Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Injection Molding

2.1.1. Pengertian Injection Molding

Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan suatu benda
atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran tertentu yang mendapat
perlakuan panas dan pemberian tekanan dengan menggunakan alat bantu berupa cetakan
atau mold. Mold plastik pada prinsipnya adalah suatu alat (tool) yang digunakan untuk
membuat komponen – komponen dari material plastik dengan sarana mesin cetak plastik,
metode dasar plastik molding untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan sifat-sifat
fisik yang diinginkan bentuk desain produk, luas penampang, ketebalan, insert yang
panjang, tuntutan ukuran (toleransi) yang harus dipenuhi dan pemilihan material
merupakan faktor yang berpengaruh.

Proses injection molding merupakan proses pembentukan benda kerja yang


ditempatkan kedalam suatu hopper/torong dan masuk kedalam silinder barrel injeksi yang
kemudian didorong oleh mekanisme screw melalui nozzle mesin dan sprue bushing masuk
ke dalam rongga (cavity) cetakan yang sudah pada kondisi tertutup. Setelah beberapa saat
didinginkan, mold akan dibuka dan produk akan dikeluarkan dengan mekanisme ejector.

Gambar 2.1. Bagian Mesin Injection Molding (Abdurrokhman, 2012).

4
2.1.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Injection Molding
Mesin Injection Molding terdiri dari dua bagian besar, yaitu unit injeksi dan unit
clamping. Setiap tipe mesin injeksi yang berbeda akan mempunyai perbedaan dalam unit
injeksi dan unit clampingnya
1. Injection unit: merupakan tempat mencairkan plastik dan proses injeksi plastik ke
dalam mold. Terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Feed hopper: merupakan wadah untuk menampung plastik yang akan
dipanaskan dan dicairkan untuk dialirkan ke screw. Dalam hopper, bahan akan
dipanaskan oleh aliran udara dari blower yang dipanaskan oleh elemen panas
(heater). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan air yang terdapat dalam
bahan baku karena adanya air akan menyebabkan hasil dari pembuatan plastik
tidak sempurna.
b. Injection ram: merupakan bagian yang akan memberikan tekanan pada plastik
cair agar masuk ke dalam rongga mold.
c. Barrel: merupakan bagian utama yang mengalirkan plastik cair dari hopper
melalui screw ke mold. Pada barrel terdapat dua heater untuk menjaga panas
resin pada temperatur yang sesuai untuk proses injeksi.
d. Injection screw: merupakan bagian yang mengatur aliran resin dari hopper ke
mold. Putaran screw akan menyebabkan bahan akan terkumpul di ujung screw
sebelum diinjeksikan. Kemudian screw akan mundur selama beberapa saat,
kemudian akan maju mendorong bahan yang telah dicairkan di dalam barrel
menuju nozzle.
e. Injection cylinder: merupakan bagian yang dihubungkan ke sebuah motor
hidraulik untuk menyediakan tenaga untuk menginjeksikan resin tergantung
dari karakteristik resin dan tipe produk pada kecepatan dan tekanan yang
diperlukan.
2. Clamping Unit: merupakan tempat mold diletakkan, membuka dan menutup mold
secara otomatis serta mengeluarkan part yang sudah selesai terbentuk. Terdiri dari :
a. Injection mold: merupakan cetakan dari produk yang akan dibuat. Terdapat dua
tipe injection mold yaitu cold runner dan hot runner.
b. Injections platens: merupakan plat baja pada mesin moulding untuk dimana

5
mould diletakkan. Umunya digunakan dua plat, satu plat yang diam
(stationary) dan satunya lagi plat yang bergerak (moveable). Menggunakan
hidrolik untuk membuka dan menutup mold.
c. Clamping cylinder: merupakan bagian yang menyediakan tenaga untuk
clamping dengan bantuan tenaga pneumatik dan hidrolik.
d. Tie bar: menopang kekuatan clamping dan terdapat 4 tie diantara fixing platen
dan support platen.

Gambar 2.2. Tipe Clamping Unit (a) Toggle Clamp; (b) Hidrolik Clamp
(Abdurrokhman, 2012).

Selain bagian di atas, pada mesin injeksi juga terdapat panel-panel untuk mengatur
waktu dan temperatur yang diinginkan.
a. Injection time: mengatur waktu yang dibutuhkan untuk menginjeksikan bahan yang
telah dicairkan ke dalam mold.
b. Cooling time: mengatur lamanya waktu pendinginan produk setelah proses injeksi
berlangsung. Pendinginan ini terjadi di dalam mold. Pendingin yang digunakan
adalah air.
c. Interval time: mengatur lamanya waktu mulai produk didorong oleh ejector sampai
clamp berada dalam posisi siap kerja.
d. Clamp time: mengatur lamanya proses clamping, yaitu waktu cetakan yang bergerak
menekan cetakan diam.
e. Temperature control: merupakan alat yang digunakan untuk mengatur temperatur
elemen pemanas. Temperatur yang digunakan akan berbeda untuk setiap bahan yang

6
berbeda. Pada mesin Borche 260 ton, digunakan empat temperature control, dimana
tiga temperature control yang mengatur suhu pada barrel dan satu lagi untuk
mengatur suhu pada nozzle.
2.1.3. Mekanisme Mesin Injection Molding
Proses injection molding adalah sebagai berikut :
1. Material plastik yang telah dicampur dengan bahan pellet dan pewarna untuk bahan
plastik dimasukan ke dalam hopper. Lalu material plastik akan memasuki rongga
plastik pada ulir screw.
2. Screw bergerak mundur dan berputar berlawanan dengan arah jarum jam membawa
butiran-butiran plastik jatuh dari hopper. Biji plastik ini dipanaskan oleh gesekan
yang terjadi dan pemanas tambahan dari barrel, sehingga butiran - butiran plastik
tersebut meleleh. Screw mundur sampai batas yang telah ditentukan (bersamaan
dengan material yang maju ke depan bilik screw, oleh karena putaran mundur dari
screw tersebut) dan putaran screw tersebut berhenti.
3. Langkah berikutnya adalah menutup mold. Kemudian screw didorong maju oleh
gerakan piston, mendorong lelehan plastik dari bilik screw (screw chamber) melalui
nozzle masuk ke dalam rongga mold (dalam tahap ini screw hanya bergerak maju
saja, tanpa berputar).
4. Lelehan plastik yang telah diinjekkan mengalami pengerasan, oleh karena
bersentuhan dengan dinding yang dingin dari mold. Di bawah pengaruh holding
pressure, lelehan material dari tekanan screw ditambahkan untuk mengimbangi
kepadatan volume dari material ketika dingin.
5. Setelah proses pendinginan dan kekakuan dari produk yang telah dibentuk, screw
akan mundur untuk melakukan pengisian barrel. Pada saat itu clamping unit akan
bergerak untuk membuka mold. Produk dikeluarkan oleh ejector yang telah ada
dalam mold. Jika sistem ejector semi otomatis, maka ejector mendorong produk
tetapi tidak sampai keluar dari mold sehingga diperlukan tenaga operator untuk
mengeluarkan produk.
6. Setelah produk tersebut keluar/ dikeluarkan oleh ejector, maka siap untuk dilakukan
penginjekan berikutnya sesuai dengan alur yang telah diuraikan diatas.
2.1.4. Parameter Proses

