Anda di halaman 1dari 80

PERANCANGAN DAN ANALISA KONTRAK

Disampaikan di Pontianak, 22 Oktober 2022 dalam Kegiatan


PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT
1 PERADI – PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM UNTAN

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


2 Definisi Kontrak

 Blacks Law Dictionary:


1. Persetujuan
 An agreement between two or more
2. Dua orang/lebih
person which creates an obligation to
3. Timbul kewajiban
do or not to do particular thing.

 Pasal 1313 KUH Perdata:


 Perjanjian adalah suatu perbuatan 1. Perbuatan Hukum
dengan mana satu pihak atau lebih 2. Perikatan
mengikatkan dirinya terhadap satu 3. Dua Orang Atau Lebih
orang atau lebih.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


3 MERANCANG DAN MENGANALISA
KONTRAK
P
E 1. PENDAHULUAN Kepentingan
N K Hukum
Y O Para
pihak
U N
S T 2. BAGIAN ISI Guna
U R
mencapai
N A tujuan
A K 3. BAGIAN PENUTUP kesepakatan
N
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
4
Merancang kontrak “tertulis”
MENGAPA TERTULIS?
Menimbulkan dan/atau
Promissory Agreement menghilangkan
Hubungan Hukum.

1. Untuk menegaskan bahwa suatu kontrak “enforceable at law”


2. Untuk menghilangkan ketidakpastian
3. Untuk mengurangi resiko

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Perancangan (contract drafting)
 kegiatan melakukan persiapan pembuatan,
penyusunan kontrak yang dimulai dari
pengumpulan bahan-bahan hukum, penafsiran
dan menuangkan keinginan para pihak dalam
kontrak
Analisa Kontrak
 Dalam penyusunan suatu kontrak, sebelum kontrak ditandatangani untuk
disetujui oleh para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian,
ada suatu langkah yang mesti dilakukan, yaitu menganalisa kontrak.
 Analisa atau penelaahan yaitu kajian, interpretasi, penafsiran terhadap
suatu rancangan dengan melakukan pembedahan rancangan kontrak
dengan melihat :
 apakah terpenuhinya syarat-syarat sahnya kontrak,
 penerapan asas-asas hukum,
 ketentuan perundang-undangan yang terkait,
 keinginan dan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan
perjanjian dalam kontrak.
7 LANGKAH MERANCANG DALAM KONTRAK

A. Ketahuilah apa yang di kehendaki oleh klien :


1. Apa keinginan klien?
2. Bentuk transaksi terkait?
3. Ada tidaknya istilah-istilah teknis, kebiasaan perdagangan
setempat atau kebiasaan yang berlaku terhadap transaksi?
4. Ada tidaknya hubungan bisnis sebelumnya di antara para pihak?
5. Bagaimana dengan status negoisasi?
6. Ada tidaknya kewajiban konraktual lainnya?

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


8 Langkah Merancang Dalam Kontrak
B. Kumpulkan dokumen-dokumen yang relevan
1. Dokumen kontrak yang ada
2. Surat menyurat di antara para pihak
3. Catatan bisnis

C. Penelitian hukum (Legal Research)


1. Hukum apa yang akan diberlakukan terhadap transaksi?
2. Ada tidaknya persyaratan untuk sahnya suatu perjanjian atau dokumen?
3. Ada tidaknya bentuk yang dipersyaratkan terhadap suatu dokumen?

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


9 Langkah Merancang Dalam Kontrak

D. Organisir kewajiban
1. Suatu rancangan kewajiban-kewajiban
2. Pengujian rancangan
 Apakah semua kewajiban sudah di masukkan?
 Apakah kewajban tersebut mencakup pula kemungkinan-kemungkinan lainnya
 Apakah para pihak dapat melaksanakan kewajiban?
 Apakah muatan kontrak “efesien”
E. Siapkan rancangan – Selalu Revisi
F. Review rancangan dengan klien

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


10 LANGKAH DALAM MERANCANG KONTRAK

III. Struktur Kontrak dan kewajiban-kewajiban.


A. Rancangan bertujuan agar sesuatu hal yang sulit terlihat sederhana
untuk dipahami

B. Teknik perancangan
1. Dalam satu paragraf – satu idea, satu kalimat
2. Perhatikan kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran: hati-hati dengan
kata “dan/atau”.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


11 PERANCANGAN KONTRAK

A. Persiapan
B. Bahasa kontrak
C. Para pihak dan pelaksanaan kontrak
D. Dokumen kontrak, hierarki kontrak dan penafsiran
E. Pemberitahuan
F. Definisi

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


JANGAN ANGGAP ENTENG TEORI KONTRAK
Kontrak/Perjanjian:

 Persetujuan (agreement);
 Janji (promise);
 Penyelarasan hak dan kewajiban (bargain).

