Laporan IHT Sitophilus Akhir

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
Fial film  sebagai tempat untuk membiakkan Sithopilus oryzae.
Kain kasa  untuk menutup fial film yang sudah di isi Sithopilus oryzae.
Karet gelang  untuk mengikatkan kain kasa pada fial film.
Label  untuk menandai tiap perlakuan
Petridish  sebagai tempat mengidentifikasi Sithopilus oryzae. Jantan dan betina.
Lup  untuk melihat perbedaan Sitophilus oryzae jantan dan betina.
Bahan :
Beras jatah/raskin  sebagai obyek pakan untuk Sithopilus oryzae.
Beras IR64  sebagai obyek pakan untuk Sithopilus oryzae.
Beras Pandanwangi  sebagai obyek pakan untuk Sithopilus oryzae
Sithopilus oryzae  sebagai obyek hama yang akan diamati

3.2 Cara Kerja


Menyiapkan alat dan bahan

Menyediakan 3 fial film

Masing-masing fial film diisi dengan beras Raskin, IR64, dan Pandanwangi

Memasukkan masing-masing Sithopilus oryzae jantan dan betina sebanyak 4 ekor

Memberi label pada fial film sesuai dengan varietas pakan

Menutup fial film dengan kain kasa dan diikat menggunakan karet gelang

Diamati, catat hasil dan dokumentasi


3.3 Analisis Perlakuan
Dalam praktikum menganai hubungan kualitas pakan dengan perkembangan hama ini
dilakukan pengamatan pada tiga fial film yang telah disiapkan masing-masing diisi dengan
beras raskin, IR 64 dan pandan wangi kemudian sepasang imago jantan dan betina Sitophilus
oryzae dimasukkan ke dalam masing-masing fial film yang telah berisi beras. Setelah
dimasukkan pada fial film tersebut diberikan label agar tidak tertukar pada sat pengamatan
tersebut. Beras dibedakan untuk mengetahui hubungan antara kualitas beras(pakan) tersebut
dengan perkembangan Sitophilus oryzae. Fial film ditutup dengan kain kasa lalu diikat dengan
karet gelang. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap perkembangan populasi Sitophilus
oryzae. Dan dilakukan pengamatan mana dari ketiga jenis beras tersebut yang paling disukai
oleh Sitophilus oryzae, dan bagaiman pengaruhnya terhadap perkembangan hama Sitophilus
oryzae.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan & Dokumentasi Hasil

Data Sitophilus oryzae

Jumlah imago
No. Tanggal pengamatan Jenis beras
(ekor)
1 2 Mei 2014 Beras jatah/ raskin 1 (1 ekor mati)
Beras Pandan wangi 2
Beras IR64 2
2 4 Mei 2014 Beras jatah/ raskin 1
Beras Pandan wangi 2
Beras IR64 2
3 6 Mei 2014 Beras jatah/ raskin 1
Beras Pandan wangi 2
Beras IR64 2
4 8 Mei 2014 Beras jatah/ raskin 1
Beras Pandan wangi 2
Beras IR64 2
5 10 Mei 2014 Beras jatah/ raskin 1
Beras Pandan wangi 2
Beras IR64 2
Ket: Perkembangan hama hingga 10 HSI (Hari Setelah Infestasi) perkembangan
hama konstan tidak ada pertambahan.

Dokumentasi praktikum Hubungan Antara Kualitas Pakan Terhadap Perkembangan


Hama:
4.2 Grafik Hasil Pengamatan

Berikut hasil pengamatan perkembangan Sitophilus oryzae dengan menggunakan grafik :

Jumlah imago (ekor)


2.5

1.5

0.5

0
Beras Pandan wangi

Beras Pandan wangi

Beras Pandan wangi

Beras Pandan wangi

Beras Pandan wangi


Beras IR64

Beras IR64

Beras IR64

Beras IR64

Beras IR64
Beras jatah/ raskin

Beras jatah/ raskin

Beras jatah/ raskin

Beras jatah/ raskin

Beras jatah/ raskin

02-Mei-14 04-Mei-14 06-Mei-14 08-Mei-14 10-Mei-14


1 2 3 4 5

4.3 Pembahasan
Dalam praktikum pengamatan hubungan antar kualitas pakan dan perkembangan
hama dilakukan dengan menggubkan bahan pakan beras IR 64, beras jatah dan beras
pandan wangi. Dengan mengamati ketiga beras tersebut akan didapatkan mana beras yang
disukai oleh Sitophilus oryzae. Pada 3 fial film tersebut diisi setengah bagian fial filam
denagn masing-masing jenis beras. Setaiap fial film diberikan 1 pasang Sitophilus oryzae
(satu jantan dan satu betina), selanjutnya ditutup dengan kain kasa dan dikikat serta
diberikan label. Pengamatan tersebut dilakukan selama 10 hari, dari hasi pengamatan
tersebut didapatkan data jumlah imago Sitophilus oryzae dari awal pengamatan sampai
akhir pengamatan menunjukkan jumlah yang tetap sebanyak 2 ekor pada varietas beras
IR64 dan pandan wangi. Ini membuktikan bahwa imago tidak mengalami
perkembangbiakan. Pada awal pengamatan tanggal 2 Mei 2014 imago yang terdapat pada
beras raskin/jatah mengalami kematian sehingga imago berjumlah satu ekor sampai
dengan akhir pengamatan. Kematian dari Sitophilus oryzae dipengaruhi oleh beberapa
faktor mungkin kurang sesuainya pakan yang dibutuhkan. Preferensi sejenis serangga
terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama
menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur. Kematian imago dan imago
yang tidak mengalami perkembangbiakan diduga disebabkan oleh faktor makanan dan
faktor lingkungan (Kartasapoetra, 1991).
Faktor makanan berkaitan dengan dinamika serangga memilih sumber makanan
yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses perkembangbiakan
keturunannya. Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat
berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan
meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan
mati di tempat tersebut. Ketidak cocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal
sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya
kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi,
misalnya beras lebih disenangi dari pada gabah. (Yasin, 2009).
Sedangkan untuk faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangbiakan
Sitophilus oryzae antara lain: a) Temperatur dan Kelembaban, biasanya batas antara
temperatur minimum dan temperatur maksimum yaitu 5°C sampai 45°C, temperatur
optimum yang diperlukan bagi perkembangan hidup hama ini berkisar antara 25°C sampai
30°C, b) Cahaya, Kebanyakan hama gudang menyukai cahaya yang gelap. Hal ini telah
banyak dikemukakan oleh berbagai ahli. Banyak hama gudang yang aktif pada malam
hari. Kebanyakkan imago hama gudang meletakkan telurnya pada malam hari atau pada
tempat-tempat yang gelap. Demikian pula aktifitas hidup lainnya, kebanyakan terjadi pada
malam hari atau sore hari, c) Aerasi, Hama gudang ukuranya lebih kecil, sebagai mahkluk
hidup tentunya sangat memerlukan O2 bagi pernapasan, namun persyaratan udara yang
diperlukannya tidak sama. Diketahui bahwa sebagian besar hama gudang terrutama S.
oryzae L hidup pada material (produk tanaman) yang siklus udaranya dapat dikatakan
kurang baik (Kartasapoetra, 1990).
Kualitas dan kuantitas makanan berpengaruh terhadap preferensi serangga. Agar
makanan tersebut memberi pengaruh baik, maka harus tersedia dalam jumlah yang cukup
dan kandungan nutrisinya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keadaan biji seperti bentuk
biji, kekerasan kulit, warna dan adanya kandungan zat kimia tertentu berpengaruh pula
pada preferensi serangga (Suyono dan Sukarno, 1985).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahawa beras jatah kurang sesuai
dengan pakan yang dibutuhkan oleh S. oryzae dapat diaktakan kurang sesuai karena pada
imago yang diletakkan diberas jatah terdapat 1 imago yang mati, dan sampai akhir
pengamatan jumlah imago tetap 1 pada beras jatah. Sedangkan pada beras IR 64 dan beras
pandan wangi jumlah imagonya tetap. Jadi kualitas berah mempengaruhi terhadap
perkembangan hama S. oryzae.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa jumlah imago Sitophilus


oryzae dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan menunjukkan jumlah yang tetap
sebanyak 2 ekor pada varietas beras IR64 dan pandan wangi. Pada 3 fial film tersebut
diisi setengah bagian fial filam denagn masing-masing jenis beras. Setaiap fial film
diberikan 1 pasang Sitophilus oryzae (satu jantan dan satu betina), selanjutnya ditutup
dengan kain kasa dan dikikat serta diberikan label. Pengamatan tersebut dilakukan selama
10 hari, dari hasi pengamatan tersebut didapatkan data jumlah imago Sitophilus oryzae
dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan menunjukkan jumlah yang tetap sebanyak
2 ekor pada varietas beras IR64 dan pandan wangi. Ini membuktikan bahwa imago tidak
mengalami perkembangbiakan.
DAFTAR PUSTAKA

Kalshoven. 1981. CIMMYT 1999-2000, World Maize Fact and Trends. Meeting world maize
needs. Technological opportunities and priorities for the public sector. CIMMYT,
Mexico.
Kartasapoetra. 1990. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: PT Rinka Cipta.
Kertasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta PT Rinka Cipta.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis Kacang-
Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Yasin, Muhammad. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan
Faktor Fisikokimia yang Memepengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional. Serealia.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Anda mungkin juga menyukai