Anda di halaman 1dari 22

SKRINNING HIPOKRATIK

1. TUJUAN

1. Memahami dan terampil melakukan skrinning farmakodinamik obat


menggunakan teknik skrinning hipokratik.

2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrinning farmakologi obat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu
obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun
senyawa sintetis atau semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi
dalam materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada
dosis yang diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode
Malon-Robichoud mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah
melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat
Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yang berguna dan yang tidak berguna
dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil
farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat
yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi
berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui.

Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan


uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji perpanjangan
waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi.

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas


farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan
coba setelah diberi zat uji.
Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat
gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang
disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP,
perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant,
analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi
dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang
dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.

Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen
aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen
aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai kecenderungan
berasal dari kelompok efek tersebut.

Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum
diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis
atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini
masih merupakan prediksi.

Sistem saraf biasanya dibagi menjadi susuna saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Serta susunan saraf perifer, yang terbagi menjadi 2, yaitu susunan syaraf
motoris (yang bekerja sekehendak kita) serta susuna saraf otonom yang bekerja menurut
aturannya sendiri.

Farmakodinamik adalah ilmu cabang yang mempelajari efek biokimiawi dan


fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Menurut teori pendudukan reseptor, intensitas
efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya, dan
intensitas efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat. Efek obat
umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor. Pada sel suatu organisme reaksi
ini menyebabkan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas obat
tersebut : reseptor obat merupakan komponen mikromolekul fungsional yang mencakup 2
konsep penting. Pertama, obat dapat merubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, obat
tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodifikasi fungsi yang sudah ada.

1. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan
neurohormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah
pemberian kolinergika adalah:
 Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
 Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
 Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
 Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
 Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
 Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
 Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik
Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan
(sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan
noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
 Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya
antar lain sekresi liur dan keringat.
 Menurunkan peristaltik usus.
 Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
 Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
3. Simpatolitik
Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau
seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh
simpatomimetika.

4. Analgetik
Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh
darah secara langsung.

6. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

7. CNS Activation
Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
 Konvulsi.
 Meningkatkan laju pernapasan.
 Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:
 Aktivitas motorik meningkat
 Temperatur rektum naik
 Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant
Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan
CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
 Aktivitas motorik menurun
 Laju pernapasan menurun
 Hilang refleks pinal
 Paralisa kaki
 Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant
Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

3. ALAT DAN BAHAN

a. Alat : - Timbangan hewan


- Stopwatch
- Alat suntik
- Hotplate
- Termometer
- Pinset
- Jaring kawat
- Rotating road
- Alat-alat gelas lainnya

b. Bahan : - Obat/ bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan dosis :


o 3 mg/kgbb
o 10 mg/kgbb
o 30 mg/kgbb
o 100 mg/kgbb
o 300 mg/kgbb
o 1000 mg/kgbb

Hewan percobaan : Mencit


4. CARA KERJA
1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.
2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan beri skor 1 atau 0
untuk respon kualitatif dan 1,2,3 untuk respon kuantitatif.
3. Respon kuantitatif dapat dilihat pada tabel 3.
4. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu, seperti :
 Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau
bergelantungan pada alat gelantung.
 Laju pernapasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch.
 Reaksi jepit ekor menggunakan pinset.
 Reaksi plat panas menggunakan hotplate.
 Temperature tubuh menggunakan thermometer.
 Chromodacriorea (air mata berdarah), salvitasi, lakrimasi menggunakan
kertas saring.
5. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan tak di beri obat = kontrol) injeksi
masing-masing hewan pada dosis yang telah ditentukan.
6. Amati lagi semua parameter diatas pada 5, 10, 15, 30, dan 60 menit setelah
penyuntikan obat.
7. Evaluasi hasil saudara dengan cara sebagai berikut :
a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter sesuai
dengan dosis.
b. Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.
c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot untuk masing-
masing parameter pada tiap-tiap dosis dan bandingkan dengan skor
maksimum.
d. Kumpulkan nilai parameter- parameter yang relevan untuk aktifitas tertentu,
misalnya untuk aktivitas penekanan sistem saraf pusat (PSSP) seperti pada
tabel 4 dan jumlahkan skor actual. Hitung juga skor maksimum actual.
e. Ranking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan katagori aktivitas.
f. Bahas hasil yang saudara peroleh dan buatlah beberapa kemungkinan kategori
aktivitas senyawa yang anda uji sebagai kesimpulan.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan dosis

Tanggal : 6 Mei 2013


Hewan : Mencit
BB : 23 gr = 0,023 kg
Dosis : 3 mg/kgbb
VAO : 0,23 ml
Konsentrasi obat : 0,3 mg/ml

