Anda di halaman 1dari 33

REFLEKSI KASUS

MANAJEMEN JALAN NAPAS DENGAN INTUBASI


ENDOTRAKEAL PADA OPERASI OPEN FRAKTUR
SUPRACONDILER DEXTRA
Putri Auliyah
N 111 16 007
PEMBIMBING KLINIK
Dr. Muhammad Rizal, Sp.An
BAB I PENDAHULUAN

Anestesiologi
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi,
penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar,
pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun

Intubasi endotrakeal
Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan melakukan tindakan intubasi
endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke dalam saluran pernapasan bagian atas. Karena
syarat utama yang harus diperhatikan dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas
dan napas dapat berjalan dengan lancar serta teratur.

Fraktur Supracondiler humerus


Fraktur suprakondiler humeri adalah fraktur yang terjadi pada bagian sepertiga distal tulang
humerus. Fraktur ini sering terjad ipada anak – anak

2
BAB II LAPORAN KASUS
Preoperatif / Preanestesi

IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. A
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Usia : 10 Tahun
4. Berat Badan : 27 kg
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : pelajar
7. Alamat : Kabupaten Toli-toli
8. Tanggal Operasi : 02 / 04/ 2018
9. Diagnosa Pra Bedah : Open fraktur Supracondiler Humerus Dextra
10. Tindakan : Pro Orif + debridement
11. Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)
3
12. Teknik anestesi : Intubasi endotrakeal
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri di bagian Tangan sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk RS dengan Rujukan dari RSUD Mokopido dengan diagnosa open fraktur
supracondiler humeri dextra. Pasien mengeluh nyeri pada tangan sebelah kanan akibat ditabrak
sepeda motor saat sementara berjalan kaki sekitar 5 hari yang lalu. Tangan tidak dapat
digerakkan sejak 2 hari terakhir dan terasa nyeri. Mual (-), muntah (-), sakit kepala (-),
pingsan (-), Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) lancar seperti biasa.

4
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat asma (-) • Riwayat penyakit paru (-)

• Riwayat penyakit jantung (-) • Riwayat penyakit jantung (-)

• Riwayat penyakit diabetes melitus (-) • Riwayat penyakit diabetes melitus (-)

• Riwayat alergi makanan (-) dan obat (-)

5
BAB II LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik

B 1 (Breath)
B 2 (Blood)
Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR:
22 x/mnt, Mallampati : 2, JMH: 6 cm, , Riwayat Akral hangat : ekstremitas atas (+/+) dan
asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-) leher pendek ekstremitas bawah (+/+),
(-), gerak leher bebas, tonsil (T1-T1), faring TD : 100/70 mmHg, HR : 68 x/mnt, reguler,
hiperemis (-), pernapasan bronkovesikular (+/+), masalah pada sistem cardiovaskuler (-).
suara pernapasan tambahan ronchi (-/-), wheezing
(-/-)
6
BAB II LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik

kesadaran : CM, Pupil: isokor Abdomen : peristaltik (+), Mual (-), muntah (-).
Ø 2 mm / 2mm, RC +/+ Nyeri tekan (-)

B 3 (Brain) B 5 (Bowel)

B 4 (Bladder) B 6 (Back & Bone)

BAK (+), frekuensi 5-6 kali Tampak fraktur terbuka ekstremitas


sehari warna : kuning jernih . atas regio supracondilar humeri
dextra, edema ekstremitas bawah
(-/-).
7
BAB II LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal

Darah lengkap

Hemoglobin 10,9 11,7-15,5 g/dL

Pemeriksaan Leukosit 8,0 4000-10.000/L

Hematokrit 35,5 40-54%

Penunjang Eritrosit 4,25 x 106 4,50-6,50x106/

Trombosit 298.000 150.000-500.000/L

MCV 84 80-100 µm3

MCH 28,0 27,0-32,0 pg

MCHC 33,4 32,0-36,0 g/dl

CT 7 menit 4-12 menit

BT 3 menit 1-4 menit

8
BAB II LAPORAN KASUS
Penatalaksanaan

Planning • Puasa : 8 jam preoperasi


• IVFD Futrolit 500 ml

Persetujuan
• Surat persetujuan tindakan operasi (+)
tindakan
• Surat persetujuan tindakan anestesi (+)

Rencana
• Pro Orif + debridement
operasi

9
BAB II LAPORAN KASUS
Kesimpulan

Diagnosis Preoperatif Open fraktur Supracondiler Humerus Dextra

Status Operatif PS ASA II, skor Mallampati 2

Jenis Operasi Pro orif + debridement

Jenis Anestesi General anestesi

10
PREINDUKSI
Persiapan di Kamar Operasi

Persiapan di kamar operasi


• Meja operasi.
• Mesin anestesi.
• Alat-alat resusitasi (STATICS).
• Obat-obat anestesia yang diperlukan.
• Obat-obat resusitasi misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat
dan lain-lainnya.
• Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
• Alat pantau tekanan darah.
11
• Kartu catatan medik anestesia
BAB II Laporan Kasus

140

120

100
LAPORAN
INTRAOPERATIF
80

sistol
diastol
nadi

- Isofluran 60

- Midazolam 2 mg 40

- Fentanyl 60 mg 20

- Propofol 50 mg
0
9:30 9:35 9:40 9:45 9:50 9:55 10:00 10:05 10:10 10:15 10:20 10:25 10:30 10:35 10:40 10:45 10:50 10:55 11:00 11:05 11:10 11:15 11:20 11:25 11:30

- Tramus 15 mg
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
12
TERAPI CAIRAN : Pemberian Cairan
 Cairan masuk :
BB :27 kg
EBV :80 cc/kg BB x 27 kg = 2160 cc
- Pre operatif : Futrolit 500 cc

Jumlah perdarahan ± 400 cc - Durante operatif :

% perdarahan : 400/2160 x 100% = o Kristaloid RL 700 cc

18,51 % - Total input cairan : 1200 cc


 Cairan keluar :
Durante operatif
- Perdarahan ± 400 cc

The Power of PowerPoint |


thepopp.com
13
PERHITUNGAN CAIRAN

a. Input yang diperlukan selama operasi


1. Cairan Maintanance (M) : (4x10) + (2x10) + (1x7) = 67 ml/jam
2. Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x maintenance = 8 x 67 = 536 ml – 500 ml (cairan yang
masuk saat puasa) = 36 ml
3. Stress Operasi Besar : 8 cc x 27 kg = 216 cc
4. Cairan defisit darah selama operasi ( Darah = 400 ml x 3 = 1200 ml )

Total kebutuhan cairan selama 1 jam 30 menit operasi = (67 x 2 ) + 36 + 216 + 1200 = 1.586 ml

a. Cairan masuk :

Kristaloid : 700 ml

Whole blood : -

Total cairan masuk : 700 ml The Power of PowerPoint |


thepopp.com
14
Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 700 ml – 1586 ml = - 886 ml
Perhitungan cairan pengganti darah :
Transfusi + 3x cairan kristaloid = volume perdarahan
0 + 3x = 400
3x=400
X : 3 x 400 = 1200 ml
Untuk mengganti kehilangan darah 400 cc diperlukan ± 1200 cairan kristaloid.
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
15
BAB II LAPORAN KASUS

Postoperatif
• Tekanan darah, nadi, pernapasan, aktivitas
motorik.
• TD: 110/70 mmHg
• Nadi : 66 x/menit
• RR: 16 x/menit
• GCS E4V5M6, KU baik
• Memasang O2 3 L/menit nasal kanul.
• Memberikan antibiotik profilaksis, antiemetik, H2
reseptor bloker dan analgetik.

16
Skor pemulihan pasca anestesi

Steward score
Pergerakan = Gerak bertujuan (2)
Pernafasan = Batuk (2)
Kesadaran = Menangis (2)

Skor steward = 6

The Power of PowerPoint |


thepopp.com
17
BAB III PEMBAHASAN

• Anastesi yang digunakan pada kasus ini


adalah dengan general anastesi
• Teknik anestesinya semi closed inhalasi
dengan pemasangan endotrakheal tube Ø
ukuran 5.
• keuntungan teknik ini saturasi oksigen bisa
ditingkatkan, jalan napas terjaga bebas, dan
dosis obat anestesi dapat dikontrol dengan
mudah.

18
Sebelum dilakukan operasi, pasien diperiksa terlebih dahulu, meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk menentukan
status fisik (ASA), serta ditentukan rencana jenis anestesi yang akan
dilakukan yaitu general anestesi dengan intubasi. Setelah dilakukan
pemeriksaan tentang keadaan umum Pada pasien ini, pemeriksaan fisik
ataupun laboratorium menunjukkan adanya gangguan yang dapat menjadi
kontraindikasi dilakukannya tindakan dan pasien tergolong dalam status
fisik ASA II
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
19
TUJUAN KONTRAINDIKASI
• .Mempermudah pemberian anestesi. • Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi
yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya
• .Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah
mempertahankan kelancaran pernapasan.
cricothyrotomy pada beberapa kasus.
• .Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung
• Trauma servikal yang memerlukan keadaan
(pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada
imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga sangat
refleks batuk).
sulit untuk dilakukan intubasi.
• .Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
• .Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

INDIKASI
• Untuk patensi jalan napas, untuk menjamin ventilasi,
oksigenasi yang adekuat dan menjamin keutuhan jalan
napas.
• Operasi daerah kepala, leher atau jalan napas atas.
• Diperlukan untuk kontrol dan pengeluaran secret
pulmo
• Diperlukan proteksi jalan napas pada pasien yang
tidak sadar atau depresi reflex muntah.
• Aplikasi pada ventilasi tekanan positif

The Power of PowerPoint |


thepopp.com
20
Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu :

• Teeth,

• Tongue

• Temporo mandibula joint

• Tonsil

• Torticolis

• Tiroid notch/TMD,

• Tumor,

• Trakea

The Power of PowerPoint | thepopp.com 21


“LEMON”

LOOK 3-3-2 RULE MALLAMPATI

OBSTRUKSI NECK

The Power of PowerPoint | thepopp.com 22


Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir

Prematur 2,0-2,5 10 10 cm

Neonatus 2,5-3,5 12 11cm

1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm

½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm

1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm

4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm

6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm

8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm

10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm

12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm

Dewasa wanita 6,5-8,5 28-30 20-24 cm

Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm


The Power of PowerPoint | thepopp.com 23
BAB III PEMBAHASAN

MIDAZOLAM
• efek sedatif.
• Midazolam merupakan golongan
benzodiazepin merupakan agen obat
antiansietas
• bekerja dengan cara berikatan dengan
reseptor di beberapa tempat di sistem saraf
pusat termasuk sistem limbik dan formatio
retikularis, menghasilkan efek sedasi yang
dimediasi oleh sistem reseptor GABA,
meningkatkan permeabilitas membran
neuron yaitu pertukaran ion Cl- sehingga 24
BAB III PEMBAHASAN

FENTANYL
• sebagai analgesik opioid.
• Fentanil adalah analgesik narkotik yang
poten, bisa digunakan sebagai tambahan
untuk general anastesi
• kerja cepat dan efek durasi kerja kurang
lebih 30 menit setelah dosis tunggal

25
BAB III PEMBAHASAN

PROPOFOL
• Larutan emulsi dengan konsentrasi 1%,
• memiliki efek induksi yang cepat, dengan distribusi
dan eliminasi yang cepat.
• menghambat transmisi neuron yang hancur oleh
GABA.
• mempunyai efek kerjanya yang cepat dan dapat
dicapai dalam waktu 30 detik.
• Onset dan pemulihan cepat seperti halnya
pentothal, tetapi tidak ada hangover dan gangguan
psikomotor.
• Insidens mual dan muntah yang rendah
menyebabkan penderita lebih cepat imobilisasi.
26
BAB III PEMBAHASAN

Isofluran
• obat anestesi isomer dari enfluran
• merupakan cairan tidak berwarna dan berbau
tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai
dengan konsentrasi tinggi
• proses induksi dan pemulihannya relatif cepat
namunmasih lebih lambat dibandingkan dengan
sevofluran.
• Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan
dosis yang diberikan

27
BAB III PEMBAHASAN

ATRACURIUM
• golongan non depolarisasi
• bekerja antagonis terhadap
neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan
reseptor site pada motor-end-plate
• Intubasi endotrakeal biasanya sudah
dapat dilakukan dalam 90 detik setelah
injeksi intravena 0,5 – 0,6 mg/kg.

28
Setelah pelumpuh otot bekerja barulah
dilakukan intubasi dengan laringoskop blade
lengkung yang disesuaikan dengan anatomis
leher pasien dengan metode chin-lift dan
jaw-trust yang berfungsi untuk meluruskan
jalan nafas antara mulut dengan trakea.
Setelah jalan nafas dalam keadaan lurus
barulah dimasukkan pipa endotrakeal.
Pemasangan ETT pada pasien ini 1 kali
dilakukan.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 29


Setelah ETT terfiksasi dilaksanakan pembedahan yang diikuti dengan rumatan atau yang
biasa dikenal dengan maintenance menggunakan O2 + Isofluran ditambah dengan
pemberian cairan parenteral yakni kristaloid untuk mensubstitusi cairan, baik darah
maupun cairan tubuh lainnya, yang keluar selama pembedahan.
Ekstubasi dikerjakan umumnya pada anesthesia sudah ringan dengan catatan tidak akan
terjadi spasme laring. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari secret
dan cairan lainnya
Beberapa saat setelah pasien dikeluarkan dari ruang operasi, didapatkan pada
pemeriksaan fisik tekanan darah 110/ 70 mmHG, nadi 66 x/menit, dan laju respirasi 16
x/menit
The Power of PowerPoint | thepopp.com 30
KESIMPULAN

• Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi.Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah
yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya.
• Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan anestesi umum dengan teknik intubasi endotrakeal , indikasi
dilakukannya teknik intubasi adalah Untuk patensi jalan napas, menjamin ventilasi, oksigenasi yang adekuat dan
menjamin keutuhan jalan napas.
• Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya permasalahan yang ada diantisipasi terlebih dahulu
sehingga kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat ditekan seminimal mungkin.
• Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari
tindakan operasinya

The Power of PowerPoint | thepopp.com 31


DAFTAR PUSTAKA

GwinnuETT CL. 2014. Catatan Kuliah Anestesi Klinis Edisi 3. Penerbit EGC: Jakarta
Dobson MB. 2012. Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit EGC: Jakarta
Karjadi W. 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk Pendidikan Kedokteran. DIKTI: Jakarta
Orebaugh SL. 2007. Atlas Of Airway Management Techniques and Tools. Philadelphia: LippincoETT, Williams, and Wilkins.
Morgan GE et al. Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Lange Medical Book. 2006.
Peterson GN, Domino KB, Caplan RA et al. 2005. Management of The Difficult Airway: A Closed Claims Analysis.
Anesthesiology 103:33–39
Caplan RA, Benumof JA, Berry FA. 2003. Practice Guidelines For The Management Of The Difficult Airway: An Updated Report
by The American Society of Anesthesiologist’s Task Force on Management of The Difficult Airway. Anesthesiology 98:1269–1277
Mallampati SR, GaETT SP, Gugino LD et al. 1985. A Clinical Sign to Predict Difficult Tracheal Intubation: a Prospective Study.
Can J Anaesth 32:429
Hagberg CA (ed). 2007. Benumof ’s Airway Management, 2nd edn. Philadelphia: Mosby Elsevier.

32
Thank You

Anda mungkin juga menyukai