Anestesiologi
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi,
penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar,
pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun
Intubasi endotrakeal
Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan melakukan tindakan intubasi
endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke dalam saluran pernapasan bagian atas. Karena
syarat utama yang harus diperhatikan dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas
dan napas dapat berjalan dengan lancar serta teratur.
2
BAB II LAPORAN KASUS
Preoperatif / Preanestesi
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. A
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Usia : 10 Tahun
4. Berat Badan : 27 kg
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : pelajar
7. Alamat : Kabupaten Toli-toli
8. Tanggal Operasi : 02 / 04/ 2018
9. Diagnosa Pra Bedah : Open fraktur Supracondiler Humerus Dextra
10. Tindakan : Pro Orif + debridement
11. Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)
3
12. Teknik anestesi : Intubasi endotrakeal
ANAMNESIS
4
ANAMNESIS
• Riwayat penyakit diabetes melitus (-) • Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
5
BAB II LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik
B 1 (Breath)
B 2 (Blood)
Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR:
22 x/mnt, Mallampati : 2, JMH: 6 cm, , Riwayat Akral hangat : ekstremitas atas (+/+) dan
asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-) leher pendek ekstremitas bawah (+/+),
(-), gerak leher bebas, tonsil (T1-T1), faring TD : 100/70 mmHg, HR : 68 x/mnt, reguler,
hiperemis (-), pernapasan bronkovesikular (+/+), masalah pada sistem cardiovaskuler (-).
suara pernapasan tambahan ronchi (-/-), wheezing
(-/-)
6
BAB II LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik
kesadaran : CM, Pupil: isokor Abdomen : peristaltik (+), Mual (-), muntah (-).
Ø 2 mm / 2mm, RC +/+ Nyeri tekan (-)
B 3 (Brain) B 5 (Bowel)
Darah lengkap
8
BAB II LAPORAN KASUS
Penatalaksanaan
Persetujuan
• Surat persetujuan tindakan operasi (+)
tindakan
• Surat persetujuan tindakan anestesi (+)
Rencana
• Pro Orif + debridement
operasi
9
BAB II LAPORAN KASUS
Kesimpulan
10
PREINDUKSI
Persiapan di Kamar Operasi
140
120
100
LAPORAN
INTRAOPERATIF
80
sistol
diastol
nadi
- Isofluran 60
- Midazolam 2 mg 40
- Fentanyl 60 mg 20
- Propofol 50 mg
0
9:30 9:35 9:40 9:45 9:50 9:55 10:00 10:05 10:10 10:15 10:20 10:25 10:30 10:35 10:40 10:45 10:50 10:55 11:00 11:05 11:10 11:15 11:20 11:25 11:30
- Tramus 15 mg
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
12
TERAPI CAIRAN : Pemberian Cairan
Cairan masuk :
BB :27 kg
EBV :80 cc/kg BB x 27 kg = 2160 cc
- Pre operatif : Futrolit 500 cc
Total kebutuhan cairan selama 1 jam 30 menit operasi = (67 x 2 ) + 36 + 216 + 1200 = 1.586 ml
a. Cairan masuk :
Kristaloid : 700 ml
Whole blood : -
Postoperatif
• Tekanan darah, nadi, pernapasan, aktivitas
motorik.
• TD: 110/70 mmHg
• Nadi : 66 x/menit
• RR: 16 x/menit
• GCS E4V5M6, KU baik
• Memasang O2 3 L/menit nasal kanul.
• Memberikan antibiotik profilaksis, antiemetik, H2
reseptor bloker dan analgetik.
16
Skor pemulihan pasca anestesi
Steward score
Pergerakan = Gerak bertujuan (2)
Pernafasan = Batuk (2)
Kesadaran = Menangis (2)
Skor steward = 6
18
Sebelum dilakukan operasi, pasien diperiksa terlebih dahulu, meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk menentukan
status fisik (ASA), serta ditentukan rencana jenis anestesi yang akan
dilakukan yaitu general anestesi dengan intubasi. Setelah dilakukan
pemeriksaan tentang keadaan umum Pada pasien ini, pemeriksaan fisik
ataupun laboratorium menunjukkan adanya gangguan yang dapat menjadi
kontraindikasi dilakukannya tindakan dan pasien tergolong dalam status
fisik ASA II
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
19
TUJUAN KONTRAINDIKASI
• .Mempermudah pemberian anestesi. • Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi
yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya
• .Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah
mempertahankan kelancaran pernapasan.
cricothyrotomy pada beberapa kasus.
• .Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung
• Trauma servikal yang memerlukan keadaan
(pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada
imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga sangat
refleks batuk).
sulit untuk dilakukan intubasi.
• .Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
• .Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
INDIKASI
• Untuk patensi jalan napas, untuk menjamin ventilasi,
oksigenasi yang adekuat dan menjamin keutuhan jalan
napas.
• Operasi daerah kepala, leher atau jalan napas atas.
• Diperlukan untuk kontrol dan pengeluaran secret
pulmo
• Diperlukan proteksi jalan napas pada pasien yang
tidak sadar atau depresi reflex muntah.
• Aplikasi pada ventilasi tekanan positif
• Teeth,
• Tongue
• Tonsil
• Torticolis
• Tiroid notch/TMD,
• Tumor,
• Trakea
OBSTRUKSI NECK
Prematur 2,0-2,5 10 10 cm
MIDAZOLAM
• efek sedatif.
• Midazolam merupakan golongan
benzodiazepin merupakan agen obat
antiansietas
• bekerja dengan cara berikatan dengan
reseptor di beberapa tempat di sistem saraf
pusat termasuk sistem limbik dan formatio
retikularis, menghasilkan efek sedasi yang
dimediasi oleh sistem reseptor GABA,
meningkatkan permeabilitas membran
neuron yaitu pertukaran ion Cl- sehingga 24
BAB III PEMBAHASAN
FENTANYL
• sebagai analgesik opioid.
• Fentanil adalah analgesik narkotik yang
poten, bisa digunakan sebagai tambahan
untuk general anastesi
• kerja cepat dan efek durasi kerja kurang
lebih 30 menit setelah dosis tunggal
25
BAB III PEMBAHASAN
PROPOFOL
• Larutan emulsi dengan konsentrasi 1%,
• memiliki efek induksi yang cepat, dengan distribusi
dan eliminasi yang cepat.
• menghambat transmisi neuron yang hancur oleh
GABA.
• mempunyai efek kerjanya yang cepat dan dapat
dicapai dalam waktu 30 detik.
• Onset dan pemulihan cepat seperti halnya
pentothal, tetapi tidak ada hangover dan gangguan
psikomotor.
• Insidens mual dan muntah yang rendah
menyebabkan penderita lebih cepat imobilisasi.
26
BAB III PEMBAHASAN
Isofluran
• obat anestesi isomer dari enfluran
• merupakan cairan tidak berwarna dan berbau
tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai
dengan konsentrasi tinggi
• proses induksi dan pemulihannya relatif cepat
namunmasih lebih lambat dibandingkan dengan
sevofluran.
• Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan
dosis yang diberikan
27
BAB III PEMBAHASAN
ATRACURIUM
• golongan non depolarisasi
• bekerja antagonis terhadap
neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan
reseptor site pada motor-end-plate
• Intubasi endotrakeal biasanya sudah
dapat dilakukan dalam 90 detik setelah
injeksi intravena 0,5 – 0,6 mg/kg.
28
Setelah pelumpuh otot bekerja barulah
dilakukan intubasi dengan laringoskop blade
lengkung yang disesuaikan dengan anatomis
leher pasien dengan metode chin-lift dan
jaw-trust yang berfungsi untuk meluruskan
jalan nafas antara mulut dengan trakea.
Setelah jalan nafas dalam keadaan lurus
barulah dimasukkan pipa endotrakeal.
Pemasangan ETT pada pasien ini 1 kali
dilakukan.
• Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi.Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah
yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya.
• Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan anestesi umum dengan teknik intubasi endotrakeal , indikasi
dilakukannya teknik intubasi adalah Untuk patensi jalan napas, menjamin ventilasi, oksigenasi yang adekuat dan
menjamin keutuhan jalan napas.
• Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya permasalahan yang ada diantisipasi terlebih dahulu
sehingga kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat ditekan seminimal mungkin.
• Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari
tindakan operasinya
GwinnuETT CL. 2014. Catatan Kuliah Anestesi Klinis Edisi 3. Penerbit EGC: Jakarta
Dobson MB. 2012. Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit EGC: Jakarta
Karjadi W. 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk Pendidikan Kedokteran. DIKTI: Jakarta
Orebaugh SL. 2007. Atlas Of Airway Management Techniques and Tools. Philadelphia: LippincoETT, Williams, and Wilkins.
Morgan GE et al. Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Lange Medical Book. 2006.
Peterson GN, Domino KB, Caplan RA et al. 2005. Management of The Difficult Airway: A Closed Claims Analysis.
Anesthesiology 103:33–39
Caplan RA, Benumof JA, Berry FA. 2003. Practice Guidelines For The Management Of The Difficult Airway: An Updated Report
by The American Society of Anesthesiologist’s Task Force on Management of The Difficult Airway. Anesthesiology 98:1269–1277
Mallampati SR, GaETT SP, Gugino LD et al. 1985. A Clinical Sign to Predict Difficult Tracheal Intubation: a Prospective Study.
Can J Anaesth 32:429
Hagberg CA (ed). 2007. Benumof ’s Airway Management, 2nd edn. Philadelphia: Mosby Elsevier.
32
Thank You