VAO = Berat (kg) x Dosis (mg/KgBB)


Konsentrasi (mg/ml)

= 0,023 kg x 3 mg/KgBB
0,3 mg/ml
= 0,23 ml

Tabel Hasil Pengamatan

Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada waktu


K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’
Kelopak mata turun 0 0 0 0 0 0
Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0
Ekor berdiri 0 1 1 1 1 1
Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0
Ekor memerah 0 0 0 0 0 0
Telinga memerah 0 0 0 0 0 0
Ekor pucat 0 0 0 0 0 0
Fasikulasi 0 1 1 1 1 1
Tremor 0 1 1 1 1 1
Aktivitas motorik meningkat 0 1 1 1 1 1
Aktivitas motorik menurun 0 0 0 0 0 0

Respirasi meningkat 0 2 3 3 2 1
Respirasi menurun 0 0 0 0 0 0
Gerak berputar 1 1 1 1 1 1
Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0
Agresif 1 1 1 1 1 1

Rasa ingin tahu meningkat 0 1 1 1 1 1

Rasa ingin tahu menurun 0 0 0 0 0 0


Reflex kornea hilang 0 0 0 0 0 0
Reflex telinga hilang 0 1 1 1 1 1
Reflex balik hilang 0 0 0 0 0 0
Salivasi 0 0 0 0 0 0
Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0
Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0
Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0
Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0
Tremor 0 1 1 1 1 1
Konvulsi 0 1 1 1 1 1
Urinasi 0 0 0 0 0 0
Diare 0 0 0 0 0 0
Temprature rectum meningkat 0 0 0 0 1 1
Temprature rectum meningkat 0 1 0 0 0 0
Jatuh dari rotaroad 1 1 1 1 2 2
Katalepsi 0 1 1 1 1 1
Tonus tubuh menurun 2 2 2 2 2 2
Reaksi jepit ekor menurun 0 1 1 1 1 1
Menggeliat 0 0 0 1 1 1
Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0

Berat badan naik 0 0 0 0 0 0


Berat badan turun 0 0 0 0 0 0

1. Aktivitas penekan sistem saraf pusat

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Kelopak mata 0x1 0 5x0x1 0
Aktivitas motorik 0x1 0 5x0x1 0
Respirasi 0x2 0 5x0x2 0
Rasa ingin tahu 0x1 0 5x0x1 0
Reflex kornea hilang 0x1 0 5x0x1 0
Reflex telinga hilang 5x1 5 5x1x1 5
Reflex balik hilang 0x1 0 5x0x1 0
Paralisa kaki 0x1 0 5x0x1 0
Temperature rectum 1x1 1 5x1x1 5
Jatuh dari rotaroad 7x1 7 5x2x1 10
Katalepsi 5x1 5 5x1x1 5
Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15
Reaksi jepit ekor 5x1 5 5x1x1 5
Pandangan tak lurus 0x2 0 5x0x2 0
Jumlah 33 45
2. Simpatolitik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Kelopak mata 0x1 0 5x0x1 0
Aktivitas motorik 0x1 0 5x0x1 0
Konvulsi 5x1 5 5x1x1 5
Temperature rectum 1x1 1 5x1x1 5
Jumlah 6 10

3. Relaksasi otot

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Kelopak mata 0x1 0 5x0x1 0
Aktivitas motorik 0x1 0 5x0x1 0
Respirasi 0x2 0 5x0x2 0
Rasa ingin tahu 0x1 0 5x0x1 0
Reflex telinga hilang 5x1 5 5x1x1 5
Paralisa kaki 0x1 0 5x0x1 0
Jatuh dari rotaroad 7x1 7 5x2x1 10
Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15
Reaksi jepit ekor 5x1 5 5x1x1 5
Menggeliat 3 x 0,5 1,5 5 x 1 x 0,5 2,5
Jumlah 33,5 37,5

4. Simpatomimetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Bola mata menonjol 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Lakrimasi 0x2 0 5x0x2 0
Konvulsi 5x1 5 5x1x1 5
Temperature rectum 2x2 4 5x1x2 10
Jumlah 9 15

5. Parasimpatomimetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Bulu berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Fasikulasi 5x1 5 5x1x1 5
Salivasi 0x2 0 5x0x2 0
Lakrimasi 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Air mata berdarah 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Konvulsi 5x1 5 5x1x1 5
Urinasi 0x2 0 5x0x2 0
Diare 0x1 0 5x0x1 0
Temperature rectum 1x1 1 5x1x1 5
Jumlah 11 15

6. Analgetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Ekor berdiri 5 x 0,5 2,5 5 x 1 x 0,5 2,5
Gerak berputar 5x1 5 5x1x1 5
Reaksi jepit ekor 5x1 5 5x1x1 5
Jumlah 12,5 12,5
7. Vasodilatasi

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Ekor/ telinga merah 0x1 0 5x0x1 0
Jumlah 0 0

8. Vasokontriksi

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Ekor/ telinga pucat 0x1 0 5x0x1 0
Jumlah 0 0

9. Stimulasi sistem saraf pusat

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah


Fasikulasi 5x1 5 5x1x1 5
Tremor 5x1 5 5 x 1 x 0,5 5
Aktivitas motorik 5x1 5 5 x 1 x 0,5 5
Respirasi 11 x 2 22 5x3x2 30
Gerak berputar 5x1 5 5x1x1 5
Ekor bergelombang 0x1 0 5x0x1 0
Agresif 0x1 0 5x0x1 0
Rasa ingin tahu 5x1 5 5x1x1 5
Konvulsi 5x1 5 5x1x1 5
Temperatur rectum 2x2 4 5x1x2 10
Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15
Jumlah 71 85
10. Parasimpatolitik

Parameter Skor Total Skor Max


Pupil melebar - -

*Tidak karena keterbatasan alat

Perhitungan % aktivitas

% aktivitas = Skor total X 100 %


Skor maksimum

1. Aktivitas penekan sistem saraf pusat


% aktivitas = 33 X 100 %
45
= 73,3 %

2. Simpatolitik
% aktivitas = 6 X 100 %
10
= 60 %
3. Relaksasi otot
% aktivitas = 33,5 X 100 %
37,5
= 89,3 %

4. Simpatomimetik
% aktivitas = 9 X 100 %
15
= 60 %
5. Parasimpatomimetik
% aktivitas = 11 X 100 %
15
= 73,33 %

6. Analgetik
% aktivitas = 12,5 X 100 %
12,5
= 100 %

7. Vasodilatasi
% aktivitas = 0 X 100 %
0
= 0%

8. Vasokontriksi
% aktivitas = 0 X 100 %
0
= 0%

9. Stimulasi system saraf pusat


% aktivitas = 71 X 100 %
85
= 83,53 %

10. Parasimpatolitik
-
B. PEMBAHASAN

Pada dasarnya, percobaan skrinning hipokratik ini dilakukan untuk mengetahui


atau menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang
berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Hal itu disebut
dengan skrining hipokratik. Obat yang diberikan belum diketahui aktifitas maupun
golongan senyawa tersebut. Oleh karena itu, pada percobaan skrining hipokratik ini
digunakan hewan uji yaitu berupa mencit. Mencit selanjutnya disuntikan obat dengan
dosis 3 mg/kg BB dan konsentrasi obat sebesar 0,3 mg/ml. Mencit disuntikkan secara
oral, kanulla dimasukkan ke dalam mulut mencit, kemudian perlahan-lahan obat
disuntikkan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esophagus. Kemudian setelah
itu mencit tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-5,
10, 15, 30, dan 60.

Respon kualitatif yang terjadi yaitu pada saat 5 menit pertama terlihat ekor
mencit berdiri, aktivitas motorik meningkat, agresif, rasa ingin tahu meningkat, tremor,
dan konvulsi. Selanjutnya pada menit ke 10 dan 15 efek obat lebih banyak terlihat. Efek
yang teramati pada menit tersebut diantaranya ditandai dengan menggeliat dan laju
respirasi yang semakin meningkat. Pada menit ke 30 rasa ingin tahu menurun, tremor,
refleks balik hilang, masih menggeliat, temperature rectum meningkat dan jatuh dari
rotaroad. Pada menit ke-60 efek tremor masih dapat terlihat dan efek lain yang terjadi
yaitu reflex telinga hilang, konvulsi, temperature rectum meningkat dan katalepsi.

Respon kuantitatif agak sulit diamati, karena salah satunya faktor yang
mempengaruhi adalah alat yang terbatas. Respon yang dapat diamati diantaranya
laju pernapasan mencit yang semakin bertambah, selain itu tonus tubuh mencit juga
meningkat. Hal ini dapat dilihat ketika mencit diletakkan di atas kawat kemudian
kawat tersebut diputar dimulai dari 450-1800 mencit dapat bertahan selama
beberapa menit. Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar
adalah analgetik (100%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara
lain penekan SSP (73,3%), relaksasi otot (89,3%), parasimpatomimetik (73,33%),
simpatolitik (60%), simpatomimetik (60 %), vasokonstriksi (0%), vasodilatasi (0%),
parasimpatolitik (-%) dan stimulansi SSP (83,53%).

Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang


disuntikan merupakan golongan analgetik dan relaksasi otot (muscule relaxant). Hal ini
dapat dilihat dari parameter yang paling besar bila dikalikan dengan faktor bobot yaitu
menggeliat, ekor naik/berdiri, gerak berputar dan paralisa kaki. Efek lain yang
mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang diberikan adalah golongan relaksan otot
adalah rasa ingin tahu menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari rotaroad dan tonus tubuh
menurun.

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.Nyeri adalah gejala penyakit atau
kerusakan yang paling sering. Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan
fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa
mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang
persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetika dibagi
menjadi dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik . Meskipun
sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan untuk
diagnosis, tetapi pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan. Kebanyakan
menyiksa dan karena itu berusaha untuk membebaskan rasa nyeri. Seluruh kulit luar
mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka
terhadap rasa nyeri.

Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau


mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat
analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga
mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang
nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri.

Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak


mengalami peningkatan urinasi, maupun diare yang mengakibatkan berat badannya
menurun. Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat
ini bukan golongan parasimpatomimetik.

Ketidakakuratan hasil yang diperoleh mungkin saja terjadi dalam percobaan ini
dikarenakan kesalahan-kesalahan yang terjadi, mungkin disebabkan karena pengamatan
dari efek terapi mencit yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi
perubahan signifikan pada mencit. Selain juga dikarenakan keterbatasan alat yang
tersedia. Mencit tersebut juga mungkin saja kurang memberikan efek terapi yang
seharusnya ada oleh karena sifat mencit yang agak resisten.
6. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

 Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu
obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami
maupun senyawa sintetis atau semisintetis.
 Kriteria yang digunakan sebagai parameter untuk pengamatan ini ialah aktivitas
penekan sistem saraf pusat, simpatolitik, relaksasi otot, simpatomimetik,
parasimpatomimetik, analgetik, vasodilatasi, vasokontriksi, stimulasi system saraf
pusat, dan parasimpatolitik.
 Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang
disuntikan merupakan golongan Analgetik yang bekerja dengan cara
merelaksasikan otot. Hal ini dapat dilihat dari parameter yang paling besar bila
dikalikan dengan faktor bobot yaitu tonus tubuh meningkat dan respirasi
meningkat. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang
diberikan adalah golongan analgetik yaitu ekor naik/berdiri, gerak berputar dan
paralisa kaki. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang
diberikan adalah golongan relaksan otot adalah menggeliat, rasa ingin tahu
menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari rotaroad dan tonus tubuh menurun.
 Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak
mengalami peningkatan urinasi, maupun diare yang mengakibatkan berat
badannya menurun. Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva
meningkat sehingga obat ini bukan golongan parasimpatomimetik.
 Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini kondisi mencit yaitu
keadaan kandang, suasana kandang baru yang asing, pengamatan hewan dalam
kandang, dan keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan ( cuaca ) dan juga
factor-faktor lainnya seperti kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh
praktikan (human error).

7. JAWABAN PERTANYAAN-PERTANYAAAN
1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?
Jawab :
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak
diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program
skrining yang dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining


spesifik? Apa pula kelemahannya?
Jawab :
a. Kelebihan
o Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative murah.
o Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.
b. Kekurangan
o Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan
membutuhkan waktu yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang
diamati banyak.

3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini?
Jelaskan.
Jawab :
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari
berbagai kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang
besar dapat memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan
berefek toksik.

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar
dapat digunakan secara klinis?
Jawab :
Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :
1. Uji Praklinik
Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :
a. Uji Farmakodinamika
b. Uji Farmakokinetik
 Untuk mengetahui ADME
 Merancang dosis dan aturan pakai.
c. Uji Toksikologi
 Mengetahui keamanannya
d. Uji Farmasetika
2. Uji Klinik
Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :
a. Uji Klinik Fase I
Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya
pada manusia.
b. Uji Klinik Fase II
Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit.
c. Uji Klinik Fase III
- Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding
- Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman
(misal : intra ras)
- Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk dipasarkan
d. Uji Klinik Fase IV
- Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)
- Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-


aktivitas yang ditentukan.
Jawab :
 Piloerection atau bulu mencit berdiriu menunjukkan adanya kompensasi
temperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.
 Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari
merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat
pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi karena
pengaruh simpatomimetik.
 Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas
parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan
SSP, khususnya pada dosis tinggi.
 Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat.
Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat para
simpatolitik atau simpatomimetik.

DAFTAR PUSTAKA
Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical
Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).

Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia

Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai