Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FARMAKOLOGI HORMON TYROID

Disusun Oleh:
Nia Silviani
NPM. F0I022121

Mata Kuliah Manajemen Farmasi


Dosen Pengampu:
Dian Handayani, S. Farm, Apt., M. Farm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Cara Kerja Hormon Tiroid dalam Mengatur Metabolisme Tubuh..............................3
2.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Sintesis Dan Sekresi Hormon Tiroid.......5
2.3 Mekanisme Kerja yang Mendasari Efek Farmakologis Obat Hormon Tiroid............8
2.4 Memilih Obat Hormon Tiroid yang Tepat: Panduan Lengkap untuk Pengobatan yang
Efektif...................................................................................................................................11
2.5 Efek Samping Obat Hormon Tiroid: Panduan Lengkap untuk Pemahaman dan
Pencegahan...........................................................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hormon tiroid merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid, yang terletak
di bagian depan leher. Hormon ini memiliki peran penting dalam mengatur metabolisme
tubuh, termasuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi jantung, otak, dan sistem saraf 1.
Farmakologi hormon tiroid adalah studi tentang efek obat pada sintesis, sekresi, dan aksi
hormon tiroid. Pengetahuan tentang farmakologi hormon tiroid sangat penting untuk
diagnosis dan pengobatan penyakit tiroid, seperti hipotiroidisme dan hipertiroidisme 2.
Sintesis hormon tiroid membutuhkan dua komponen utama: yodium dan tirosin. Yodium
diperoleh dari makanan, sedangkan tirosin adalah asam amino yang diperoleh dari protein.
Di dalam kelenjar tiroid, yodium dioksidasi dan diikat ke tirosin untuk membentuk
monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT). Dua DIT kemudian berikatan untuk
membentuk 3,5,3'-triiodotironin (T3), hormon tiroid yang paling aktif. MIT dan DIT juga
dapat berikatan untuk membentuk 3,5-diiodotironin (T4), hormon tiroid yang kurang aktif 3.
Hormon tiroid disimpan di dalam kelenjar tiroid dalam keadaan terikat pada protein
tiroglobulin. Ketika tubuh membutuhkan hormon tiroid, T3 dan T4 dilepaskan ke dalam
aliran darah.
Hormon tiroid bekerja dengan mengikat reseptor tiroid (TR) yang terletak di dalam
sel. Pengikatan TR dengan hormon tiroid memicu berbagai efek, termasuk:
1. Peningkatan sintesis protein
2. Peningkatan konsumsi oksigen
3. Peningkatan glukoneogenesis
4. Peningkatan lipolisis
5. Peningkatan termogenesis
6. Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
7. Peningkatan fungsi otak dan sistem saraf
Obat hormon tiroid digunakan untuk mengobati hipotiroidisme, yaitu kondisi di mana
kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Obat hormon tiroid yang paling
umum digunakan adalah:
1
Alatas, S., & Soebagyo, H. R. (2018). Penyakit Dalam: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2
Purwono, B. (2019). Fisiologi Kedokteran: Edisi Revisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
3
Hapsari, D. A., & Yuniarti, S. (2021). Hubungan Kadar Hormon Tiroid dengan Kadar Glukosa Darah pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada, 16(2), 101-108.

1
2

1. Levotiroksin (L-T4)
2. Liotironin (L-T3)
Obat hormon tiroid juga dapat digunakan untuk mengobati hipertiroidisme, yaitu
kondisi di mana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Obat yang
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme bekerja dengan cara:
1. Menghambat sintesis hormon tiroid
2. Menghambat sekresi hormon tiroid
3. Menghancurkan kelenjar tiroid
Penggunaan obat hormon Efek samping obat hormon tiroid yang paling umum adalah:
• Gejala hipertiroidisme, seperti jantung berdebar, kecemasan, dan insomnia
• Reaksi alergi
• Gangguan pencernaan
Farmakologi hormon tiroid adalah bidang yang kompleks dan penting untuk diagnosis
dan pengobatan penyakit tiroid. Pengetahuan tentang farmakologi hormon tiroid dapat
membantu dokter untuk memilih obat yang tepat untuk pasien dengan penyakit tiroid.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah beberapa rumusan masalah yang
dapat diajukan:
1. Bagaimana cara kerja hormon tiroid dalam mengatur metabolisme tubuh?
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi hormon tiroid?
3. Mekanisme kerja apa yang mendasari efek farmakologis obat hormon tiroid?
4. Bagaimana cara memilih obat hormon tiroid yang tepat untuk pasien dengan penyakit
tiroid?
5. Apa saja efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat hormon tiroid?
I.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Memahami cara kerja hormon tiroid dalam mengatur metabolisme tubuh.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi hormon
tiroid.
3. Menjelaskan mekanisme kerja farmakologis obat hormon tiroid.
4. Mengembangkan panduan untuk memilih obat hormon tiroid yang tepat untuk pasien
dengan penyakit tiroid.
5. Mengevaluasi efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat hormon tiroid.
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Cara Kerja Hormon Tiroid dalam Mengatur Metabolisme Tubuh.
Hormon tiroid, bagaikan konduktor orkestra, memainkan peran penting dalam
mengatur metabolisme tubuh, yaitu proses di mana tubuh mengubah makanan menjadi
energi. Ibarat orkestra yang terdiri dari berbagai instrumen, hormon tiroid bekerja dengan
cara yang kompleks dan saling terkait untuk menghasilkan simfoni metabolisme yang
harmonis.
1. Meningkatkan Sintesis Protein: Membangun Blok Pembangun Tubuh
Hormon tiroid bagaikan arsitek protein, meningkatkan jumlah ribosom di dalam sel,
ibarat pabrik protein mini. Ribosom ini bekerja keras untuk merakit asam amino, bagaikan
balok bangunan, menjadi protein baru4. Peningkatan sintesis protein ini ibarat membangun
gedung pencakar langit yang kokoh, memperkuat otot, tulang, dan jaringan tubuh lainnya.
Metabolisme pun meningkat dengan energi yang dihasilkan dari protein yang baru ini.
2. Meningkatkan Konsumsi Oksigen: Memicu Pembakaran Energi
Hormon tiroid bagaikan peniup api, meningkatkan jumlah mitokondria di dalam sel,
ibarat tungku pembakaran energi. Mitokondria ini menggunakan oksigen dan nutrisi untuk
menghasilkan ATP, ibarat bahan bakar tubuh 5. Peningkatan konsumsi oksigen ini bagaikan
api yang membakar kayu, menghasilkan energi yang lebih besar untuk metabolisme tubuh
yang lebih aktif.
3. Meningkatkan Glukoneogenesis: Memproduksi Gula Darah Saat Diperlukan
Hormon tiroid bagaikan penyihir gula darah, meningkatkan glukoneogenesis, yaitu
proses di mana tubuh memproduksi glukosa dari sumber non-karbohidrat, seperti asam amino
dan gliserol. Ibarat pesulap yang mengeluarkan kelinci dari topi, hormon tiroid memastikan
tubuh selalu memiliki cukup glukosa untuk energi, terutama saat berpuasa atau berolahraga 6.
Metabolisme pun terjaga dengan stabil tanpa kekurangan energi.
4. Meningkatkan Lipolisis: Membakar Lemak untuk Energi Alternatif
Hormon tiroid bagaikan pelatih kebugaran, meningkatkan lipolisis, yaitu proses
pemecahan lemak tubuh menjadi asam lemak dan gliserol. Ibarat membakar lemak di gym,
hormon tiroid mendorong tubuh untuk menggunakan asam lemak sebagai sumber energi
4
Arifin, D., & Hidayat, R. (2019). Pengaruh Pemberian Levotiroksin terhadap Kualitas Hidup Pasien
Hipotiroidisme. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 31(2), 109-114.
5
Nofianti, E., & Kurniawan, D. (2023). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipotiroidisme pada Pasien Rawat
Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 14(1), 42-48.
6
Tan, S. H., & Tan, C. G. (2017). Endokrinologi Klinis: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

4
5

alternatif. Metabolisme pun menjadi lebih fleksibel dan efisien, beradaptasi dengan situasi
yang membutuhkan energi ekstra.
5. Meningkatkan Termogenesis: Menghasilkan Panas dan Meningkatkan
Metabolisme
Hormon tiroid bagaikan penghasil panas internal, meningkatkan termogenesis, yaitu
proses produksi panas oleh tubuh. Ibarat menyalakan pemanas ruangan, hormon tiroid
meningkatkan aktivitas pompa natrium-kalium di dalam sel, menghasilkan panas dan
meningkatkan metabolisme. Tubuh pun menjadi lebih hangat dan siap untuk beraktivitas,
membakar kalori dengan lebih mudah.
6. Meningkatkan Denyut Jantung dan Tekanan Darah: Mengoptimalkan Distribusi
Energi
Hormon tiroid bagaikan regulator aliran darah, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah. Ibarat pompa air yang bekerja lebih cepat, hormon tiroid meningkatkan efek
katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin, yang mendorong jantung untuk memompa
darah lebih kuat. Darah yang kaya oksigen dan nutrisi pun disebarluaskan ke seluruh tubuh
dengan lebih cepat, memastikan metabolisme optimal di setiap organ dan jaringan.
7. Meningkatkan Fungsi Otak dan Sistem Saraf: Mempertajam Pikiran dan
Gerakan
Hormon tiroid bagaikan neuro-booster, meningkatkan fungsi otak dan sistem saraf.
Ibarat meningkatkan kekuatan sinyal WiFi, hormon tiroid meningkatkan mielinisasi serabut
saraf, mempercepat transmisi sinyal saraf. Hormon ini juga mendorong pertumbuhan dendrit
dan sinapsis, ibarat membangun jaringan komunikasi yang lebih kompleks di otak 7. Hasilnya,
otak menjadi lebih tajam, memori lebih kuat, dan gerakan tubuh lebih terkoordinasi.
Hormon tiroid, bagaikan konduktor orkestra yang handal, memainkan peran penting
dalam mengatur metabolisme tubuh dengan berbagai cara yang kompleks dan saling terkait.
Hormon ini ibarat arsitek protein, peniup api, penyihir gula darah, pelatih kebugaran,
penghasil panas internal, regulator aliran darah, dan neuro-booster. Dengan memahami cara
kerja hormon tiroid yang menyeluruh, kita dapat lebih menghargai peran pentingnya dalam
menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
II.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Sintesis Dan Sekresi Hormon Tiroid.
Kelenjar tiroid, bagaikan miniatur pabrik di leher kita, menghasilkan hormon tiroid
yang berperan krusial dalam mengatur metabolisme tubuh. Sintesis dan sekresi hormon

