Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Publikasi Pendidikan Submitted : 12/09/2018

http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Reviewed : 25/09/2018


Volume 8 Nomor 3, Oktober 2018 Accepted : 03/10/2018
p-ISSN 2088-2092 e-ISSN 2548-6721 Published : 16/10/2018

Pendampingan Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Matematika bagi Guru SD


Gugus II Kecamatan Amanuban Barat

Prida N. L. Taneo1, Farida Daniel2, Yusak I. Bien3


Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Soe Timor Tengah Selatan, NTT
1,2,3
1
stafpridataneo@stkipsoe.ac.id
2
staffaridaniel@stkipsoe.ac.id
3
stafyusakbien@stkipsoe.ac.id

ABSTRAK
Hasil analisis situasi sehubungan dengan pembelajaran matematika di 2 sekolah mitra yang
ada di gugus II kecamatan Amanuban Barat yaitu SD Inpres Oenali dan SD Inpres Oefatu
menunjukkan pelaksanaan pembelajaran matematika yang abstrak dan berpaku pada buku teks saja,
keberadaan alat peraga matematika sangat minim, kemampuan guru dalam pembuatan alat peraga
matematika masih kurang, pertemuan KKG dan pelatihan-pelatihan tingkat kabupaten lebih diarahkan
pada kegiatan pembuatan administrasi pembelajaran dan belum menyentuh pada esensi dari
pembelajaran matematika seperti desain alat peraga. Solusi dari permasalahan ini adalah transfer
ipteks bagi guru-guru berupa pendampingan pembuatan dan penerapan alat peraga matematika.
Metode pelaksanaan kegiatan ini berupa pelatihan dan pendampingan yang dilakukan dengan
mengadopsi langkah-langkah penelitian tindakan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan evaluasi serta refleksi. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan dan
keterampilan guru dalam pembuatan dan penerapan alat peraga matematika yang memungkinkan
siswa melakukan aktivitas matematika dengan memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran di kelas.

Kata kunci: alat peraga, amanuban barat, gugus II, guru SD, matematika

PENDAHULUAN Memang hal yang wajar terutama bagi siswa


Kecamatan Amanuban Barat SD apabila mereka merasa kesulitan dalam
merupakan salah satu kecamatan di kabupaten mempelajari matematika, karena sifat dari
Timor Tengah Selatan propinsi Nusa Tenggara matematika itu sendiri yang berkenaan dengan
Timur. Lokasinya sekitar 12 km dari kota Soe konsep abstrak, berpola pikir deduktif dan
sebagai ibu kota kabupaten yang merupakan konsisten (Depdiknas, 2010).
pusat pemerintahan dan pendidikan. Terdapat Dari hasil wawancara juga diperoleh
23 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di 8 desa informasi bahwa dalam pembelajaran
dalam kecamatan ini diantaranya SD Inpres matematika guru masih berpaku pada buku
Oenali dan SD Inpres Oefatu yang tergabung teks saja. Siswa lebih banyak mendapat
dengan 5 SD lainnya dalam Gugus II penjelasan secara langsung oleh guru yang
Kecamatan Amanuban Barat. Guru-guru kelas didominasi dengan pemberian ceramah dan
dalam gugus ini tergabung dalam Kelompok sangat jarang menggunakan media
Kerja Guru (KKG) Gugus II. pembelajaran seperti alat peraga ataupun
Berdasarkan hasil diskusi dengan media-media inovatif berbasis tekonologi
beberapa guru dan kepala sekolah di SD Inpres lainnya. Siswa diberikan banyak fakta, konsep
Oefatu maupun kepala SD Inpres Oenali dan prinsip matematika tetapi jarang dilibatkan
selaku Ketua KKG Gugus II, diperoleh dalam proses matematika yaitu terkait
informasi bahwa masih banyak siswa yang bagaimana fakta-fakta tersebut diperoleh.
sulit belajar matematika karena menganggap Tentunya pembelajaran seperti ini kurang
matematika sebagai mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir
menakutkan dan abstrak. Kenyataan ini sesuai anak SD yang masih pada taraf operasional
dengan pendapat Rohayati (2012) yaitu hingga konkrit (umur 7-11 tahun) dan lambat laun
saat ini, mata pelajaran matematika di sekolah akan membuat siswa bosan.
(termasuk di Sekolah Dasar/SD) masih Media pembelajaran adalah alat yang
dianggap sebagai mata pelajaran yang paling dapat membantu proses belajar mengajar dan
sulit di antara mata pelajaran yang lain. berfungsi untuk memperjelas makna pesan
229
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 8 Nomor 3, Oktober 2018| 230

yang disampaikan, sehingga dapat mencapai mendukung pembelajaran matematika agar


tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sesuai dengan karakteristik anak SD.
sempurna (Annisah, 2014). Kurang tersedianya Keterbatasan fasilitas dan kurangnya kegiatan
sarana dan prasarana yaitu media pembelajaran pelatihan yang diikuti oleh guru membuat
yang bervariasi serta rendahnya pemahaman kemampuan guru dalam pembuatan alat peraga
dan keterampilan guru untuk merancang media masih sangat kurang.
pembelajaran matematika yang inovatif Berdasarkan hasil wawancara dengan
berbanding terbalik dengan tuntutan guru dan kepala sekolah juga diperoleh
implementasi Kurikulum 2013 dengan informasi bahwa frekuensi keterlibatan guru
pendekatan saintifik yaitu adanya kemampuan dalam mengikuti pelatihan tingkat provinsi
siswa dalam visualisasi objek-objek atau tingkat nasional terkait desain media
matematika. Akibatnya siswa belajar pembelajaran masih sangat kecil. Oleh karena
matematika dengan cara-cara yang kurang itu kemampuan guru dalam mendesain alat
bermakna. Siswa cenderung menghafal konsep peraga matematika masih rendah. Pertemuan
atau prosedur matematis tertentu dan belajar KKG maupun pelatihan-pelatihan yang
matematika lebih banyak secara mekanistik. dilakukan ditingkat kabupaten selama inipun
Hal ini berdampak pada rendahnya prestasi lebih diarahkan pada kegiatan pembuatan
belajar matematika yang dicapai siswa. Rata- administrasi pembelajaran, dangkal dan belum
rata hasil belajar siswa belum mencapai menyentuh pada esensi dari pembelajaran
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang matematika seperti desain alat peraga.
ditetapkan oleh sekolah. Pengadaan alat peraga merupakan
Pembelajaran matematika di SD kebutuhan yang mendesak. Memperhatikan
merupakan dasar bagi siswa pada jenjang kondisi sekolah yang jauh dari jangkauan pusat
selanjutnya. Jika di SD siswa sudah tidak kota dan kurangnya kegiatan pelatihan yang
menyenangi matematika, maka cenderung diikuti oleh guru khususnya dalam pembuatan
pada jenjang berikutnya sukar menumbuhkan alat peraga matematika maka disepakati solusi
sikap gemar terhadap matematika. Upaya yang dari prioritas persoalan yang ada yaitu transfer
dapat dilakukan adalah menurunkan tingkat ipteks berupa pendampingan pembuatan dan
keabstrakan matematika dengan penerapan alat peraga matematika bagi guru
menghubungkan konsep matematika yang SD gugus II kecamatan Amanuban Barat.
abstrak menjadi konkrit melalui pengalaman
langsung dengan benda nyata. Pengalaman METODE KEGIATAN
konkrit akan memberikan visualiasi konsep Metode pelaksanaan kegiatan ini
yang jauh lebih bagus. Hal ini sesuai dengan berupa pelatihan dan pendampingan yang
pendapat Bruner (Suherman dkk, 2003:43) dilakukan dengan mengadopsi langkah-
bahwa dalam proses belajar jika siswa langkah penelitian tindakan model Lewin yang
diberikan kesempatan untuk memanipulasi terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:
benda-benda (alat peraga) maka siswa akan perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi,
melihat langsung bagaimana keteraturan dan serta refleksi (Iskandar, 2011:28). Tahap
pola struktur yang terdapat pada benda yang perencanaan berupa penyusunan jadwal
sedang diperhatikannya. Alat peraga adalah kegiatan pelatihan dan pendampingan serta
seperangkat benda konkrit yang dirancang, persiapan alat dan bahan penunjang kegiatan.
dibuat atau disusun secara sengaja yang Tindakan dalam kegiatan ini berupa
digunakan untuk membantu menanamkan atau pelatihan bagi guru-guru tentang desain alat
mengembangkan konsep-konsep serta prinsip- peraga matematika dalam pembelajaran
prinsip dalam matematika. Alat peraga dapat matematika SD serta pendampingan bagi guru-
menyajikan hal-hal yang abstrak dalam bentuk guru dalam produksi dan penerapan alat peraga
benda-benda atau fenomena-fenomena tersebut dalam pembelajaran matematika di
kongkrit yang dapat dilihat, dipegang, diubah- kelas.
ubah sehingga hal-hal yang abstrak lebih Observasi dilakukan terhadap proses
mudah dipahami (Yensy, 2012). pembuatan dan penerapan alat peraga
Tujuan dari pembelajaran matematika matematika oleh para guru mitra. Instrumen
di SD tidak mudah dicapai jika hanya yang digunakan berupa catatan lapangan.
mengandalkan guru sebagai ujung tombak. Beberapa hal yang diobservasi adalah kendala-
Diperlukan lingkungan yang kondusif terutama kendala, kekurangan-kekurangan, dan
kelengkapan sarana dan prasarana termasuk kelemahan-kelemahan yang muncul dalam
didalamnya media pembelajaran guna proses pembuatan maupun dalam penerapan
Prida N. L. Taneo, Farida Daniel, Yusak I. Bien. Pendampingan Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Matematika… , halaman 229-233
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 8 Nomor 3, Oktober 2018| 231

alat peraga. Evaluasi dilakukan terhadap dikenalkan dengan alat peraga yang ada
kuantitas dan kualitas produk alat peraga kemudian dilanjutkan dengan pelatihan
matematika yang dihasilkan. Refleksi pembuatan alat peraga tersebut.
dilakukan terhadap kegiatan yang telah Guru-guru dibagi dalam beberapa
dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan- kelompok untuk kemudian mulai mengerjakan
kekurangan atau kelebihan-kelebihan terhadap satu jenis alat peraga menggunakan alat dan
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam bahan yang telah disediakan oleh tim. Guru
rangka untuk menetapkan rekomendasi diberikan kebebasan untuk mendesain alat
terhadap keberlangsungan atau pengembangan peraga menurut kreatifitasnya. Setelah proses
kegiatan-kegiatan berikutnya. pembuatan selesai perwakilan setiap kelompok
mempresentasikan cara dan tujuan pembuatan
HASIL & PEMBAHASAN alat peraga yang telah dibuat tersebut.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan Kegiatan pelatihan ini mendapat
pada bulan juli 2018 yang melibatkan 50 guru respon yang sangat positif dari guru (peserta)
yang terdiri dari guru-guru SD Inpres Oenali yang ditandai dengan keaktifan setiap anggota
dan SD Inpres Oefatu sebagai sekolah mitra kelompok untuk memproduksi alat peraga
dan guru-guru 5 SD lainnya yang tergabung yang menjadi tanggung jawabnya. Guru-guru
dalam gugus II kecamatan Amanuban Barat bersemangat menunjukkan kreatifitasnya
sebagai sekolah imbas. Kegiatan diawali dalam memproduksi alat peraga serta terlibat
dengan penyampaian materi tentang manfaat aktif menanggapi hasil kerja kelompok lain
dan pentingnya penggunaan alat peraga dalam saat presentasi dan diskusi.
pembelajaran matematika SD, pelatihan Pendampingan penerapan alat peraga
pembuatan alat peraga matematika dan matematika
dilanjutkan dengan pendampingan penerapan Tahapan ini dimulai dari penjelasan
alat peraga tersebut. tim pengabdian terkait penggunaan setiap alat
Penyampaian Materi tentang Pentingnya Alat peraga matematika yang telah disiapkan
Peraga dalam Pembelajaran Matematika SD sebelumnya maupun yang baru dibuat oleh
Pemberian materi terkait inovasi para guru. Tim dosen menjelaskan cara
pembelajaran dan manfaat serta pentingnya penyampaian konsep matematika yang
penggunaan alat peraga matematika dalam bersesuaian dengan alat peraga yang
pembelajaran matematika bertujuan untuk digunakan. Selanjutkan setiap guru kembali
meningkatkan pengetahuan dan motivasi guru dalam kelompok untuk mendiskusikan
dalam pembuatan alat peraga. Guru-guru pengunaan setiap alat peraga yang dibagikan
sangat antusias dengan pemaparan materi yang dalam kelompoknya untuk kemudian
diberikan sehingga banyak pertanyaan yang dipresentasikan penerapannya dalam
diajukan dalam sesi diskusi setelah pemaparan pembelajaran di kelas.
materi. Pada tahapan ini respon guru juga
Pelatihan pengenalan dan pembuatan alat sangat positif yaitu guru terlibat aktif dalam
peraga matematika menjelaskan materi matematika menggunakan
Kegiatan dilanjutkan dengan alat peraga yang telah dikerjakan oleh
pengenalan dan cara pembuatan alat peraga kelompok masing-masing. Antusiasme guru
matematika yaitu mistar hitung, papan hitung, juga terlihat saat penjelasan oleh perwakilan
timbangan angka, papan paku, berbagai dari setiap kelompok atas hasil kerja yang telah
bangun datar seperti persegi panjang, segitiga, dibuat dengan banyaknya pertanyaan yang
persegi, jajargenjang, trapesium, belah ketupat dilontarkan oleh kelompok lain mengenai
dan layang-layang serta bangun ruang seperti bagaimana penggunaannya dan untuk materi
kubus dan balok yang telah disiapkan terlebih apa saja yang dapat digunakan sebagai alat
dahulu oleh tim pengabdian sebagai contoh bantu untuk penanaman konsep matematika.
kepada guru-guru. Setelah guru-guru Berikut beberapa gambar tentang
kegiatan pengabdian. .

Prida N. L. Taneo, Farida Daniel, Yusak I. Bien. Pendampingan Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Matematika… , halaman 229-233
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 8 Nomor 3, Oktober 2018| 232

Gambar 1. Penyampaian Materi Gambar 2. Penjelasan Pembuatan dan Penggunaan


Alat Peraga oleh Tim

Gambar 3. Membuat Papan Hitung Gambar 4. Hasil Pembuatan Papan Paku

Gambar 5. Mempresentasikan Penggunaan Mistar Hitung Gambar 6. Tim Pengabdian bersama Para Peserta

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini Penggunaan alat peraga mistar hitung
para peserta (guru-guru SD gugus II dan papan hitung memudahkan para guru
Amanuban Barat) menjadi paham bagaimana dalam menanamkan konsep berhitung pada
merancang dan memanfaatkan media belajar peserta didik. Para guru meyakini bahwa siswa
untuk menanamkan konsep kepada siswa. akan menjadi lebih mengerti konsep berhitung
Media yang disiapkan berupa alat peraga bilangan bulat ketika menggunakan alat peraga
sebagai alat bantu dalam pembelajaran agar mistar hitung atau papan hitung.
pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak Materi geometri seperti bangun datar
abstrak, mudah dimengerti, bervariasi serta dan bangun ruang yang diajarkan pada siswa
lebih variatif dalam memvisualisasikannya. SD gugus 2 Amanuban Barat selama ini juga
Sebagaimana Suherman, dkk (2003:242) tanpa menggunakan alat peraga sehingga
mengemukakan bahwa untuk memahami melalui pembuatan dan penggunaan papan
konsep abstrak, anak memerlukan benda-benda berpaku, bangun-bangun datar dan ruang
kongkrit (riil) sebagai perantara atau sangat memudahkan dalam pengajaran serta
visualisasinya. konsep akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Prida N. L. Taneo, Farida Daniel, Yusak I. Bien. Pendampingan Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Matematika… , halaman 229-233
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 8 Nomor 3, Oktober 2018| 233

Metode pengajaran menggunakan alat peraga materi matematika yang lain sehingga
ini memfasilitasi siswa untuk melihat secara pembelajaran matematika di SD menjadi lebih
nyata bentuk bangun yang ada serta konkrit, semakin berkualitas dan
memanupilasinya untuk menentukan rumus menyenangkan bagi siswa.
keliling dan luas dari bangun datar maupun
luas permukaan dan volume bangun ruang DAFTAR PUSTAKA
tersebut. Hal ini mampu mengembangkan Annisah, S. (2014). Alat Peraga Pembelajaran
kemampuan berpikir anak seperti yang Matematika. Tarbawiyah, 11(1),1-15.
dikemukakan oleh Van Hiele yaitu tiga unsur Depdiknas. (2010). Pedoman Pembelajaran
utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta:
materi pengajaran dan metode pengajaran yang Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak
diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dan Sekolah Dasar.
meningkatkan kemampuan berpikir anak Iskandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.
kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi Jakarta: Gaung Persada Press.
(Suherman dkk, 2003:51). Istiani, A. & Arnidha, Y. (2018).
Penggunaan alat peraga dalam Pendampingan Pembuatan dan Penggunaan
pembelajaran berupa mistar hitung, papan Alat Pegara Dakota pada Pembelajaran
hitung, timbangan angka, papan paku, berbagai FPB dan KPK. Publikan, 8(1), 66-70.
bangun datar seperti persegi panjang, segitiga, Rohayati, A. (2012). Alat Peraga
persegi, jajargenjang, trapesium, belah ketupat Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.
dan layang-layang maupun bangun ruang Suherman, H. E., dkk. (2003). Strategi
seperti kubus dan balok sebagai media dalam Pembelajaran Matematika Kontemporer.
pembelajaran matematika memudahkan siswa Bandung: UPI.
untuk memahami konsep materi yang Yensy, N. A. (2012). Penerapan Model
disampaikan, oleh karena itu guru harus kreatif Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples
dalam menyiapkan pembelajaran. Non Examples dengan Menggunakan Alat
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Istiani Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Arnidha (2018) yakni dalam pengajaran Siswa di Kelas VIII SMPN 1
matematika di SD diperlukan alat peraga agar Argamakmur. Exacta, X(1), 24-35.
memudahkan siswa dalam memahami materi
sehingga kreatifitas guru dalam kegiatan
belajar mengajar sangat dibutuhkan.
Hasil dari kegiatan pengabdian ini
adalah meningkatkan kreatifitas guru dalam
mempersiapkan media yang sesuai dengan
materi pembelajaran, meningkatkan
pemahaman guru mengenai bagaimana
menggunakan alat peraga dengan baik, serta
meningkatnya kesadaran dan pemahaman guru
untuk berinovasi dalam pembelajaran.

KESIMPULAN & SARAN


Kegiatan pengabdian yang telah
dilaksanakan merupakan bentuk transfer ipteks
kepada guru-guru. Melalui kegiatan ini
kemampuan dan keterampilan guru dalam
pembuatan serta penerapan alat peraga,
kesadaran dan pemahaman guru untuk
berinovasi dalam pembelajaran matematika
meningkat sehingga memungkinkan siswa
melakukan aktivitas matematika dengan
memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran
di kelas.
Peserta yang telah mengikuti kegiatan ini
diharapkan terus mengembangkan kemampuan,
keterampilan dan kreatifitasnya dalam
membuat dan menerapkan alat peraga untuk
Prida N. L. Taneo, Farida Daniel, Yusak I. Bien. Pendampingan Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Matematika… , halaman 229-233

Anda mungkin juga menyukai