O'Leary sendiri dikenal sebagai juru bicara terbaik perusahaan ini dengan strategi
pendekatan pemasaran "tanpa ampun." Pernah suatu ketika, O'Leary memberlakukan biaya
pinalti 75 dollar AS jika ada penumpang yang datang tanpa boarding pass. Saat ini fee untuk
check in di bandara sekitar 45 euro. Selain itu, dimasa lalu O'Leary juga menginginkan charge
1,41 dollar AS untuk penggunaan toilet sepanjang perjalanan. Namun dengan bujet yang rendah,
saat ini Ryanair yang berusia 32 tahun ini memiliki jumlah penumpang kedua terbesar di Eropa
setelah Lufthansa AG. Namun, Lufthansa unggul dari sisi panjang perjalanan para
penumpangnya.
Pada 2013, perang harga antara penerbangan full service dengan airline bujet mengancam
kesuksesan Ryanair. Serangkaian penurunan laba membuat khawatir para investor yang khawatir
Ryanair tidak bisa mempertahankan ongkos rendahnya untuk tetap bertahan di kompetisi.
Tantangan yang sama dihadapi oleh penerbangan AS Spirit Airlines Inc. CEO baru perusahaan
ini mengatakan mereka bekerja mengatasi komplain konsumen dan membuat opersionalnya lebih
bisa diandalkan. Untuk memenangkan kembali hati konsumen, O'Leary memperlonggar aturan
mengenai bagasi dan mendesain ulang website Ryanair.
Perusahaan ini juga memotong aneka biaya lain dan memaksa karyawannya lebih
"manis" bersikap kepada penumpang. Airline ini juga tidak lagi melakukan "buggle call" yang
dilakukan tiap kali pesawat mendarat sesuai jadwal, sebab dirasa mengganggu penumpang.
Menurut O'Leary ide standing seat dan charge yang dikenakan untuk toilet pesawat merupakan
kesalahannya terdahulu. Para penumpang merespons perubahan Ryanair. Setelah pertumbuhan
penumpang hanya mencapai 1 persen dalam beberapa bulan, namun setelah adanya perbaikan
dalam segi brand image perusahaan terjadi kenaikan 10 persen.