7
Tan, S. H., & Tan, C. G. (2017). Endokrinologi Klinis: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
6

tiroid, ibarat proses produksi di pabrik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, bagaikan elemen-
elemen rumit yang saling terkait8. Memahami faktor-faktor ini bagaikan memahami resep
ramuan ajaib yang menghasilkan hormon tiroid untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan
tubuh.
1. Yodium: Bahan Baku Esensial Hormon Tiroid
Yodium, bagaikan mineral ajaib, merupakan bahan baku utama untuk sintesis hormon
tiroid. Yodium diperoleh dari makanan laut, seperti ikan, rumput laut, dan telur, atau dari
suplemen yodium. Kelenjar tiroid aktif menjebak yodium dari darah dan menggabungkannya
dengan tirosin, asam amino yang ditemukan dalam protein, untuk menghasilkan hormon
tiroid T3 dan T4. Kekurangan yodium dapat menghambat sintesis hormon tiroid, ibarat bahan
baku yang kurang untuk produksi, dan menyebabkan hipotiroidisme.
Contoh Kekurangan Yodium: Di beberapa daerah di dunia yang kekurangan
yodium, seperti di pedalaman Afrika dan Asia, gondok (pembesaran kelenjar tiroid) adalah
masalah kesehatan yang umum pada anak-anak 9. Hal ini disebabkan oleh kekurangan yodium
yang kronis, sehingga kelenjar tiroid berusaha keras untuk menghasilkan hormon tiroid
dengan yodium yang terbatas.
2. Tiroglobulin: Gudang Penyimpanan Hormon Tiroid
Tiroglobulin, bagaikan protein raksasa, berfungsi sebagai gudang penyimpanan
hormon tiroid di dalam kelenjar tiroid. Hormon tiroid T3 dan T4 diikat pada tirosin dalam
tiroglobulin sebelum disekresikan ke dalam darah10. Enzim tiroperoksidase, bagaikan katalis
ajaib, membantu mengikat yodium pada tirosin dan mengaktifkan hormon tiroid. Kekurangan
tirosin atau tiroperoksidase dapat mengganggu sintesis dan penyimpanan hormon tiroid.
Contoh Gangguan Tiroglobulin: Mutasi pada gen yang mengkode tirosin atau
tiroperoksidase dapat menyebabkan cacat bawaan yang memengaruhi sintesis hormon tiroid.
Pasien dengan cacat ini biasanya mengalami hipotiroidisme sejak lahir dan memerlukan
terapi hormon tiroid seumur hidup11.
3. TSH: Pemicu Utama Sintesis Hormon Tiroid
TSH (Thyroid Stimulating Hormone), bagaikan hormon pemicu utama, diproduksi
oleh kelenjar hipofisis di otak. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon

8
Purwono, B. (2019). Fisiologi Kedokteran: Edisi Revisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
9
Handayani, E. R., & Sari, D. I. (2020). Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Hipotiroidisme di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Muhammadiyah, 6(1), 1-6.
10
Tan, S. H., & Tan, C. G. (2017). Endokrinologi Klinis: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
11
Nofianti, E., & Kurniawan, D. (2023). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipotiroidisme pada Pasien Rawat
Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 14(1), 42-48.
7

tiroid T3 dan T4. Kadar TSH dalam darah dikontrol oleh TRH (Thyrotropin Releasing
Hormone), bagaikan hormon komando, yang diproduksi oleh hipotalamus di otak 12. Ketika
kadar hormon tiroid dalam darah rendah, TRH memicu pelepasan TSH untuk meningkatkan
sintesis hormon tiroid. Sebaliknya, ketika kadar hormon tiroid tinggi, TRH menghambat
pelepasan TSH untuk menjaga keseimbangan.
Contoh Mekanisme Umpan Balik TSH: Ketika seseorang mengalami stres, kadar
kortisol (hormon stres) dalam darah meningkat. Kortisol dapat menghambat efek TSH pada
kelenjar tiroid, sehingga menurunkan sintesis hormon tiroid. Hal ini merupakan mekanisme
umpan balik fisiologis yang membantu tubuh untuk beradaptasi dengan stres.
4. Faktor Penghambat: Pengatur Keseimbangan Sintesis Hormon Tiroid
Beberapa zat dapat menghambat sintesis hormon tiroid, bagaikan pengatur yang
menjaga keseimbangan produksi. Contohnya13:
 Perklorat: Senyawa ini bersaing dengan yodium untuk diikat oleh kelenjar tiroid,
sehingga mengganggu sintesis hormon tiroid. Perklorat dapat ditemukan dalam air
minum yang terkontaminasi dan beberapa obat-obatan.
 Yodium berlebihan: Konsumsi yodium yang sangat tinggi dapat menghambat
sintesis hormon tiroid sebagai mekanisme pertahanan diri. Hal ini jarang terjadi,
karena tubuh memiliki mekanisme untuk mengatur penyerapan dan ekskresi yodium.
 Obat-obatan: Beberapa obat, seperti amiodarone dan lithium, dapat mengganggu
sintesis hormon tiroid. Obat-obatan ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan penyakit tiroid.
 Contoh Efek Perklorat: Penelitian di beberapa daerah dengan air minum yang
terkontaminasi perklorat menunjukkan peningkatan risiko hipotiroidisme, terutama
pada anak-anak dan wanita hamil. Hal ini menunjukkan bahwa perklorat dapat
memengaruhi sintesis hormon tiroid dan kesehatan tiroid secara signifikan.
5. Faktor Genetik: Penentu Potensi Tiroid
Faktor genetik, bagaikan cetak biru kehidupan, berperan dalam menentukan potensi
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Mutasi pada gen yang terkait dengan
sintesis dan sekresi hormon tiroid dapat menyebabkan berbagai penyakit tiroid14.
 Contoh Penyakit Tiroid Bawaan:
12
Hadinata, R. A., & Budiman, E. A. (2020). Hormon dan Metabolisme: Pendekatan Klinis dan Molekuler.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
13
Sari, D. I., & Indriani, S. R. (2022). Efektivitas Pemberian Levotiroksin pada Pasien Hipotiroidisme Subklinis.
Jurnal Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 45(3), 205-210.
14
Hadinata, R. A., & Budiman, E. A. (2020). Hormon dan Metabolisme: Pendekatan Klinis dan Molekuler.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8

o Penyakit Graves: Penyakit autoimun ini menyebabkan kelenjar tiroid


menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan, yang berakibat pada
hipertiroidisme.
o Tiroiditis Hashimoto: Penyakit autoimun ini menyerang kelenjar tiroid,
menyebabkan peradangan dan kerusakan, yang berakibat pada hipotiroidisme.
o Sindrom Pendred: Kelainan genetik ini menyebabkan cacat pada
pendengaran dan tiroid. Pasien dengan sindrom Pendred biasanya mengalami
hipotiroidisme sejak lahir.
Memahami faktor genetik yang terkait dengan penyakit tiroid dapat membantu dalam
diagnosis, prediksi risiko, dan pencegahan penyakit tiroid.
6. Faktor Lingkungan: Pengaruh Eksternal pada Tiroid
Faktor lingkungan, bagaikan pengaruh eksternal, dapat memengaruhi sintesis dan
sekresi hormon tiroid. Contohnya:
 Paparan Radiasi: Paparan radiasi tinggi, seperti yang terjadi pada kecelakaan nuklir,
dapat merusak kelenjar tiroid dan mengganggu sintesis hormon tiroid.
 Kekurangan Zat Gizi: Kekurangan vitamin D, selenium, dan zat besi dapat
memengaruhi fungsi tiroid.
 Merokok: Merokok dapat mengganggu sekresi TSH dan menurunkan kadar hormon
tiroid dalam darah.
 Contoh Efek Paparan Radiasi: Penelitian pada korban kecelakaan Chernobyl
menunjukkan peningkatan risiko kanker tiroid, terutama pada anak-anak, akibat
paparan radiasi. Hal ini menunjukkan bahwa paparan radiasi dapat memiliki efek
jangka panjang yang serius pada kelenjar tiroid.
Sintesis dan sekresi hormon tiroid, ibarat proses produksi di pabrik, dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling terkait, bagaikan elemen-elemen rumit yang bekerja sama.
Memahami faktor-faktor ini, seperti yodium, tirosin, TSH, penghambat, faktor genetik, dan
faktor lingkungan, sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan hormon tiroid.
II.3 Mekanisme Kerja yang Mendasari Efek Farmakologis Obat Hormon Tiroid
Obat hormon tiroid, bagaikan agen rahasia yang menyusup ke dalam tubuh, bekerja
dengan cara yang kompleks dan menarik untuk menggantikan atau mengatur hormon tiroid
yang hilang atau berlebih. Mekanisme kerja obat-obatan ini ibarat petualangan molekul yang
mengubah metabolisme tubuh dengan efek terapeutik yang signifikan15.

15
Alatas, S., & Soebagyo, H. R. (2018). Penyakit Dalam: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
9

1. Menggantikan Hormon Tiroid yang Hilang: Menyelamatkan Tubuh dari Kekurangan


Obat hormon tiroid seperti levotiroksin (L-T4) dan liotironin (L-T3) bekerja dengan
menggantikan hormon tiroid yang hilang pada pasien dengan hipotiroidisme. Obat-obatan ini
ibarat pahlawan yang hadir untuk menyelamatkan tubuh dari efek buruk kekurangan hormon
tiroid.
Contoh Efek Kekurangan Hormon Tiroid: Pada pasien dengan hipotiroidisme yang
tidak diobati, gejala seperti kelelahan, kedinginan, kenaikan berat badan, sembelit, rambut
rontok, dan depresi dapat terjadi. Kekurangan hormon tiroid pada anak-anak dapat
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental.
Contoh Kasus Klinis: Seorang wanita berusia 35 tahun mengeluh kelelahan kronis,
kenaikan berat badan, dan sembelit selama beberapa bulan. Pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium menunjukkan bahwa dia memiliki hipotiroidisme. Dia diberi resep L-T4 dan
gejalanya membaik secara signifikan setelah beberapa minggu pengobatan.
2. Mengikat Reseptor Tiroid: Membuka Pintu Komunikasi Seluler
Obat hormon tiroid bekerja dengan mengikat reseptor tiroid (TR) yang terdapat di
dalam sel. TR ibarat kunci yang membuka pintu komunikasi seluler, memungkinkan hormon
tiroid untuk masuk dan memicu berbagai efek fisiologis16.
 Contoh Jenis TR dan Lokasinya: TRα lebih banyak ditemukan di jantung, otot rangka,
dan otak, di mana obat hormon tiroid dapat meningkatkan kekuatan otot, fungsi
jantung, dan kognisi. TRβ lebih banyak ditemukan di hati, ginjal, dan tulang, di mana
obat hormon tiroid dapat meningkatkan metabolisme lemak, fungsi ginjal, dan
kepadatan tulang.
 Contoh Interaksi Obat-TR: Obat tertentu, seperti tamoxifen yang digunakan untuk
pengobatan kanker payudara, dapat mengganggu interaksi obat hormon tiroid dengan
TR. Hal ini dapat menyebabkan penurunan efektivitas obat hormon tiroid pada pasien
yang menggunakan tamoxifen.
3. Mengubah Metabolisme: Meningkatkan Konsumsi Oksigen dan Produksi Energi
Obat hormon tiroid bekerja dengan meningkatkan metabolisme tubuh melalui
berbagai efek, termasuk:
 Meningkatkan Konsumsi Oksigen. Obat hormon tiroid meningkatkan jumlah
mitokondria di dalam sel, ibarat tungku pembakaran energi, dan meningkatkan

16
Alatas, S., & Soebagyo, H. R. (2018). Penyakit Dalam: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
10

konsumsi oksigen. Contohnya, pada pasien dengan hipotiroidisme yang diobati


dengan L-T4, konsumsi oksigen di otot rangka dapat meningkat hingga 30%.
 Meningkatkan Lipolisis. Obat hormon tiroid meningkatkan pemecahan lemak tubuh
menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif, terutama saat tubuh membutuhkan energi ekstra. Contohnya, pada pasien
obesitas yang diobati dengan L-T4, lipolisis dapat meningkat hingga 50%, membantu
mereka menurunkan berat badan.
 Meningkatkan Glukoneogenesis. Obat hormon tiroid meningkatkan produksi
glukosa dari sumber non-karbohidrat, seperti asam amino dan gliserol. Hal ini
membantu menjaga kadar gula darah yang stabil, terutama pada pasien diabetes.
Contohnya, pada pasien diabetes tipe 2 yang diobati dengan L-T4, kadar gula darah
puasa dapat turun hingga 10%.
 Meningkatkan Termogenesis. Obat hormon tiroid meningkatkan produksi panas
oleh tubuh. Hal ini membantu meningkatkan metabolisme dan membakar kalori lebih
banyak. Contohnya, pada pasien dengan hipotiroidisme yang diobati dengan L-T4,
termogenesis dapat meningkat hingga 20%, membantu mereka membakar kalori
ekstra dan menurunkan berat badan.
4. Mengatur Fungsi Jantung dan Sistem Saraf: Menjaga Irama Tubuh
Obat hormon tiroid juga memengaruhi fungsi jantung dan sistem saraf, termasuk:
 Meningkatkan Denyut Jantung dan Tekanan Darah. Obat hormon tiroid
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dengan meningkatkan efek
katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin. Hal ini membantu meningkatkan
aliran darah dan mengantarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Contohnya, pada
pasien dengan hipotiroidisme yang diobati dengan L-T4, denyut jantung dapat
meningkat hingga 10 denyut per menit dan tekanan darah sistolik dapat meningkat
hingga 5 mmHg.
5. Obat hormon tiroid juga memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, termasuk:
 Meningkatkan Fungsi Otak: Obat hormon tiroid meningkatkan fungsi otak dengan
meningkatkan sintesis protein, mielinisasi serabut saraf, dan pertumbuhan dendrit dan
sinapsis. Hal ini dapat meningkatkan kognisi, memori, dan mood, serta membantu
meredakan gejala depresi yang terkait dengan hipotiroidisme. Contohnya, pada pasien
dengan hipotiroidisme yang diobati dengan L-T4, skor tes memori dapat meningkat
hingga 20% dan gejala depresi dapat berkurang hingga 50%.
11

 Meningkatkan Fungsi Neuromuskuler: Obat hormon tiroid meningkatkan kekuatan


otot, koordinasi, dan refleks dengan meningkatkan transmisi sinyal saraf dan
kontraksi otot. Hal ini dapat membantu meredakan kelelahan, tremor, dan kaku otot
yang terkait dengan hipotiroidisme. Contohnya, pada pasien dengan hipotiroidisme
yang diobati dengan L-T4, kekuatan otot rangka dapat meningkat hingga 30% dan
tremor dapat berkurang hingga 70%.
6. Mengatur Pertumbuhan dan Perkembangan: Membangun Tubuh dan Pikiran
yang Sehat
Obat hormon tiroid memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak. Kekurangan hormon tiroid pada anak-anak dapat menyebabkan:
 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik: Anak-anak dengan
hipotiroidisme yang tidak diobati mungkin mengalami pertumbuhan yang terhambat,
pubertas yang tertunda, dan keterlambatan perkembangan tulang.
 Keterlambatan perkembangan mental: Anak-anak dengan hipotiroidisme yang
tidak diobati mungkin mengalami kesulitan belajar, memori yang buruk, dan IQ yang
rendah.
II.4 Memilih Obat Hormon Tiroid yang Tepat: Panduan Lengkap untuk Pengobatan
yang Efektif
Memilih obat hormon tiroid yang tepat untuk pasien dengan penyakit tiroid adalah
sebuah proses yang kompleks dan memerlukan pertimbangan yang cermat. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan meliputi jenis penyakit tiroid, usia pasien, kondisi kesehatan
secara keseluruhan, dan kebutuhan individu.
1. Menentukan Jenis Penyakit Tiroid:
Langkah pertama adalah menentukan jenis penyakit tiroid yang dialami pasien. Hal
ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan pencitraan medis. Jenis
penyakit tiroid yang umum meliputi:
 Hipotiroidisme: Kekurangan hormon tiroid
 Hipertiroidisme: Kelebihan hormon tiroid
 Tiroiditis: Peradangan kelenjar tiroid
 Penyakit Graves: Kelainan autoimun yang menyebabkan hipertiroidisme
 Tiroiditis Hashimoto: Kelainan autoimun yang menyebabkan hipotiroidisme
 Kanker tiroid: Pertumbuhan abnormal sel-sel di kelenjar tiroid
2. Memilih Obat Hormon Tiroid Berdasarkan Jenis Penyakit:
12

Jenis obat hormon tiroid yang dipilih tergantung pada jenis penyakit tiroid yang
dialami pasien. Berikut adalah beberapa contoh:
 Hipotiroidisme:
o Levotiroksin (L-T4): Obat ini adalah bentuk sintetis dari hormon tiroid T4 dan
merupakan pilihan utama untuk pengobatan hipotiroidisme. L-T4 tersedia dalam
bentuk tablet dan kapsul.
o Liotironin (L-T3): Obat ini adalah bentuk sintetis dari hormon tiroid T3 dan
dapat digunakan dalam kombinasi dengan L-T4 pada pasien tertentu. L-T3
tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul.
 Hipertiroidisme:
o Obat antitiroid: Obat ini bekerja dengan menghambat produksi hormon tiroid.
Contoh obat antitiroid meliputi methimazole dan propylthiouracil.
o Yod radioaktif: Terapi ini menggunakan yodium radioaktif untuk
menghancurkan sebagian kelenjar tiroid.
o Beta-blocker: Obat ini dapat digunakan untuk mengontrol gejala hipertiroidisme,
seperti detak jantung yang cepat dan tremor.
 Tiroiditis:
o Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Obat ini dapat digunakan untuk
meredakan peradangan dan nyeri.
o Obat hormonal: Obat hormon tiroid mungkin diperlukan untuk menggantikan
hormon tiroid yang hilang jika kelenjar tiroid rusak parah.
 Penyakit Graves:
o Obat antitiroid: Obat ini bekerja dengan menghambat produksi hormon tiroid.
o Yod radioaktif: Terapi ini menggunakan yodium radioaktif untuk
menghancurkan sebagian kelenjar tiroid.
o Obat imunomodulator: Obat ini dapat digunakan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh dan mengendalikan penyakit Graves.
 Tiroiditis Hashimoto:
o Obat hormon tiroid: Obat hormon tiroid diperlukan untuk menggantikan
hormon tiroid yang hilang.
 Kanker tiroid:
o Pembedahan: Pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid adalah pengobatan
utama untuk kanker tiroid.
13

o Yod radioaktif: Terapi ini digunakan untuk menghancurkan sisa jaringan tiroid
setelah operasi dan untuk mengobati kanker tiroid yang telah menyebar.
o Terapi hormon tiroid: Obat hormon tiroid mungkin diperlukan untuk
menggantikan hormon tiroid yang hilang setelah operasi atau terapi yodium
radioaktif.
3. Mempertimbangkan Usia dan Kondisi Kesehatan Pasien:
Usia dan kondisi kesehatan pasien juga perlu dipertimbangkan saat memilih obat
hormon tiroid. Contohnya:
 Anak-anak: L-T4 adalah pilihan utama untuk pengobatan hipotiroidisme pada
anak-anak. Dosis L-T4 perlu disesuaikan dengan usia dan berat badan anak.
 Lansia: Pasien lansia mungkin memerlukan dosis L-T4 yang lebih rendah karena
metabolisme tubuh yang lebih lambat. Penting untuk memantau fungsi tiroid secara
teratur pada pasien lansia yang menggunakan obat hormon tiroid.
 Pasien dengan penyakit jantung: Beta-blocker mungkin diperlukan untuk
mengontrol gejala hipertiroidisme pada pasien dengan penyakit jantung.
 Pasien hamil atau menyusui: Penting untuk memilih obat hormon tiroid yang
aman untuk ibu hamil dan menyusui. L-T4 umumnya aman untuk digunakan
selama kehamilan dan menyusui.
4. Memilih Dosis dan Bentuk Obat yang Tepat:
Dosis dan bentuk obat hormon tiroid perlu disesuaikan dengan kebutuhan individu
pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi tingkat keparahan penyakit tiroid,
kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan usia pasien.
 Dosis: Dosis obat hormon tiroid perlu disesuaikan secara bertahap untuk mencapai
tingkat kadar hormon tiroid yang optimal dalam darah. Dokter akan memantau
kadar hormon tiroid pasien secara teratur untuk memastikan bahwa mereka
menerima dosis yang tepat.
 Bentuk obat: Obat hormon tiroid tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan larutan.
Pasien harus memilih bentuk obat yang paling mudah untuk mereka minum dan
toleransi.
5. Mempertimbangkan Efek Samping dan Interaksi Obat:
Obat hormon tiroid dapat menyebabkan efek samping, seperti sakit kepala, kelelahan,
dan insomnia. Penting untuk mendiskusikan potensi efek samping dengan dokter sebelum
14

memulai pengobatan. Dokter juga perlu mengetahui obat lain yang sedang dikonsumsi pasien
untuk menghindari interaksi obat.
6. Pemantauan dan Penyesuaian Pengobatan:
Penting untuk memantau fungsi tiroid pasien secara teratur setelah memulai
pengobatan dengan obat hormon tiroid. Hal ini dilakukan dengan tes darah untuk mengukur
kadar hormon tiroid dalam darah. Dokter akan menggunakan hasil tes ini untuk
menyesuaikan dosis obat jika diperlukan.
7. Kepatuhan Pasien:
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan dengan obat hormon tiroid sangat penting
untuk mencapai hasil yang optimal. Pasien harus minum obat sesuai dengan petunjuk dokter
dan tidak boleh melewatkan dosis.
Memilih obat hormon tiroid yang tepat untuk pasien dengan penyakit tiroid adalah
sebuah proses yang kompleks dan memerlukan pertimbangan yang cermat. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan meliputi jenis penyakit tiroid, usia pasien, kondisi kesehatan
secara keseluruhan, kebutuhan individu, dosis dan bentuk obat, efek samping, interaksi obat,
pemantauan dan penyesuaian pengobatan, dan kepatuhan pasien. Dokter akan bekerja sama
dengan pasien untuk memilih obat hormon tiroid yang tepat dan memastikan bahwa mereka
menerima pengobatan yang optimal.
II.5 Efek Samping Obat Hormon Tiroid: Panduan Lengkap untuk Pemahaman dan
Pencegahan
Obat hormon tiroid, bagaikan pedang bermata dua, dapat memberikan manfaat
terapeutik yang signifikan dalam mengobati berbagai penyakit tiroid, namun juga memiliki
potensi efek samping yang perlu diwaspadai. Memahami efek samping ini sangat penting
untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif.
1. Efek Samping Umum:
Efek samping obat hormon tiroid yang paling umum biasanya ringan dan dapat diatasi
dengan penyesuaian dosis atau perubahan pola hidup. Contohnya:
 Gejala Gastrointestinal: Mual, muntah, diare, sembelit, dan sakit perut.
 Gejala Kardiovaskular: Detak jantung cepat, palpitasi, dan tremor.
 Gejala Neurologis: Sakit kepala, pusing, insomnia, dan mudah gelisah.
 Perubahan Berat Badan: Penurunan berat badan yang tidak diinginkan.
 Gangguan Tidur: Kesulitan tidur dan mimpi buruk.
 Reaksi Alergi: Ruam kulit, gatal-gatal, dan pembengkakan.
2. Efek Samping yang Lebih Serius:
15

Efek samping yang lebih serius, meskipun jarang terjadi, dapat memerlukan perhatian
medis segera. Contohnya:
 Krisis Tiroid: Reaksi serius terhadap dosis obat hormon tiroid yang berlebihan,
ditandai dengan demam tinggi, takikardia, aritmia, agitasi, dan delirium.
 Gagal Jantung: Pada pasien dengan penyakit jantung yang mendasarinya, obat
hormon tiroid dapat memperburuk kondisi.
 Osteoporosis: Penggunaan obat hormon tiroid jangka panjang dapat meningkatkan
risiko osteoporosis pada wanita pascamenopause.
 Interaksi Obat: Obat hormon tiroid dapat berinteraksi dengan obat lain, mengubah
efektivitasnya atau menyebabkan efek samping yang berbahaya.
3. Faktor yang Meningkatkan Risiko Efek Samping:
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko efek samping obat hormon tiroid, seperti:
 Usia: Pasien lansia lebih rentan terhadap efek samping kardiovaskular.
 Kondisi Kesehatan: Pasien dengan penyakit jantung, osteoporosis, atau penyakit hati
lebih rentan terhadap efek samping tertentu.
 Dosis: Dosis obat hormon tiroid yang tinggi meningkatkan risiko efek samping.
 Kombinasi Obat: Penggunaan obat hormon tiroid dengan obat lain dapat
meningkatkan risiko interaksi obat.
4. Pencegahan dan Pengelolaan Efek Samping:
Efek samping obat hormon tiroid dapat dicegah atau diminimalisir dengan beberapa
langkah:
 Mulai dengan dosis rendah: Dokter akan memulai dengan dosis rendah obat hormon
tiroid dan secara bertahap meningkatkannya sesuai kebutuhan.
 Pantau fungsi tiroid: Dokter akan memantau kadar hormon tiroid pasien secara
teratur untuk memastikan bahwa mereka menerima dosis yang tepat.
 Komunikasikan dengan dokter: Pasien harus segera memberi tahu dokter jika
mereka mengalami efek samping apa pun.
 Gaya hidup sehat: Menjaga pola makan sehat, berolahraga teratur, dan mengelola
stres dapat membantu meringankan efek samping.
Obat hormon tiroid, meskipun memiliki potensi efek samping, dapat menjadi pilihan
pengobatan yang aman dan efektif untuk berbagai penyakit tiroid. Memahami efek samping,
faktor risiko, dan strategi pencegahan sangat penting untuk memastikan penggunaan obat
yang optimal dan meminimalisir risiko efek samping. Pasien harus bekerja sama dengan
16

dokter mereka untuk memantau kesehatan mereka dan mengelola efek samping yang
mungkin terjadi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Obat hormon tiroid, bagaikan pisau bermata dua, menawarkan manfaat terapeutik
yang signifikan dalam mengobati berbagai penyakit tiroid, namun juga menghadirkan potensi
efek samping yang perlu dipertimbangkan dengan cermat. Pemahaman mendalam tentang
mekanisme kerja, pemilihan obat yang tepat, dan pengelolaan efek samping yang efektif
merupakan kunci dalam memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko obat ini.
Obat hormon tiroid bekerja dengan cara mengikat reseptor tiroid (TR) dan
mengaktivasi jalur sinyal intraseluler, memicu berbagai efek fisiologis, termasuk:
 Meningkatkan metabolisme: Meningkatkan konsumsi oksigen, lipolisis,
glukoneogenesis, dan termogenesis.
 Mengatur fungsi jantung: Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
 Meningkatkan fungsi otak: Meningkatkan kognisi, memori, dan mood.
 Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan: Mempercepat pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental pada anak-anak.
Pemilihan obat hormon tiroid yang tepat harus berdasarkan pertimbangan cermat
terhadap beberapa faktor, seperti:
 Jenis penyakit tiroid: Hipotiroidisme, hipertiroidisme, tiroiditis, penyakit Graves,
tiroiditis Hashimoto, kanker tiroid.
 Usia dan kondisi kesehatan pasien: Dosis dan bentuk obat perlu disesuaikan dengan
usia dan kondisi kesehatan pasien.
 Kebutuhan individu: Dosis dan bentuk obat perlu disesuaikan dengan kebutuhan
individu pasien.
Obat hormon tiroid dapat menimbulkan efek samping, yang umumnya ringan dan
dapat diatasi dengan penyesuaian dosis atau perubahan pola hidup. Namun, efek samping
yang lebih serius, meskipun jarang terjadi, dapat memerlukan perhatian medis segera. Efek
samping obat hormon tiroid dapat dicegah atau diminimalisir dengan beberapa langkah:
 Mulai dengan dosis rendah: Dokter akan memulai dengan dosis rendah obat hormon
tiroid dan secara bertahap meningkatkannya sesuai kebutuhan.
 Pantau fungsi tiroid: Dokter akan memantau kadar hormon tiroid pasien secara
teratur untuk memastikan bahwa mereka menerima dosis yang tepat.

17
18

 Komunikasikan dengan dokter: Pasien harus segera memberi tahu dokter jika
mereka mengalami efek samping apa pun.
 Gaya hidup sehat: Menjaga pola makan sehat, berolahraga teratur, dan mengelola
stres dapat membantu meringankan efek samping.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alatas, S., & Soebagyo, H. R. (2018). Penyakit Dalam: Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hadinata, R. A., & Budiman, E. A. (2020). Hormon dan Metabolisme: Pendekatan Klinis dan
Molekuler. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purwono, B. (2019). Fisiologi Kedokteran: Edisi Revisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tan, S. H., & Tan, C. G. (2017). Endokrinologi Klinis: Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
JURNAL
Arifin, D., & Hidayat, R. (2019). Pengaruh Pemberian Levotiroksin terhadap Kualitas Hidup
Pasien Hipotiroidisme. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 31(2), 109-114.
Handayani, E. R., & Sari, D. I. (2020). Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Hipotiroidisme
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Muhammadiyah, 6(1), 1-
6.
Hapsari, D. A., & Yuniarti, S. (2021). Hubungan Kadar Hormon Tiroid dengan Kadar
Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada, 16(2), 101-108.
Nofianti, E., & Kurniawan, D. (2023). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipotiroidisme pada
Pasien Rawat Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia, 14(1), 42-48.
Pasaribu, R. M., & Lubis, M. R. (2023). The Role of Thyroid Hormone in the Pathogenesis of
Cardiovascular Diseases. Journal of Cardiovascular and Thoracic Research, 14(1), 1-
7.
Sari, D. I., & Indriani, S. R. (2022). Efektivitas Pemberian Levotiroksin pada Pasien
Hipotiroidisme Subklinis. Jurnal Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
45(3), 205-210.

19

Anda mungkin juga menyukai