluarkan sekret saat klien
melakukan batuk efektif, klien juga
mengatakan masih sulit untuk mengeluarkan
sekretnya.
d) Mengevaluasi dan mengobservasi
pengeluaran sekret
4.1.2.5 Evaluasi
Evaluasi pada hari Jum’at, 16 November 2023 (17.00
WITA) untuk data subjektif didapatkan data Klien
mengatakan masih merasakan sesak napas dan sekret/dahak
masih sulit untuk dikeluarkan. Data objektif didapatkan dari
data rentang tanda tanda vital setelah dilakukan tindakan
TTV dipertahankan pada skala 3: TD : 156/87 mmHg, N :
87 x/mnt, R : 24 x/mnt, S : 36,2°C, SPO² : 98%, Bunyi
nafas masih ronkhi, napas klien cepat, irama napas reguler,
napas dangkal, penggunaan otot bantu aksesori, sekret
sudah keluar walau masih sedikit, warna sekret kuning
pucat, konsistensi sekret kental, dan frekuensi sekret
sedikit., Analisa dari data subjektif dan objektif adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
sekresi yang tertahan masih. Planning tindakan yang perlu
dilanjutkan yaitu Intervensi teknik batuk efektif
dilanjutkan.

Kriteria Sebelum Sesudah


Tekanan Darah (mmHg) 170/98 156/87
Nadi (x/menit) 97 87
Laju pernapasan (x/menit) 24 24
Suhu 36,6 36,2
SpO2 (%) 98 98
Sekret Sekret/dahak Sekret sudah
masih susah keluar
dikeluarkan kehijauan,
konsitensi
kental, sekret
masih sedikit
keluar
Evaluasi pada hari Sabtu, 17 November 2023 (17.00
WITA) untuk data subjektif didapatkan data Pasien
mengatakan masih batuk, klien mengatakan masih ada
sekret yang belum keluar, klien mengatakan masih merasa
sesak kadang-kadang. Data objektif didapatkan dari data
rentang tanda tanda vital setelah dilakukan tindakan TTV
dipertahankan pada skala 3: TD : 146/91 mmHg, N : 78
x/mnt, R : 20 x/mnt, S : 36,4°C, SPO² : 97%, Bunyi nafas
ronkhi, napas klien cepat, irama nafas reguler, napas
dangkal, sekret sudah mulai bertambah banyak
keluar,warna sekret masih kuning pucat, konsistensi sekret
sudah mulai tidak terlalu kental, frekuensi sekret mulai
bertambah daripada hari kemarin, Analisa dari data
subjektif dan objektif adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan masih.
Planning Intervensi teknik batuk efektif dilanjutkan.

Kriteria Sebelum Sesudah


Tekanan Darah (mmHg) 156/89 146/91
Nadi (x/menit) 84 78
Laju pernapasan (x/menit) 23 20
Suhu 36,5 36,4
SpO2 (%) 97 97
Sekret Sekret/dahak Sekret sudah
masih ada yang keluar
susah kehijauan,sekret
dikeluarkan yang keluar
mulai banyak,
konsitensi
kental

Evaluasi pada hari Minggu, 18 November 2023 (17.00


WITA) untuk data subjektif didapatkan data Pasien Klien
mengatakan sesaknya mulai berkurang, dan untuk
pengeluaran sekret sudah mulai banyak, sekret sudah mulai
tidak kental lagi, Data objektif didapatkan dari data rentang
tanda tanda vital setelah dilakukan tindakan TTV
dipertahankan pada skala 3: TD : 120/80 mmHg, N : 80
x/mnt, R : 20 x/mnt, S : 36,6°C, SPO² : 99%, bunyi napas
masih ronkhi, frekuensi sekret lebih banyak dibandingkan
hari sebelumnya, dan konsistensi sekret sudah mulai
mencair tidak kental seperti hari sebelumnya, Analisa dari
data subjektif dan objektif adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
masih.

Kriteria Sebelum Sesudah


Tekanan Darah (mmHg) 142/82 138/81
Nadi (x/menit) 83 82
Laju pernapasan (x/menit) 24 20
Suhu 36,3 36,2
SpO2 (%) 98 98
Sekret Sekret/dahak Sekret sudah
sudah banyak banyak,
keluar, sekret konsitensi cair
sudah encer

4.1.3 Hasil Penerapan Intervensi


Tabel TTV Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Teknik Batuk
Efektif

No Hari / Tanggal TTV sebelum TTV Sesudah


Dilakukan Intervensi Dilakukan Intervensi
Teknik Batuk Efektif Teknik Batuk Efektif
1 Jum’at / 16 November 2023 TD : 170/98 mmHg TD : 156/87
HR : 97 x/menit HR : 87 x/menit
RR : 24 x/menit RR : 24 x/menit
T : 36,6oc T : 36,2oc
SPO2 : 98 % SPO2 : 98 %
2 Sabtu / 17 November 2023 TD : 156/89 mmHg TD : 146/91
HR : 84 x/menit HR : 78 x/menit
RR : 23 x/menit RR : 20 x/menit
T : 36,5oc T : 36,4oc
SPO2 : 97 % SPO2 : 97 %
3 Minggu / 18 November 2024 TD : 142/82 mmHg TD : 138/81
HR : 83 x/menit HR : 82 x/menit
RR : 24 x/menit RR : 20 x/menit
o
T : 36,3 c T : 36,2oc
SPO2 : 98 % SPO2 : 98 %

Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tanda-


tanda vital klien setiap harinya setelah dilakukan intervensi teknik
batuk efektif

4.1.4 Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut untuk perawat agar melakukan pengukuran
saturasi oksigen sebelum dan sesudah tindakan untuk memantau
keefektifan pemberian teknik batuk efektif. Jika ternyata tidak ada
perubahan saturasi oksigen maka perawat bisa melakukan evaluasi
terhadap prosedur yang dilakukan. Rencana tindak lanjut untuk
keluarga klien adalah agar tetap melakukan pemberian teknik batuk
efektif ketika sudah dirumah. Perawat dapat menyampaikan bahwa
metode pemberian teknik batuk efektif boleh dialakukan anggota
keluarga lain dan bisa dilakukan selama mungkin asalkan klien dan
keluarga dalam kondisi nyaman. Keluarga wajib diajarkan pemberian
teknik batuk efektif dengan benar sebelum klien di pulangkan
kerumah.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Asuhan Keperawatan pada Penderita Tuberkulosis Paru

Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. K (50 tahun). Berikut
akan dijelaskan analisa kasus berdasarkan faktor yang dapat
mempengaruhi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Tn. K,
Sehingga faktor apakah yang paling berpengaruh dalam masalah
ketidakefefktifan bersihan jalan nafas yang terjadi pada Tn. K.

Hasil pengkajian yang di dapatkan dari Tn. K batuk berdahak disertai


sesak napas kadang-kadang. Tn. K mengatakan bahwa klien lebih
mudah bernafas lewat mulut dibandingkan dengan hidung. Klien juga
mengeluhkan semisal batuk dahak sulit untuk dikleluarkan, dan dari
anak klien kalau dahak yang keluar cuma sedikit. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis
dengan nilai GCS : E4, V5, M6.

Klien tampak berbaring di bed klien. Dan untuk Tanda-Tanda Vital


klien didapati untuk Tekanan darah klien 170/98 mmHg, Nadi (N)
klien 97 x/menit, pernafasan (RR) klien 24x/menit, dan Suhu klien
36,6˚C, dan untuk Saturasi Oksigen klien 98%. Untuk dibagian dada,
pernafasan,dan sirkulasi, warna ujung jari klien jari dan bibir klien
sedikit terlihat pucat, CRT < 2 detik, inpeksi pada klien didapati
bentuk dada anterior dan posterior simetris, tidak ada pelebaran
pembuluh darah, pergerakan dinding dada cepat, pola napas cepat,
pendek dan dangkal, retraksi dinding dada (+), terpasang alat bantu
napas (nasal kanul). Palpasi didapati hasil tidak ada nyeri tekan pada
seluruh bagian anterior dan posterior, taktil premitus teraba diseluruh
lapang paru. Perkusi didapati hasil suara ketukan sonor pada setiap
lapang paru. Auskultasi didapati akan suara napas klien ronkhi.

Untuk abdomen klien, saat diinspeksi didapati hasil pergerakan nafas


sedikit menggunakan otot abdomen, tidak ada benjolan, kemudian
untuk auskultasi didapati hasil suara peristaltik usus 10 kali permenit,
lalu untuk palpasi didapati hasil akan tidak ada terabanya massa
abnormal pada seluruh kuadran abdomen, tugor kulit baik dan tidak
ada nyeri, dan untuk perkusi didapati hasil, kuadran 1-3 pekak, 4-6
timpani, 7-9 pekak. Untuk genetalia klien tidak ada gangguan, dan
tidak terpasang kateter.

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan


membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Dan menurut Nurarif & Kusuma (2015), ketidakefektifan
bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas.

Pada tuberkulosis terjadi karena infeksi bakteri kronik yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh
hipersensitivitas yang diperantarai-sel (cell mediated hypersensitivity).
Penyakit Tuberkulosis ini biasanya terletak di paru, tetapi dapat
mengenai organ lain (Isselbacher, 2015).

Tuberkulosis, dimana suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium antara lain :M
tuberculosis, M africanum, M. bovis, M. leprea dsb. Yang juga
dikenal sebagi Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang biasa menimbulkan gangguan pada
saluran napas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis
yang pengobatan Tuberculosis. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis
yang mampu melakukan identifikasi terhadap Mycobacterium
tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk Tuberkulosis Secara
umum sifat kuman Tuberkulosis. (Subuh & Priohutomo, 2014).
Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukurang panjangg 1-4
mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen
M.tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga kuman mampu
tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
Basil Tuberculosis sangat rentang terhadap sinar matahari sehingga
dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini
terutama terhadap gelombang cahaya ultra-violet. Basil Tuberculosis
juga rentang terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil
Tuberkulosis yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati
bila terkena air bersuhu 100ºC. Basil Tuberkulosis juga akan terbunuh
dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70%, atau lisol 5% (Imam,
2008).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah Dwi. L. M


(2018). Mengatakan bahwa akan ada hubungan berkembangnya
bakteri mycobacterium tuberculosis dengan signifikan, disini
dikatakan perkembangan bakteri mycobacterium tuberculosis
berpengaruh akan ruangan terhadap suhu, kelembapan, dan
pencahayaan. Dimana dijurnal dikatakan juga pengaruh dari suhu,
kelembapan, dan pencahayaan akan adanya angka kejadian penderita
tubeculosis paru.

Dapat disimpulkan dalam pelaksanaan kasus klien, perawat perlu


memberikan intervensi atau tindakan nonfarmakologis untuk
mengatasi ketidakefektifan beersihan jalan nafas. Tindakan teknik
batuk efektif merupakan tindakan untuk membantu klien
mengeluarkan sektet/dahak tanpa harus menggunakan agen
farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan, teknik batuk
efektif merupakan tindakan independen dari seorang perawat dalam
mengatasi atau mengeluarkan dahak yang mengganggu bersihan jalan
napas klien.

Dari pembahasan diatas dapat diketahui klien mengeluhkan akan sulit


bernapas karena ada dahak yang mengganggu jalan napas klien.
Sehingga penulis menitik beratkan perencanaan inovasi yaitu dengan
memberikan edukasi dan contoh teknik batuk efektif pada masalah
utama ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
sekresi yang mengganjal pada klien Tn. K dengan Tuberkulosis paru.

4.2.2 Analisis Penerapan Pemberian teknik batu efektif pada Pasien


Tuberculosis

Menurut Ambarawati & Nasution, (2015) Batuk efektif merupakan


cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif dengan tujuan untuk membersihakan laring, trakea, dan
bronchioles dari sekret atau benda asing dijalan nafas.

Batuk efektif mengandung makna dengan batuk yang benar, akan


dapat mengeluarkan benda asing, seperti sekret semaksimal mungkin.
Bila pasien mengalami gangguan pernafasan karena akumulasi sekret,
maka sangat dianjurkan untuk melakukan latihan batuk efektif
(Rochmiah, 2011).

Teknik batuk efektif merupakan tindakan nonfarmakologi dan


tindakan indepennden yang dilakukan oleh perawat yang bertujuan
untuk membersihkan jalan nafas, mencegah komplikasi seperti :
infeksi saluran nafas, pneumonia, dan mengurangi kelelahan. Menurut
Muttaqin, (2008) tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi
sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia,
atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk efektif
dilaksananakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif dan masalah risiko tinggi infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan
akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh
kemampuan batuk yang menurun.

