Anda di halaman 1dari 8

Nama : Tasya Alivia Hasri

Nim : 012018024
Jurusan: S1 Keperawatan

Terapi Aktivitas Kelompok


Kognitif atau Persepsi, Sensorik dan Motorik
Menggunakan Permainan Puzzle

1. Latar Belakang
a. Kondisi klien gangguan jiwa
Klien yang mengalami gangguan jiwa kecemasan yakni gangguan stress pascatrauma
atau PTSD (Post-Traumatic Stress disorder)
b. Alasan dilakukannya terapi kelompok tersebut
Untuk mengurangi kecemasan yang dialami pasien serta meningkatkan kemampuan diri
dalam bersosialisasi.
2. Pengertian
a. PTSD (Post-Traumatic Stress disorder)
Menurut Manguno, Mire, & Franklin (2009) gangguan stres pasca trauma adalah
gangguan kecemasan yang berkembang setelah menyaksikan kejadian traumatis yang
ditandai dengan gejala re-experience (merasa mengalami kembali kejadian traumatis),
avoidance (menghindari stimuli yang berkaitan dengan kejadian traumatis) dan
hyperarousal (memiliki tingkat kewaspadaan yang berlebih).
Terdapat 3 tipe faktor resiko yang menunjukkan seseorang mengalami PTSD,
menurut O’Brien & Bremner (2006). Faktor resiko pertama terdiri dari faktor resiko pre-
trauma. Berikut merupakan faktor-faktor tersebut:
1) Masalah psikologis sebelum terjadi trauma. Orang-orang yang memiliki sejarah
mengalami stres psikologis sebelum terjadi trauma akan memiliki resiko 2 kali lebih
banyak untuk mengalami PTSD
2) Sejarah keluarga yang memiliki penyakit psikiatrik. Hal ini dapat mempengaruhi
individu untuk mengalami PTSD karena hal ini mungkin mendasari kecenderungan
seseorang untuk mengalami gangguan.
Kelompok kedua dari faktor resiko adalah peri-traumatik. Merupakan faktor
resiko yang ada saat terjadi trauma, antara lain:
1) Sebuah ancaman kehidupan. Hal ini berupa pengalaman kehidupan subjektif
seseorang yang membedakan satu orang dengan orang lain. Seseorang yang memiliki
ancaman kehidupan yang tertinggilah yang memiliki resiko tertinggi mengalami
PTSD.
2) Benar-benar mengalami luka atau kematian. Mengalami luka fisik atau menyaksikan
seseorang terluka serius atau meninggal meningkatkan resiko seseorang mengalami
PTSD
3) Kedekatan dengan trauma. Semakin dekat dengan peristiwa dan terlibat didalamnya,
maka semakin besar resiko mengalami PTSD.
Tipe faktor resiko ketiga yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami PTSD
adalah faktor resiko setelah trauma. Faktor yang paling mempengaruhi seseorang
mengalami PTSD yaitu kurangnya dukungan dari lingkungan dan kurangnya kesatuan
yang terpadu yang mengikuti saat terjadi peristiwa traumatis.
Berdasarkan DSM-IV-TR (APA, 2000) penjabaran mengenai karakteristik gejala-
gejala dari PTSD, meliputi:
1) Merasa mengalami peristiwa tersebut secara terus-menerus berulang pada hal: a)
kekambuhan dan stres berkepanjangan dengan mengumpulkan kembali peristiwa
termasuk gambaran-gambaran, pikiran-pikiran atau persepsi-persepsi; b) kekambuhan
mimpi yang membuat stres terhadap peristiwa tersebut; c) bertindak atau merasa
bahwa peristiwa tersebut terjadi kembali; d) stres psikologis secara intens yang
nampak secara internal atau eksternal yang menandai sebuah aspek peristiwa
traumatis; e) dan adanya reaksi fisik yang nampak yang mengisyaratkan sebuah aspek
dari peristiwa traumatis.
2) Menghindar secara terus-menerus terhadap stimuli yang membuka memori trauma
dan mengalami mati rasa pada respon secara umum, yang harus diindikasikan paling
sedikit 3 dari: a) berusaha menghindari pikiran, perasaan atau percakapan yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut; b) menghindari peristiwa-peristiwa, tempat-
tempat, orang-orang, dan aktifitas yang membuka memori pada peristiwa tersebut; c)
tidak mampu memutar ulang aspek penting dari peristiwa; d) berkurangnya minat
terhadap aktifitas secara signifikan; e) merasa sendiri dan asing; f) emosi berkurang;
dan g) merasa tidak memiliki masa depan.
3) Ditandai dengan gejala-gejala reaksi terhadap stimulus yang sangat tinggi,
diindikasikan paling sedikit 2 dari: a) insomnia; b) mudah marah; c) kurang
konsentrasi; d) waspada yang berlebihan; e) respon mudah terkejut secara berlebihan;
dan f) diagnosis pada gangguan juga mengharuskan adanya stres atau menjadi lemah
terhadap hubungan sosial, pekerjaan atau area penting lainnya dari fungsi seseorang.
b. TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif
untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga
diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi kognitif/persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan
pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Tujuan dari terapi
ini untuk membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi
dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif
(Sutejo, 2017). Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) sensori bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan
perasaan pasien.
3. Tujuan TAK
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal antar anggota kelompok
dan memotivasi proses pikir afektif.
b. Tujuan Khusus
1) Klien mampu melatih kemampuan kognitif terutama dalam menyusun puzzle.
2) Klien mampu menempatkan diri dalam memainkan peran.
3) Klien mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
4) Klien mempu membina kerjasama antar kelompok.
5) Klien mempu mengikuti instruksi permainan yang diberikan.
6) Klien mempu mengutarakan perasaan setelah terapi dilakukan.
7) Klien mempu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang telah
dilakukan.
4. Kriteria Anggota
a. Kondisi pasien kooperatif :
1) Klien yang menghuni rumah sakit jiwa.
2) Klien yang dapat berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
3) Klien yag dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
4) Klien yang bersedia untuk mengikuti TAK persepsi atau kognitif, sensorik dan
motorik.
b. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi Terapi
Modalitas yakni yang mengalami gangguan kecemasan.
c. Jumlah peserta 8 orang.
d. Kesediaan klien mengikuti Terapi Modalitas
sebanyak 8 orang.
e. Proses seleksi pemilihan klien dilakukan
berdasarkan observasi sehari-hari klien yang dikelola dan dilaporkan serta
memungkinkan dilakukan TAK kognitif atau persepsi dan sensorik.
5. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Tempat pelaksanaan :Aula rumah sakit jiwa
b. Lama pelaksanaan : 45 menit
c. Waktu pelaksanaan : Selasa, 06 Juli 2020
6. Nama klien
a. Tasya (Pasien PTSD masuk 1 minggu lalu)
b. Jihan (Pasien PTSD masuk 3 minggu lalu)
c. Uci (Pasien PTSD masuk 3 minggu lalu)
d. Berkah (Pasien PTSD masuk 2 minggu lalu)
e. Ristiwi (Pasien PTSD masuk 2 minggu lalu)
f. Dewi (Pasien PTSD masuk 1 minggu lalu)
g. Dea (Pasien PTSD masuk 3 hari lalu)
h. Yana (Pasien PTSD masuk 2 minggu lalu)
7. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
d. Bermain peran/simulasi
e. Brainstorming
8. Media dan Alat
a. Papan nama
b. Permainan puzzle
c. Stopwatch
9. Susunan pelaksana
a. Leader
b. Co-Leader
c. Fasilitator
d. Observer
10. Uraian tugas pelaksanaan
a. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
2) Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
3) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
5) Menjelaskan permainan.
b. Co-Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitatorke leader tentang aktifitas pasien.
2) Membantu leader dalam memimpin permainan.
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
4) Memberikan reward bagi kelompok yang menyelesaikan perintah dengan cepat.
5) Memberikan punishment bagi kelompok yang kalah.
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi pasien yang kurang aktif.
2) Memberikan stimulus pada anggota kelompok.
3) Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan.
d. Observer
1) Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama kegiatan berlangsung.
3) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok.
4) Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.
11. Setting TAK

CL L O

P P
F F
P P

P P

P P
F F

Ket :
L : Leader F : Fasilitator P : Pasien/klien
CL : Co-Leader O : Observer
12. Tata tertib dan Program Antisipasi
Tata tertib
a. Pasien/klien dan terapis harus hadir 10 menit sebelum kegiatan dimulai.
b. Setiap pasien/klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan
meninggalkan ruangan.
d. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak mengganggu anggota
lainnya.
e. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengancungkan tangan dan
berbicara apabila dipersilahkan oleh leader.
f. Bila pasien/klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta pada perawat atau
fasilitator.
Program Antisipasi
a. Jika ada anggota yang membicarakan hal-hal lain dalam diskusi, maka leader harus
memfokuskan pembicaraan.
b. Jika ada anggota dalam diskusi diam, maka fasilitator harus berperan aktif.
c. Jika ada anggota kelompok yang ingin keluar dari kegiatan terapi kelompok, maka
anggota kelompok yang bersangkutan harus membicarakan dengan anggota terapi
kelompok lain.
d. Jika ada hal-hal diluar perencanaan, maka melibatkan perawat ruangan.
13. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas
a. Fase Persiapan/Prainteraksi
1) Terapis
a) Identifikasi masalah yang dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan.
b) Identifikasi pasien dilakukan 3 hari sebelum pelaksanaan.
c) Proposal disusun dan diajukan 1 hari sebelum pelaksanaan.
2) Pasien/klien
a) Kontrak waktu dengan pasien 1 hari sebelum pelaksanaan.
b) Pasien/klien hadir 10 menit sebelum pelaksanaan.
c) Pasien/klien mematuhi tata tertib yang telah dilakukan.
b. Fase Orientasi
1) Salam
2) Penjelasan tujuan Terapi Modalitas
3) Penjelasan aturan main
4) Kontrak waktu
c. Fase Kerja
1) Pasien dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari 2 pasien dan didampingi perawat
fasilitator.
2) Pasien diberikan gambar utuh dari puzzle selama 2 menit.
3) Pasien kemudian diberikan satu permainan puzzle yang telah di hamburkan kepada
setiap kelompok dan memberikan waktu untuk menyelesaikannya.
4) Memberikan reward (tepuk tangan) ketika selesai menyelesaikan puzzle.
d. Fase Terminasi
1) Leader melakukan evaluasi subyektif
(perasaan klien setelah terapi)
2) Leader melakukan evaluasi obyektif
(menanyakan hal-hal terkait dengan topik terapi yang sudah dilakukan)
3) Leader bersama klien membuat rencana
Tindak Lanjut terkait topik terapi untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Membuat kontrak dengan klien tentang
topik terapi, waktu terapi dan tempat terapi modalitas yang akan datang (jika akan
dilakukan).
14. Evaluasi Diri/ kegiatan
a. Evaluasi proses
 Terapis dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehandaki.
 TAK dilaksanakan dengan susunan acara yang telah ditentukan.
b. Evaluasi hasil
Setelah mengikuti aktivitas kelompok diharapkan:
 Terapis dapat menyampaikan materi sesuai dengan tujuan.
 Pasien/klien dapat melaksanakan kegiatan terapi sesuai dengan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai