Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PERENCANAAN RUANGAN: PERENCANAAN TENAGA KERJA (SDM)


DI BANGSAL DAHLIA 1 RSUP DR SARDJITO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan
Manajemen Pelayanan Keperawatan

Disusun oleh :
Kelompok 15 A dan 15 B
1
2
3
4
5
6

Karisma Dwijayanti
Nafiatun Aliyya
Umu Habibah
Maizan Rahmatina
Putri Pamungkassari
Vinda Astri Permatasari

P07120112023
P07120112027
P07120112040
P07120112064
P07120112071
P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN

PERENCANAAN RUANGAN: PERENCANAAN TENAGA KERJA (SDM)


DI BANGSAL DAHLIA 1 RSUP DR SARDJITO

Disahkan pada:
Hari/Tanggal :................

Disusun oleh :
Kelompok 15 A dan 15 B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Karisma Dwijayanti
Nafiatun Aliyya
Umu Habibah
Maizan Rahmatina
Putri Pamungkassari
Vinda Astri Permatasari

P07120112023
P07120112027
P07120112040
P07120112064
P07120112071
P07120112080

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

Setyo Tri Wibowo, S.Kep.Ns

Wahyu Ratna. SKM, M.Kes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
sistem kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup
masyarakat. Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang
dibandingkan dengan sumber daya yang lain dan tergantung yang
menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk pemerataan pelayanan.
Dalam

merencanakan

kebutuhan

tenaga

kesehatan,

Departemen

Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul Dasar Susunan


Personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan tenaga
kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai
dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indicator
keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya
manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi professional sesuai dengan
fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan
dirumah sakit. Sedang Gillies (1994) memperkirakan bahwa sekitar 75%
tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total
anggaran digunakan untuk menggaji perawat.Kualitas asuhan keperawatan
dapat dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber
daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan
penelitian WHO (1997), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk
Indonesia ditemukan

fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit

menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan


perawat. Hal ini disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan
baik, dan perawat yang lain masih banyak yang tidak mementingkan absensi.
Dengan tanpa dipungkiri lagi bahwa perawat merupakan kelompok terbesar di
era rumah sakit sehingga baik buruknya pelayanan rumah sakit adalah
merupakan citra dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian pelayanan
keperawatan.

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat


ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi
perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan
yang

strategis

dan

sistematis

dalam

memenuhi

kebutuhan

tenaga

keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan: klasifikasi


klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan
keperawatan, jumlah dan kategori

tenaga keperawatan serta perhitungan

jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manajer


keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu unit rumah sakit.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan
yang efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui

metode

penghitungan

tenaga

kerja

yang

digunakan dilapangan
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tenaga berdasarkan prinsip
perhitungan jumlah tenaga perawatan
c. Mampu menghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan di lapangan
sesuai dengan metode-metode penghitungan SDM perawat.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang
yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2004).
Perencanaan SDM merupakan rangkaian atau proses, untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja sekarang dan di masa datang bagi sebuah
perusahaan (Nawawi, 2005).
Penyusunan perencanaan ketenagaan dapat didefinisikan sebagai suatu
aktivitas yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang adequat serta
kesatuan anggota tim kesehatan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien,
keamanan, kualitas pelayanan. Penyusunan perencanaan ketenagaan
merupakan fungsi ketiga dari manajemen, ketentuan dari pelayanan
kesehatan adalah tenaga kerja intensif, dengan campuran sumber tenaga
kerja dengan

tingkatan pendidikan dan keahlian yang bervariasi (seperti

perawat profesional, dokter, farmasi, terapis, pekerja sosial, ahli gizi, perawat
praktik, teknisi dan tenaga lainnya) (Cherry & Jacob, 2008).

B. Sifat Perencanaan
1. Faktual (dibuat berdasarkan fakta atau data, memperkirakan kejadian
yang akan datang dalam tindakan pelaksanaan kelak).
2. Rasional (masuk akal, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan
angan-angan).
3. Fleksibel (dapat

mengikuti

perkembangan

kemajuan

masyarakat,

perubahan situasi dan kondisi; dapat diubah atau disempurnakan sesuai


keadaan atau tidak merubah tujuan).
4. Kontiniu atau berkesinambungan (dipersiapkan untuk tindakan yang terus
menerus dan berkelanjutan, tidak untuk sekali tetapi untuk selamanya).
5. Dialektis
(memperkirakan
peningkatan
dan
perbaikan
untuk
kesempurnaan masa yang akan datang).
C. Prinsip Perencanaan
1. Contributeir (membantu tercapainya tujuan manajemen).
2. Primary activity (kegiatan pertama dari seluruh kegiatan manajemen).
3. Pervasivitas (mencakupi seluruh kegiatan manajemen, menyeluruh dalam
setiap level).
4. Alternative (adanya alternatif atau pilihan bahan, waktu, tenaga, biaya).
5. Efficiency (nilai efisiensi, penghematan dan kerapian).

6. Limiting factor (faktor yang urgen, terang, jelas, tegas dan tidak berteletele).
7. Fleksibilitas (mudah disempurnakan, diperbaiki, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang berubah-ubah).
8. Strategis (punya siasat atau strategi agar diterima atasan, masyarakat
maupun anggota untuk dilaksanakan).
D. Perencanaan keperawatan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang
strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam
asuhan

keperawatan

kepada

semua

pasien,

menegakkan

tujuan,

mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga


keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
E. Strategi Perencanaan SDM Kesehatan
Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan (Depkes
RI, 2004):
1. Rencana

kebutuhan

SDM

Kesehatan

disesuaikan

dengan

kebutuhan pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional


maupun global.
2. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata,
serasi, seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya
pemerataan SDM Kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan
antara hak dan kewajiban perorangan dengan kebutuhan masyarakat.
Pendayagunaan SDM Kesehatan oleh pemerintah diselenggarakan
melalui pendelegasian wewenang yang proporsional dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah.
3. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya
kesehatan dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010.

4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan


pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah
masing-masing.
F.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan SDM Kesehatan


Menurut Depkes RI, 2004, pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan
dapat ditentukan berdasarkan :
1. Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat.
2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan; atau
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
4. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM
adalah (Depkes RI, 2004):
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli,
maupun
2. keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat atau bencana
3. Pertumbuhan ekonomi; dan
4. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan.

G. Pengertian Klasifikasi Pasien


Klasifikasi pasien merupakan
berdasarkan

tingkat

suatu

ketergantungannya

pengelompokan
kepada

perawat,

pasien
guna

mempermudah dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di suatu


ruangan dalam rumah sakit.
Klasifikasi pasien juga menjadi dasar dalam menentukan standar
waktu pelayanan pasien rawat inap.
H. Tujuan Klasifikasi Pasien
Tujuan klasifikasi pasien antara lain adalah:
1. Mengetahui tingkat ketergantungan pasien dengan perawat.
2. Mempemudah dalam menentukan standar waktu pelayanan.
3. Mempermudah dalam menentukan perhitungan jumlah tenaga perawat
yang diperlukan dalam suatu ruangan di rumah sakit.
I.

Kategori Tingkat Ketergantungan Pasien


Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar
waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:
1. Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24 jam.
2. Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3-4 jam/24 jam.

3. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam.


Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Kategori I (Self care/minimal care atau perawatan mandiri)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara umum
baik,tidak ada reaksi emosional,pasien memerlukan orientasi waktu,
tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
simpel. Pasien yang masuk kategori ini adalah:
a. Pasien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan
1)
Mampu naik-turun tempat tidur.
2)
Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
3)
Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan.
4)
Mampu embersihkan mulut (sikat gigi sendiri).
5)
Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit
bantuan.
6)
Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
b. Status psikologis stabil.
c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
d. Operasi ringan.
2. Kategori II (Intermediet care atau perawatan sedang)
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga
dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien
sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda
vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran
drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan
untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan
mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi. Yang termasuk kategori
pasien ini adalah:
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1) Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur.
2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan.
3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.
4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap).
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan.
7) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK.
b. Post operasi minor (24 jam).
c. Melewati fase akut dari post operasi mayor.
d. Fase awal dari penyembuhan.
e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
f. Gangguan emosional ringan
3. Kategori III (Intensive care atau perawatan total)

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh


perawat penampilan sakit berat, pasien memerlukan observasi terusmenerus. Yang termasuk pasien kategori ini adalah:
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama.
1) Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong/kursi roda.
2) Membutuhkan latihan pasif.
3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NGT (sonde).
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandaN.
6) Dimandikan perawat.
7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
b. 24 jam post operasi mayor.
c. Pasien tidak sadar.
d. Keadaan pasien tidak stabil.
e. Observasi TTV setiap kurang dari jam.
f. Perawatan luka bakar.
g. Perawatan kolostomi.
h. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator).
i. Menggunakan WSD.
j. Irigasi kandung kemih secara terus menerus.
k. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi).
l. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/leher.
m. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.
J. Metode Perhitungan Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit
1. Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan
Rumus Douglas (1984)
Menurut Douglas (1984) Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi
derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Minimal care memerlukan waktu 12 jam/24 jam
b. Partial care memerlukan waktu 34 jam/24 jam
c. Total care memerlukan waktu lebih dari 5 jam.
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien
dengan klasifikasi minimal, 14 klien dengan klasifikasi parsial dan 5 klien
dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk
jaga pagi ialah:
Jumla
h
pasien
1
2

Klasifikasi Pasien
Parsial

Minimal

Total

0,17
0,34

0,14
0,28

0,07
0,14

0,27
0,54

0,15
0,30

0,10
0,20

0,36
0,72

0,30
0,60

0,20
0,40

0,51

0,42

0,21

0,81

3 x 0,17

= 0,51

14 x 0.27

= 3,78

5 x 0,36

= 1,90

Jumlah:

6,09 -> 6 orang

0,45

0,30

0,10
8

0,90

0,60

2. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan


Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan
yang

dapat

digunakan

untuk

perhitungan

kebutuhan

tenaga

keperawatan adalah sebagai berikut:

Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR)


Hari kerja efektif x 40 jam

+ 25%

3. Metode Gillies (1982)

TP=

Jumlah Jam Perawatan yang Dibutuhkan per Tahun


Jumlah Jam Kerja Perawatan per Tahun x Jam Kerja Perawat per Hari

TP=

( Jam Efektif per 24 Jam ) ( BOR Jumlah Tempat Tidur ) 365


( 365 Jumlah Hari Libur ) Jam Kerja per Hari

BAB III
KEADAAN LAPANGAN PRAKTIK

A.
Ruangan di Dahlia 1 RSUP dr. Sardjito
1. Kapasitas Ruangan
Di bangsal Dahlia 1 terdapat 27 tempat tidur. Ruang Dahlia 1 adalah ruang
perawatan kelas 1,2,3 yang melayani perawatan pasien penyakit dalam.

2. Kapasitas per Kelas


Kelas 1
: 2 kamar. Kamar 1 dan kamar 2
Kelas 2
: 4 kamar. Kamar 3, 4, 6, dans 7
Kelas 3
: 2 kamar. Kamar 8 dan kamar 10
Kamar isolasi : 1 kamar. Kamar 11
3. Pembagian Ruangan
Di bangsal Dahlia 1 terdapat beberapa ruangan, yaitu :
a. Ruang penyimpanan
b. Gudang
c. Kamar mandi pasien
d. Kamar mandi perawat
e. Ruang kepala ruang
f. Ruang perawat
g. Ruang ganti
h. Dapur
4. Gambaran umum pasien di Ruang Dahlia 1 RSUP Dr. Sardjito
berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Douglas, 1984 (dalam
Swansburg & Swansburg, 1999) (pada saat pengkajian tanggal 10
September 2014) berjumlah 20 orang pasien dengan rincian:
a. Total care : 3 orang
b. Partial care : 11 orang
c. Minimal care : 6 orang

B.

SDM Dahlia 1 RSUP dr. Sardjito


1. Berdasarkan Tim dan Pendidikan
a. Tim 1 : 6 orang perawat
Dengan lulusan D3 berjumlah 4 orang dan lulusan S1 berjumlah 2
orang.
b. Tim 2 : 5 orang perawat
Dengan lulusan D3 berjumlah 4 orang dan lulusan S1 berjumlah 1
orang.
c. Tim 3 : 6 orang perawat
Dengan lulusan D3 berjumlah 5 orang dan lulusan S1 berjumlah 1
orang.
d. 1 orang kepala ruang
2. Berdasarkan Profesi
a. Perawat : 18 orang termasuk kepala ruang
b. Dokter
c. Pramuhusada 2 orang
d. Cleaning service 1 orang
3. Rata-rata jumlah perawat shift pagi 6 orang, shift siang 3 orang, shift
malam 3 orang.

4. Metode penghitungan SDM perawat yang digunakan adalah metode


Depkes B.
C.

Indikator Mutu Pelayanan

1. BOR (Bed Occupancy Rate) : 88,86 %


2. Jam perawatan efektif per shift : 4 jam

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Menghitung Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan


1. Metode Douglas
Douglas, 1984 (dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar
per shiftnya, yaitu sebagai berikut :
Jumla

Klasifikasi KLien

h
Pasien
1

Pagi

Minimal
Sore
Malam Pagi

Parsial
Sore
Malam Pagi

Total
Sore Malam

0,17

0,14

0,07

0,27

0,15

0,10

0,36

0,30

0,20

0,34

0,28

0,14

0,54

0,30

0,20

0,72

0,60

0,40

0,51

0,42

0,21

0,81

0,45

0,30

1,08

0,90

0,60

Dst

Didapatkan data sebagai berikut :


Ruang rawat Dahlia 1 bangsal penyakit dalam di Rumah Sakit Dr. Sardjito
dengan 20 orang klien, dimana pada hari Rabu, 10 September 2014
terdapat6 pasien dengan ketergantungan minimal, 11 pasien dengan
ketergantungan parsial dan 3 pasien dengan ketergantungan total. Maka
jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal

Parsial

Total

Jumlah

Pagi

0,17 x 6 = 1,02

0.27 x 11 = 2.97

0.36 x 3 = 1,08

5,07 (5) orang

Sore

0.14 x 6 = 0,84

0.15 x 11 = 1,65

0.3 x 3 = 0,9

3,39 (3) orang

Malam

0.07 x 6 = 0,42

0.10 x 11 = 1,1

0.2 x 3 = 0,6

2,12 (2) orang

Jumlah secara keseluruhan perawat perhari

10 Orang

2. Metode Depkes B
Metode penghitungan SDM perawat yang digunakan oleh RSUP Dr.
Sardjito adalah metode Depkes B, dengan rumus sebagai berikut :
a. Langkah 1 :
X =C:D
= (A x B) : D
=((BOR x jumlah TT) x B) : D
= ((88,86% x 27) x 4) : 7
= 13,70
b. Langkah 2 :
Y = (81 x X) : 284
= (81 x 13,70) : 284
= 3,91
c. Langkah 3 :
Z = 25% (X + Y)
= 25% (13,70 + 3,91)
= 4,4
d. Langkah 4 :
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan = X + Y + Z
= 13,70 + 3,91 + 4,4
= 22 orang
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu hari untuk Bangsal
Dahlia 1 dengan menggunakan metode Depkes B adalah 22 perawat
Keterangan :
X = jumlah tenaga yang dibutuhkan
C = jumlah perawatan jam/hari
D = jam efektif per tugas jaga per shift (7 jam)

B = rata-rata jam perawatan per hari


A = rata-rata jumlah pasien per hari
Y = jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk hari libur dan cuti
Z = jumlah tenaga yang mengerjakan tugas non keperawatan
Jumlah hari libur dan cuti tahunan = 81 hari
Hari kerja efektif 1 tahun 284 hari (365 12 52 17)
365 = Jumlah hari dalam satu tahun
12 = Jumlah hari cuti dalam satu tahun
52 = Jumlah hari minggu dalam satu tahun
17 = Jumlah hari libur nasional dalam satu tahun
B. Pembahasan
1. Menurut rumus Douglas
Jika dihitung dengan rumus Douglas, jumlah tenaga perawat
dalam sehari (3 shift) yang dibutuhkan di Dahlia 1 bangsal penyakit dalam
RSUP dr. Sardjito berjumlah 10 orang. Namun dalam kenyataan di
lapangan, jumlah tenaga perawat yang bertugas dalam sehari rata-rata
adalah 12 orang dimana untuk shift pagi jumlah rata-rata jumlah perawat
yang berjaga adalah 6 orang, shift siang dan malam rata-rata berjumlah 3
orang. Hal ini terjadi karena jika menggunkan rumus douglas jumlah
tenaga perawat dalam sehari dapat berbeda-beda tergantung pada
tingkat ketergantungan pasien pada hari itu.
2. Menurut rumus Depkes B
Jika dihitung dengan rumus Depkes B, jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan di Dahlia 1 bangsal penyakit dalam RSUP dr. Sardjito
berjumlah 22 orang. Sedangkan dalam kenyataan di lapangan, jumlah
tenaga perawat keseluruhan ada 17 orang.
Dengan adanya 27 tempat tidur, maka idealnya tenaga perawat
yang dipekerjakan di ruang Dahlia 1 adalah 22 orang menurut rumus
Depkes B, sehingga jumlah perawat di ruang Dahlia 1 dapat dikatakan
tidak memenuhi kriteria. Sedangkan, dengan kondisi ruang Dahlia 1 yang
saat ini hanya dapat menerima maksimal 20 pasien (20 tempat tidur),
maka jumlah perawat di ruang Dahlia 1 saat ini sudah mencukupi yaitu 17
orang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Metode penghitungan tenaga kerja yang digunakan di bangsal Dahlia I
penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito adalah metode Depkes B
2. Jumlah perawat yang dibutuhkan di bangsal Dahlia 1 (Penyakit Dalam)
RSUP Dr. Sardjito adalah dengan perhitungan menggunakan rumus
Douglas, 1984 dapat diperoleh bahwa jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan dalam satu hari adalah 10 perawat. Dan menghitung jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan dengan menggunakan metode Depkes
B diperoleh bahwa dibutuhkan 22 perawat dalam satu ruangan di bangsal
Dahlia 1 RSUP Dr. Sardjito.
B. SARAN
Penggunaan SDM di tatanan pelayanan, yang dalam konteks ini adalah
rumah sakit, secara tepat dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Sedikit
saran dari kami agar pelayanan tetap maksimal denganhasil yang baik
adalah sebagai berikut:
1. Visi dan misi dari SDM yang sejalan dan seiring dengan visi dan misi
2.

rumah sakit.
SDM yang tersedia dikelola dengan baik dengan tujuan agar dapat

3.

meningkatkan kualitas dari pelayanan itu sendiri.


Pengadaan karyawan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing
bangsal dengan tujuan agar pelayanan keperawatan kepada pasien

4.

dapat berjalan dengan maksimal dan hasilnya tidak mengecewakan.


Pendekatan terhadap seluruh tenaga kesehatan dengan baik untuk
meningkatkan keakraban dari dan mempererat kerjasama yang bersifat
kolaboratif antar tenaga kesehatan dalam meningkatkan mutu dan
kualitas asuhan.
Beberapa poin diatas adalah hal-hal yang dapat kami sampaikan, dan

bermaksud agar SDM di tatanan pelayanan ini tetap selaras dalam


menjalankan kewajiban-kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2011. Manajemen Keperawatan I dan II. Diunduh pada tanggal 08


September

dari

http://ayuningnurse.blogspot.com/2011/11/perencanaan-

sumber-daya-keperawatan.html
Cherry, Barbara & Jacob, Susan R. 2008 .Contemporary Nursing Issues, Trends
& Management, 4th edition. St. Louis, Mo. : Mosby/Elsevier
Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
81/Menkes/Sk/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah
Sakit. Keputusan Menkes RI. Jakarta : Depkes RI
Gillies, Dee Ann. 1994. Nursing Management, A System Approach. Third Edition.
WB Saunders : Philadelphia.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif, Cetakan Ke-4. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Rakhmawati, Windy. 2008. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di
Unit Keperawatan. Pelatihan Manajemen Unit. Bandung
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. 1999. Introductory Management And
Leadership For Nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers

Anda mungkin juga menyukai