Batuk efektif dimana teknik batuk untuk mempertahankan kepatenan


jalan nafas. Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan sekret dari
jalan nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Rangkian
normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam,
penutupan glottis, kontraksi aktif otot – otot ekspirasi, dan pembukaan
glottis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan
nafas memungkinkan udara melewati sebagian plak lendir yang
mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Kontraksi otot – otot
ekspirasi melawan glottis yang menutup menyebabkan terjadinya
tekanan intratorak yang tinggi. Aliran udara yang besar keluar dengan
kecepatan tinggi saat glotis terbuka, memberikan sekret kesempatan
untuk bergerak ke jalan nafas bagian atas, tempat sekret dapat di
keluarkan (Potter & Perry, 2010).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusna T, Dhea Sry A.I,
Siti M (2019) tentang “Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Sebagai
Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien
TB Paru Di RSUD Kota Kendari” . Penerapan fisioterapi dada dan
batuk efektif dilaksanakan selama 3 hari, dengan frekuensi latihan 2x
dalam sehari pada pagi (P) dan sore (S) hari. Setelah dilakukan
tindakan fisioterapi dada dan batuk efektif terjadi penurunan RR dari
27x/menit menjadi 26x/menit pada hari kedua sesi pagi dan dari
26x/menit menjadi 25x/menit pada sesi sore. Terjadi penurunan dari
25x/menit menjadi 24x/menit (RR normal) pada hari ketiga pada sesi
pagi dan sore hari. fisioterapi dada dan batuk efektif dapat digunakan
sebagai penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
pasien TB paru dengan kriteria hasil kepatenan jalan napas yang
ditandai dengan frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada
suara napas tambahan, pasien mampu mengeluarkan sputum.

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Endah D. L, Annisaa F.


U, Siti A. I (2020) tentang “Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru”. Menunjukan
haasil akan terdapat pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran
sputum pada pasien Tuberkulosis paru dibuktikan dengan hasil uji non
parametrik Wilcoxon Match Pair Test nilai P value 0,04 dengan nilai
kepercayaan < 0,05 yang berarti Ha diterima maka dapat disimpulkan
bahwa ada perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
terapi Batuk Efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien
Tuberkulosis paru di RSUD Balaraja.

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Egeria D S, Rosita


Magdalen a L, Eni Kristiani (2018) tentang “Penerapan Batuk Efektif
Dan Fisioterapi Dada Pada Pasien Tb Paru Yang Mengalami
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rsud Koja Jakarta Utara”.
Menunjukan hasil studi kasus menunjukkan adanya peningkatan
pengeluaran sekret pada klien dengan tb paru yang mendapat terapi
batuk efektif dan fisioterapi dada, sehingga klien mampu
mempertahankan jalan napas yang efektif.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian teknik


batuk efektif dapat dijadikan sebagai salah satu teknik nonfarmakologi
untuk membantu proses pengeluaran sekret/dahak yang mengahalangi
jalan napas Tn. K, dimana terapi ini sangat sederhana serta mudah
dilakukan oleh siapapun dan tidak memilik efek samping, sehingga
dengan memberikan terapi ini dapat membantu mengeluarkan sekret
yang menggangu bersihannya jalan nafas. Teknik batuk efektif ini
juga sangat efektif dan didukung ddengan beberapa teori dan penelitan
terkait sehingga dapat dibuktikan bahwa pemberian teknik batuk
efektif ini bisa dibilang berpengaruh dalam mengatasi sesak nafas
yang klien rasakan.

4.2.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Kolaborasi antara klien dan tenaga kesehatan khususnya perawat


dalam memberikan pelayanan kesehatan akan meminimalkan masalah
keperawatan yang muncul pada klien dengan tuberkulosis paru.
Sosialisasi perawat tentang terapi nonfarmakologi dengan pemberian
tindakan batuk efektif sangat diharapkan dapat membatu klien untuk
mengatasi pengeluaran sekret dan sesak nafas karena berhubungan
dengan kenyamanan klien. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan
mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi
(pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk efektif
dilaksananakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif dan masalah risiko tinggi infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan
akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh
kemampuan batuk yang menurun (Muttaqin, 2008), Sehingga dapat
diterapkan oleh perawat secara langsung kepada klien untuk
meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai