Anda di halaman 1dari 38

Farmakoterapi

CVA + HT Stage II

Yolenta Nataline 2448717092


Yulia Riani Letelay 2448717093
Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Sheps, 2005).
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah (>180/110 mmHg) yang tidak
mengancam jiwa tetapi dapat menimbulkan gejala (misal: sakit kepala) atau
kerusakan sedang pada organ.
Hipertensi emergensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
yang sangat tinggi (>220/140 mmHg) dan disertai dengan kerusakan dan disfungsi
organ (misal: gagal jantung, akut edema paru, infark miokard akut, aneurisma,
gagal ginjal akut, perubahan neurologis mayor, infark serebral, stroke hemoragik.
Klasifikasi Hipertensi (JNC 7; Heart Foundation,
2016).
Etiologi
Hipertens
i

Primer Sekunder
Penyebab HT sekunder (DepKes RI, 2006)
Patofisiologi
Tatalaksana Terapi
NON FARMAKOLOGIS
• Penurunan berat badan
• Mengurangi asupan garam
• Olah raga
• Mengurangi konsumsi alcohol
• Berhenti merokok

(PERKI, 2015)
(PERKI, 2015)
Terapi HT
pada Stroke
Komplikasi hipertensi (Dosh, 2001)
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak
endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi
dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah
faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke,
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark
miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi.
Definisi
• Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di sebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi (Setypranoto, 2011).

• Stroke adalah suatu tanda klinis yang ditandai defisit neurologi fokal atau global
yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24 jam
yang dapat menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh gangguan pembuluh
darah (Truelsen, Begg and Mathers, 2000). Secara umum, stroke digunakan
sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) (Adams and Victor, 2005)
Etiologi

Penyebab stroke pada dasarnya ada 3 hal (Nuartha, 2008):


• Gangguan pembuluh darah (usia lanjut, hipertensi, thrombus,
atherosclerosis, infeksi, Diabetes Melitus)
• Gangguan susunan darah (polycitemiavera, kadar fibrinogen
tinggi , jumlah sel trombosit tinggi, anemia)
• Gangguan aliran darah ke otak (Penurunan aliran darah ke
otak, peningkatan viskositas darah)
Klasifikasi Stroke (Truelsen, Begg and Mathers, 2000;
Nuartha, 2008, Adams and Victor, 2005)

Stroke

Non
Hemoragik
Hemoragik

Intraserebral Subarakhnoidal
Penyebab Manifestasi Subdural
Klinik (PIS) (PSA)

Reversible
Trombotik Emboli Transient Ischemic
Progressive Completed
Ischemic Neurological
Attack (TIA) Stroke Stroke
Deficit
(RIND)
Patofisiologi
Faktor Resiko
Dapat Dihindari Tidak Dapat Dihindari
Hipertensi (mayoritas) Umur
Merokok Jenis kelamin
Diabetes Herediter
Pnykt jantung/ pemb darah Ras
Atrial fibrillation Geografi
Sindrom metabolik Iklim
Salah pola makan
Inaktivitas fisik
Alkoholisme
TIA
Kurang olah raga
Dislipidemia
Manifestasi Klinis (Setyopranoto, 2011)
Rekomendasi Farmakoterapi pada Stroke
KASUS
LAPORAN KASUS
Inisial Pasien : Tn. M Berat Badan: - Ginjal: -
Umur : 61 tahun Tinggi Badan: - Hepar: - 

Keluhan utama : Tidak bisa bicara dan lemah setengah


badan
Diagnosis : CVA Trombus dan HT Stage II
Riwayat Penyakit : Hipertensi
Riwayat Pengobatan
Obat Dosis Indikasi
- - -

Alergi -
Kepatuhan - Obat-obatan
tradisional
Merokok - OTC
Alkohol - Lain-lain
SUBJECT
Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi
01/04/10 Pasien Tn. M. 61 tahun MRS tanggal 1 April 2010, 1 hari SMRS pasien mengeluh lemah setengah badan kanan disertai
tidak bisa bicara secara mendadak saat bangun tidur pukul 15.00 WIB. Saat MRS pasien masih sadar dan bisa bicara
tetapi agak lambat. Pasien mengeluh sakit kepala, muntah 1 kali, ngompol, ngebrok, pelo, metot, cegukan dan sedikit
sesak. Pasien baru pertama kali mengalami serangan tersebut.
Pada saat MRS pasien diberi terapi O 2, NS 0,9%, inj. Pirasetam, inj. Ranitidin, Inj. Antrain, Neurodek, Antasida syr dan
Klorpromazin.

02/04/10 • Pasien sudah tidak merasa sesak sehingga terapi O 2 dihentikan.


• Pemberian inj. Antrain dihentikan diganti dengan inj. Ketorolak karena nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien
semakin hebat.
• Pasien diberi tambahan terapi Simvastatin karena pasien mengalami hiperlipidemia dan terapi lainnya tetap.
03/04/10 • Terapi inj. Ketorolak diganti dengan inj. Antrain karena ketorolak mempunyai efek samping menyebabkan hipertensi,
hal ini akan memperparah kondisi pasien.
• Pemberian Antasida syr dihentikan karena pasien sudah tidak maag
• Diberi tambahan Laksadin syr untuk menghindari pasien mengejan saat BAB dan Aspilet
• Terapi lainnya tetap

04/04/10 • Terapi yang diberikan tetap

05/04/10 • Karena pasien sulit BAB maka diberikan terapi Dulcolax supp.
• Karena pasien sudah tidak cegukan lagi maka pemberian terapi Klorpromazin dihentikan dan terapi lainnya tetap.

06/04/10 • Pemberian Inj. Pirasetam dihentikan


• Diberikan tambahan terapi Allupurinol dan terapi lainnya tetap.
Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi
07/04/10 • Karena nyeri seluruh badan yang dirasakan oleh pasien sudah berkurang maka pemberan inj. Antrain dihentikan.
• Karena pasien sudah bisa BAB maka pemberian terapi Dulcolax supp. dihentikan.
• Diberikan tambahan terapi Neurotam sebagai neuroprotektan.
• Terapi lainnya tetap.
• Karena kondisi pasien sudah tidak lemah maka pemberian terapi NS 0,9% dihentikan.
08/04/10 • Karena pasien sudah tidak mengalami mual dan muntah maka pemberian terapi inj. Ranitidin dihentikan.
• Terapi lainnya tetap.

09/04/10 • Terapi yang diberikan tetap dan kondisi pasien mulai membaik.

10/04/10 • Tadi malam pasien batuk dan ada riaknya sehingga diberi tambahan terapi DMP syr.

11/04/10 • Terapi yang diberikan tetap.

• Frekuensi pemberian terapi Allupurinol diturunkan menjadi 1 dd 1 sebagai maintenance dose untuk mengontrol
12/04/10 serangan gout.
• Terapi lainnya tetap.

13/04/10 • Hari ini pasien KRS karena kondisi pasien sudah membaik. Terapi yang diberikan tetap.
OBJECT
Tanggal
DATA KLINIK Nilai Normal
1 3 5 6 7 8 9 10 12 13
Tekanan darah 120/80 mmHg 150/90 130/80 130/80 150/90 160/100 150/90 140/90 140/90 140/90 140/90

Nadi 80 x/menit 80 84 86 80 88 84 80 84 72 72

RR 20 x/menit 22 20 20 18 18 20 18 20 16 16

Suhu 37,0 ±0,5 ◦C 36 37 36,5 36.6 36,7 36,2 36,2 36 36,5 36,5

Kondisi umum   lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah -

Sakit kepala   +++ ++ + - ++ - - - - -

Mual   ++ ++ - - - -        

Muntah   ++ ++ - - - -        

Sesak   + - - - - - - - - -

Batuk + Riak   - - - - - - - ++ ++ ++

Tidak bisa BAB   - - + + - - - - - -


Data Laboratorium Nilai Normal 01/04/10 05/04/10 12/04/10

Hemoglobin 11-16 g/dL 13,3 11,0 12,5


Hematokrit 35-45% 40,8 31,5 37,1
Leukosit 4000-10000 /uL 3600 3000 4400
Trombosit 150000-450000 /uL 156000 148000 303000
Ureum 10-24 mg/dL 29,9  
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dL 1,01  
GDS < 200 mg/dL 109    
GDP < 126 mg/dL   77  
GD2PP < 200 mg/dL   150  
SGOT 0-38 U/L   54  
SGPT 0-41 U/L   29  
Asam Urat 2-6 mg/dL   6,6  
Albumin 3,5-5 mg/dL   3,48 4,49
Natrium 135-145 mmol/L 127 137 136
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 4,66 4,66 4,27
Klorida 98-106 mmol/L 101 115 108
LED <20 mm/jam   16 32
Komentar
Dari tanda-tanda pasien saat MRS yang dapat dilihat seperti
lemah1/2 badan, tidak bisa bicara, tidak bisa bicara, pelo, merot
menunjukkan px mengalami stroke hal ini juga dilihat dari
pemeriksaan data klinis yaitu TD >150/90 dan Kadar ureum
diatas normal. Namun, untuk penegakkan jenis stroke yang
diderita px sebaiknya perlu pemeriksaan penunjang seperti CT
Scan/MRI, dan pemeriksaan darah lainnya (seperti LDL, TC,
TG).
ASSESMENT
Tgl Uraian data Klinis Terapi Frek DRP Komentar
dan Lab
1/4 • Px MRS 02 nc • Tidak diberikan • ASA perlu diberikan pada keadaan
/10 • Lemah ½ badan NS (20tpm) terapi Aspirin. stroke akut dengan onset <48 jam
• Tidak ada (Dosis aspirin untuk stroke akut 165-
• Tidak bisa Pirasetam iv 4dd1
terapi 325mg/hari) (AHA/ASA, 2011)
bicara (3g/15ml) antihipertensi • Diberikan antihipertensi untuk pasien
• Sakit kepala (+ Ranitidin iv 2dd1 untuk pasien stroke adalah golongan ACEI +
++) (50mg/2ml) Diuretik (AHA/ASA, 2011)
• Mual muntah Antrain iv (1g/2ml) 3dd1 • Cukup dengan pemberian ranitidin
(++) Neurodex po 2dd1 untuk stress ulcer pada px stroke
• Sesak (+) Antaside syr po 3dd1C • Pemberian NS sudah sesuai. Cairan NS
merupakan cairan isotonis yang
• TD ↑(150/90) (10mg/5ml) bertujuan mempertahankan tekanan
• Ureum ↑ Klorpromazin po 3dd1 vena (5-12mmHG) selain itu untuk ↑
• % Na (25mg) Kadar Na px yang rendah.
• Untuk cegah perdarahan lambung pada
menurun stroke, sitoprotektor atau H2Ra
antagonis perlu diberikan.
• Pirasetam digunakan sebagai
neuroproteksi jika didapatkan
afasia/sulit bicara (setyopranoto, 2011)
• Klorpromazin diindikasikan untuk
mual dan muntah
Tgl Uraian data Terapi Frek DRP Komentar
Klinis dan Lab
2/4/ • Sesak (-) NS (20tpm) • Tidak ada • Sebelum pemberian terapi
10 • Sakit kepala Pirasetam iv (3g/15ml) 4dd1 pemeriksaan darah simvastatin perlu dilengkapi
(Total Kolesterol, dengan pemeriksaan darah pasien.
(++++) Ranitidin iv (50mg/2ml) 2dd1
LDL, HDL, dan Simvastatin diberi karena ada
Neurodex po 2dd1 trigliserida) efek pleiotropik untuk mencegah
Antaside syr po 3dd1C stoke ulangan.
(10mg/5ml) • Pada tanggal 2/4/10 tidak
Klorpromazin po 3dd1 menunjukkan data klinis px
(25mg) 3dd1 sehingga pada ketorolak diberi
Ketorolak iv (10mg/ml) 0-0-1 berdasarkan kondisi yang dialami
px. Namun, efek samping
Simvastatin po (10mg) ketorolak menyebabkan iritasi
lambung dan dapat meningkatkan
resiko serangan stroke berulang
pada penggunaan jangka panjang.
Tgl Uraian data Klinis Terapi Frek DRP Komentar
dan Lab
3/4/ • Sesak (-) NS (16tpm) • Aspilet digunakan sebagai
10 • Lemah Pirasetam iv (3g/15ml) 4dd1 pengencer darah dan pasca
penyembuhan stroke
• Sakit kepala (++) Ranitidin iv (50mg/2ml) 2dd1
• Laksadin mengatasi px susah
• Mual (++) Neurodex po 2dd1 buang air besar.
• Muntah (++) Klorpromazin po (25mg) 3dd1
Simvastatin po (10mg) 0-0-1
Antrain iv (1g/2ml) 3dd1
Aspilet po (160mg) 1dd1
Laksadin syr 3dd1c
Tgl Uraian data Terapi Frek DRP Komentar
Klinis dan
Lab
5/4/ • Sakit NS (10tpm) • Pemberian obat dengan • Sebaiknya pada tanggal tersebut tidak
10 kepala (+) Pirasetam iv (3g/15ml) 4dd1 efek yang sama diberi dulcolax melainkan dosis laksadin
• Mual, Ranitidin iv (50mg/2ml) 2dd1 (Laksadyn dan ditingkatkan karena dapat menyebabkan
muntah (-) Neurodex po 2dd1 Dulcolax) polifarmasi dan tidak tercapainya efikasi
• Tidak BAB Simvastatin po (10mg) 0-0-1 obat yang diberikan
(+) Antrain iv (1g/2ml) 3dd1 • Penggunaan aspirin dapat meningkatkan
• SGOT ↑ Aspilet po (160mg) 1dd1 asam urat
• Asam urat Laksadin syr 3dd1c • Peningkatan SGOT dapat meningkat
↑ Dulcolax supp 10mg 0-0-1 disebabkan konsumsi obat vitamin,
• Cl ↑ antihipertensi dan antibiotik
• Leukosit • ES antrain jangka panjang adalah
menurun agranulositosis

6/4/ • Lemah NS 16tpm • Pemberian dosis • ALupurinol diindikasikan untuk asam


10 • Sakit Ranitidin iv (50mg/2ml) 2dd1 awal alupurinol urat pasien yang meningkat pada tanggal
kepala (-) Neurodex po 2dd1 tinggi tersebut. Dosis alupurinol untuk pasien
• Tidak BAB Simvastatin po (10mg) 0-0-1 awal diberikan 100mg/hari dan dititrasi
(+) Antrain iv (1g/2ml) 3dd1 sesuai kebutuhan (Johnstone, 2005).
• Serum Aspilet po (160mg) 1dd1
Kreatinin Laksadin syr 3dd1c
normal Dulcolax Supp 0-0-1
• TD Allupurinol po (100mg) 2dd1
(150/90)
Tgl Uraian data Klinis Terapi Frek DRP Rekomendasi/Saran
dan Lab
7/4/1 • Tidak BAB (-) NS 16tpm Penggunaan
0 • TD (160/100) Ranitidin iv (50mg/2ml) 2dd1 laksadin
Neurodex po 2dd1 dihenikan karena
Simvastatin po (10mg) 0-0-1 BAB sudah
Aspilet po (160mg) 1dd1 normal
Laksadin syr 3dd1c
Allupurinol po (100mg) 2dd1
Neurotam po (1,2mg) 3dd1

8/4/1 • Tidak BAB (-) Neurodex po 2dd1 • Tidak ada • Respon terhadap alupurinol dapat
0 • TD 150/90 Simvastatin po (10mg) 0-0-1 pemeriksaan dilihat sebagai penurunan kadar urat
Aspilet po (160mg) 1dd1 kadar asam dalam serum pada 2 hari setelah terapi
Laksadin syr 3dd1c urat dimulai. Alupurinol dapat
Allupurinol po (100mg) 2dd1 • Aspilet memperpanjang durasi serangan akut.
Neurotam po (1,2mg) 3dd1 dihentikan • Penghentian terapi aspilet dikarenakan
pengobatanny penggunaan aspilet dapat mengiritasi
a lambung dimana px tidak
menggunakan obat maag,.
Tgl Uraian data Klinis dan Terapi Frek DRP Komentar
Lab
10/4/ • Batuk+riak (++) Neurodex po 2dd1 • Terapi DMP kurang tepat • Terapi batuk+riak
10 Simvastatin po (10mg) 0-0-1 diberikan karena bekerja diberikan obat batuk
Aspilet po (160mg) 1dd1 sebagai antitusif yang bekerja sebagai
Laksadin syr 3dd1c (penekan dahak) ekspektoran
Allupurinol po (100mg) 2dd1 (pengencer dahak).
Neurotam po (1,2mg) 3dd1
DMP Syr po 10mg/5ml 3dd1c
Saran Farmakologi dan Non Farmakologi
• Perlu penambahan terapi antihipertensi karena Tekanan darah
pasien yang tidak stabil, selain itu untuk maintenance terapi
hipertensi px.
• Perlu pemeriksaan CT Scan/MRI, cek darah (total kolesterol,
LDL, HDL, trigliserida) dan pemeriksaan kadar asam urat.
• Pemantauan kadar gula darah dan fungsi ginjal
• Olahraga ringan (jalan pagi), konsumsi makanan rendah lemak,
rendah garam.
Pustaka
• Adams and Victor, 2005. Cerebrovascular Diseases. In: Adams and Victor, eds. Principles of Neurology. USA: McGraw-Hill,
660-746.
• AHA/ASA Guideline, 2011, Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke or Transient Ischemic Attack, A
Guideline for Healthcare Proffesionals From the American Heart Association/American Stroke Association.
• Dosh, S.A. 2001, The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract, 50:707-712.
• Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmacutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
• Heart Foundation, 2016, Guideline for the Diagnosis and Management of Hypertension in Adults.
• Johnstone, A. 2005, Gout Farmakologi, Terjemahan Diana Larawati, 2008.
• JNC 7, 2003, Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment Of High Blood Pressure.
• Nuartha, 2008. Penanganan Terkini Stroke. Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular, Edisi Pertama, Jakarta.
• Setyopranoto, I. 2011, Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan, Continuing Medical Education 185, 38 (4): 247-250.
• Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari Mediatama.
• Truelsen, T., Begg, S., Mathers, C. 2000. The Global Burden of Cerebrovascular Disease.

Anda mungkin juga menyukai