Komar Kantaatmadja, Kapita Selekta Perdagangan Internasional, Bina Yustitia,


MARI, Jakarta, 1994, hlm. 185-1 86
14 Unsur Kontrak
 Ada pihak-pihak.
 subyek perjanjian sedikitnya terdiri dari dua orang atau badan hukum dan harus mempunyai wewenang
melakukan perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang.
 Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap dan bukan suatu perundingan.
 Ada tujuan yang akan dicapai.
 Tujuan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan Undang-undang.
 Ada prestasi yang akan dilaksanakan.
 prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak sesuai dengan syarat-syarat
perjanjian.
 Ada bentuk tertentu.
 perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian
mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


16/03/2019

15 Wajib diingat!
 Golden Rules Kontrak
1. Prinsip kebebasan berkontrak
 Syarat Syah Kontrak (pasal 1338:1 jo. Pasal 1337)
1. Adanya kesepakatan 2. Prinsip kesepakatan berkontrak
kedua belah pihak, (konsensuil; pasal 1458)
2. Kecakapan untuk 3. Prinsip Itikad baik (Pasal
melakukan perbuatan 1338:3)
hukum,
4. Prinsip Keseimbangan (prestasi)
3. Adanya obyek,
5. Prinsip Kekuatan Mengikat
4. Adanya kausa yang halal Sebagai UU (Pasal 1338:1)

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


16 AKIBAT PERJANJIAN yang SAH
(Pasal 1338 KUH Perdata)

1. Mengikat sebagai UU
2. Tidak dapat ditarik kembali oleh salah satu pihak
3. Harus dilaksanakan dengan itikad baik
4. Tidak hanya mengikat hal-hal yang secara tegas dinyatakan tetapi juga yang
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan UU
5. Hanya berlaku antara pihak yang membuatnya
6. Hak-hak yang diperoleh pihak ketiga dengan itikad baik dilindungi oleh
hukum

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


17 TIDAK MEMENUHI PASAL 1320

1. Dapat dibatalkan
2. Batal demi hukum
3. kontrak tidak dapat dilaksanakan
4. Sanksi administratif

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


1. Pembatalan[1. Subyektif]
18
Pasal 1320 KUH Perdata

Perjanjian dapat dibatalkan


a. Kesepakatan para pihak
 Sepakat atau setuju adanya persesuaian kehendak menghendaki

1. Akibat Hukum
sesuatu yang sama secara timbal balik.
 Tidak ada paksaan, penipuan atau kekeliruan atau kekhilafan (Pasal
1321 BW).

b. Kecakapan membuat perjanjian


 Kecakapan mencakup :
1) Orang yang telah dewasa
2) Tidak di bawah curatele;
3) Tidak di larang oleh UU (Pasal 1330).
 Cakap Hukum (bekwaamheid)
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
 Wenang Hukum (bevoegheid)
PENYALAHGUNAAN KEADAAN /MISBRUIK
VAN OMSTANDIGHEDEN / UNDUE
INFLUENCE
 Putusan PT (Pengadilan Tinggi/ Tingkat Banding) Nomor
143/PDT/2016/PT.DKI, dan Putusan MA (Mahkamah Agung/ Tingkat Kasasi)
Nomor 1395 K/Pdt/2017
 Putusan Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor: 91/PDT.G/PN.PMS
 Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No. 40PdtlG/1999PN Yk jo Putusan.
Pengadilan Tinggi Yogyakarta No. 11/Pdt/2000/PTY
20 2. Batal Demi Hukum [2. Obyektif]

Perjanjian Batal Demi Hukum


c. Hal (obyek) tertentu
 Pengertian obyek yang halal mencakupi :

2. Akibat Hukum
1) Barang yang dapat diperdagangkan dan jenisnya dapat
ditentukan
2) Jumlah dapat di tentukan kemudian
3) Baik yang sudah ada atau pun belum ada (pasal 1332 -1334).

d. Causa (sebab) yang halal


 Berarti bahwa tujuan [isi perjanjian] dari perjanjian tidak
bertentangan dengan : (pasal 1335 – 1337 KUH Perdata)
Tidak bertentangan : UU; Kesusilaan; Ketertiban umum.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
21 3. Kontrak tidak dapat dilaksanakan

 Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan,
melainkan masih mempunyai status hukum tertentu.
 Contohnya:
 yang seharusnya dibuat secara tertulis, tetapi dibuat secara lisan, kemudian
kontrak tersebut ditulis oleh para pihak.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


22 4. Sanksi administratif

 Bila persyaratan tidak dipenuhi, maka hanya mengakibatkan sanksi


administratif saja terhadap salah satu pihak atau kedua pihak dalam
kontak tersebut.
Misalnya:
 suatu kontrak memerlukan izin atau pelaporan terhadap instansi tertentu,
seperti izin atau pelaporan kepada OJK untuk suatu kontrak merger,
konsolidasi dan akuisisi Bank.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