7
Untuk memperoleh benda cetak dengan kualitas hasil yang optimal, perlu mengatur
beberapa paramater yang mempengaruhi jalannya proses produksi tersebut. Parameter-
parameter suatu proses tentu saja ada yang berperan sedikit dan adapula yang mempunyai
peran yang signifikan dalam mempengaruhi hasil produksi yang diinginkan. Adapun
parameter-parameter yang berpengaruh terhadap proses produksi plastik melalui metode
injection molding adalah:
1. Temperatur Leleh (Melt Temperature)
Melt temperature adalah batas temperatur dimana bahan plastik mulai meleleh kalau
diberikan enegi panas.
2. Batas Tekanan (Pressure Limit)
Pressure limit adalah batas tekanan udara yang perlu diberikan untuk menggerakkan
piston guna menekan bahan plastik yang telah dilelehkan. Terlalu rendah tekanan,
maka bahan plastik kemungkinan tidak akan keluar atau terinjeksi ke dalam cetakan.
3. Waktu Tahan
Waktu Tahan adalah waktu yang diukur dari saat temperatur leleh yang di-set telah
tercapai hingga keseluruhan bahan plastik yang ada dalam tabung pemanas benar-
benar telah meleleh semuanya. Hal ini dikarenakan sifat rambatan panas yang
memerlukan waktu untuk merambat ke seluruh bagian yang ingin dipanaskan.
4. Waktu Penekanan
Waktu penekanan adalah durasi atau lamanya waktu yang diperlukan untuk
memberikan tekanan pada piston yang mendorong plastik yang telah leleh.
Pengaturan waktu penekanan bertujuan untuk meyakinkan bahwa bahan plastik telah
benar-benar mengisi ke seluruh rongga cetak. Oleh karenanya waktu penekanan ini
sangat tergantung dengan besar kecilnya dimensi cetakan (mold). Makin besar
ukuran cetakan makin lama waktu penekan yang diperlukan.
5. Temperatur Cetakan (mold temperature)
Mold Temperature yaitu temperatur pemanasan awal cetakan sebelum dituangi
bahan plastik yang meleleh.
6. Kecepatan Injeksi (Injection Rate)
Injection rate yaitu kecepatan lajunya bahan plastik yang telah meleleh keluar dari
nozzle untuk mengisi rongga cetak. Untuk mesin-mesin injeksi tertentu kecepatan ini

8
dapat terukur, tetapi untuk mesin-mesin injeksi sederhana kadang-kadang tidak
dilengkapi dengan pengukur kecepatan ini.
7. Backpressure (Tekanan Balik)
Backpressure adalah tekanan yang terjadi dan sengaja dibuat atau di adjust untuk
menahan mundurnya screw pada saat proses charging berlangsung. Backpressure ini
aktif atau diaktifkan pada mode operasi semi-auto atau full-auto. Bila diaktifkan
pada saat manual charging, maka yang terjadi adalah drolling, yaitu keluarnya
material plastik cair dari lubang nozzle tanpa mundurnya screw atau screw mundur
tetapi memakan waktu lama untuk mencapai shot size.
2.1.5. Waktu Proses (Cycle Time)
Waktu siklus (cycle time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu mesin untuk
membuat suatu produk. Waktu siklus injection molding, terbagi dalam beberapa phase
yang saling berhubungan yaitu:
1. Closing The Mold
Male mold bergerak maju ke arah female mold (proses menutupnya mold)
2. Injection Time
Waktu yang dibutuhkan screw untuk menekan material plastik yang telah
dilelehkan masuk ke dalam mold cavity. Injection time ini dipengaruhi oleh
injection stroke, injection speed dan injection pressure.
3. Cooling Time
Waktu yang diperlukan untuk mendinginkan mold dan produk. Pendinginan mold
sebenarnya sudah berlangsung terus menerus, karena air sebagai media pendingin
selalu bersikulasi, sehingga waktu pendinginan mold ini hanya berfungsi selama
mold sudah terisi material dan diatur bersamaan dengan waktu holding time.
2.2. Material yang Digunakan
Material yang digunakan dalam beberapa penelitian yang dilakukan penulis adalah
Polyethylene. Polyethylene atau polyethene adalah komoditas semi-kristal, dilambangkan
sebagai PE. Ini adalah plastik yang paling umum, dan lebih dari 60 juta ton yang
diproduksi setiap tahun di seluruh dunia. Polyethylene digunakan sebagai bahan pembuat
botol susu, botol/kemasan deterjen, kemasan margarin, pipa air, dan tempat sampah.
2.3. Penyusutan / Shrinkage

9
Semua material plastik akan mengalami proses penyusutan selama proses
pendiginan di dalam dan luar cetakan. Penyusutan ini akan menyebabkan ukuran-ukuran
produk yang dihasilkan mengalami perubahan – perubahan dengan besaran yang sangat
variatif, untuk mengantisipasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menambahkan
ukuran yang akan dibuat dicetakan injeksi. Namun sebelumnya harus diketahui dulu
material plastik yang digunakan dan karakteristiknya, baru dapat ditentukan penambahan
ukuran. Penyusutan material plastik yang terjadi akan saling tarik menarik antara dinding
yang satu dengan dinding yang lainnya, antar kontur atau bentuk produk, sehingga banyak
faktor yang dapat mempengaruhi proses ini. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyusutan adalah sebagai berikut :
1. Material Type, jenis material plastik yang digunakan menjadi faktor utama pada
saat perancangan cetakan plastik,karena setiap material plastik memeiliki
penyusutan yang berbeda-beda.
2. Wall Thickness, ketebalan dinding produk semakin besar tingkat penyusutan akan
semakin besar pula (sinkmark).
3. Product Contour, semakin banyak kontur dapat mengurangi proses penyusutan,
karena dapat menahan laju penyusutan produk.
4. Cooling Time Process, waktu proses pendinginan didalam dan diluar mold.
5. Cooling Channel And Circulation, jalur sirkulasi proses media pendinginan,
semakin banyak jalur cooling akan mempercepat laju penyusutan.

