Anda di halaman 1dari 6

A.

Gaya Gaya Komunikasi dalam Komunikasi Konseling

Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi


yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal
behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai
untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian
dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan
harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:

1. The Controlling style


Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau
maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah
atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian
kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan
negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa
orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain
supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun
demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga
menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2. The Equalitarian style


Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks,
santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah
orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif
dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan

terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3. The Structuring style


Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi,
jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau
Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur
yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih
memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang muncul.

4. The Dynamic style


Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau
sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (actionoriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang
kritis tersebut.

5. The Relinguishing style


Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun
gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender)
mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style


Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya
tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain,
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang
tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari
tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi

B. Strategi Komunikasi yang dipergunakan dalam komunikasi konseling


Dalam konseling ada yang namanya keterampilan-keterampilan konseling. Sebab hal ini
dianggap penting karen auntuk terlaksananya suatu komunikasi konsleing yang dialogis dengan
mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selian dari memahami karakter kalin, penguasan
materi dan juga menguasai keterampilan komunikasi sangat penting untuk jalannya komunikasi.

Untuk itu setelah ini kita akan membahas lebih rinci dan singkat apa itu keterampilan konsleing.
1. Penghampiram
Penghampiran (attending) merupakan keteram[ilan berkomunikasi melalui isyarat-isyarata verbal
dan non verbal sehingga dapat menarik perhatian kepada pembicara pada tahap awal. Untuk itu
penghampiran ini merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat
dialogis. Hal ini biasanya dilakukan dengan sapaan yang biak dnegan nada yang baik, seperti :
assalamualaikum, selamat pagi , dan lain sebagainya. Hal sepertyi itu dilakukan dnegan cara
perkataan yang baik dan sop[an dengan bahasa tubuh yang baik seperti kontak mata, gerak
badan dan lain-lain.
Dengan si klien akan merasa diterima dan merasa penting dan merasa dihargai berada di dekat
seorang konselor. Keterampilan ini dapat dikebangkan melalui berbagai cara, seperti :
Ungakapan salam dan sapaan secara sopan
Penampilan diri dnegan postur fisik yang meyakinkan
Gerakan fisik yang disertai dnegan perhatian
Pengakuan
Memelihara kontak mata
Mengamati dan meyimak dnegna penuh perhatian
2. Empati
Empati adalah kesedian untuk memahami orang lain secara keseluruhan baik yang tampak
maupun yang terkadung khususnya dalam aspek perasaan, pikiran, sdan keinginan. Karen
adnegna berempati kita dapat berusaha menempatkan diri kita sedekat mungkin dnegna orang
lain. Dengan begitu kita dapat merasakan apa yang dirasakan dan bahkan kita dapat merasa
aklau seandainya kita berada dalam situasi seperti tersebut.
Keterampilan ini dapat dilakukan memberikan respon sebagai berikut:
Sikap menerima dan memahami ungkapan klien, sperti gerak mata, anggukan.
Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan lain
Pernyataan yang mengambarkan ungkapa suasana perasaan. Jadi jika sedih.
3. Merangkumkan
Sebagai wujud dari penerimaan kita terhadap ungkapan maka keterampilan yang diperlukan
adalah keterampialn mernagkum. Karen adalam berkomunikasi biasanya klien kaan
menyampaikannya secara panjang lebar. Untuk itu perlu kiranya kita sebgaai seorang konselor
meramkumnya. Dan untuk dapat merangkum maka seorang konselor harus menyimak baik-baik
apa yang dikatakan oleh kliennya dnegan baik kemudian membuat rangkuman. Dan untuk
selanjutnya adalah menyampaikan sebagai respon konselor terhadap klien. Dengan demikian
klien kana merasa diterima, dihargai, dan diakui dan pada gilirannya akan menunjang proses
konseling.
Hal ini dapat dilakukan dnegn cara sebgaai berikut:
Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan ungkapan secara lengkap
Menunjukkan sikap pemberian perhatian dan menyimaknya dnegna penuh perhatian.
Membuat catatan-catatan seperlunya untuk merangkum pembicaraan
Pada akhirnya klien dapat menyampaikan ungkapan-ungkapan konselor memberikan respon
4. Bertanya
Keteampialn bertanya merupakan ketemapilan yang penting dan strategis dalam komunikasi
konsleing sebab dapat menentukan kelancaran proses konseling. Jika bertanya dilakukan
dengan cara yang kurang tepat maka komunikasi tidak akan berjalan dnegan cara yang efektif.
Dan juga sebaliknya. Pertanyaan yang baik dapat merangsang orang lain untuk lebih terbuka,
keratif dan berkeinginan untuk berbagi informasi dan pengalaman.
Keterampialn bertanya dapat diekbangkan dnegan memperhatikan bebrapa hal sebgaai berikut:
Perhatikan suasan konseling dan kleinnya
Kuasai materi yang berkaitan dnegna pertanyaan

Ajukan pertanyaan dnegan cara yang jelas dan terarah


Segera berikan respon balikan terhadap jawaban balikan.
5. Kejujuran
Konselor harus mampu menunjukkan kejujuran dari apa yang diuangkap sehingga data
meberikan pesan secara objektif. Untuk itu seorang konselor harus mempu memberikan
penyampaiaan secara terbuka tanpa manipulasi. Dengan keterampialn ini konselor dapat
menyatakan perasaannya mengenai perasaan klien dengan cara sedemikian rupa sehingga klien
dapat menerima tanpa ada rasa tersinggung. Dan keterampialn ini dapat membantu untuk
berbagi perasaan terhadap apa yang dikatan atau dilakukan klien dan tetap menjaga hubungan
dnegna klien. Respon yang biasa diberikan oleh seorang konselor dengan jujur adalah respon
dnegan cara yang ikhlas dan jujur secara emosional dan secara langsung dapat menyatakan
perasaan sendiri.
Namun ada empat kondisi yang harus diperhatikan untuk mengemabngkan keterampilan
kejujuran, seperti :
Ungkapan perasaan yang sebenarnya
Kejadian tertentu yang membuat perasaan itu
Alasan mengapa berperasaan seperti itu
Pengaruh perasaan itu terhapad kegiatan selajutnya
6. Asertif
Asertif adalah suatu tindakan dalam membrikan respon terhadap tindakan orang lain dalam
bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa melanggar hak azasi oran g ain
yang mendasar pula. Dalam berkomunikasi konsleing keterampilan ini sangat diperlukan dalam
menerima respon kembali dnegn acra sedemikian hingga klien merasa hak asasinya tidak
terganggu. Seperti menerima telepon dan lainnya.
Katerampialm ini dapat dikebangkan dnegna cara yaitu ungkapan non verbal dan verbal. Dengan
cara non verbal dilakukan dengan kontak mata yang baik, membagi waktu yang baik, penampilan
yang tenag. Namun dnegna cara yang verbal seperti; ungkapan perasaan dan kepercayaan
secraa jujur, dan menggunakan suara yang jelas dan meyenangkan.
7. Konfrontasi
Keterampialn ini dugunakan untuk memberikan respon terhadap pesan seseorang yang
mengadung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan satu dnegan yang lainnya.
Dengan keterampialn ini kita daopat mengkonfontasikan dan merespon pesan ganda klien.
Keterampilan ini merupakan cara konselor untuk membetulakn titik perbedaan atau pertentangan
dalam situasi sebagai beriku ini :
a. Perbedaan atara apa yang diucapakan dengan apa yang dilakukan
b. Perbedaan antara apa yang dikatakan oleh seseorang dengan apa yang dilaporkan oleh orang
lain
c. Perbedaan atara apa yang dikatakan dengan apa yang Nampak
Namun untuk penerapan keterampilan konfrontasi ini sebaiknya memperhatikan hal-hal sebgaai
berikut :
Konselor memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap emapati dan jujur
Harus diperhitungkan agar klien mau menerima dan tidak menerima pertahanan dan
perlawanan,
Harus bersesuai dnegan situasi dan kondisi masalah
Harus singkat dan tepat sasaran
8. Pemecahan masalah
Hal ini penting karen auntuk membantu klien untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Dengan demikian pihak konseloer harus mengemabngkan suatu mekanisme
komunikasi yang memebrikan kesempatan pada klein menyatakan pendapat dan sumbangan

pemikiran, menjabarkan, dan emmilih alternative. Ada tujuh tahapan yang harus dilalui dalam
pemecahan masalah, seperti :
1. Menjajaki masalah
2. Memahami masalah
3. Membatasi masalah
4. Menjabarkan alternative
5. Memilih alternative yang baik
6. Menerapkan alternative

C. Memilih Gaya Komunikasi Yang Paling Tepat untuk situasi komunikasi


dan iklim komunikasi konseling
Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi
mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.[7] Iklim
komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita. Iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting
daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang
efektif.
Poole menyatakan bahwa iklim muncul dari dan didukung oleh praktik-praktik organisasi, yang melipui
iklim komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan
produktivitas. Mereka menerangkan bahwa bila sebuah organisasi melaksanakan suatu rencana insentif
keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan keputusan, mungkin muncul suatu perubahan dalam iklim
organisasi. Perubahan iklim ini mungkin, pada gilirannya, mempengaruhi kinerja dan produktivitas. Bahwa iklim
organisasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang
disebut komunikasi organisasi.[8]
Iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi itu penting karena secara tidak langsung iklim komunikasi
organisasi dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang di dalam sebuah organisasi. Kepada siapa orang-orang
berbicara, siapa saja yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, bagaimana kegiatan kerja
berlangsung dan bagaimana perkembangan orang-orang di dalam organisasi. Di dalam buku komunikasi
organisasi yang ditulis oleh Pace dan Faules menegaskan hal ini, dengan mengemukakan bahwa iklim
komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil
oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka
dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara
bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara
kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya,
semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi. Iklim yang negatif dapat benar-benar merusak yang dibuat anggota
organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi.[9]
Iklim komunikasi yang penuh rasa persaudaraan mendorong para anggota organisasi untuk
berkomunikasi sercara terbuka, rileks, ramah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim komunikasi yang
negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.[10] Jadi,
iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk mencurahkan usaha
kepada pekerjaan mereka dalam organisasi.
Dari sini dapat dikatakan bahwa iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting bagi
motivasi kerja dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Dari uraian di atas mengenai iklim komunikasi
organisasi, kita dapat melihat pentingnya peran iklim komunikasi organisasi bagi kehidupan sebuah organisasi.
Oleh karena itu iklim komunikasi organisasi merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan, tetapi harus
diperhatikan oleh organisasi.[11]
Redding (Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut.

1.
Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan
atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.
2.

Partisipasi membuat keputusan.

3.
Kepercayan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. Haney, menemukan bahwa
makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi.
4.

Keterbukaan dan keterusterangan.

5.
Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan dikomunikasikan dengan jelas kepada
anggota organisasi.[12]
6.

Unsur-Unsur Dasar Organisasi

Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Unsur-unsur dasar yang membentuk
suatu organisasi dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar, yaitu:
1.
Anggota organisasi:
Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi.
1.
Pekerjaan dalam Organisasi:
Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal.
1.
Praktik-praktik pengelolaan:
Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lainnya.
1.
Struktur organisasi:
Merujuk kepada hubungan-hubungan antara tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi.
1.
Pedoman organisasi:
Serangkaian pernyatan yang mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota organisasi
dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman organisasi terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti citacita, misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur dan aturan.[13]

Anda mungkin juga menyukai