23 PERMINTAAN PEMBATALAN

Sebab Jangka 5 tahun sejak


 Belum dewasa  Hari kedewasaan
 Pengampuan/curatele  Pencabutan
 Paksaan  Paksaan berhenti
 kekhilafan/penipuan  Sejak diketahui
 Perempuan tandatangani kontrak  hari pembubaran perkawinan [SEMA
tanpa persetujuan suami 3/1963 Tidak berlaku lagi]
[Pasal 1454 KUH Perdata]

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


24 Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata

 “Syarat batal dianggap selalu di cantumkan dalam persetujuan-persetujuan


yang bertimbal-balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya.
 Dalam hal yang demikian, persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus dimintakan kepada hakim ….” (Pasal 1266 KUH
Perdata).
 “Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia,
jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk
memenuhi persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan,
disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga.” (Pasal 1267 KUH
Perdata).
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
25
Klausul Penanggalan Pasal 1266-1267 KUH
Perdata

“The parties hereby waive the application of Articles 1266 and


1267 of the Indonesian Civil Code to the extent judicial
approval I required for any termination or expiration of this
Agreement.”
 PRINSIP HUKUM
“Orang tidak boleh menjadi hakim sendiri.”

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


26

Disebut dalam
Pihak kontrak komparisi

Ahli waris dan


Pihak Penerima hak lebih
lanjut

Pihak terkait
Pihak III dgn
pernyataan
penerimaan (1340)

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


27 PRESTASI DALAM KONTRAK

a. Melakukan sesuatu
b. Memberi sesuatu
c. Tidak melakukan sesuatu

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


MATERI KONTRAK
28
1. Isi perjanjian
2. Hal-hal yg menurut sifat perjanjian diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan yang selamanya diperjanjikan
(dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam
perjanjian)
3. Hak-hak atau kewajiban-kewajiban yg sudah lazim
diperjanjikan dalam suatu perjanjian, meskipun pada
suatu waktu tdk dimasukkan dalam surat perjanjian,
harus juga dianggap tercantum dlm perjanjian [Psl
1247 KUHPdt] Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
29 PRINSIP KEBEBASAN BERKONTRAK

1. Para pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja, asal tidak
melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.
2. Para pihak pada umumnya juga dibolehkan untuk
menyampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam
KUH Perdata [Buku III]
 Buku III hanya disediakan dalam hal para pihak tidak
membuat aturan sendiri. Dengan kata lain: Buku III hanya
merupakan “hukum pelengkap” [aanvulled recht”], bukan
hukum keras atau memaksa.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


PRINSIP ITIKAD BAIK
30
 “Perjanjian harus dilaksanakan dgn itikad baik”.(Ps 1338 (3) KUHPdt)
 “[contracts] must be performed in good faith.” (Article 1134 the
French Code).
 “… Ambiguous provisions are to be interpreted in accordance with the
usage of the region in which the contract is concluded.” (Article 1150
the French Code).
 “Contract shall be interpreted according to the requirements of god
faith, ordinary usage being taken into consideration.” (Article 157 the
German Code).
 “Every contracts or duty within this Act imposible on obligation of
good faith in its performance or enforcement” (Section 1 203 UCC)
 “A contract to be construed in terms of the merchant’s course of
performance and general usage of trade unless the contract providers
otherwise.” (Section 208 UCC)
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
31 WANPRESTASI (INGKAR JANJI)
 KEADAAN DEBITUR TIDAK MAMPU MELAKUKAN PRESTASI KARENA
KESALAHANNYA
 WUJUD:
1. Tidak memenuhi kewajiban sama sekali
2. Memenuhi kewajiban secara tidak sempurna
3. Memenuhi kewajiban secara keliru atau tidak baik
 WAKTU:
1. Ditetapkan dalam perjanjian
2. Ditetapkan melalui pengadilan (somasi)
 AKIBAT HUKUM.
1. Menghentikan perjanjian
2. Meneruskan perjanjian
3. Menghentikan perjanjianDr.
dengan ganti rugi
Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
4. Meneruskan perjanjian dengan ganti rugi
32 GANTI RUGI MATERIIL

 Ganti kerugian materiil berdasarkan pasal 1365 BW:


a) Kerugian yang diderita (geleden verlies)
b) Kehilangan keuntungan (gederfe winst)

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


33 SOMASI

 Perintah tegas dari kreditur kepada debitur kapan selambat-


lambatnya debitur harus melakukan kewajibannya.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


34 OVERMACHT (FORCE MAJEUR)

 Kedudukan yang tidak dapat diduga yang mengakibatkan


salah satu pihak terhalang (tidak mampu) melakukan
prestasi di luar kesalahannya.

AKIBAT OVERMACHT
• TIDAK DAPAT MENUNTUT PEMENUHAN PRESTASI
• TIDAK DAPAT MENUNTUT GANTI RUGI
• TIDAK DAPAT MENUNTUT PEMBATALAN PADA
PERJANJIAN TIMBAL BALIK
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
35 RISIKO AKIBAT TINDAKAN MONETER
PEMERINTAH [P.T. Bandung 29 Juni 1970 No 472/ 1969/ Perd/PTB].
 “Risiko akibat tindakan Pemerintah di bidang moneter
yang dapat menimbulkan kerugian kepada kedua
belah pihak dalam rangka pelaksanaan perjanjian jual
beli, harus di bagi sama rata antara penjual dan
pembeli
 “Selisih antara harga barang setelah tindakan moneter
Pemerintah dengan harga sebelum tindakan moneter
Pemerintah itupun harus dibagi dua sama antara
penjual dan pembeli.”

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


36 AMANDEMEN KONTRAK
 PERUBAHAN PARA PIHAK
 PERUBAHAN ISI KONTRAK
Misal:
1. Any amendment and/ or addition and/ or supplement to this
Agreement shall be made in writing and signed by the Parties.
2. Such amendment and/ or addition and/ or supplement to this
Agreement shall constitute an integral and inseparable part
of this Agreement
 INSTRUMEN AMANDEMEN
1. Lampiran tambahan pada kontrak.
2. Kontrak tambahan yang menjadi bagian dari kontrak utama.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
3. Mengganti seluruh naskah kontrak.
37

BEA METERAI
UU No. 10 Tahun 2020
RP 10.000,-

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


38 BEA METERAI

 DOKUMEN YANG DIBUAT SEBAGAI ALAT UNTUK


MENERANGKAN MENGENAI SUATU KEJADIAN YANG
BERSIFAT PERDATA
 SAAT DIBUBUHI TTD: Perjanjian, akta notaris
 SELESAI DIBUAT : Surat berharga
 DISERAHKAN KPD PIHAK YG PERLU

 DOKUMEN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT BUKTI DI


PENGADILAN
surat keterangan, pernyataan,dok lelang, kuitansi

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


39 STATUS BEA MATERAI [2]
 Suatu kontrak yang tidak dikenakan bea materai, maka
dokumen kontrak tersebut tidak dapat diterima sebagai alat
bukti apabila para pihak berperkara mengenai perikatan yang
telah dibuatnya.
“Surat bukti yang tidak diberi materai tidak merupakan alat
bukti yang sah.” [PN Tasikmalaya 28 Juli 1969, No 21/ 1969/
Perd. Tsm, PT Bandung 23 April 1970 No 531/ 1969/ Perd/
PTB, MA 13 Maret 1971, No 598 K/Sip/1970].

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


40 STATUS BEA MATERAI [3]
 Berdasarkan Peraturan Jawatan V dari Kantor Pos
Kabupaten Ciamis, ps. 107 Pemeteraian tanda yang dibuat
dalam masa tanggal 8-3-1942 sampai tgl. 1-7-1948 yaitu
tanda yang dikenal dalam masa pendudukan Jepang yang
disertai dengan meterai sebelum perang atau dengan meterai
Jepang, harus dipandang dimeterai sebagaimana mestinya,
apabila surat itu dimeterai sampai harga yang betul.” [PN
Ciamis 5 Agustud 1969, No 3/ 1969/Sip. Cms, PT Bandung
27 Januari 1971 No 39/ 1970/ Perd/PTB, MA 19 Januari
1972, No 840 K/Sip/1971].

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


41

Tanda tangan

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


42 ARTI TANDA TANGAN
 “Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk pula parap, teraan atau cap tanda tangan atau tanda tangan lainnya
sebagai pengganti tanda tangan.” (Pasal 1 (c) UU No 13 tahun 1985 tentang Bea
Materai).
 Penandatanganan berarti bahwa secara hukum seseorang dianggap menanggung
jawab kebenaran apa yang ditulis dalam akta tersebut dan bertanggung jawab
tentang apa yang di tulisnya.
 “Sejak dahulu sudah merupakan kebiasaan di desa-desa bahwa seorang yang
tidak pandai menulis memberikan tanda tangannya (tanda persetujuannya)
dengan membubuhkan tanda tangan “Tapak Jalak” atau kruis pada surat-surat
zegel/ akte jual beli, gadai, hibah, dsb, yang sengaja di buat untuk di jadikan
bukti.” [PT Bandung 20 Agustus 1969 No 16/ 1969/ Perd/ PTB].
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
43 KEKUATAN HUKUM TANDA TANGAN
 “Seseorang tidak dapat menyatakan secara sah, bahwa ia tertipu oleh
pihak lain, apabila ia membubuhi tanda tangannya di bawah suatu surat
perjanjian tanpa membaca isi surat perjanjian itu terlebih dahulu.” [PN
Bandung 19 Jui 1968 No 77/ 1968/ Sipil, PT Bandung 15 Juli 1970 No
290/ 1969/ Perd/ PTB].
 “Surat perjanjian di bawah tangan yang dibuat tanpa kehendak atau
persetujuan pihak yang lain daripada kedua pihak yang bersangkutan
hanya dapat dibatalkan, apabila surat tersebut dibuat bertentangan
dengan hukum atau karena adanya kesesatan, paksaan atau penipuan.”
[PN Bandung 19 Jui 1968 No 77/ 1968/ Sipil, PT Bandung 15 Juli 1970
No 290/ 1969/ Perd/ PTB].

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


44 PERBEDAAN TANDA TANGAN

 “Dalam hal dua tanda tangan yang dibuat oleh orang yang sama
terdapat sedikit perbedaan di sebabkan oleh perbedaan jangka
waktu, maka hakim dapat mengambil kesimpulan sendiri tentang
suatu alat bukti tanpa diperlukan mendengar saksi ahli” [Putusan
MA 10 April 1957 No 213/ Sip/ 1955, menunjuk pasal 138 ayat 1
HIR yo 104 HIR].

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


45 KONTRAK-KONTRAK NASIONAL
KHUSUS

1. Kontrak Jual Beli 7. Penanggungan Hutang


2. Kontrak Sewa Menyewa 8. Perjanjian Perdamaian
3. Pemberian atau Hibah 9. Kontrak Kerja
4. Persekutuan 10. Leasing
5. Beli Sewa 11. Kontrak Kerja Sama
6. Perjanjian Pinjam

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


46 KONTRAK JUAL BELI:
AKIBAT KELALAIAN PIHAK PENJUAL

“Kelalaian dari penjual untuk menyerahkan barangnya (kepada


pembeli, karena telah mendapat teguran dari pihak lainnya/
pembeli), memberikan hak kepada pembeli untuk
a. Menuntut penyerahan barang yang bersangkutan (pasal 1475,
1266,1267 BW); atau
b. Membatalkan perjanjian jual beli tersebut (pasal 1480 BW).
(P. T. Bandung, 29 Juni 1970, No 472/1969/Perd/PTB).

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


47

SURAT KUASA

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


48 SURAT KUASA:
SYARAT-SYARAT

 “Apabila suatu surat kuasa di rumuskan dengan kata-kata umum,


maka pemberian kuasa itu hanya meliputi pebuatan pengurusan
saja,
 untuk penjualan barang yang tersebut dalam surat kuasa diperlukan
suatu surat kuasa khusus dengan kata-kata yang tegas.”

(P. T. Bandung 9 Oktober 1970, No 178/1969/Perd/PTB, M.A., 18


Desember 1971, No.598 K/Sip/1971).

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


PEMBERIAN KUASA
49
 “Seorang wakil termasuk pseudo lasthebber harus jelas
melakukan perbuatan untuk orang lain.”
(P. T. Bandung 10 April 1871, No. 92/ 1970/ Perd/ PTB, M.A., 22
Maret 1972, No. 1322 K/ Sip/ 1971).

SURAT KUASA: HAK SUBTITUSI


 “Suatu pemberian kuasa tanpa hak substitusi hanya berlaku bagi
orang yang diberi kuasa, sehingga kuasa ini tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain.”
(P. N. Bandung 31 Mei 1969 No 13/ 1969/ Sipil, PT Bandung 10
Juni 1970 No 59/ 1970/ Perd/ PTB, M.A., 30 Juni 1971, No. 755
K/Sip/1970).
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
50 KEWAJIBAN PEMBERI KUASA

 “Kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan seseorang yang menjadi


kuasa orang lain harus ditanggung oleh orang yang memberinya kuasa
untuk melakukan perbuatan tersebut.”
(P.N. Bandung 13 April 1967 No 24/ 1966 Garut, PT Bandung 24 Oktober
1969 No 75/1969/Perd/PTB, M.A., 12 September 1970 No 130 K/Sip/
1970).
 Selama surat kuasa belum dicabut oleh pemberi kuasa, maka kedua belah
pihak terikat pada perjanjian pemberian kekuasaan tersebut.” (P. N.
Bandung 13 Agustus 1969 No 5/ 1969, PT Bandung 21 Januari 1971 No
121/1970/Perd/PTB, M.A., 3 November 1971 No 539 K/Sip/1971).

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


51

KONTRAK
INTERNASIONAL

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


52 PENGETAHUAN PENDAHULUAN

a. Hukum kontrak Indonesia


b. Latar belakang transaksi
c. Para pihak
d. Obyek transaksi
e. Kontrak internasional berbeda dengan kontrak nasional
f. Materi hukum asing yang berkaitan dengan kontrak
g. Penguasaan bahasa asing (Inggris)
h. Pengaturan-pengaturan regional dan multilateral perdagangan
i. Kebijakan dan pengaturan pemerintah mengenai perdagangan internasional,
lisensi, dan pengawasan (kontrol)

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


53 KONTRAK INTERNASIONAL LEBIH
KOMPLEKS

1) Kemungkinan lebih dari satu sistem hukum yang berlaku;


2) Kemungkinan lebih dari satu pengadilan yang memiliki
kompetensi;
3) Kemungkinan kesulitan dalam pelaksanaan (eksekusi) putusan
pengadilan;
4) Kemungkinan adanya perbedaan pengertian / kualifikasi dalam
penafsiran hukum.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


54 Sumber-sumber Hukum
1. Hukum Nasional
2. Dokumen Kontrak
3. Kebiasaan Perdagangan Internasional
4. Prinsip-prinsip Hukum Umum Mengenai Kontrak
5. Putusan Pengadilan
6. Doktrin
7. Perjanjian Internasional (Mengenai Kontrak)

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


55 Hukum Nasional

 Hukum nasional adalah sumber hukum yang utama (primer) dalam hukum kontrak
internasional.
 aturan-aturan kontrak atau untuk sahnya perjanjian di Indonesia tercantum dalam kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan aturan-aturan lainnya yang terkait dengan objek kontraknya.
 Hukum nasional di sini termasuk pula aturan-aturan hukum pemerintah yang terkait baik secara
langsung atau tidak langsung dengan objek kontrak itu sendiri.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


56 Kebiasaan Perdagangan Internasional (1)

 Kebiasaan Perdagangan Internasional disebut juga Lex Mercatoria (hukum para


pedagang).
 karena hukum ini lahir dan berkembang berkat praktik atau kebiasaan yang dilakukan oleh para
pedagang sendiri.
 Penerimaan lex mercatoria sebagai sumber hukum yang mengikat melahirkan kontroversi
dari berbagai sarjana.
 Yang menjadi permasalahan adalah penerimaannya ke dalam hukum nasional.
 Lex mercatoria dalam perkembangannya semakin diakui eksistensi dan kekuatan
mengikatnya.
 Lex mercatoria ini terdiri atas praktik-praktik dagang, kebiasaan-kebiasaan atau standar-
standar yang dirumuskan oleh berbagai lembaga-lembaga internasional (baik yang bersifat
privat atau publik).

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


57 Kebiasaan Perdagangan Internasional (2)
1. Menurut Horn dan Schimitthof, kebiasaan perdagangan internasional ini memiliki
dua sifat:
1. sumber hukum ini biasanya dirumuskan oleh lembaga-lembaga internasional atau
asosiasi-asosiasi dagang; dan
2. sumber hukum tersebut akan berlaku apabila para pihak menyatakan atau memasukkan
ke dalam kontrak mereka.
3. Kebiasaan dagang yang sifatnya mengikat biasanya tercantum atau telah dikodifikasi
oleh lembaga-lembaga atau badan-badan internasional di bidang perdagangan.
a. Uniform Custom for Documentary Credits (UCP) 500
b. Incoterm 2000
c. Bentuk-bentuk kontrak standar di bidang konstruksi yang dikeluarkan oleh FIDIC (Federation
Internationale des Ingenieurs Counsels), dan lain-lain.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


58
Standar Kontrak Konstruksi:
diterbitkan negara/asosiasi profesi.

 Negara-negara penyandang dana dari Eropa Barat biasanya menggunakan


sistim/standar FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs Counsels),
 Inggris dan Negara-negara Persemakmuran memakai sistim JCT (Joint
Contract Tribunals) .
 Sistim AIA (American Institute of Architects) kebanyakan dipakai oleh
perusahaan-perusahaan Amerika yang beroperasi di Indonesia (kontrak-
kontrak pertambangan).
 SIA (Singapore Institute of Architects), beberapa sistim/standar kontrak,
dari Hongkong, Australia, Canada dan lain-lain.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


59 Doktrin

 Doktrin dapat dipandang sebagai sumber hukum tambahan.


 Artinya, doktrin dapat dijadikan acuan untuk menegaskan ada tidaknya
suatu ketentuan hukum mengenai sesuatu objek kontrak. Doktrin
sebenarnya juga dapat tercermin dari putusan-putusan pengadilan.
 Hakim-hakim di berbagai majelis pengadilan internasional, baik arbitrase
maupun mahkamah atau pengadilan internasional antara lain terdiri atas
para sarjana yang bertindak dalam kapasitasnya sebagai hukum.
 Umumnya mereka berasal dari kalangan dunia perguruan tinggi
terkemuka di dunia.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


60
Prinsip-prinsip Hukum Umum Mengenai Kontrak
 Pada tahun 1979, Institut Hukum Internasional (Institut de Droit
International atau the Institute of International Law) mengeluarkan suatu
resolusi berjudul: ‘Resolutions on Contract Concluded by International
Organizations with Private Persons’.
 Resolusi ini menegaskan kembali pengakuan mengenai sumber hukum internasioanl
sebagai salah satu sumber hukum yang cukup penting. (prinsip-prinsip hukum umum
terkait erat dengan sumber hukum internasional yang termuat dalam Pasal 38 Statuta
Mahkamah Internasional.
 Hukum internasional secara spesifik tidak sama sekali mengatur kontrak
internasional.
 Bidangnya lebih menyangkut aturan-aturan hukum publik yang sifatnya lintas batas
negara. Namun demikian, aturan-aturan hukum internasional hanya dapat diterapkan
terhadap kontrak internasional, yaitu berupa prinsip-prinsip hukum umum dari hukum
internasional.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
61 Perjanjian Internasional (Mengenai Kontrak)

1. Perjanjian Internasional adalah salah satu bagian (sumber) saja dari hukum
internasional.
1. Hukum internasional sangat mampu dan berperan dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan
pengaturan hukum kontrak yang dilakukan oleh pihak swasta.

1. contoh pemberlakuan hukum internasional ini terhadap kontrak komersial.

2. Perjanjian internasional dapat berupa perjanjian bilateral yang berlaku antara dua
negara.
1. Perjanjian bilateral seperti ini yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung
adalah berbagai perjanjian di bidang navigasi, perdagangan atau persahabatan.
3. Bentuk perjanjian lainnya adalah perjanjian multilateral yang berlaku bagi lebih dari dua
negara.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Perjanjian multilateral:
berlaku bagi lebih dari dua negara.
62

1. Perjanjian seperti ini perlu dibedakan antara perjanjian internasional di bidang


kontrak yang sifatnya:
1. Soft-law, yakni perjanjian internasional yang sifatnya tidak mengikat.
Sifatnya tergantung pada kehendak setiap negara atau para pihak dalam
kontrak apakah akan mengikutinya atau tidak.
2. Hard-law, adalah perjanjian internasional yang berlaku di suatu negara (dan
karenanya mengikat seluruh warga negara atau penduduk diwilayah negara
tersebut) harus atau menghendaki terlebih dahulu ratifikasi dari negara
tersebut.
3. Beberapa perjanjian internasional yang terkait dengan kontrak internasional,
yaitu:
1. Konvensi CISG 1980 tentang jual beli internasional;
2. Konvensi UNIDROIT tentang Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Internasional;
3. Konvensi New York 1958 tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing; dan

Dari segi pengaturan yang


4. Konvensi diberikannya,
Den Haag sumber
mengenai Perjanjian hukum
Pilihan Forum.perjanjian internasional dan kebiasaan
internasional merupakan sumber hukum yang paling penting.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
STRUKTUR KONTRAK
63 I. Kepala kontrak [judul, tempat, dan tanggal kontrak]
II. Komparisi
III. Recitals / Premis
IV. Isi kontrak/ Akta
1. Ketentuan Umun
2. Ketentuan Pokok Sederhana:
a. Klausul Transaksional 1. Pendahuluan
b. Klausul Spesifik 2. Bagian isi
c. Klausul Antisipatif
3. Penutup
3. Ketentuan Penunjang
a. Klausul Condition Presedent
b. Klausul Affirmatif Convenant
c. Klausul Negative Convenant

IV. Akhir Akta


V. Tanda Tangan [saksi danDr.lampiran bila ada]
Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
64 KEPALA AKTA/ KONTRAK
 Identitas suatu kontrak, tidak merupakan syarat sahnya
suatu kontrak tetapi mutlak harus ada.
 Memuat tanggal kontrak > menentukan kapasitas
keabsahan para pihak dan keabsahan kesepakatan
 Contoh:
 Perjanjian Jual Beli
“perjanjian jual beli ini di buat dan di tanda tangani di [nama
kota pada tanggal & bulan & tahun], oleh dan di antara.”
 Sale and Purchase Contract
“this sale and purchase contract is made and entered into in
[name city] on [date & month &year], by and between.”

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


65 KOMPARISI
Bagian pendahuluan yg memuat keterangan ttg orang / pihak yg
bertindak dan mengadakan perikatan/ perbuatan hukum, berisi:
1. Uraian terperinci tentang identitas, yang meliputi nama,
pekerjaan dan domisili para pihak; (dll)
2. Dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk
bertindak dari para pihak (khususnya untuk Badan Usaha);
dan
3. Kedudukan para pihak, yang sering ditulis dengan sebutan,
misalnya:
“Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut BANK”.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


66 PREIMISSI/RECITALS

 Memuat latar belakang diadakannya suatu kontrak


 Memuat kapasitas para pihak, i.e.:
1. Kemampuan modal,
2. Teknologi,
3. Penguasaan pangsa pasar
4. Jaringan kerja,
5. Informasi dan pengalaman.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


67 Eg. PREMISSI/RECITALS

__________
MENIMBANG
A. Bahwa penjual adalah pemilik yang sah dari satu set mesin kompressor tipe
3AT buatan pabrik B.V.Belanda tahun 2018 (selanjutnya disebut Kompresor),
dan Penjual bermaksud menjualnya;
B. Bahwa _______
C. Bahwa _______
Maka, karena itu, berdasarkan kesepakatan dan prinsip-prinsip tersebut, para
Pihak dengan ini setuju untuk membuat Kontrak Jual Beli ini dengan tunduk
pada ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat berikut ini.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


68 ISI AKTA/KONTRAK [1]

______
1. Ketentuan Umun
Memuat pembatasan istilah dan pengertian yang digunakan di
dalam seluruh kontrak.
Dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan pengertian dari
istilah-istilah yang di anggap penting dan sering di gunakan dalam
kontrak, yang di sepakati oleh para pihak.
Perbedaan pengertian dan penafsiran dapat diminimalisir.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


69 ISI AKTA/KONTRAK [2]

_______
2. Ketentuan Pokok
a. Klausul Transaksional
Berisi hal-hal yang disepakati para pihak, tentang objek dan tata cara pemenuhan prestasi dan
kontra prestasi oleh para pihak yang menjadi kewajibannya.
 Perhatikan aturan hukum yang berlaku untuk kontrak.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


70 ISI AKTA/KONTRAK [2]

_______
2. Ketentuan Pokok
a. Klausul Transaksional
Berisi hal-hal yang disepakati para pihak, tentang objek dan tata cara pemenuhan prestasi dan
kontra prestasi oleh para pihak yang menjadi kewajibannya.
b. Klausul Spesifik
Berisi hal-hal khusus sesuai dengan karakteristik jenis perikatan atau bisnisnya masing-masing.
Isi kontrak inilah yang membedakan isi kontrak yang satu dengan isi kontrak yang
lainnya.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Klausul dalam kontrak sebaiknya mencakup aspek-aspek penting, diantaranya :
71
 Identitas para pihak yang akan membuat kontrak.
 Ketentuan mengenai ganti rugi.
 Pendahuluan, biasanya berisi mengenai kedudukan
 Klausul mengenai perpajakan yang harus
atau posisi para pihak dalam kontrak.
dipenuhi para pihak.
 Definisi, apabila terdapat istilah-istilah yang ada dalam
 Pemberitahuan atau cara memberikan
kontrak dan harus diberikan penjelasan agar tidak
terjadi kekeliruan dalam mengartikan istilah tersebut. notifikasi kepada pihak lain berkaitan dengan
pelaksanaan perjanjian
 Ruang lingkup kontrak, bentuk kerjasama atau batasan
 Pelanggaran dan sanksi.
dalam kontrak.
  Pembatalan kontrak.
Hak dan kewajiban para pihak.
  Keadaan kahar atau force majeure.
Ketentuan mengenai pembayaran termasuk metode
atau cara pembayaran dilakukan.  Kerahasiaan.
 Jangka waktu berlakunya kontrak dan cara  Penyelesaian perselisihan termasuk yurisdiksi
pengakhirannya yang dipilih serta hukum yang berlaku.
 Pernyataan dan jaminan para pihak.  Penutup.
 Lampiran kontrak jika ada.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
72

 Perhatikan aturan hukum yang berlaku untuk kontrak

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


73 HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
KARENA UU MENGHENDAKINYA

Contoh pada:

UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


Kontrak Kerja Konstruksi Pasal 46-51

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Muatan Kontrak Kerja Konstruksi : Pasal 47 (1) UU N0 2 Tahun
74 2017 tentang Jasa Konstruksi

a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;: nama, alamat,
kewarganegaraan, wewenang penandatanganan, dan domisili.
b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja,
nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk
memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi
ketentuan yang diperjanjikan, serta hak Penyedia Jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan Jasa
Konstruksi;
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan
tenaga kerja konstruksi bersertifikat;
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
Lanjutan.......

75 f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam


melakukan pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran;
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu
pihak;
k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa
dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawabanDr.Kegagalan Bangunan;
Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
Lanjutan.......

76

l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para


pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
jaminan sosial;
m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja,
memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa
yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan
dan/atau kematian;
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum
kepada pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau
akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Selain itu:
 Pasal 47 (2) :
77
 Kontrak Kerja Konstruksi dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif.
 Pasal 48 :
 untuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan tentang hak kekayaan intelektual;
 untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang Sub
penyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau peralatan yang harus
memenuhi standar yang berlaku; dan
 yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih teknologi.
 Pasal 49:
 Ps 47 berlaku juga dalam Kontrak Kerja Konstruksi antara Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa.
 Pasal 50 :
 Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
 Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan pihak asing harus dibuat dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
 Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan Kontrak Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.
Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum
78 TAMBAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

 Suatu dokumen yang memuat keinginan para pihak


 Biasanya di gunakan untuk kontrak-kontrak yang kompleks
 Digunakan apabila suatu kontrak masih menunggu persetujuan
pemerintah atau bank untuk pembiayaan suatu pekerjaan
 Biasanya digunakan untuk menunjukkan bahwa para phak telah
“agreed to agree”. Detail kesepakatan dituangkan dalam kontrak
 Dokumen pra-kontrak atau pre-contractual document or instrument

Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum


Alat bantu

 How Kira Works | Kira System


https://kirasystems.com/how-kira-works/
 Contract Risk Assesment by TwoBird. (
https://www.twobirds.com/en/client-solutions/assessment/
contract-risk-assessment
)
 Drafting Assistant by Legal Thomson Reuters
https://legal.thomsonreuters.com/en/products/drafting-assi
stant
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai