Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak-Nya
laporan yang berjudul Kandungan Fluor dalam Air Minum ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan laporan pemicu
1 mata kuliah Kimia Analitik. Selain itu, tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui konsep metode penentuan kandungan zat beserta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak,
laporan ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu,
sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dianursanti yang telah
memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat laporan, juga memberikan
pengarahan dan bimbingannya kepada penulis, dan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak
belajar dalam penulisan laporan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang positif agar laporan ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan
datang. Penulis berharap laporan yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan pembaca
mengenai metode dalam menentukan kandungan zat beserta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat.

Depok, Oktober 2014

Tim Penulis

1|Page

BAB I
Pendahuluan

Terdapat beberapa metode untuk menentukan kadar atau konsentrasi suatu zat (titrasi)
dalam campuran. Diantara metode-metode tersebut, volumetri, gravimetri, dan potensiometri
merupakan metode konvensional.
Volumetri merupakan cara penentuan kadar berdasarkan volume zat yang terukur.
Metode ini menggunakan istilah titran, sampel, dan indikator. Titran merupakan zat yang
telah diketahui kadarnya, sampel merupakan zat yang akan ditentukan kadarnya, sedangkan
indikator merupakan petunjuk kapan kegiatan titrasi harus dihentikan. Peralatan yang
digunakan meliputi labu Buret sebagai tempat titran yang disanggah oleh stattif dan klem,
serta labu Erlemeyer sebagai tempat sampel yang diteliti. Berdasarkan jenis reaksinya,
metode volumetri dibedakan atas titrasi redoks, pengendapan, dan asam basa (Muchtaridi,
Justiana,2007).
Titrasi asam basa yang disebut juga netralisasi, dibedakan atas asidimetri dan
alkalimetri berdasarkan jenis zat yang akan ditentukan kadarnya. Asidimetri untuk
menentukan kadar asam oleh basa, sedangkan alkalimetri untuk menentukan kadar basa oleh
asam (Esdi, 2011).
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan
atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak
nitrat.
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari
senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor.
Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat reduktor atau sebaliknya
(Hamdani, S: 2011).
Gravimetri adalah salah satu metode analisis secara kuantitatif dalam ilmu kimia pada
suatu zat/komponen yang telah diketahui. Cara yang digunakan adalah dengan mengukur
berat komponen dalam keadaan murni setelah proses pemisahan. Porses paling penting dalam
gravimetri adalah penimbangan. Terdapat 3 metode yang dalam gravimetri ini, yaitu
pengendapan, penguapan, dan elektrolisis.
Tahap awal dari analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui
dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan
pengendapan yaitu transformasi konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang
2|Page

dapat diukur. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan. Banyaknya
komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak
dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Potensiometri adalah salah satu metode analisis berdasarkan pengukuran beda
potensial sel elektrokimia. Potensiometri menguji suatu sampel larutan untuk menentukan
titik akhir titrasi, pH larutan, dan konsentrasi iondalam suatu larutan yang dianaliss.
Komponen alat yang digunakan potensiometri adalah:
1. elektroda pembanding
2. elektroda indikator
3. alat pengukur potensial (potensiometer)
4. Jembatan garam
5. Larutan yang dianalisis (analit)
Jadi, komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari sebuah
elektroda acuan, elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan pengukur tegangan
(voltmeter). Elektroda acuan merupakan elektroda yang telah diketahui potensialnya secara
pasti dan potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan selama pengukuran
berlangsung. Nilai potensial dari elektroda ini juga tidak tergantung pada komposisi dari
larutan uji. Elektroda acuan dapat berupa elektroda hidrogen standar (standard hydrogen
electrode), elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode), dan elektroda perak-perak
klorida. Sementara itu, elektroda indikator merupakan elektroda yang potensialnya
merespons perubahan aktivitas dalam larutan uji. Elektroda indikator dapat berupa elektroda
membran, elektroda inert, maupun elektroda logam. Rangkaian jembatan garam yang
terdapat dalam sel potensiometri berfungsi mencegah tercampurnya komponen dari larutan
uji dengan elektroda acuan. Jembatan garam ini juga berperan dalam meminimalisasi
besarnya nilai potensial sambungan cair yang terukur di voltmeter.
Cara menggunakan potensiometri ini digunakan persamaan:

Metode gravimetri, volumetri, dan potensiometri tersebut digunakan untuk


menentukan kadar suatu zat dalam campuran. Dalam makalah ini metode tersebut akan
digunakan untuk menentukan kadar zat fluorida yang terdapat dalam air minum kemasan.

3|Page

BAB II
ISI

1. Menanggapi masalah diatas, sikap apa yang harus dikembangkan sebagai seorang
sarjana lulusan Teknik Kimia UI yang paham mengenai sifat-sifat bahan kimia, agar
dapat meredakan keresahan masyarakat sekitar terhadap isu yang berkembang.
Sebagai sarjana Teknik Kimia UI, ketika kita mendengar isu mengenai kandungan
fluor dalam air minum, maka sebaiknya kita tidak mudah terpancing oleh isu tersebut. Kita
sebagai orang yang ahli dan mengetahui mengenai sifat dari fluor, seharusnya menjelaskan
dahulu kepada masyarakat agar tidak panik karena fluor tersebut sebenarnya tidak akan
berbahaya bila kandungannya didalam air minum tidak melebihi ambang batas (1,5mg/L).
Lalu, sebagai seoarang sarjana Teknik Kimia, kita seharusnya meneliti kandungan
fluor dalam air minum agar kita dapat mengetahui apakah kandungan fluor tersebut masih
aman atau sudah berbahaya. Jika kandungan fluor melebihi ambang batas, barulah kita
memberi tahu masyarakat kalau air minum tersebut tidak baik untuk masyarakat. Jika
kandungan fluor tersebut masih dibawah ambang batas, maka kita juga perlu memberi
tahu kepada masyarakat kalau sebenernya air minum ini tidak berbahaya untuk
dikonsumsi. Karena fluor tersebut juga akan memberikan dampak positif bagi tubuh
manusia bila kandungannya dibawah ambang batas.
2. Dapatkah Anda menjelaskan apakah fluorida itu dari aspek kimianya dan
bagaimana dampaknya terhadap kesehatan jika terkandung dalam suatu produk
minuman?
Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor adalah halogen
yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa. Unsur ini ditemukan dalam
bentuk ion fluorida (F-). Fluor yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan
KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2
dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.
Sumber fluorida di alam adalah fluorospar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan fluorapatite.
Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu bara. Fluorida banyak digunakan
dalam industri besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida (Eckenfelder, 1989)
Sejumlah kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahan kerusakan gigi, akan tetapi
konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/liter dapat mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi,
yang dikenal dengan istilah mottling (Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar yang berlebihan juga
dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang.

4|Page

Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada yang organik.
Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu,
terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan gangguan pencernaan yang disertai dengan
dehidrasi. Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan
kematian.
3. Setujukah anda jika kandungan fluorida ada dalam produk minuman kemasan?

Adakah batasan maksimum asupan fluorida ke dalam tubuh manusia? Apa yang
terjadi bila melebihi batas maksimum tersebut?
Setuju, apabila zat fluorida yang terkandung dalam air minum kemasan sesuai dengan
ambang batas yang disesuaikan oleh kebutuhan tubuh manusia. Fluorida merupakan salah
satu senyawa kimia yang terbukti dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan melalui air
minum. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan kadar fluorida yang
diperbolehkan terkandung dalam air minum atau makanan tertentu sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum dimana air minum tersebut dikatakan aman apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 pada tanggal 19
April 2010, diberitahukan bahwa kadar fluorida dalam air minum maksimum yang
diperbolehkan adalah 1,5 mg/L. Dosis yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/kg berat badan
per hari. Sedangkan dosis bahayanya adalah 2-8 mg/kg berat badan per hari.
Fluorida memiliki efek yang bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada
konsentrasi tertentu. Namun pada keterpaparan yang berlebihan akan menimbulkan efek
yang buruk bagi kesehatan, seperti terjadinya dental fluorosis, yaitu fluorosis pada gigi
dimana keadaan gigi menjadi kekuningan atau kecoklatan dan terdapat bintik-bintik pada
enamel gigi, kemudian dapat pula menyebabkan skeletal fluorosis, yaitu fluorosis pada
tulang yang terjadi karena paparan fluorida yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan
kalsifikasi ligamen dan tendon, serta kelainan bentuk tulang yang parah.
4. Dalam kegiatan analisis suatu komponen kimia, dahulu dikenal sebagai metode
klasik seperti gravimetri dan volumetri. Apa yang Anda ketahui dari keduanya?
Dapatkah Anda menentukan kandungan fluor dalam air secara instrumental, apa
yang dapat Anda jelaskan mengenai metode tersebut?
A. Gravimetri
Gravimetri adalah salah satu metode analisis secara kuantitatif dalam ilmu kimia
pada suatu zat/komponen yang telah diketahui. Cara yang digunakan adalah dengan
5|Page

mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah proses pemisahan. Porses
paling penting dalam gravimetri adalah penimbangan. Terdapat 3 metode yang dalam
gravimetri ini, yaitu pengendapan, penguapan, dan elektrolisis.
Alat yang paling dibutuhkan dalam metode gravimetri adalah timbangan yang
memiliki akurasi yang tingggi. Hal tersebut dikarenakan dalam reaksi kimia pada
umumnya tidak dalam ukuran yang besar seperti kg, namun dengan ukuran kecil
seperti mg dan dr. Timbangan tersebut dinamakan analytical balance atau neraca
analitik.

Metode dalam Gravimetri


a. Pengendapan
Pada metode pengendapan, suatu sampel yang akan ditentukan awalnya
ditimbang. Setelah penimbangan, senyawa tersebut dilarutkan dalam pelarut
tertentu. Lalu senyawa tersebut diendapkan melalui reagen tertentu. Senyawa yang
diendapkan harus memiliki kelarutan yang kecil agar dapat mengendap kembali
secara cepat dan dapat dianalisis dengan menimbang.
Endapan yang terbentuk harus memiliki ukuran yang lebih besar dari pori-pori
penyaring. Endapan tersebut lalu dicuci dengan elektrolit yang mengandung ion
endapan sejenis. Hal tersebut untuk mengalirkan kotoran yang berada pada
permukaan endapan untuk dilarutkan dan memaksimalkan jumalh ednapan yang
muncul. Endapan tersebut lalu dikeringkan 100 -150 0C atau dipisahkan dengan
suhu 8000C.
Contohnya adalah analisis kadar kalsium, dengan diendapkan nebhadi oksalat
dan pemanggangan oksalat menjadi kalsium oksida.
Ca 2+ (aq) + C2O42- (aq) CaC2O4 (s)
CaC2O4 (s) CaO (s) + CO2 (g) + CO (g)
b. Penguapan
Metode penguapan digunakan untuk menetapkan komponen-komponen
senyawa yang mudah menguap. Caranya dengan pemanasan dalam gas tertentu,
atau dengan penambahan pereaksi yang dapat menguapkan komponen yang tidak
diinginkan atau menguapkan komponen yang diinginkan.
Metode ini dapat digubnakan untuk menentukan kadar air (hidrat) suatu
senyawa. Pemanasan dilakukan dengan suhu 110 -130 0C. Contoh reaksi:
AB.xH20 AB + xH2O
6|Page

c. Elektrolisis
Metode ini dilakukan dengan mereduksi ion logam terlarut menjadi endapan
logam dengan cara dialiri arus listrik dalam besar arus dan waktu tertentu agar
mengendap. Endapan yang teerbentuk dapat ditimbang untuk mengetahui beratnya.
Cara ini sering digunakan pada sampel air limbah yang memiliki kadar logam
terlarut cukup besar. Contoh reaksi:
Cu 2+ + 2e- Cu
B. Volumetri
Volumetri atau titrimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan
pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurn dengan analit. Titrasi
merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan
suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Larutan yang
dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan
didalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator,
sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di erlenmeyer dan
larutan ini disebut sebagai analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit. Titik equivalen tercapai ditandai
dengan adanya perubahan zat indikator. Titik equivalen adalah keadaan disaat
terjadinya kesetaraan mol antara zat yang dititrasi dan zat pentitrasi. Titik akhir titrasi
adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, jika menggunakan indikator yaitu pada
saat indikator berubah warna. Idelanya, titik equivalen dan titik akhir titrasi adalah
sama. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalen yang berdekatan dengan titik akhir
titrasi dan kalau bisa sama. Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus :
V1.N1 = V2.N2
Kita tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang
telah berjalan sempurna(reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah molequivalen bukan mol. Mol-equvalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan
volume.
Volumetri ini dibagi menjadi 2, yaitu gasometri dan titrimetri/titrasi. Sedangkan
titrimetri dibagi menjadi 4, yaitu titrasi asam basa, titrasi pengendapan, titrasi
kompleksometri, dan titrasi oksidasi reduksi.

7|Page

Jadi, kita dapat menentukan kandungan fluor dalam air dengan menggunakan
teknik volumetri, yaitu titrasi pengendapan. Larutan baku yang dapat kita gunakan
AgNO3 dengan indikatornya adalah K2CrO4. Cara kerjanya adalah, ion fluor dalam air
akan bereaksi dengan Ag membentuk AgF. Setelah ion fluor tersebut telah habis
bereaksi dengan Ag, maka ion Ag akan bereaksi dengan ion CrO4 membentuk
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Sehingga titik akhir titrasi terjadi saat larutan
mulai terbentuk warna merah bata yang menandakan bahwa ion fluor telah habis
bereaksi dengan Ag. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan volume
AgNO3 yang digunakan untuk titrasi, volume air mula-mula, dan konsentrasi dari
larutan AgNO3 sehingga dapat ditentukan konsentrasi flour dalam air tersebut.
5. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan fluor dalam air secara instrumental, apa
yang anda dapat jelaskan mengenai metode tersebut?
Potensiometri adalah salah satu metode analisis berdasarkan pengukuran beda
potensial sel elektrokimia. Potensiometri menguji suatu sampel larutan untuk menentukan
titik akhir titrasi, pH larutan, dan konsentrasi iondalam suatu larutan yang dianalisis.
Komponen alat yang digunakan potensiometri adalah:
1. elektroda pembanding
2. elektroda indikator
3. alat pengukur potensial (potensiometer)
4. Jembatan garam
5. Larutan yang dianalisis (analit)
Elektroda yang digunakan dalam poteniometri ini adalah elektroda pembanding, dan
elektroda indikator. Elektroda pembanding adalah elektroda yang nilai potensialnya sudah
diketahui sebagai acuan (

. Elektroda ini memiliki dua macam yaitu elektroda

kalomel (SCE) dan elektroda perak. Yang kedua adalah elektroda indikator, yaitu
elektroda yang bereaksi langsung dengan analit, dan tegangan yang dihasilkan (

bergantung pada konsentrasi analit. Elektroda ini memiliki 2 macam yaitu elektoda logam
(elektroda jenis pertama, elektroda jenis kedua, dan elektroda jenis ketiga)
Cara menggunakan potensiometri ini adalah dengann percobaan, lalu menghitungnya
dengan persamaan Nernst. Langkah yang dilakukan adalah:
1. Menyusun alat seperti gambar berikut:

8|Page

2. Memasukan data yang didapat dalam persamaan Nernst:


.(1)
= beda potensial sel
= beda potensial elektroda indikator
=beda potensial elektroda reference
=beda potensial pada jembatan garam
a. Nilai

diketahui dari potensiometer

b. Nilai

sudah diketahui, karena elektroda pembanding

c.
d.

biasanya diabaikan karena nilainya sangat kecil


didapat dari rumus

Jika 25oC maka

Keterangan:
= potensial standar elektroda indikator
= ion analit yang dicari

3. Maka konsentrasi yang didapat dari persamaan 1 dan 2 adalah

)
(

9|Page

6. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah


menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?
Dalam metode potensiometri ini, elemen-elemen yang digunakan adalah dua jenis
elektroda, jembatan garam, dan larutan yang akan dianalisis. Kedua jenis elektroda yang
akan dibahas adalah :
1. Elektroda pembanding/acuan (Reference Electrodes)
Elektroda pembanding adalah suatu elektroda yang memiliki nilai potensial yang
tetap, nilai potensial yang dapat diketahui, konstan, dan tidak peka terhadap
komposisi larutan yang diselidiki. Elektroda ini juga mengikuti persamaan Nernst,
yaitu :
E cell = E ind E ref E j
E = E0
Dimana E cell menunjukkan potensial sel, E ind adalah potensial elektroda indikator,
E ref yaitu potensial elektroda acuan, dan E j merupakan potensial sambungan cair.
Terdapat 2 jenis elektroda pembandung yang paling sering digunakan, yaitu elektroda
kalomel dan elektroda Ag/AgCl
a) Elektroda Kalomel
Elektroda kalomel merupakan elektroda yang terbuat dari tabung plastik atau
gelas dengan panjang kurang lebih 10 cm dan garis tengah berkisar antara 0,5 cm
1cm, terdiri dari lapisan Hg yang dilapisi pasta Hg, Hg2Cl2 (kalomel/merkuri
klorida) dan Kcl, serta dihubungkan dengan KCl jenuh melalui lubang kecil. Notasi
elektroda kalomel :
Hg | Hg2Cl2 (jenuh), KCl (xM) ||
Dimana x merupakan konsentrasi KCl.
Sementara reaksi elektrodanya :
Hg2Cl2 (s) + 2e- -> 2Hg (l) + 2ClPotensial sel elektroda kalomel sangat bergantung ke konsentrasi klorida x
pada kalomel yang tidak jenuh. Harga konsntrasi harus ditulis untuk menjelaskan
elektroda. Pasta Hg/Hg2Cl2 yang ada di tabung dalam dihubungkan dengan KCl
jenuh melalui lubang kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari setengah sel
lainnya melalui penyerat yang terbuat dari porselen/asbes berpori.
b) Elektroda Ag/AgCl

10 | P a g e

Elektroda Ag/AgCl (Perak/Perak klorida) adalah elektroda yang dijenuhkan


dengan AgCl. Setengah sel elektroda perak ditulis :
Ag | AgCl (jenuh), KCl (jenuh) ||
Dimana setengah reaksinya:
AgCl + e- - > Ag + ClElektroda ini digunakan dengan cara dicelupkan ke larutan KCl yang
dijenuhkan. Pada umumnya elektroda ini terdiri dari satu larutan jenuh (3,5M KCl)
yang harga potensialnya kira-kira 0,1229 V sampai 0,255 V. Elektroda Ag/AgCl
ini memiliki kelebihan yang tidak didapat oleh elektroda kalomel, yaitu dapat
digunakan pada temperatur yang tinggi. Tetapi elektroda ini cenderung bereaksi
dengan larutan membentuk kompleks Ag yang tidak larut, dan dapat menyumbat
jembatan garam yang menghubungkan larutan dan elektroda.
2. Elektroda Indikator
Elektroda indikator atau kerja merupakan suatu elektroda yang potensial
elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur atau
diselidiki. Elektroda ini harys memenuhi beberapa syarat, yaitu harus memenuhi
tingkat kesensitivan yang dilihat terhadap konsentrasi analit. Tanggapan atau respon
terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang
diramalkan persamaan Nernst. Sehingga dengan adanya perbedaan kecil konsentrasi
analit akan memberikan perbedaan tegangan. Terdapat 2 jenis utama elektroda
indikator, yaitu:
a) Elektroda logam
Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan
lempengan logam atau kawat yang dicelupkan dalam larutan elektrolit. Jenisjenisnya adalah :
1) Elektroda logam jenis pertama
Pada elektroda ini, ion analit berpartisipasi langsung dengan logamnya
dalam suatu paruh yang dapat balik. Elektroda ini menggunakan logam murni
yang menukarkan kation langsung dengan logamnya. Elektroda ini juga
berkeseimbangan langsung dari kation yang berasal dari logam tersebut.
Contoh :
Ag+ e- -> Ag
Cu2+ + 2e- -> Cu

11 | P a g e

Elektroda ini jarang digunakan karena tidak selektif dan merespon kation lain
yang mudah tereduksi.
Pada elektroda logam jenis pertama, grafik elektroda kalomel terhadap
pX (fungsi P dari kation) pada elektroda logam jenis pertama dapat dicari
dengan melihat rumus E0. Misalkan :
Cu2+ (aq) + 2e- <-> Cu
E ind = E0 Cu

=>

E ind = E0 Cu +

E ind = E0 Cu pX = - log aXn

E ind = E0 (Xn+/X) -

pCu = - log aCu2+


Intercept = E0 (Xn+/X)
Slope = -

2) Elektroda logam jenis kedua


Pada elektroda ini, ion-ion pada larutan tidak tukar elektron dengan
elektroda logam secara langsung, tetapi mengatur konsentrasi ion logam yang
bertukar elektron dengan permukaan logam. Elektroda ini harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi suatu anion dengan ion yang berasal dari
elektroda endapan suatu ion kompleks yang stabil. Contoh :
AgCl (s) + e- -> Ag+ + Cl-

E0 = +0,22 V

Pada elektroda logam jenis pertama, grafik elektroda kalomel terhadap


pX (fungsi P dari kation) pada elektroda logam jenis pertama dapat dicari
dengan melihat rumus E0. Misalkan :
AgCl (s) + e- -> Ag + ClE ind = E0 AgCl/Ag

=> E ind = E0 AgCl/Ag E ind = E0 AgCl/Ag +

pX = - log aXn

E ind = E0 (Xn+/X) +

pCl = - log aClSlope =

Intercept = E0 (Xn+/X)

12 | P a g e

3) Elektroda logam jenis ketiga


Elektroda ini merupakan elektroda logam yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contohnya, elektroda Hg dapat
dipakai untuk menentukan konsentrasi Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ pada larutan.
4) Elektroda inert pada sistem redoks
Elektroda ini tidak masuk dalam reaksi, contohnya emas, palladium,
karbon,

dan

lain-lain.

Fungsi

logam

inert

tersebut

adalah

untuk

membangkitkan kecenderungan sistem tersebut mengambil atau melepas


elektron, tetapi logam tersebut tidak ikut bereaksi (inert). Elektroda ini bekerja
baik sebagai elektroda indikator untuk pasangan redoks seperti :
Fe3+ + e- -> Fe2+
E = E0 0,0592 log
b) Elektroda membran
Elektroda membran digunakan untuk menunjukkan ion tertentu. Tidak ada
elektron yang diberikan oleh/atau kepada membran tersebut. Sebagai gantinya,
suatu membran membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun
menghadang ion-ion lain. Karena itu, elektroda ini sering disebut elektroda ion
selektif (ISE).
Setiap ISE terdiri dari elektroda referensi yang dicelupkan dalam larutan
referensi yang terdapat materi tidak reaktif seperti kaca atau plasti. Membran pada
ISE bisa berbentuk cairan atau kristal.
1) Elektroda membran gelas/kaca
Elektroda membran kaca adalah sensor potensiometrik yang terbuat dari
selaput kaca dengan komposisi tertentu. Kaca ini berperan jadi suatu tempat
pertukaran kation. Kelebihan elektroda kaca ini adalah :
- Larutan uji tidak terkontaminasi
- Zat-zat yang tidak mudah teroksidasi dan tereduksi tidak berinteferensi
- Elektroda dapat dibuat kecil untuk diletakkan pada larutan yang volumenya
kecil
- Tidak ada permukaan katalitis yang aktivitasnya hilang akibat kontaminasi

Sementara itu, kekurangannya adalah :


- Pada kondisi pH sangat tinggi/basa, spesifikasi H+ hilang
13 | P a g e

- Ketergantungan tegangan pH berkurang


- Potensial tergantung pada aNa+

2) Elektroda membran padat


Elektroda ini memakai polikristal yang terdiri dari satuan kristal garam
anorganik. Elektroda selektif ion polikristal ini dibentuk dari pelat tipis Ag2S
atau campuran Ag2S dan garam perak atau logam sulfida.
3) Elektroda membran cairan
Elektroda ini merupakan fasa cair spesifik yang dibatasi dinidng berpori inert.
Cairan spesifik tersebut terdiri dari senyawa organik dengan berat molekul
yang tinggi, tidak larut dalam air dan memiliki struktur yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ion antara ion bebas dalam larutan yang diukur dengan
ion-ion yang terletak pada pusat kedudukan molekul cairan spesifik tersebut.
Contohnya : Na+, K+, Ca+, Pb2+.
4) Elektroda membran gas
Elektroda ini dirancang khusus untuk mendeteksi konsentrasi gas yang terlarut
dalam larutan. Elektroda gas sering digunakan digunakan dalam analisis
kualitas air, pemantauan lingkungan, tes biokimia, tanah dan analisis makanan.
Elektroda ini terdiri dari elektroda ion-selektif, biasanya pH, kontak dengan
lapisan tipis solusi yang diadakan di tempat dengan membran permeabel untuk
gas yang diinginkan seperti NH3 atau CO2. Ketika gas melewati membran,
perubahan pH dalam lapisan tipis solusi dirasakan oleh elektroda membran
kaca pH.

7. Laboratorium di tempat Anda memiliki sebuah pH meter/volt meter, sebuah


elektroda standar kalomel jenuh serta berbagai elektroda indikator untuk beberapa
jenis kation. Karena tim Ahli akan menilai proposal ini, dapatkah anda menjelaskan
usulan tentang metode analisis untuk menentukan kandungan flourida dalam air
mineral dengan menggunakan peralatan yang ada? Lengkapi dengan informasi yang
cukup jelas baik dari segi instrumentasi maupun prinsip dasar teoritis tentang
metode ini.
Untuk menentukan kadar flourida dalam kandungan air mineral digunakan prinsip
potensiometri dimana untuk menentukan konsentrasi suatu ion dapat ditentukan melalui
perhitungan potensial sel dua elektroda yaitu elektroda standar dan elektroda indikator.
14 | P a g e

Elektroda indikator yang digunakan untuk analisis kadar flourida adalah jenis
elektroda indikator membran. Pada elektroda ini terdapat suatu membran yang menyaring
ion-ion yang melewatinya sehingga elektroda ini sering disebut sebagai elektroda ion
selektif (ISE). ISE ini menggunakan membran sebagai sensor. Sensor tersebut merupakan
elektroda yang digunakan untuk analisis secara kuantitatif yang menunjukkan selektifitas
terhadap aktivitas ion yang diukur dan ditandai dengan perubahan potensial secara
reversibel (Evans, 1987). Sensor terdiri atas membran yang responsif secara selektif
terhadap suatu spesi tertentu sehingga cocok untuk mendeteksi kadar ion tertentu dalam
air mineral dalam hal ini adalah kadar flourida. Membran yang digunakan dalam hal ini
haruslah memenuhi syarat yaitu selektif terhadap ion F, memiliki kepekaan yang baik,
memenuhi nilai sensitivitas teoritis dan dapat dicetak sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
Prinsip potensiometri ini dibagi menjadi lima metode yaitu potensiometri langsung,
titrasi potensiometri, standard-addition, sample-addition, dan electrode-calibration.
Metode-metode tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan dan instrumen yang ada.
Namun dalam kasus ini, jika dilihat dari alat-alat yang tersedia, kami memutuskan untuk
menggunakan metode sample-addition.
Langkah langkah yang akan dilakukan untuk mengetahui kandungan flourida
dengan sample addition method adalah :
1. Preparasi Larutan Sampel dan Larutan Standar
Larutan sampel yaitu berupa air mineral yang akan diuji kandungan flourida
dipersiapkan dalam jumlah yang cukup. Kemudian larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya juga dipersiapkan dalam jumlah yang jauh lebih banyak
daripada larutan sampel.
1. Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah voltmeter, elektrode acuan kalomel jenuh,
dan elektroda indikator jenis kation. Elektroda acuan dihubungkan dengan kutub
negatif voltmeter dan elektoda sensitif flourida ditempatkan pada kutub positif
voltmeter. Larutan standar dimasukkan ke dalam wadah setelah dilakukan
pengukuran volume.
2. Pengukuran Potensial Sel
Pengukuran dilakukan setelah beberapa waktu larutan standar dimasukkan ke
dalam wadah. Pengukuran untuk kedua kalinya dilakukan setelah pada larutan
standar yang sama ditambahkan dengan larutan sampel dalam jumlah yang lebih
15 | P a g e

sedikit.
2. Menentukan Konsentrasi Ion Besi dalam Sampel
Setelah dilakukan empat langkah di atas, didapatkan potensial sel sebelum dan
setelah penambahan sampel. Sebelum penambahan sampel, nilai potensial sel, E1,
adalah :
dengan

(1)

dengan n = 1 untuk ion flor, K adalah konstanta, dan CS adalah konsentrasi larutan
standar yang digunakan, serta volume larutan standar, VS. Setelah diberi sampel
sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui, CU, potensial sel campuran, E2,
menjadi :
(2)
karena berlaku persamaan :
(3)
Pengurangan Persamaan (2) dan (1) menghasilkan Persamaan (4)
(4)
dan konsentrasi sampel, CU, dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
(

(5)
Keuntungan menggunakan metode ini adalah:
1. Tidak memerlukan sample yang terlalu banyak.
2. Biayanya relatif murah
3. Tidak memerlukan penyucian elektroda. Penggantian elektroda untuk mengukur
potensial sel pada larutan standar dan sampel menghasilkan kesalahan kalibrasi
yang akhirnya menyebabkan nilai Ej tidak konstan. Hal ini dapat diminimalkan
dengan menggunakan metode sample addition yang tidak mengganti larutan yang
dianalisis (tetapi hanya ditambahkan) sehingga nilai Ej dan K relative konstan.
4. Memungkinkan dilakukannya multiple sample addition. Karena sampel yang
digunakan sedikit, dapat dilakukan pengukuran potensial sel untuk lebih dari satu
kali penambahan sampel. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih baik dan
valid.
5. Metode dalam potensiometri melibatkan proses yang tidak sulit, sehingga tidak
diperlukan keahlian khusus dalam melakukannya
16 | P a g e

6. Metode ini bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam artian bahwa penyisipan
elektroda tidak mengubah komposisi uji larutan, karena jika spesies yang
direspon oleh elektroda indikator berpartisipasi dalam kesetimbangan larutan,
maka aktivitasnya diukur ketika ia hadir, tanpa mengganggu kesetimbangan itu
sendiri.
8. Mengapa di beberapa literature dikatakan bahwa bila menggunakan teknik
potensiometri kondisi pH sampel larutan yang dianalisiss tidak boleh terlalu asam?
Mengapa diperlukan larutan yang mengandung elektrolit tinggi? Bagaimana kalau
banyak senyawa lain seperti besi dalam sempel yang dianalisis?

Potensiometri tidak boleh meganalisis analit yang terlalu asam maupun terlalu basa
karena akan menurunkan selektivitasnya. Jika terlalu asam, akan ada banyak ion
hiodrogen (H+). Ion analit akan diikat oleh H+ yang ada pada larutan, akibatnya
sejumlah ion berdifusi ke membrane sehingga selektivitas membrane menjadi kurang.
Begitupun dengan pH yang terlalu basa. Karena adanya gugus OH-

yang

menyebabkan hidrolisis.

Analisis potensiometri juga diperlukan analit yang memiliki elektrolit tinggi/kuat. Hal
itu dikarenakan elektrolit kuat adalah penghantar listrik yang sangat baik. Ion-ion
didalamnya

bergerak

bebas.

Sehingga

dapat

menghantarkan

electron

dan

menghasilkan beda potensial. Beda potensial adalah dasar analisis potensiometri.


Namun apbila analit adalah elektrolit lemah, maka dapat dibantu dengan jembatan
garam.

Pengaruh ion lain dalam analit berhubngan dengan elektroda indikator. Elektroda
indikator adalah elektroda yang bersentuhan langsung atau peka terhadap analit. Kita
harus memilih elektroda yang tidak peka terhadap ion lain selain ion yang akan
dianalisis, contohnya kita akan menganalisis ion F dalam air mineral yang
mengandung juga ion besi. Jadi jangan memilih elektroda yang peka juga terhadap ion
besi. Karena akan mempengaruhi beda potensial yang dihasilkan.

9. Dengan menggunakan teknik potensiometri langsung, Anda memperoleh data


potensial dari sampel dan larutan standar. Bila hasil kurva kalibrasi E terhadap log
konsentrasi adalah seperti pada gambar 1. Bagaimana Anda menentukan
konsentrasi fluorida dalam sampel? Apakah elektroda telah bekerja dengan baik
dalam sistem tersebut?

17 | P a g e

Gambar 1. Penentuan konsentrasi fluorida dengan Potensiometri Langsung


Sampel yang digunakan dalam metode potensiometri tersebut memiliki potensial sel
sebesar 150 mV setelah terukur pada milivoltmeter atau potensiometer yang digunakan.
Dengan menggunakan persamaan garis linier pada kurva kalibrasi yang telah diketahui
pada soal, maka akan diketahui konsentrasi ion fluorida pada sampel yang terukur.
Dari regresi kurva di atas diperoleh potensial sampel sebesar 150 mV.

dimana :

Maka :

Maka, kadar fluorida yang terkandung dalam sampel tersebut adalah sebesar 0,147 mg/L.
Ada beberapa parameter yang paling umum digunakan untuk Elektroda Selektif Ion,
yaitu daerah kurva linier dan kemiringan kurva kalibrasi. Daerah linier yaitu selang
konsentrasi yang memberikan hubungan linier antara potensial sel yang terukur dengan
log konsentrasi ion yang diukur. Sedangkan kemiringan kurva kalibrasi merupakan nilai
kemiringan kurva kalibrasi pada daerah linier. Suatu ESI yang baik harus memenuhi
beberapa syarat berikut, yaitu :
18 | P a g e

1. Hanya Selektif terhadap satu jenis ion


2. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama (biasanya sekitar 6 bulan)
3. Mempunyai daerah linier yang lebar
10. Bila digunakan potensiometri dengan metode adisi standar maka kesalahan
pengukuran karena adanya kemungkinan pembentukan kompleks ion lain seperti
besi III dengan ion fluorida dapat dihindarkan. Walaupun dengan penggunaan
buffer sejenis TISAB pembentukan kompleks ini dapat dicegah. Hasil pengukuran
potensial dapat dilihat pada gambar 2. Bagaimana Anda menjelaskan penentuan
konsentrasi fluorida pada sampel larutan dengan metode adisi standar?
Bandingkan hasil yang diperoleh pada kedua cara diatas.

Gambar 1. Penentuan konsentrasi fluorida dengan

Gambar 2. Penentuan konsentasi fluorida

Pengukuran potensiometri langsung

dengan Adisi standar

Larutan TISAB berfungsi menyamakan kekuatan ion larutan dengan cara


meningkatkan kekuatan ion keduanya sampai titik maksimal. Pada saat konsentrasi
larutan melebihi 0.1 M, larutan TISAB tidak dapat meningkatkan kekuatan ion larutan
tersebut sehingga penambahan larutan TISAB tidak akan memberi efek apapun.
Pada saat larutan standar dan sampel memiliki kekuatan ion yang sama, hubungan
lurus antara konsentrasi dan potensial sel sudah dapat diperoleh. Karenanya, penambahan
larutan TISAB tidak memberikan pengaruh signifikan
Dari kurva adisi standar diatas, maka kita dapat menentukan konsentrasi fluor
dengan metode adisi standar. Telah kita ketahui bahwa sumbu x = Cs.Vs. dan sumbu y =
(Vo + Vs).

. Sedangkan nilai potensial sel (E) adalah:

E = K + S log C, dimana C =

Sehingga,

19 | P a g e

=
Cu.Vo + Cs.Vs = (Vo+Vs).
=
=1+

(Vo + Vs).

= Vo +

. Cs. Vs

Dari persamaan tersebut kita dapat menentukan konsentrasi Fluor dengan cara :
Jika x = 0, maka Cs.Vs = 0
y = 100, maka (Vo + Vs).

= Vo +

. Cs. Vs = 100

Vo = 100
Jika y = 0, maka (Vo + Vs).
100 +

= Vo +

. Cs. Vs = 0

. Cs. Vs = 0

Cu =
Saat y = 0, x = 215 = Cs.Vs
Maka, Cu =

= 215/100 = 2,15 mg/L

11. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larutan baku/standar
dan kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanyadan mengapa
diperlukan dalam kegiatan ini?
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan dalam buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri
dan ditempatkan di erlenmeyer. Larutan baku/standar dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Larutan Baku Primer
Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya kita harus
memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat dengan
melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang diketahui dengan

20 | P a g e

tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui dengan tepat volumenya sehingga
dapat dihitung konsentrasi murninya.
Persyaratan standar primer :

Kemurnian tinggi

Stabil terhadap udara (tidak terpengaruh oleh udara)

Tersedia dengan mudah

Cukup mudah larut

Berat molekul cukup besar

Larutan baku primer dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang
belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dengan volume
tertentu. Contoh: Asam Oksalat, K2Cr2O7, As2O3, asam benzoat.
2. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh : AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2, NaOH.
Persyaratan standar sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

Berat ekuivalen tinggi

Larutan relatif stabil didalam penyimpanan


Sedangkan kurva kalibrasi adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan

standar yang masih dalam batas linieritas sehingga dapat diregresi-linierkan. Biasanya
kurva ini digunakan untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari
hasil pengukuran sehingga konsentrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah
melalui kurva kalibrasi.
Jadi, analisis kuantitatif dengan kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur
potensial sel di dalam beberapa larutan baku yang memiliki konsentrasi berbeda.
Kemudian mengalurkan nilai potensial yang telah diperoleh dengan logaritma
konsentrasi yang diukur. Hubungan linier antara potensial elektroda kerja dengan log
konsentrasi memungkinkan penentuan ion dalam larutan.

21 | P a g e

12. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal-hal apa sajakah yang harus
diperhitungkan/dipertimbangkan?
1. Tahap Perencanaan Analisis
Tahapan awal ini harus selalu dilakukan agar setiap proses analisis yang dilakukan
menjadi terarah. Tahap perencanaan ini disebut juga sebagai tahapan panduan untuk
melakukan kegiatan analisis. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, maka
harus diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:

Data dan informasi sampel yang akan dianalisis.

Metode analisis yang akan digunakan.

2. Tahap Pengambilan Sampel


Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia analitik disebut juga sebagai
sampling. Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan melakukan
analisis dengan metode kuantitatif. Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus
mewakili keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak
antara titik pengambilan sampel, dan penghomogenan terhadap sampel hasil
sampling.
3. Tahap Persiapan Sampel untuk Dianalisis
Sampel yang diambil di alam banyak yang bentuknya masih berupa padatan.Oleh
karena bentuk ini sukar untuk dianalisis, maka sampel berupa padatan harus diubah
dulu menjadi bentuk yang mudah dianalisis.
13. Bagaimana Anda membuat 500 ml larutan H2SO4 0,25 M yang berasal dari asal
sulfat pekat 21,8% (w/w) dengan densitas 1,1539 g/ml di laboratorium?
Mol H2SO4 yng ingin dibuat adalah = M.V
= (0,25 M) (0,5 L)
= 0,125 mol
Maka dibutuhkan H2SO4 pekat sebesar 0,125 mol
Massa H2SO4 pekat yang dibutuhkan adalah = (0,125 mol) (98 gram/mol)
= 12,25 gram
Karena kadar H2SO4 21,8%, dengan densitas 1,1539 g/ml, maka setiap Volume yang
dibutuhkan =
Volume

= 48,7 ml larutan H2SO4 pekat


22 | P a g e

Maka untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0,25 M, dapat digunakan asam sulfat
pekat 21,8% sebanyak 48,7 ml. Lalu dilarutkan dalam pelarut air hingga volume larutan
(volume asam sulfat pekat + volume air) menjadi 500 ml.
14. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu 43,31
ml larutan tersebut dititrasi oleh garam Na2C2O4 yang berasal dari padatannya
seberat 0,2121 gram. Diketahui berat formula Na2C2O4 adalah 134 g/mol
Pada saat titrasi, maka mol ekuivalen KMnO4 = mol ekuivalen Na2C2O4
# mol ekuivalen Na2C2O4

=
=
= 0,00316 mol ekuivalen

# maka mol ekuivalen KMnO4 = 0,00158 mol ekuivalen


# Normalitas KMnO4

=
= 0,073 N
# Normalitas

= M.n

= N/n
= (0,073 N)/1
= 0,073 M

15. Bagaimana Anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:


Ag/AgCl(jenuh/s), HCl (0.02 M// KCl (jenuh), Hg2Cl2(jenuh)/Hg(l)
Dari diagram sel berikut maka dapat disimpulkan bahwa Ag/AgCl atau logam tembaga
mengalami oksidasi sedangkan Hg2Cl2(jenuh)/Hg(l) atau logam merkuri mengalami
reduksi. sedangkan HCl (0.02 M// KCl (jenuh) berfungsi sebagai jembatan garam.
Reduksi : 2Hg2Cl2 + 2e- 2Hg + 2Cl-

Eo = 0,268 V

Oksidasi : Ag + Cl AgCl + e-

Eo = 0,222 V

Eo sel = Eo reduksi Eo oksidasi


= 0,268 V 0,222 V
= 0,046 V
16. Untuk sel berikut ini, bagaimana Anda tentukan besarnya konstanta
kesetimbangan
2Ag+ + Cu == 2Ag + Cu2+
23 | P a g e

Dari persamaan Nernst diketahui bahwa :

Pada saat setimbang, diketahui nilai E = 0. Maka :

Diketahui bahwa :
Ag+ + e Ag

E = + 0,80 V

Cu2+ + 2e Cu E = + 0,34 V
Esel = +0,80 0,34 = 0,46 V
Maka,

Log K = 15,54
K = 3,47 x 1015

24 | P a g e

BAB III
Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa sebenarnya kandungan fluor dalam air tidak akan membawa
dampak negatif bagi kesehatan bila kadarnya dalam air tidak melebihi ambang batas, yaitu
1,5 mg/L. Apabila kandungan fluor dalam air minum melebihi ambang batas, maka akan
mengganggu kesehatan, seperti efek pada gigi, efek pada tulang, atau bahkan bisa
menyebabkan kanker.
Untuk itu, kita sebagai seorang sarjana kimia harus meneliti terlebih dahulu apakah
kandungan fluor dalam air minum tersebut telah melebihi ambang batas atau tidak. Metode
analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan fluor dalam air minum ada
berbagai macam, yaitu gravimetri, volumetri, dan potensiometri.
Gravimetri adalah salah satu metode analisis secara kuantitatif dalam ilmu kimia pada
suatu zat/komponen yang telah diketahui. Cara yang digunakan adalah dengan mengukur
berat komponen dalam keadaan murni setelah proses pemisahan. Proses paling penting dalam
gravimetri adalah penimbangan. Terdapat 3 metode yang dalam gravimetri ini, yaitu
pengendapan, penguapan, dan elektrolisis.
Volumetri merupakan cara penentuan kadar berdasarkan volume zat yang terukur.
Metode ini menggunakan istilah titran, sampel, dan indikator. Titran merupakan zat yang
telah diketahui kadarnya, sampel merupakan zat yang akan ditentukan kadarnya, sedangkan
indikator merupakan petunjuk kapan kegiatan titrasi harus dihentikan. Peralatan yang
digunakan meliputi labu Buret sebagai tempat titran yang disanggah oleh stattif dan klem,
serta labu Erlemeyer sebagai tempat sampel yang diteliti.
Potensiometri adalah suatu set alat yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion
analit. Peralatan yang digunakan terdiri dari elektroda pembanding, elektroda indikator, alat
pengukur potensial (potensiometer), jembatan garam, larutan yang dianalisis (analit).
perhitungan analisis dengan potensiometri dapat dibantu dengan persamaan Nernst. Dalam
menganalisis analit dengan potensiometri harus memperhatikan sampel yang akan dianalisis,
dan elektroda yang akan digunakan. Sampel tidak boleh terlalu asam atau basa, diperlukan
analit yang memiliki elektrolit tinggi/kuat, dan elektroda indikator harus sesuai dengan ion
pada sampel yang akan dianalisis.
Hasil yang diperoleh jika dilihat dari hasil dengan metode adisi standar, kandungan
fluor tersebut berkisar 2,15 mg/L. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, maka dapat
diketahui dengan pasti bahwa air minum tersebut tidak baik bagi keehatan karena memiliki
kandungan fluor yang tinggi.
25 | P a g e

Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
Skoog. 1988. Fundamentals of Analytical Chemistry. London : Saunders College
Publishing
Dr. David L. Zellmer.1999. The Fluoride Ion Selective Electrode Experiment
Direct

Potentiometry

and

Standard

Addition

Methods.

http://zimmer.csufresno.edu/~davidz/Chem102/FluorideISE/FluorideISE.html
(diakses pada 11 Oktober 2014)
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraww Hill Companies,
Inc.
Skoog, Douglas A. , West, Donald M. , Holler, F. James. Fundamental of Analytical
Chemistry, Sixth Edition. New York: Saunders College Publishing
ASI

Engineers.

2013.

Standard

Addition

Method.

http://www.asi-

sensors.com/ASI/learning/standard_addition.pdf (diakses pada 10 Oktober


2014).

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai