Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

Filariasis
Pembimbing :
DR. dr. Nenden Lilis Setiasih, Sp.KK

Disusun oleh :
Siti khodizah S 1102014252
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Filariasispenyakit yang mendapat perhatian khusus di dunia kesehatan.


Walaupun jarang menyebabkan kematian, pada stadium lanjut penyakit ini
dapat menjadikan seseorang menderita cacat fisik permanen hingga
menimbulkan dampak yang signifikan

lebih dari 1 milyar penduduk dunia  risiko menderita filariasis. > 120
juta orang dari 80 negara telah terinfeksi filaria

Filariasis di Indonesia (2004-2005) Sumatera Selatan sebanyak 48 kasus,


Tangerang 32 kasus, Depok 1 kasus, dan lebih 17 Kabupaten di Jawa Barat
terkena filariasis.
WHO  The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a
Public Health Problem by the Year 2020. Indonesia sepakat untuk
memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global

> 200 spesies parasit filarial, hanya sedikit yang menginfeksi manusia.

Wuchereria
bancrofti

Onchocerca
volvulus
Brugia Brugia
malayi timori

Pengendalian yang perlu adalah peningkatan pemantauan (surveilans) untuk


menemukan penderita filariasis akut dan kronis, serta penatalaksankan
pengobatan agar penderita mampu merawat dirinya sendiri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai
jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila
tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki

Mikrofilaria larva imatur yang ditemukan


didarah dan mencapai tingkat infektif didalam
tubuh nyamuk.
Epidemiologi
Etiologi

Wuchereria bancrofti

Brugia malayi

Brugia timori
Wuchereria bancrofti B. Malayi

B. Timori
Morfologi

Mf. Bancrofti Mf. Malayi Mf. Timori


Ukuran P = 250-300 P = 200-275 P = 265-323
L=7 L = 4-7 L=7
Selubung Ada pucat Ada, Ada, pucat
pink/magenta
Ruang kepala P = L P = 2L P = 3L
Susunan inti Teratur Tidak teratur Tidak teratur
Ujung ekor Tidak ada nuklei 1-2 nuklei 2 nuklei
tambahan tambahan
Habitat Darah dan cairan Darah Darah
hidrokel
Lekuk tubuh Halus Kaku Agak halus
Faktor resiko
Manusia dan nyamuk
a. Manusia
(Umur, jenis kelamin,
imumitas)
b. Nyamuk

Lingkungan

Agent
Siklus hidup dan Penularan
Patogenesis

Larva infektif  migrasi ke dalam pembuluh limfe regional menimbulkan


sumbatan dan edema melalui induksi sistem kekebalan tubuh.
Patofisiologi dari filariasis bervariasi antar individu dengan mekanisme yang belum
diketahui dengan pasti.
 Pembuluh limfe akan terbendung,parsial atau total, oleh thrombus limfe, massa
cacing, proliferasi endothelial, deposit fibrin dan reaksi granuloma.
 Bila terjadi infeksi bakteri atau jamur sekunder dapat
terjadi stasis dari cairan limfe.

Inflamasi awal pada nodus limfatikus dan pembuluh limfe  periode asimptomatik
dan
serangan rekuren dari limfangitis dan demam filaria dalam waktu bertahun-tahun
blokade
permanent dari saluran limfe dan limfedema elefantiasis.
Manifestasi Klinis

F. Brugia
F. bancrofti
episode demam 5-15 hari
• Asimptomatic amicrofilaria
Adenolymphangitis
• Asimptomatic microfilaria
• Manifestasi akut abses dari kelenjar limfe,
• Manifestasi kronik adanya scar sering terjadi pada orang
• Manifestasi genital yang terinfeksi.
satu kelenjar limfe, sering di daerah
inguinal, tetapi kadang di aksila.
Penyakit urogenital dan Chyluria tidak
pernah terjadi.

Secara klinis B. timori dibedakan dari B. malayi


kantong air (water-bag) pada lesi dan fisura pa
pergelangan kaki penderita B. timori.
Diagnosis

Pemeriksaan
gejala dan parasitologi dengan
tanda klinis cara pewarnaan
akut ataupun Giemsa 
kronis mikrofilaria

Laboratoriu
Klinis
m
Penatalaksanaan

DEC • Dosis 6
(Dietilkarbamasi mg/kgBB/oral
n) selama 10-14 hari

• dosis tunggal 500


Ivermectin μg/kgBB

• dosis tunggal
albendazol 400mg/kgBB
Pencegahan

Pengobatan masal pada populasi yang menderita filariasis


dengan DEC atau pengulangan ivermectin sekali
pertahun, secara nyata mereduksi mikrofilaria. Secara
teoritis pengobatan sekali setahun lebih fektif bila
diberikan minimal 5 tahun

Prognosis

Prognosis baik pada kasus-kasus yang masih dini terutama bila pasien
pindah dari endemik. Pada daerah endemic tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. Pada kasus-
kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, prognosis lebih buruk.
BAB III

KESIMPULAN
Filariasis adalah penyakit menular kronis yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang dapat
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Gejala
klinis filariasis terdiri dari gejala akut dan kronis.
Gejala akut berupa limfadenitis, limfangitis,
adenolimfangitis yang dapat disertai demam, sakit
kepala, rasa lemah serta dapat pula menjadi abses.
Gejala kronik berupa limfedema, lymph scrotum,
kiluri, dan hidrokel. Banyak faktor risiko yang
mampu memicu timbulnya kejadian filariasis.
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing
filarial, yaitu W.Bancrofti, B.Malayi, B.Timori. pengobatan
spesifik penyakit filariasis dengan pemberian Dietilcarbamazine
(DEC) 6mg/KgBB/hari selama 12 hari. Pencegahan filariasis
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang filariasis melalui kegiatan penyuluhan yang sederhana
dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti
menghindari kontak dengan vektor penyakit filariasis yaitu
nyamuk, diantaranya menggunakan kelambu, menutup ventilasi
rumah dengan kawat kasa, dan menggunakan anti nyamuk
(repellents) dan membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk
seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
membunuh larva dengan larvasida.
Daftar Pustaka
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid 1 edisi VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai