Anda di halaman 1dari 2

I’ROB MAHKIY ( ‫) إﻋﺮاب اﻟﻤﺤﻜﻲ‬

Apa sih yang disebut i’rob mahkiy itu? Mungkin diantara kita baru mendengar istilah ini.
Karena memang keterangan khusus tengtang i’rob tersebut, tidak secara kontekstual
dijelaskan di kitab-kitab nahwu. Namun begitu, ini sedikit uraian kami dari kitab jami’uddurus
hasil belajar di kelas yang diharapkan mampu memberi kepahaman atau sekedar ganbaran
umum akan i’rob mahkiy.

Kata “al hikayah ( ‫ ”) اﻟﺤﻜﺎﯾﺔ‬itu sendiri secara etimology berarti: mendatangkan atau
memaksudkan lafadz sesuai dengan apa yang didengarkan lafazh ‫ – ﯾﻌﻠ ُﻢ‬pada contoh Hikayat
al kalimat diatas asalnya – yaitu fi’il mudhari’ yang dirafa’kan karena sepinya dari amil-amil
yang menashabkan atau menjazemkan, dan di sinilah i’rabnya i’rab mahki . karena
keadaannya pada kalimat tersebut menjadi maf’ul bih bagi kalimat ‫ﻛﺘﺒﺖ‬ ُ , dan adapun i’rabnya
itu , ditakdirkan , dilarang larang menampakannya karena harkat hikayat.

Adapun pada contoh Hikayat jumlah diatas, yaitu kalimat :

ُ‫إﻻ اﷲ‬ ُ lafadz ُ‫إﻻ اﷲ‬


ّ ‫ ” ﻻ إﻟ َﻪ‬: ‫ﻗﻠﺖ‬ ّ ‫ ﻻ إﻟ َﻪ‬itu, dihikayatkan, dan mahalnya mahal nashab pada fi’il
ِ ِ
sebelumnya, dan adapun untuk i’rabnya yaitu mahalli . Dan untuk hukumnya jumlah tersebut
yaitu mabni. Namun mahalnya itu sesuai tuntutan amil yang datang kepadanya. Dan jikalau
sepi, atau tidak dikuasai amil, maka tidak bermahal dalam i’robnya.

Terkadang pada Isim Alam (nama), itu dihikayatkan setelah lafadz man istifham, dengan
catatan. jika tidak didahului oleh huruf ‘Athaf. Seperti jika kamu berkata :

‫ﯾﺖ ﺧﺎﻟﺪا‬ َ . Kemudian ada yang bertanya kepada kamu: ‫ﺧﺎﻟﺪا‬


ُ ‫رأ‬ ً ْ
‫ﻣﻦ‬

Namun ada pengecualian, Jika kalilmat tersebut didahului oleh huruf athaf, maka tidak boleh
dihikayatkan. Maka jadinya : ‫و ﻣﻦ ﺧﺎﻟ ٌﺪ؟‬

Dari sedikit uraian diatas. Lebih simpelnya saya simpulkan. Bahwa pada i’rob mahkiy. Baik
yang kalimat ataupun jumlah.

* Keduanya (baca: hikayah kalimat atau jumlah) itu di hikayatkan sama persis dengan
lafadnya (baca: lafadz yang didengarkan).

* Penekanannya bukan pada qaidah nahwiyahnya. Namun pada apa yang ada (baca:
sesuai hikayat).

* Apabila keadaannya merupakan kesalahan perkataan ( ‫ ​) ﻟﺤﻨﺎ‬. Maka hikayat ditentukan


dengan maknanya serta perhatian atas kesalahan perkataan tersebut.

* Dilarang menampakkan harakat hikayat. Namun mahalnya mu’rob sesuai dengan


amil-amilnya.
▪I’ROB MAHALLIY ( ‫) إﻋﺮاب اﻟﻤﺤﻠﻲ‬
Kalo sebelumnya ada mahkiy. Sekaranga Mahaliy. Apa sih i’rob Mahaliy itu?

Mahal “‫ ” ﻣﺤﻞ‬secara bahasa biasa disebut keadaan atau tempat.

Adapun menurut syekh Musthofa Al Ghulayaini ” ‫ ” إﻋﺮاب اﻟﻤﺤﻠﻲ‬yaitu perubahan ungkapan


(baca: redaksional) sebab amil, maka keadaan i’rabnya tidak zahir (tampak) dan juga tidak
muqaddar (ditakdirkan).

I’rob Mahaliy itu terdapat pada kalimat-kalimat yang mabni.

Maka pada yang mabniy itu, harakat-harakat i’robnya tidak ditampakkan. Karena akhirnya
tetap pada satu keadaan. Apabila salah satu yang mabniy berada pada tempat yang marfu’,
manshub, majrur, atau majzum. Maka rafa’, nashab, jer, atau jazemnya itu i’tibariyan (baca
aja: dianggap/ditafsirkan). Dan i’robnya disebut I’rob Mahaliy .

Adapun huruf, fi’il amr, fi’il madli (baca: yang tidak didahului adat syarat yang
menjazemkan), asma’ul af’al, dan asma’ul ashwat (yang yang tidak berubah akhirnya, baik
secara taqdiriy dan mahallan). Karenanya dikatakan ‫ﻻ ﻣﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ اﻹﻋﺮاب‬

Adapun fi’il mudlore’ yang mabniy, i’robnya itu mahaliy ” ‫ ” ﻣﺤﻠﻲ‬baik rafa’, nashab, ataupun
jazemnya. Contoh: ‫ْﻦ وﻟﻢ ﺗﻜﺘُﺒَﻦ وﻟﻢ ﯾﻜﺘﺒْﻦ‬
َ ‫ واﷲ ﻟﻦ ﯾﻜﺘﺒَﻦ وﻟﻦ ﯾﻜﺘُﺒ‬. ‫ْﻦ‬
َ ‫ﻫﻞ ﯾﻜﺘُﺒَﻦ وﯾﻜﺘﺒ‬

Adapun fi’il madli (yang didahului adat syarat yang menjazemkan), maka dijazemkan pula
َ ‫ﻋﻠﻲ َأ‬
pada mahalnya. Contoh: ‫ﻛﺮﻣ ُﻪ ﻣﻌﻠﻤﻪ‬ ٌ ‫إن اﺟﺘﻬ َﺪ‬

Dari sedikit uraian diatas. Lebih simpelnya akan coba saya simpulkan sebagai berikut :

v I’rob Mahaliy itu ada pada kalimat-kalimat mabniyah atau jumlah mahkiyah (yang sudah
kita bahas sebelumnya).

v Pada yang mabniy itu harakatnya tidak ditampakkan. Karena akhirnya itu tetap pada satu
keadaan.

v Jika salah satu dari yang mabniy-mabniy ada pada tempat yang marfu’, manshub, majrur,
atau majzum. Maka i’robnya itu i’tibariyan.

v Yang dikatakan ‫ ﻻ ﻣﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ اﻹﻋﺮاب‬yaitu huruf, fi’il amr, fi’il madli (baca: yang tidak didahului
adat syarat yang menjazemkan), asma’ul af’al, dan asma’ul ashwat (yang yang tidak
berubah akhirnya, baik secara taqdiriy dan mahallan).

v fi’il mudlore’ yang mabniy, i’robnya itu mahaliy ” ‫ ” ﻣﺤﻠﻲ‬.

v fi’il madli (yang didahului adat syarat yang menjazemkan), maka dijazemkan pula pada
mahalnya

Anda mungkin juga menyukai