Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN JOURNAL READING

MODALITAS PENGOBATAN DARI


ORAL LICHEN PLANUS (OLP)

Disusun oleh: Dosen Pembimbing:


Asa Mutia Sari drg. Ananta Pitaloka, Sp. Ort
Rian Dwi Kusuma
Recci Labesa
ABSTRAK
Oral lichen planus (OLP) merupakan suatu kelainan berbasis
imunologi, kronis, inflamasi, kelainan mukokutan yang
disebabkan oleh etiologi yang tidak diketahui. Hal ini merupakan
kelainan umum yang terjadi yang mempengaruhi lapisan sel
epitel squamosa berlapis. Perawatan bertujuan terutama untuk
mengurangi durasi dan keparahan dari gejala. Tinjauan dalam
jurnal ini secara kritis menganalisis variasi pilihan dalam literatur
dan diskusi manajemen praktis dari sudut pandang India.
DEFINISI
Lichen planus (LP) adalah gangguan dermatologis yang
melibatkan berbagai permukaan mukosa maupun mukosa itu
sendiri, yang disertai dengan keterlibatan kulit (kutaneus), atau
mengikuti penyakit lain.
Kondisi ini lebih sering mempengaruhi mukosa oral daripada
bagian mukosa lainnya.
Lichen Planus bisa ditemukan bersama dengan penyakit gangguan sistem kekebalan
lainnya antara lain :
colitis ulceratif, alopecia areata, vitiligo, demartomyositis, morphea, lichensclerosis,
dan myasthenia gravis. Ada hubungan yang ditemukan antara Lichen Planus dengan
infeksi virus hepatitis C, hepatitis aktif kronis, dan cirrhosis biliary primer.
FAKTOR RESIKO
Genetik
Stress
Hepatitis C
Penggunaan Obat-Obatan (NSAID, Beta bloker)
Hepatitis C
Mekanisme pastinya bagaimana virus hepatitis C menyebabkan OLP masih belum jelas.
Selain itu, hubungan ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik, yaitu alel HLA-DR6.

Stress
Eksaserbasi OLP berkaitan dengan keadaan psikologis pasien yang dalam keadaan
stress dan cemas.

Genetik
Peningkatan beberapa alel, seperti HLA- B15, Bw57, B5, DR2, dan penurunan alel HLA-
DQ1, DR4, B18 dapat meningkatkan kejadian OLP.
PATOGENESIS
Oral Lichen Planus (OLP) terjadi akibat terjadinya inflamasi yang kronis yang dimediasi
oleh sel T (sel T CD8+) yang akan mengenali keratinosit sebagai antigen dengan bantuan
Major Histocompatibility Complex kelas I (MHC I).
Setelah pengenalan dan aktivasi, sel T CD8+ akan menginduksi apoptosis keratinosit dan
memediasi datangnya beberapa sitokin, seperti TNF yang akan menimbulkan inflamasi
yang lebih lanjut.
OLP mempunyai potensi untuk menjadi keganasan, yaitu Oral Squamous Cell Carcinoma
(OSCC)
Jenis OLP yang kemungkinan bisa berkembang menjadi OSCC adalah atrofik, erosif, dan
lesi plaque
Penyebab naiknya potensi keganasan pada OLP tidak jelas. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh :
a. Naiknya mutasi gen cancer-forming
b. Proses migration inhibitory factor (MIF) yang dilepaskan dari sel T dan makrofag
menekan proses transkripsi yang terjadi pada p53.6
c. Adanya mutasi pada gen yang mengatur apoptosis sel (mutasi p53)
KLASIFIKASI OLP
Lichen planus oral secara klinis diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu
retikular, plak, papular, bulla, atropik, dan erosif.
1. RETIKULAR
garis putih halus yang tersusun dalam anyaman seperti jala yang disebut stria wickham
(paling banyak ditemui dan mudah dikenali dari LPO). Lesi ini paling sering ditemukan
bilateral pada mukosa bukal posterior dan bersifat asimptomatik
2. PLAK
Plak berwarna putih yang padat atau bercak yang mempunyai permukaan halus sampai
sedikit tidak teratur dan konfigurasi asimetris. Biasanya sulit dibedakan karena menyerupai
leukoplakia. Lesi berwarna putih dan dapat timbul terutama pada mukosa bukal posterior
dan lidah.

3. Papular
Lesi berwarna putih yang sedikit lebih tinggi dari sekitarnya dengan diameter 0,5-1 mm,
biasanya terlihat pada mukosa mulut yang berkeratin.
4. Bulla
Lesi vesikulobulosa disertai variasi retikular atau erosif dan jarang ditemui. Lesi terletak
pada mukosa bukal khususnya pada posterior.

5. Atropik
Atropik menunjukkan mukosa mulut yang mengalami inflamasi dan ditutupi epitel tipis
berwarna merah, kombinasi suatu perubahan keratosis dengan stria dan eritema, disertai
variasi retikular dan erosif. Atrofi dapat mensimulasikan eritroplasia.
6. Erosif
Berupa ulkus yang tertutup pseudomembran dan dikelilingi eritema. Lesi ini bersifat
simptomatik. Mukosa bukal dan lidah merupakan daerah yang umumnya terkena. Vesikel
atau bula pada awalnya akan terbentuk, pecah, dan menimbulkan erosi. Lesi yang
matang mempunyai tepi merah yang tidak teratur, pseudomembran sentral yang nekrotik
dan kekuningan, serat bercak putih anular, sering kali ditemukan di bagian tepi. Kondisi
ini menimbulkan rasa nyeri terus menerus dan dapat berkembang dengan cepat.
DIAGNOSA BANDING
1. Pemfigoid bulosa
Pemfigoid bulosa merupakan penyakit autoimun kronik. Ditandai dengan bula
subepidermal yang besar dan berdinding tegang disertai vesikel dan eritema. Bula
tersebut dapat pecah di daerah erosif yang luas, khususnya pada perlekatan gingiva.
Daerah lainnya yang dapat terkena pada palatum lunak, mukosa bukal, bagian dasar
mulut. Pada pemeriksaan immunofluoresensi terdapat IgG dan C3 sepanjang dasar dari
membran basalis.
2. Lupus eritematosus kronis

Lupus eritematosus kronis lebih dominan terjadi pada wanita dan bersifat
asimptomatik, seperti tidak nyaman, terbakar, dan sakit saat mengonsumsi
makanan yang pedas dan panas. Ditandai dengan ulkus yang dikelilingi
eritema, plak keratotik dan terkadang ada sikatriks. Terdapat pada mukosa
bukal, mukosa labial, gingiva, dan palatum.
3. Pemvigus Vulgaris
merupakan penyakit vesikulobulosa. Etiologi penyakit ini belum diketahui, akan tetapi
dipengaruhi oleh autoimun. Ditandai dengan adanya vesikel yang mudah pecah, bula
berdinding kendur, dan erosi disertai pembentukan krusta yang dapat bertahan lama.
Umumnya krusta memiliki tepi yang tidak rata, kasar, dan sakit. Pemfigus vulgaris dapat
meluas dan menimbulkan rasa nyeri sehingga mengganggu penderita pada saat makan .
Pada pemeriksaan immunoflouresensi terdapat IgG pada epidermis.
5. Leukoplakia
Gambaran klinis leukoplakia diawali dengan lesi putih bening tidak teraba, yang kemudian
menebal dengan pengerasan, dan bentuk permukaan yang bervariasi. Ada yang berbentuk
homogenus, bercak, nodul dan veruka. Warna putih dan penebalan jaringan disebabkan
oleh penebalan lapisan keratin permukaan (hiperkeratosis) dan penebalan lapisan epitel
dibawahnya (akantosis).
6. Kandidiasis pseudomembran (Thrush).
Bercak seperti krim berwarna putih mutiara atau putih kebiruan yang dapat dikerok dan
meninggalkan dasar yang berwarna merah. Bercak tersebut terdiri dari epitel deskuamasi,
keratin, fibrin, jaringan nekrotik, sisa makanan, sel radang dan kuman yang terinfiltrasi oleh
hifa. Penyebabnya karena pertumbuhan yang berlebihan dari dari spesies Candida Albican.
Pengobatan topikal diberi Nistatin suspense oral. Pengobatan sistemik diberikan ketokonazol
200 mg 400 mg
7. Hairy Leukoplakia.
Lipatan putih vertikal yang berorientasi sebagai pagar di sepanjang perbatasan lidah. Biasanya
memiliki permukaan bergelombang dan mempengaruhi margin lidah hampir secara eksklusif.
Lesi dapat juga ditampilkan sebagai plak putih, agak tinggi dan tidak dapat dikerok.
Penyebabnya karena replikasi Eipstein-Barr virus (EBV) yang aktif.
Pengobatan dengan diberikan obat antiretroviral dan asiklovir
TINJAUAN LITERATUR DARI MODALITAS
PENGOBATAN

Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama dalam pengobatan untuk OLP .
Kortikosteroid topikal biasanya digunakan untuk mengobati lesi simptomatik yang ringan
sampai sedang, Pilihan antara lain
triamsinolon asetonid 0,1%, 0,05% flucinonide, 0,025% clobetasolpropionat etc
Pasien diinstruksikan untuk mengoleskan lapisan tipis dari kortikosteroid topikal yang
diresepkan sebanyak 3 kali sehari.
Steroid Sistemik
Steroid sistemik biasanya disediakan untuk OLP sedang sampai berat atau dalam
kasus resisten terhadap terapi topikal.
Steroid sistemik yang paling sering diresepkan untuk penanganan OLP adalah
prednison. Pendekatan dari terapi adalah untuk meresepkan dosis tinggi, dengan
pemberian jangka pendek untuk memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan efek
samping.
Dosis tunggal harian pagi sekitar 40 sampai 80 mg prednison diresepkan untuk tidak
lebih dari 10 hari. Dosis tertinggi yang dipilih tergantung dari tingkat
keparahan dan ukuran lesi dari pasien
Retinoid
Retinoid juga telah dicoba untuk pengobatan OLP. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa efek samping muncul secara umum dan mengganggu dengan peningkatan kecil.

Ferguson et al.18etritinate ditemukan memiliki nilai minimal dalam penanganan OLP erosif
bila digunakan dalam dosis 25-75 mg selama 8 minggu, dengan efek samping seperti
pruritis, cheilitis, deskuamasi tangan dan kaki dan paronychia
Radiasi UV
Radiasi UV, terutama dalam kombinasi dengan psoaralens memodulasi fungsi sel -sel sistem
kekebalan tubuh

Lundquist et al.22 menggunakan PUVA dengan methoxypsoaralen yang menghasilkan


peningkatan yang nyata pada 9 dari 18 pasien, dengan efek samping umum seperti mual,
pusing dan sensitivitas terhadap matahari
Imunosupresan Siklosporin
Siklosporin adalah imunosupresan dan berfungsi mengurangi produksi limfokin. Obat ini dapat
digunakan secara topikal atau dalam bentuk obat kumur.
Siklosporin dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk perawatan konvensional untuk
kontrol awal dari oral LP. Biaya dari obat dan efek samping seperti hipertensi dan
nefrotoksisitas membatasi penggunaannya dalam pengobatan oral lichen planus.

Imunosupresan Tacrolimus
Tacrolimus adalah imunosupresan makrolide dengan mekanisme aksi yang serupa dengan
siklosporin, tetapi 10 sampai 100 kali lebih kuat dan dengan sifat penetrasi mukosa yang lebih
baik. penggunaan topikal dari tacrolimus aman, ditoleransi dengan baik, dan merupakan
terapi yang efektif untuk oral lesi lichen planus yang resisten pada terapi tradisional.
Griseofulvin
Griseofulvin telah dianjurkan untuk pengobatan lesi erosif-ulseratif ketika pengobatan steroid
mengalami kontraindikasi atau ketika lesi resistan terhadap steroid.

Manajemen Bedah
Pembedahan lebih berlaku untuk lesi seperti plak, karena epitel permukaan yang terkena
dapat dihilangkan dengan mudah. Manajemen bedah tidak cocok untuk jenis erosi dan atropi
karena permukaan epitelnya yang terkikis.
Namun beberapa uji coba pengobatan pembedahan tidak dianjurkan karena menimbulkan
inflamasi yang berulang
Obat Antmalaria
Hidroksi-klorokuin sulfat menunjukkan hasil positif dalam penanganan OLP. 9 dari 10 pasien
menunjukkanrespon yang baik terhadap hydroxychloroquine bila diberikan dalam dosis 200
hingga 400 mg sehari sebagai monoterapi selama 6 bulan. Penggunaan anti-malaria sudah
tidak digunakan dalam penanganan OLP karena kemungkinan bereaksi dengan
obat lichenoid.

Dapson
Penggunaan dapson dalam pengelolaan OLP telah menunjukan beberapa
keuntungan, namun hasil yang mengecewakan terlihat pada lesi gingiva.
Umumnya penggunaan dapson dicegah karena efek samping yang signifikan seperti
hemolisis, mual dan sakit kepala 27,28.
Fenitoin
Fenitoin adalah obat anti-epilepsi dengan sifat imunomodulator dan penyembuh luka. 2 dari 4
pasien oral lichen planus yang diberi perlakuan memiliki penyembuhan yang sempurna dengan
terapi fenitoin. Sampai saat ini tidak ada studi lain dilakukan untuk mengkonfirmasi secara signifikan
hasil temuaan ini29.

Terapi Photodynamic
Terapi photodynamic (PDT) menggunakan sebuah senyawa photosensitizing seperti metilen blue
yang diaktifkan pada panjang gelombang sinar laser yang spesifik.
PDT telah menunjukkan hasil positif dalam penanganan tumor kepala dan leher.
PDT memiliki sifat imunomodulator yang dapat menginduksi apoptosis pada sel yang mengalami
inflamasi hiperproliferasi yang terlihat pada penyakit- penyakit seperti psoriasis dan lichen planus,
dengan membalikan kondisi hyperproliferasi dan inflamasi dari lichen planus 31.
ALTERNATIF ALAMI
Likopen
Penggunaan likopen, sebagai antioksidan kuat dalam manajemen berbagai penyakit sistemik
dan oral termasuk kanker dan lesi prekanker . Penambahan lycopene 8 mg / hari selama 8
minggu menunjukkan sensasi terbakar berkurang 84% dan menurunkan stres oksidatif dalam
percobaan plasebo-terkontrol.

Teh Hijau
Teh hijau (epigallocatechin-3-gallate) dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan kemopreventif.
Teh hijau diketahui menghambat aktivasi sel-T, migrasi, proliferasi,presentasi antigen dan
pengontrol mediator inflamasi lainnya
Curcumin
Beberapa studi saat ini menunjukkan bahwa dosis tinggi dari kurkumin (hingga 6.000 mg
/hari) membantu sejumlah besar pasien OLP mengontrol gejala mereka. Efek samping yang
minimal seperti diare dan ketidaknyamanan gastrointestinal mungkin terjadi, yang biasanya
terkait dengan dosis. Sedangkan dosis rendah dari kurkumin (<2.000mg / hari) telah gagal
untuk memberikan keringanan 36,37.

Ignatia
Ignatia, obat homeopati, merupakan alternatif yang alami. Pasien yang diobati
dengan Ignatia menunjukkan penurunan dalam rasa nyeri dan ukuran yang berarti pada lesi .
Aloe vera
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penerapan aloe vera pada bagian oral dapat
mengurangi rasa sakit,meningkatkan remisi dan meningkatkan kualitas hidup pada
pasien yang hidup dengan OLP.

Studi oleh Salazar-Snchez et al.39, 64 pasien dengan OLP yang dipilih secara acak
dalam studi double-blind; 32 pasien diobati dengan aloe vera dengan dosis 0,4 ml
(70% konsentrasi) tiga kali sehari dan 32 pasien lainnya diberi plasebo. 61% pasien yang
diobati dengan lidah buaya menunjukkan remisi rasa nyeri yang
sempurna setelah 12 minggu.
KESIMPULAN
Pasien dengan OLP harus diberi konseling sesuai dengan setiap sifat
dari kondisi kronis dan pendekatan yang berbeda untuk pengobatan.
Meskipun bukti kemanjuran dari pendekatan pengobatan ini tidak sangat
besar, terapi kortikosteroid tetap menjadi pendekatan yang paling umum
untuk penanganan lesi simptomatik .
Karena kemungkinan peningkatan risiko menjadi ganas (malignan),
dianjurkan pemeriksaan ulang secara berkala dari semua
pasien dengan OLP.

Anda mungkin juga menyukai