10
2.4. Rangkuman Review Jurnal
No Nama Pengarang Judul Jurnal Variasi yang Diteliti Hasil Review Jurnal Tahun Jurnal
1. Erwin, Slamet Analisa Pengaruh Pengaruh Parameter Latar belakang dari penelitian ini 2013
Wiyono, Sendi Parameter Tekanan Tekanan dan Waktu adalah untuk membuktikan dan
Dwi Oktaviandi dan Waktu Penekanan Terhadap Sifat mengidentifikasi bahwa kualitas
Penekanan Terhadap Mekanik dan Cacat produk akhir dan sifat mekanik
Sifat Mekanik dan Penyusutan dari Produk dari produk injection molding
Cacat Penyusutan Injection Molding berbahan polietilen sangat
dari Produk Injection Berbahan Polyethylene terpengaruh oleh setting tekanan
Molding Berbahan (PE) dan waktu penekanannya.
Polyethylene (PE) Peneliti kemudian melakukan
prosedur eksperimen dengan
menentukan nilai parameter
proses yakni waktu penekanan
dengan menggunakan 3
parameter yaitu level rendah
sebesar 1,25s; level sedang
sebesar 1,50s; dan level tinggi
sebesar 1,75s. Kemudian peneliti
menentukan tekanan, untuk
tekanan ini menggunakan tekanan
yang relatif tinggi untuk kategori
micro molding process dengan

11
menggunakan beberapa level
yaitu level rendah sebesar 60 bar,
level sedang sebesar 70 bar, dan
level tinggi sebesar 80 bar.
Selanjutnya untuk pengujian sifat
mekanik yang digunakan yaitu
Uji Tarik (ASTM D638 type IV),
Uji Tekan (ASTM D695), dan
Uji Lentur (ASTM D6272).
Hasil dari penelitian ini adalah
parameter waktu dan kecepatan
penekanan hanya memberi
pengaruh terhadap sifat mekanik
flexural strength dan flexural
modulus spesimen. Hal ini
diketahui dengan menggunakan
response surface methodology
output yang dihasilkan
menunjukan nilai signifikansi >
95% yaitu 95,3% dan 96,9. Cacat
shrinkage yang terjadi adalah
jenis post shrinkage hal ini

12
dikarenakan penyusutan terjadi
setelah plastik disimpan dan
mengalami physical aging dan
rekristalisasi. Dari data output
analisis shrinkage dengan
menggunakan RSM didapat
kesimpulan bahwa bahwa kedua
parameter proses yakni waktu dan
kecepatan penekanan mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap terjadinya shrinkage.
2. Muhammad Sifat Mekanik Dan Sifat Mekanik Dan Cacat Latar belakang penelitian ini 2014
Ghilman Badri, Cacat Penyusutan Penyusutan (Shrinkage) adalah untuk mengetahui
Mahros Darsin, (Shrinkage) Akibat Akibat Variasi Komposisi bagaimana memvariasikan
Dedi Dwilaksana Variasi Komposisi Campuran Daur Ulang komposisi bahan dan cacat
Campuran Daur Polyethylene Pada produk untuk menghasilkan
Ulang Polyethylene Injection Moulding plastik yang lebih baik,
Pada Injection Peneliti menggunakan bahan
Moulding polyetylene (PE) dan polyetylene
daur ulang dengan komposisi PE
jenis high density polyethylene
(HDPE). Serta meggunakan
cetakan dari baja ST 37 yang

13
dibentuk sesuai dengan desain uji
spesimen uji tarik pada Injection
Moulding. Kemudian untuk
prosedur penelitiannya adalah
mould disiapkan terbuat dari baja
ST 37. Menimbang dan
menyiapkan bahan dengan variasi
komposisi campuran daur ulang
yang digunakan adalah 0%, 10%,
20%, 30%, 40%, 50%, 60%,
70%, 80%, 90%, 100%.
Menghidupkan mesin injection
moulding. Tekanan
(menggunakan 8 bar). Mesin
ditunggu hingga mesin mencapai
kondisi yang maksimum yaitu
dimana mesin pada kondisi
hingga panas. Bahan baku berupa
komposisi PE dan PE daur ulang
dimasukkan. Temperatur diatur
sesuai dengan ketentuan 190°C.
Eksperimen diulang sesuai

14
dengan yang diinginkan sebanyak
3 kali percobaan. Pengukuran
shrinkage atau penyusutan ini
dilakukan dengan proses
pengukuran, yaitu mengukur
terlebih dahulu volume spesimen
uji tarik sebelum dilakukannya
pengujian tarik dan mengukur
volume spesimen uji tarik.
Shrinkage dinyatakan dalam
bentuk prosentase (%).
Hasil penelitian ini adalah pada
penggunaan variasi komposisi
daur ulang 0% sampai 100%
kekuatan tarik yang dihasilkan
semakin menurun dikarenakan
berkurangnya sifat elastis pada
plastik daur ulang. Penambahan
bahan daur ulang memicu
shrinkage biji plastik murni tidak
banyak terjadi penyusutan dan
tidak banyak menghasilkan

15
rongga void sehingga spesimen
memiliki sifat elastisitas yang
tinggi. Sedangkan pada komposisi
10% daur ulang sampai 100%
daur ulang terjadi peningkatan
shrinkage pada spesimen semakin
besar. Jika dilihat dari sisi
ekonomis daur ulang jenis PE
banyak dimanfaatkan sebagai
alternatif bahan sekali pakai
seperti pembuatan sendok,
sedotan, gelas sekali pakai dan
sebagainya. Dan dapat juga
dipakai sebagai campuran
pembuatan botol pembersih,
tergantung campuran berapa
persen daur ulang dan murni yang
digunakan.
3. Mulyadi,S. Analisa Kegagalan Kegagalan Hasil Produksi Latar belakang penelitian ini 2009
Hasil Produksi Plastik Moulding Dengan adalah untuk menganalisa apa
Plastik Moulding Bahan Baku penyebab sering terjinya
Dengan Bahan Baku Polypropylene ( PP ) dan kegagalan praduksi yang
Polypropylene ( PP ) Polyethelene (PE) dilakukan mahasiswa yang

16
dan Polyethelene praktek di seksi plastik moulding.
(PE) Peneliti kemudian melakukan
penelitian dengan menyiapkan
peralatan terlebih dahulu.
Selanjutnya peneliti mulai
melakukan pengumpulan data
dengan cara menghitung terlebih
dahulu volume cetakan dengan
menggunakan jangka sorong,
melakukan pencetakan koin
sebanyak 10 kali dengan
parameter yang sama, memberi
tanda pada hasil percobaan
dengan nomer urut menggunakan
sepidol, serta melakukan
pengukuran pada setiap sampel
dengan menggunakan jangka
sorong.
Hasil penelitian ini adalah
sebelum melakukan penggunaan
mesin Injecktion Moulding,
terlebih dahulu periksa mesin

17
dalam keadaan kosong dari sisa
bahan baku yang sudah dipakai,
serta mesin dalam keadaan baik
dan bersih. Selanjutnya untuk
menentukan variabel-variabel
dalam penggunaan mesin
injection moulding dapat dilihat
dari tabel hasil percobaan dan
analisa yang dilakukan terhadap
variable-variabel yang dapat
menyebabkan gagalnya hasil
produksi di mesin injection
moulding tersebut. Sebagai acuan
dalam menentukan nilai nilai
yang berhubungan dengan
temperatur, waktu cetak, waktu
pendinginan dan volume cetakan
dapat dilihat dari tabel hasil
percobaan dan analisa yang
dilakukan pada mesin injecktion
moulding dengan bahan baku
Polypropelene (PP)dan

18
Polyethelene (PE).

19

Anda mungkin juga menyukai