Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

TIMBANG TINDIH DAN PENDELEGASIAN TUGAS

OLEH KELOMPOK 2:
1.DESSY SELVIRA
2.FADILLA RAHMAYANTI
3.MELISA APRILIA
4.RIFKA OLLIVIA
5.SHYNTIA ANGGRAINI
6.WIDIA LIZA SUSANTI

DOSEN:NS.WENI LIDYA HENDAYANI M,KEP

AKADEMI KEPERAWATAN NABILA PADANG PANJANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas MANAJEMEN
KEPERAWATAN dengan judul “TIMBANG TINDIH DAN PENDELEGASIAN
TUGAS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibuk
Dosen kami NS.WENI LIDYA HENDAYANI M,KEP yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang panjang,20 FEBRUARI 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………………....1


1.2 Tujuan……………………………………………………..….1
1.3 Manfaat………………………………………………………………….....1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 ……………………………………………………3
2.2 …………………………………………....3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….....8

3.2 Saran……………………………………………………………..……….8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….….9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan
keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam pelaksanaannya. Langkah- langkah
tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP dan
perbaikan dokumentasi keperawatan.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat.  Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi
yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang
terima klien.Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan
dan lisan.
1.2  Tujuan
  Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat bedah Dahlia
mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan
baik, sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat
dipertahankan.

Tujuan Khusus
a.       Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b.      Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien.
c.       Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
d.      Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
1.3  Manfaat
1.  Bagi Perawat
a.      Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b.      Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawabantar  perawat.
c.      Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d.     Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2.      Bagi Klien
 Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3.      Bagi Rumah Sakit
 Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENDELEGASIAN TUGAS

A.Konsep pendelegasian
Pendelegasian ialah proses terorganisir dalam kerangka hidup
organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang
dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja-yang
berkaitan dengan pemastian tugas.

Pendelegasian ialah tindakan memercayakan tugas (yang pasti dan jelas),


kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada
bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan
cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta
pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil
dalam organisasi.

B.Konsep dasar pendelegasian


Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga komponen
utama yaitu tanggung jawap, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adaalah suatu raa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas.
Kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas yang di delegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan
kekuasaan kepada delegasi utuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpakan.
Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif
Lima komponen yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian, yaitu :
1.Pendelegasian bukan suatu system untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manager keperawatan
sering mendelegasikan tanggung jawab kepada staf dalam melaksanakan asuhan
terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model asuhan keperawatan primer,
seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada perawat pendamping/ associate (PA). Perawat primer
memberikan tanggung jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegaika.

2.Tanggung jawab atau otoritasnharus didelegasikan secara seimbang. Perawat


primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk melaksanakan
tujuan/ rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau menguasai kasus yang
dilimpahkan. Kemudian PP memberikan wewenang kepaa perawat PA untuk
mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan pasien;
b.Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain;
c.Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksnakan dengan aman
dan kompeten;
d.Proses menentuan kompetensi dalam membantu seseorang;
e.Ketersediaan supervisi yang cukup oleh PP;
f.Proses evaluasi yang terus menerus dalam membantu seseorang;
g.Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA.

3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,


mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan kemampuan
dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
a.Intervensi keperawatan yang diperlukan;
b.Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut;
c.Bantuan apa yang diperlukan;
d.Hasil apa yang diharapkan.

4.Konsep dengan dukungan yang perlu diberikan kepada semua angota. Dukungan
yang penting adalah menciptakan suasana yang arseptif. Setelah PA melaksanakan
tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menujukan rasa percaya kepada pa untuk
melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri. rasa kebersamaan dan hubungan
yang serasi.

5.Seorang delegsi harus terlibat aktif. Ia harus gapat menganalisis otonomi yang
dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi
antara PP dan PA.
Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif
Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan spesifik,
target waktu, dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
1.Tujuan spesifik
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik dan psikis harus jelas sebagai
parameter kepada siapa pendelegasian yang diberikan.
2.Target waktu
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam memberikan
pendelegasian kepada PA. pada perencaan keperawatan kepada pasien, harus
menuliskan target waktu yang jelas sebagai indicator keberhasilan asuhan
keperawatan.
3.Pelaksanaan tindakan keperawatan
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Tahap pengkajian dan keputusan harus didiskusikan
sebelum tindakan dilaksanakan.

Pelaksanaan tugas: Informasi uang minimal diperlukan


Kebersihan jalan nafas setiap 30 untuk melaksanakan tugas
menit
Berikan rasional: Informasi tambahan diperlukan untuk
Suara nafas tambahan tidak jelas, memberikan alas an terhadap tugas
perlu terus di observasi yang di limphkan
Jelaskan hasil yang di harapkan: Informasi diperlukan untuk delegasi
Hari ini hari ke kiga MRS dan pasien tanggung jawab dan menciptakan
harus dapat bernafas dengan normal kompetensi dalam mencapai tujuan.
sebelum hari ke lima
Delegasi penuh: Nurse telah melimpahkan otoritas ke
Saat suara nafas normal, lakukan PA
latihan nafas dalam dan batuk efektif.

C. Pedoman dasar pegendalian


Pedoman adalah hal atau pokok yang menjadi dasar, pegangan, acuan, atau petunjuk
untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.

Pengertian pengendalian (controlling) dan empat langkah pengendalian –


pengendalian atau dalam bahasa inggris disebut dengan controlling merupakan salah
satu fungsi penting manajemen yang harus dilakukan oleh semua manajer untuk
mencapai tujuan organisasinya. pengendalian dapat diartikan sebagai fungsi
manajemen untuk memastikan bahwa kegiatan dalam organisasi  dilakukan sesuai
dengan yang direncanakan. fungsi pengendalian atau controlling ini juga memastikan
sumber-sumber daya organisasi telah digunakan secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan organisasinya. menurut jones and george (2003:331) mengenai
pengertian pengendalian (controlling) ini, pengendalian adalah proses dimana para
manajer memantau dan mengatur bagaimana sebuah organisasi dan segenap
anggotanya menjalankan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien dan efektif.

D. Pedoman pelimpahan wewenang yang efektif


Pendelegasian wewenang efektif adalah pemberian wewenang dan
memperbolehkan orang lain untuk melakukan tugas mereka dengan cara – cara
terbaik yang mungkin dilakukan.
James F. Stoner, dkk berpandangan bahwa ada tiga persyaratan yang harus
dipenuhi agar proses pendelegasian dapat berjalan dengan efektif :
-Kesediaan manajer untuk memberikan kebebasan kepada karyawan untuk
menyelesaikan tugas yang didelegasikan.
-Komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan.
-Kemampuan manajer untuk menganalisi faktor-faktor seperti sasaran organisasi,
Persyaratan tugas dan kemampuan karyawan.
Persyaratan diatas sangat penting untuk melaksanakan tugas pendelegasian secara
efektif sebagai berikut :
a)Memutuskan pekerjaan mana yang akan didelegasikan.
Keputusan siapa yang akan ditugaskan.
b)Dukungan sumber daya.
c)Tugas didelegasikan.
d)Perlunya campur tangan.
e)Melakukan umpan balik.

E. Prinsip utama pendelegasian


Prinsip-prinsip pendelegasian dapat diperinci menjadi beberapa prinsip sebagai
berikut ;
• Prinsip Sklar.
Prinsip pendelegasian dimana jalur wewenang dan tanggung jawab ditetapkan
secara tegas dan jelas.
• Prinsip Delegasi Penuh.
Prinsip ini dalam rangka menghindari hal – hal sbb :
a)      Gap, yaitu ada tugas tidak ada penanggung jawabnya.
Overlap, yaitu tanggung jawab diberikan lebih dari satu orang.
b)      Split, yaitu tanggung jawab diberikan lebih dari satu unit organisasi
Prinsip Kesatuan Pemerintah.
c)      Bawahan hanya melapor kepada satu atasan.

F.     Tempat dan Waktu Pendelegasian


1)        Tugas rutin
Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekaryaaan, bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah yang kecil, dan menyeleksi surat.

2)        Tugas yang tidak mencukupi waktunya


Tugas limpah yang dikerjakan oleh staf  karena manajer tidak mempunyai
cukup waktu untuk mengerjakannya.
3)        Penyelesaian masalah
Pendelegasian yang diberikan kepada staf dengan tujuan memberikan
pengalaman kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan termotivasi apabila
mereka menerimanya sebagai suatu tantangan.
4)        Peningkatan kemampuan
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim.
Dengan pengelolaan yang sesuai, pelimpahan akan menjadikan suatu latihan bagi staf
untuk belajar.
5)        Kapan pendelegasian tidak diperlukan
Delegasi dapat mengakibatkan masalah jika tugas limpah tidak dilaksanakan
sesuai yang diharapkan. Untuk menghindari kesalahan tersebut tanggung jawab
manajer yaitu :
1) Disiplin dalam pemberian wewenang;
2) Bertanggung jawab terhadap pembinaan moral staf;
3) Perlunya suatu kontrol; 4) Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian.

G.    Kegagalan dan keberhasilan pendelegasian


1. Kegagalan manajer :
1)   Mereka pekarya keras atau perfeksionis.
2)   Mereka tidak merasa aman karena :
·      Mereka takut bahwa delegasi akan gagal.
·      Mereka takut bahwa delegasi akan dikerjakan lebih baik dari pada dikerjakan
sendiri.
·      Mereka takut akan terjadi penumpukan pekaryaan.
3)   Mereka tidak senang terhadap pendelegasiannya.
4)   Mereka tidak berpikir bahwa stafnya siap atau mengharapkan tugas tersebut.
5)   Mereka mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap pendelegasian.
6)   Mereka tidak mengetahui bagaimana delegasi dapat dilaksanakan.

2.    Resisten Staf :
1)          Mereka berfikir tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan.
2)          Upaya yang pertama telah gagal.
3)          Aktivitasnya mungkin tidak disetujui manajer.
4)          Mereka berpikir tidak mempunyai cukup waktu.
5)          Mereka tidak senang terhadap yang didelegasikan tidak adanya penghargaan.
6)          Mereka tidak mempunyai otonomi untuk melaksanakan.
7)          Mereka kurang percaya diri/pesimis bahwa supervisor akan mendukungnya.
8)          Mereka berpikir bahwa akan dimanipulasi atau dikerjai oleh atasan.

3.    Keberhasilan Delegasi :
1)   Komunikasi yang jelas dan lengkap
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan, dan penggunaan kata-kata yang mudah
diterima.
2)   Ketersedian sumber dan sarana
Jika Perawat Primer (PP, Ners) menghendaki perkembangan pasien dari
Perawat Pelaksana (PA), maka Ners harus berada ditempat. Jika Ners dalam jangka
waktu yang lama tidak berada ditempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf
lainnya.
3)   Monitoring
PP harus memberikan kebebasan kepada PA dalam melaksanakan tugasnya
untuk berfikir dan menganalisis tugas yang diberikan. Jika terjadi kesalahan PP harus
bisa berperan sebagai konsultan dan memberikan solusinya.
4)  Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertangung jawab terhadap asuhan keperawatan kepada
pasien, maka PP harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan pasien.
Secara teratur dan sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan memberikan masukan
tentang laporan yang telah disampaikan.
B. KONSEP TIMBANG TERIMA
A. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover,handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage.
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shiftjaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatanyangberkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab
utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan
melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktudimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan
yang akan terjadi dan antisipasinya.
B. Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
78
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
C. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)
D. Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab.
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukanpertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada
pasien langsung.
E. Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan
bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang 11
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
asien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media
tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
F. Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya
waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarakat
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasiantar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang
apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station

I. Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari menit saat klarifikasi ke
klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
J. Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas, gambaran pelaksanaan timbang terima di Unit Rawat Inap
RST Bhakti Wira Tamtama Semarang di pengaruhi oleh mekanisme kegiatan
timbang terima, metode timbang terima, serta isi timbang terima sehingga
mempengaruhi kesiapan perawat dalam
melaksanakan timbang terima.
Faktor yang mempengaruhi timbang terima:
1. Mekanisme kegiatan dalam timbang terima
2. Metode dalam timbang terima
3. Isi pada saat timbang terima Kesiapan perawat dalam melaksanakan timbang
terima

Dimensi Kesiapan
1. Mekanisme kegiatan dalam timbang terima
2. Ketepatan metode timbang terima
3. Kesesuaian menyampaikan isi timbang terima20
K. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1998), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran atau sesuatu
yang digunakan sebagai ciri, sikap, ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian
tentang sesuatu konsep penelitian tertentu, misal umur, jenis kelamin, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya
(Notoatmojo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu pelaksanaan
timbang terima di Unit Rawat Inap RST BhaktiWira Tamtama Semarang, yang
meliputi: mekanisme kegiatan dalam timbang terima, metode dalam timbang terima,
dan isi pada saat timbang terima.

Anda mungkin juga menyukai