Anda di halaman 1dari 39

Presentasi Case

Penatalaksanaan Primi Nuli Para dengan


Kematian Janin

Disusun Oleh :
Najla Quratu’ain 1102013205

Pembimbing:
dr. Nandi Nurhandi, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 16 MEI – 25 JUNI 2022
01
Identifikasi
kasus
IDENTITAS PASIEN

Nama Ny. C
Tanggal Lahir 10/11/2006
Agama Islam
Alamat Kp. Babakan RT 007/003, Muara
Bakti, Babelan, Bekasi
Tanggal Masuk RS 21 Mei 2022
No. RM 2288**
Status Belum Menikah
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
ANAMNESIS dan alloanamnesis pada : 21 Mei 2022 pukul
10.45 di ruang VK

Keluhan Utama
• Tidak merasakan gerakan janin

Keluhan Tambahan
• Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 31-32 minggu datang bersama orang tuanya ke
IGD kandungan RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 21 Mei 2022 pukul 10.45 WIB
dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin sejak 3 hari yang lalu. Ibu pasien
mengaku sempat membawa pasien ke dukun untuk diurut-urut. Pasien mengaku
terakhir ada gerakan janin pagi hari sebelum diurut. 2 hari SMRS pasien merasakan
mules seperti ingin BAB.
ANAMNESIS

Pasien juga merasakan Ibu pasien mengaku selama


kencang pada perut. Pasien kehamilan tidak pernah kontrol ke
mengaku sempat demam RS atau Bidan.
sejak hari kamis.

Riwayat perdarahan sebelumnya,


trauma, keputihan, keluar sekret
Pada 13 jam SMRS nyeri berbau disangkal.
perut bagian bawah dan
terasa panas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan:
• Riwayat keluhan serupa disangkal
• Riwayat keluhan serupa disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat infeksi menular seksual
• Riwayat keputihan patologis disangkal disangkal
• Riwayat infeksi menular seksual disangkal • Riwayat Anemia

Riwayat Kebiasaan
Riwayat Menstruasi: Pasien memiliki kebiasaan makan 2 kali sehari. Pasien
• Menarche : 12 tahun
jarang mengonsumsi sayur, buah, telur, susu, ikan,
• Siklus haid : 28 hari, teratur
ayam, dan daging selama kehamilannya. Pasien tidak
• Lama haid : 7 hari
• Keluhan : Dismenorrhea memiliki riwayat merokok, konsumsi alkohol, maupun
• Jumlah: 2 Pembalut/hari penyalahgunaan zat zat terlarang.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah

Riwayat Kontrasepsi:
Tidak pernah menggunakan alat
kontrsepsi sebelumnya.
Riwayat Obstetri:
• Paritas : G1P0A0 Antenatal Care:
• HPHT : Tidak ingat pasien tidak pernah
• HPL : Juni 2022 melakukan pemeriksaan
• Usia kehamilan berdasarkan kehamilan di Bidan atau
HPHT: 31-32 minggu RS
Pemeriksaan Fisik
Mata : CA -/-, SI -/-
TANDA-TANDA VITAL
KU/KES : baik / Cor, Pulmo : DBN
composmentis
TD : 108/66 mmHg
HR : 134 x/menit Abdomen : Status
RR : 20 x/menit Obstetrikus
Suhu : 38,4oC
SpO2 : 99% on room air
Ekstremitas :
DBN
ANTROPOLOGI
Berat badan : 53 kg
Tinggi badan: 160 cm
IMT : 20,7 kg/m2 (Normoweight)
Pemeriksaan Obstetri
PALPASI:
• TFU: 29 cm Manuver Leopold
• TBJ Klinis: 2000gr • Leopold I: Teraba bagian lunak, tidak
• DJJ: tidak ditemukan melenting, kesan bokong kaki
• HIS: 2 x 10’ x 25”
• Leopold II: Teraba bagian keras dan
memanjang (punggung janin) di
sebelah kanan dan bagian kecil-kecil
menonjol, kesan ekstremitas
disebelah kiri
• Leopold III: Teraba bagian keras,
melenting, bulat, kesan kepala
• Leopold IV: Konvergen. Bagian
terbawah janin belum memasuki PAP.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Inspekulo: Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Tidak dilakukan
Hemoglobin L 10,1 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit L 29 % 38.0 47.0
Pemeriksaan Dalam:
Eritrosit L 4,14 106/uL 4.20 – 5.40
• V/V : Tidak ada
Trombosit   316 103/uL 150 – 450
kelainan
• Pembukaan : 1 cm Leukosit H 13,1 103/uL 5.0 – 10.0
• Ketuban : (-)
• Presentasi Golongan Darah + Rhesus
: Kepala
Hodge I (Pinggir masih Golongan Darah O    
tinggi) Rhesus (+) Positif
Hemostasis
PT L 9,3 detik 10,3-12,9
Pemeriksaan USG: APTT   31,6 detik 25.8-33,7
USG didapatkan Janin Kimia Klinik
tunggal, DJJ (-), punggung Glukosa Sewaktu Stik   93 mg/dL 80 – 170
kanan. Serologi      
HIV Reagen 1   Non Reaktif Non Reaktif
HbSAg   Non Reaktif Non Reaktif
Resume
• Pasien G1P0A0 datang bersama orang tuanya ke IGD kandungan RSUD Kabupaten
Keluhan Bekasi pada tanggal 21 Mei 2022 pukul 10.45 WIB dengan keluhan tidak merasakan
gerakan janin sejak 3 hari SMRS.
Utama

• Keluhan tambahan berupa demam sejak hari 3 hari yang lalu, perut bagian bawah
Keluhan terasa nyeri dan panas.
Tambahan

• Keadaan umum dan tanda tanda vital dalam batas normal. pemeriksaan luar obstetri
didapatkan TFU 29 cm, Leopold I : kesan Bokong, Leopold II : kesan punggung
Pemeriksaan kanan, Leopold III : kesan Kakii, Leopold IV : bagian terbawah janin belum memasuki
Fisik PAP, DJJ : (-), His : 2 x 10’ x 25”. Pada pemeriksaan dalam obstetri didapatkan
pembukaan 1 cm.

• Pada pemeriksaan penunjang didapatkan penurunan hemoglobin 10,1 gr/dl,


Pemeriksaan hematokrit 29%, eritrosit 4,14 106/uL , dan peningkatan Leukosit 13,1 103/uL dan pada
Penunjang pemeriksaan USG didapatkan Janin tunggal, DJJ (-), punggung kanan.
Diagnosis Kerja
PowerPoint
Presentation

G1P0A0 Parturien 31-32 minggu


Kala I Fase Laten + IUFD
Penatalaksanaan
• PowerPoint
IVFD RL + Oksitosin 20 tpm
• Presentation
Cefixime 2 x 200mg p.o
• Asam mefenamat 3 x 500mg p.o
Medikamentosa
• Bromokriptin 2 x 1 tab p.o
• Sulfat Feros 2 x 1 tab

• Rawat inap
• observasi KU dan tanda vital
Non- • observasi HIS
Medikamentosa • cek lab lengkap
• observasi perdarahan
• observasi kemajuan persalinan
• observasi urine output
Diagnosis Akhir

G1P0A0 Parturien 31-32 minggu


Kala I Fase Laten + IUFD

Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanactionam : dubia
Quo ad functionam : dubia
FOLLOW UP
Tanggal, Jam
Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
Pemeriksaan
S : Pasien mengatakan nyeri pada jalan lahir
22 Mei 2022 O: KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pukul 15.00 WIB
TD : 106/71mmHg
T : 36,5 oC
RR : 20 x/menit
HR : 111 x/menit
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokalis :
Abdomen : Fundus uteri 2 jari di bawah umbilikus.
Ruptur perineum grade 2
A : P1A0 IUFD
P : - Infus RL 500 cc 20 tpm
- Cefixime 2 x 200 mg (PO)
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg (PO)
- Sulfat Feros 2 x 1 tab (PO)
- Bromkriptin 2 x 1 tab (PO)
02
 
Tinjauan
Pustaka
Antenatal Care
Definisi Tujuan

Antenatal Care adalah perawatan 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk


kesehatan yang diajukan kepada ibu hamil memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
sebelum dan selama hamil dengan tujuan
2. Meningkatkan dan mempertahankan
mendeteksi secara dini masalah kesehatan kesehatan fisik,maternal dan sosial ibu dan
ibu dan janin, memberikan penyuluhan bayi.
atau pendidikan kesehatan dan 3. Mengenali secara dini ketidaknormalan
atau komplikasi yang mungkin terjadi
perencanaan persalinan (Madriwati, 2013).
selama hamil
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat ibu dan
bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan
normal dan pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dapat menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
1. Timbang berat badan dan ukur
tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar
lengan atas/LILA)
4. Pemeriksaan puncak Rahim (tinggi
fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan
denyut janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus Standar Pelayanan Minimal Antenatal
dan beikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama
kehamilan.
8. Tes laboratorium
9. Tatalaksana/penanganan kasus
sesuia kewenangan
10. Temu wicara
(Permenkes,2016).
Kunjungan Antenatal
Manfaat Antenatal
1. Kunjungan Awal (K1)
2. Kunjungan Ulang (K4) Asuhan antenatal memberikan
manfaat yaitu dengan Kepatuhan Antenatal Care
menemukan berbagai kelainan
yang menyertai ibu hamil
secara dini, sehingga dapat Menurut Peraturan Menteri
diperhitungkan dan Kesehatan Republik Indonesia
dipersiapkan langkah –langkah Nomor 43 Tahun 2016 tentang
dalam penolong persalinannya Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan
ibu hamil yaitu pelayanan
antenatal sesuai standar
adalah pelayanan yang
diberikan kepada ibu hamil
minimal 4 kali selama
kehamilan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan
Antenatal Care

Umur Tingkat Paritas Pengetahuan


Pendidikan
Intrauterine Fetal
Death
DEFINISI

Menurut WHO dan The American College of


Obstetricians and Gynecologist kematian janin
(Intrauterine Fetal Death) adalah janin yang
mati dalam rahim dengan berat badan 350
gram atau lebih atau kematian janin dalam EPIDEMIOLOGI
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan


WHO. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. Geneva: WHO; 2016.
Angka Kematian Bayi (AKB) yang cukup tinggi
yaitu 25,5% pada tahun 2016.

Beberapa penelitian terakhir menunjukkan wanita


yang hamil usia dibawah 20-34 tahun memiliki
risiko yang lebih tinggi mengalami kematian janin
dalam rahim terutama pada usia ≤16 tahun.

Demirci O, Yılmaz E, Tosun Ö, Kumru P, Arınkan A, Mahmutoğlu D, dkk. Effect of Young Maternal Age on
Obstetric and Perinatal Outcomes : Results from the Tertiary Center in Turkey. 2016:344-9
ETIOLOGI

❖ 50 % kematian janin bersifat idiopatik


❖ Kondisi medis ibu (hipertensi, preeklamsi, diabetes
mellitus)
❖ Komplikasi plasenta
❖ Infeksi intra-amnion
FAKTOR PREDISPOSISI

❖ Faktor maternal
❖ Faktor fetal
❖ Faktor plasenta
MANIFESTASI KLINIS IUFD

Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian janin dalam rahim


meliputi:
⮚ Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
⮚ Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
⮚ Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
⮚ Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
⮚ Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis :
o Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat
berkurang.
o Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasanya.
o Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti
mau melahirkan.
o Penurunan berat badan.
o Perubahan pada payudara atau nafsu makan

2. Pemeriksaan Fisik :
o Inspeksi (terhentinya perubahan payudara)
o Palpasi (TFU lebih rendah dari usia kehamilan)
o Auskultasi (tidak terdengar denyut jantung janin)

3. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium, USG
DIAGNOSIS BANDING
PENGELOLAAN IUFD
⮚ Solusio plasenta
⮚ Ruptur uteri
⮚ Gawat janin ❖ Lahir spontan
❖ Dilatasi serviks dengan kateter folley.
❖ Infus oksitosin
❖ Induksi prostaglandin
KOMPLIKASI PENCEGAHAN
Sekitar 20-25% dari ibu yang
mempertahankan janin yang telah mati
selama lebih dari 3 minggu maka akan Menurut Winkjosastro (2009), Upaya mencegah
mengalami koagulopati intravaskuler kematian janin, khususnya yang sudah atau
diseminata (Disseminated Intravascular
mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan
Coagulopathy atau DIC) akibat adanya
konsumsi faktor-faktor pembekuan darah janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin
secara berlebihan. terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta.
03
Analisa
kasus
1.Apakah penegakkan diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
G1P0A0 : IUFD

Intra Uterine Fetal Death


Teori Kasus
• Anamnesis : Pada pemeriksaan doppler, DJJ tidak ditemukan.
Gerakan janin berkurang/ menghilang
• Pemeriksaan :
Pemeriksaan dopler Tidak terdengar
adanya bunyi jantung janin
• TFU menurun, BB ibu menurun, lingkar
perut ibu mengecil
• USG : Tidak ada pergerakkan jantung
janin menghilang.

Cunningham F, Leveno K, Bloom S et al. Williams Obstetrics, 25E. New York, N.Y.: McGraw Hill Medical; 2018
2. Apakah etiologi dan faktor resiko yang berperan pada kasus ini?

Teori
IUFD

Etiologi Faktor resiko


1. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui 1. Faktor maternal antara lain adalah post term (>42
penyebabnya). minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik
2. Kondisi medis ibu( hipertensi, pre-eklamsi, diabetes lupus eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia,
mellitus) berhubungan dengan peningkatan insidensi eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit
kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi
yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD. akut ibu, kematian ibu.
3. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption 2. Faktor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh
plasenta) dapat menyebabkan kematian janin. terlambat, kelainan congenital, kelainan genetic,
4. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah infeksi.
transplasental dari janin menuju ibu) dapat 3. Faktor plasenta antara lain: kelainan tali pusat,
menyebabkan kematian janin. lepasnya plasenta, KPD, vasa previa.
5. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian
janin biasanya jelas terlihat pada pemeriksaan klinis.
Kultur pemeriksaan histoogi terhadap janin,
plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.
Kasus

Pada kasus, pasien masih berusia 15 tahun dimana


usia sangat mempengaruhi kematangan organ-
organ reproduksi. Lalu pasien juga termasuk primi
nulipara dimana pasien belum pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup. Indeks massa tubuh pasien
dikatakan normal tetapi selama kehamilan pasien
tidak nafsu makan dan jarang mengkonsumsi
makanan bergizi sehingga asupan nutrisi untuk
janin tidak tercukupi.
3. Apakah penyebab terjadinya kematian bayi pada pasien ini?

Teori Kasus

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dari anamnesis pasien mengaku tidak pernah


memeriksakan kehamilannya di Bidan ataupun
Kunjungan Antenatal Care :
RS sehingga pasien tidak tahu perkembangan
Umur yang terjadi pada janinnya, alasan yang
Tingkat Pendidikan memungkinkan pasien tidak pernah
Paritas memeriksakan kehamilannya karena ada
beberapa factor yang pertama usia pasien masih
Pengetahuan muda (15 tahun) dimana pada umur ini Organ-
Psikologis organ reproduksi dan emosi belum cukup matang
Social ekonomi pada usia maternal <20 tahun sehingga
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan
dan persalinan dikarenakan pada usia tersebut
ibu belum siap untuk hamil.
Kedua, pengetahuan yang kurang pada pasien
sehingga motivasi untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan tidak diaplikasikan dan pasien sendiri
masih bersekolah dibangku SMP.

Ketiga, perubahan yag dialami pasien dari


seorang gadis menjadi seorang ibu memunculkan
kecemasan yang cukup berat karena
ketidaksiapan menghadapi kehamilan dan rasa
bersalah yang dihadapi karena melawan norma-
norma yang ada.

Keempat, karena pasien masih bersekolah


sehingga kehidupannya masih bergantung
dengan orang tuanya sehingga tidak adanya
biaya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
dan mencukupi kebutuhan nutrisi bagi ibu dan
janin,
DAFTAR PUSTAKA

1. Antonius, B. (2016). Gambaran Kasus Intrauterine Fetal Death (IUFD) di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2015. Samarinda: Universitas Mulawarman. (Skripsi).
2. Badan Pusat Statistik. (2016). Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. (hal. 185).
3. Chaitra, S., Malapure, P., Sandeep, Kumar, A., & Ramaiah, R. (2018). Intrauterine Fetal Death: A Study in Tertiary Care Center.
ARC Journal of Gynecology and Obstetrics, 3(1), 7-10.
4. Choudhary, A., & Gupta, V. (2014). Epidemiology of Intrauterine Fetal Deaths: A study in Tertiary Referral Centre In
Uttarakhand. Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR- JDMS), 13(3), 3-6.
5. Cuningham, Gary F. Obstetri William. Edisi 23. EGC. 2012.p846-870
6. Cunningham F, Leveno K, Bloom S et al. Williams Obstetrics, 25E. New York, N.Y.: McGraw Hill Medical; 2018.
7. Divya, B., Aswini, N. U., & Asha, S. O. V. (2015). A Study of Intrauterine Fetal Death in Tertiary Care Hospital. Internasional
Journal of Reproduction, Contraceptios, Obstetrics and Gynecology, 4(6), 2028-2031.
8. Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
9. Gerungan, E. N., Pascoal, M., & Lontaan, A. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Intrauterine Fetal
Death (IUFD). Jurnal Ilmiah Bidan, 4(1), 9-13. \
10. Hoyert, D. L. & Elizabeth, C. W. G. (2016). Cause of Fetal Death: Data From the Fetal Death Report, 2014. National Vital
Statistics Reports, 65(7), 1-25.
1. Kanavi, J. V., Sobha, G., & Kavita, G. (2017). Incidence And Risk Factors For Intrauterine Foetal Demise: A Retrospective
Study In A Tertiary Care Centre In India. International Journal of Pregnancy & Child Birth, 2(2), 33-36.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2014/04/pedoman-anc- terpadu.pdf
3. Luqyana SD, Rodiani, Prabowo AY. Intrauterine Fetal Death : Usia Maternal sebagai Salah Satu Faktor Risiko. 2017.
4. Mardania, Nursaci. Gambaran Faktor Risiko Intrauterine Fetal Death (IUFD). Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan. Vol 4,
No.2. 2019.
5. Mattingley, P. Evaluation of Fetal Death: Definition of Fetal Death, Frequency of Fetal Death, Diagnosis of Fetal Death.
Medscape. 2016;1-12.
6. Safarzadeh, A., Ghaedniajahromi, M., Ghaedniajahromi, M., Rigi, F., & Massori, N. (2014). Intra Uterine Fetal Death and
Some Related Factors: A Silent Tragedy in Southeastern Iran. Journal of Pain & Relief, 3(1), 1-3.
7. Syamsiah N, Pustikasari A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2014; 6(1):15-8.

Anda mungkin juga menyukai